Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia Nukleus Pulposus adalah suatu keadaan dimana terjadi pengeluaran
isi nucleus dari dalam discus intervertebralis (rupture discus) sehingga nucleus
dari discus menonjol ke dalam cincin annulus (cincin fibrosa sekitar discus) dan
memberikan manifestasi kompresi saraf (Helmi, 2014).
Hernia Nukleus Pulposus banyak terjadi pada daerah lumbal dan servikal
yang akhirnya menimbulkan keluhan.Gaya hidup masyarakat pada perkembangan
zaman ini semakin sibuk dengan pekerjaan yang padat, dengan tingkat stress yang
tinggi dan sering mengabaikan kesehatan. Jika kita tidak, terhitung dari bulan
memperhatikan kesehatan akhirnya banyak penyakit yang menyerang seperti
halnya hernia nucleus pulposus servikal. (Mahdi I.A., 2016)
Menurut Pooler, lokasi pada lumbal spine 90% hingga 95% yang paling
sering terjadi injury yaitu pada L4-L5 dan L5-S1. Hal ini disebabkan karena pada
L4-L5 dan L5-S1 merupakan pusat penopang beban tubuh terberat.
Salah satu faktor risiko terjadinya HNP adalah beratnya pekerjaan. Beratnya
pekerjaan akan memengaruhi kejadian nyeri punggung, dimana semakin tinggi
tingkat kebutuhan aktivitas, maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya
nyeri punggung (Delitto, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Widhiana pada tahun 2002, yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara
kejadian HNP dengan tingkat pekerjaan. HNP yang terjadi dilaporkan tertinggi
pada pekerja kasar, yaitu sebesar 43,6 %, diikuti oleh pekerja kantor sebesar
30,8% dan pekerja rumah tangga sebesar 25,6%.
World Health Organization (WHO) dalam laporannya yang dimuat dalam
WHO technical report series nomor 119 tahun 2003 yang berjudul ‘The Burden of
Musculoskeletal Conditions at The Starts of The New Millenium’ menyatakan
terdapat kira-kira 150 gangguan musculoskeletal diderita ratusan juta manusia
yang mengakibatkan nyeri dan inflamasi berkepanjangan serta disabilitas,
sehingga menyebabkan gangguan psikologis dan sosial penderita. Nyeri yang
diakibatkan oleh gangguan tersebut adalah keluhan nyeri punggung bawah.

1
Laporan ini berhubungan dengan penetapan decade 2000-2010 oleh WHO sebagai
decade tulang dan persendian (Bone n joint decade 2000-2010), dimana penyakit
gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat
pelayanan kesehatan di seluruh dunia. (Naufal R., 2013)
Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record lantai V pavilion ery
sudewo RSPAD Gatot Soebroto dalam waktu 3 bulan terakhir dari bulan juli
2018 sampai bulan oktober 2018 tercatat jumlah pasien yang dirawat dengan
hernia nucleus pulposus 15 orang dari jumlah pasien yang dirawat 421 atau
sebanyak 0,28%
Upaya penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat merupakan
tindakan utama dalam menghadapi pasien HNP untuk mencegah komplikasi yang
lebih fatal dan diharapkan pasien dapat segera kembali sembuh. Berhubungan
dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien pneumonia di ruang perawatan lantai
4 paru RSPAD Gatot Soebroto.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Hernia Nukleus Pulposus di ruang asuhan keperawatan
pada pasien dengan Pneumonia di ruang perawatan lantai V Paviliun Ery
sudewo RSPAD GATOT SOEBROTO Jakarta dengan menggunakan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apakah definisi Hernia Nukleus Pulposus?
b. Untuk mengetahui bagaimana etiologinya?
c. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejalanya?
d. Untuk mengetahui bagaimana proses penyakitnya?
e. Untuk mengetahui bagaimana komplikasinya?
f. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostiknya?
g. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Hernia Nukleus Pulposus?

C. Ruang Lingkup
Penulisan makalah ini merupakan pembahasan pemberian asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien Tn.S dengan Hernia Nukleus Pulposus

2
selama 3x24 jam di ruangan perawatan lantai V Paviliun Ery sudewo di RSPAD
Gatot Soebroto yang dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 10 oktober 2018
sampai 12 oktober 2018.
D. Metode Penulisan
metode yang digunakan dalam penyususnan makalah ini adalah ;
A. Metode Deskriptif tipe studi kasus dengan mengambil salah satu kasus klien
dengan Hernia Nukleus Pulposus , dengan pendekatan proses keperawatan
dalam mengumpulkan data, tehnik yang digunakan dengan cara wawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik. Sedangkan, sumber data yang digunakan
adalah data primer yang diperoleh langsung dari klien dan data sekunder di
peroleh dari keluarga, rekam medic, dan tenaga kesehatan.
B. studi perpustakaan, yaitu dengan mempelajari buku sumber yang berhubungan
dengan penyakit Hernia Nukleus Pulposus yang berasal dari buku-buku
ilmiah, webside dan interna
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematika yang terdiri dari 5 bab yaitu : bab satu
yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, metode
penulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. Bab dua yaitu tinjauan
teori terdiri dari konsep penyakit dan konsep keperawatan. Bab tiga yaitu :
tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
penatalaksanaan dan evaluasi. Bab lima yaitu penutup terdiri dari saran dan
kesimpulan.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik
dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik)
HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk
kemudia menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang
robek.

3
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana
bantalan lunak di antara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau
nukleus pulposus) mengalami tekanan di salah satu bagian posterior atau
lateral sehingga nukleus pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi
penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan
mengakibatkan penekanan radiks saraf (Leksana, 2013)

B. Patofisiologi
Etiologi
HNP terjadi karena proses degrnertif diskus intervetebralis. Beberapa
factor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut :
1. Riwayat trauma
2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama.
3. Sering membungkuk
4. Posisi tubuh pada saat berjalan
5. Proses degenerative ( usia 30-50 tahun )
6. Struktur tulang belakang
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.
Manifestasi klinis
1) Nyeri leher, punggung yang menyebar ke ekstermitas bawah
2) Spasme otot
3) Penigkatan rasa nyeri bila batuk, mengedan, bersin, membungkuk, bila
berdiri secara tiba2 dan mengangkat beban baerat
4) Kesemutan, kelemahan pada ekstermitas
5) Deformitas
6) kesulitan pada saat defekasi atau berkemih
7) Tidak mampu melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan

Proses Penyakit
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum
ferensial. Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut

4
menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah
terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya
saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya traumatik ketika
hendak menegakkan badan, waktu terpeleset, mengangkat benda berat dan
sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke
korpus tulang belakang diatas atau di bawahnya. Bisa juga menjebol
langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya sebagian nucleus pulposus
ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos dan dikenal
sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada annulus
fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus
schmorl merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau
kronis yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal
sebagai ischialgia atau siatika.
Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa
nucleus pulposus menekan radiks yang bersamasama dengan arteria
radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika penjebolan
berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis
mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa
ganjalan.
HNP terbagi atas HNP sentra dan HNP lateral:
a. HNP sentral
akan menimbulkan paraparesis flasit, parestesia dan retensi urine.
b. HNP lateral
bermanifestasi pada rasa nyeri yang terletak pada punggung bawah,
ditengah-tengah abtra bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki.
Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki
berkurang dan refleks achiles negatif pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri
dan tekan didapatkan dipunggung bawah, bagian lateral bokong, tungkai
bawah.
Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen foto lumbosacral

5
a. Tidak banyak ditemukan kelainan
b. Kadang –kadang didapatkan artosis, menjunjang tanda-tanda
deformitas vertebra.
c. Penyempitan diskus intervetebralis
d. Untuk menentukan kemungkinan nyeri karena spondylitis,
neoplasma, atau infeksi progen
2. Cairan serebrospinal
a. Biasanya normal
b. Jika didapatkan blok akan terjadi prot, indikasi operasi
3. Elektromigrafi
a. Terlihat potensial kecil ( fibrolasi ) di daerah yang terganggu
b. Kecepatan konduksi menurun
4. Iskografi
Pemeriksaan diskus yang dilakukan dengan menggunakan ontras untuk
melihat seberapa besar daerah diskus yang keuar pada kanalis
vertebralis.
5. Elektroneuromiografi
Untuk mengetahui radix yang terkena atau melihat adanya
polineuropati.
6. Temografi scan
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskus
intervertebralis
7. MRI, cairan serebrospinal, elektromigrafi, iskografi,
elektroneuromiografi dan tomografi scan
Melokalisasi protrusi diskus kecil. Apabila secara klinis tidak
didapatkan pada MRI maka pemeriksaa ct scan dan mielogram dengan
kontras dapat dilakukan untuk melihat derajat gangguan pada diskus
vertebralis.
8. Mielografi
Pemeriksaan degan bahan kontras melalui tidakan lumbal fungsi dan
pemotretan dengan sinar tembus. Dilakukan apabila diketahui adanya

6
penyumbatan hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan
HNP.
9. Pemeriksaan laboratorium
Untuk menilai komplikasi cidera tulang belakang.
Komplikasi
1) Kelemahan dan atrofi otot
2) Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
3) Kehilangan otot sphinter
4) Perdarahan
5) Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal

C. Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
a. Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa
hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah
duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan
lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per
dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus dan
diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk
nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring
tergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan
penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama.
Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan atau
dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan
mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
b. Medikamentosa
a) Symtomatik
Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison,
prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti
piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat
penenang minor (diazepam, klordiasepoksid).

7
b) Kausal
Kolagenese
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan
mengurnagi lordosis.
2. Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit
neurologik
3. Rehabilitasi
a. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
b. Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan
kegiatan sehari-hari (the activity of daily living)
c. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran
kencing dan sebagainya).

D. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin
pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau
mendorong benda berat)
b. Keluahan Utama
Nyeri pada punggung bawah
P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya
sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti
berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-oabata
yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.

8
T : Bersifat menetap, hilng timbul, makin lama makin nyeri.
c. Riwayat Kesehatan
Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan
(mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis)
d. Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
1) pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi
pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
2) Inspeksi
- Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis
dan tungkai selama begerak.
- Kemungkinan adanya atropi, faskulasi,
pembengkakan, perubahan warna kulit.
3) palpasi dan perkusi
- Paplasi pada daerah yang ringan rasa
nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri.
- Palpasi dan perkusi perut, distensi perut,
kandung kemih dll.
b) Neuorologik
1) Pemeriksaan motorik
- Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas,
tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan
menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi
dengan menahan gerakan.
2) Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan
rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana
yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana
yang terganggu.
3) pemeriksaan refleks

9
- refleks lutut /patela/hammer (klien
bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP
lateral di L4-5 refleks negatif.
- Rfleks tumit.achiles (klien dalam posisi
berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas
tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada
aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
4) Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk
memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk
mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.

c) Pemeriksaan penunjang
a. foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan
serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit.
Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu
tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus.
Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis
spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
b. Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya
polineuropati.
c. Sken tomografi
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk
diskusi intervertebralis.

2. Dignosa keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus
intervetebralis
2) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan
hemiparese/hemiplagia

10
3) Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan
imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat
4) Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan
hemiparese/hemiplegi
5) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring
lama

3. Intervensi keperawatan
1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan
saraf pada radiks intervertebralis
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
- Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
- lokasi nyeri minimal
- keparahan nyeri berskala 0
- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
Intervensi :
- Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya
- Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya
- Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis
(posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi
- Terapi analgetik

2. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia


Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi kontraktur sendi
- Bertabahnya kekuatan otot
- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi :

11
- Ubah posisi klien tiap 2 jam
- Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas
yang tidak sakit
- Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi,


nyeri
Tujuan :
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil :
- Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
dengan kemampuan klien
- Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas
untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Intervensi :
- Monitor kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan
perawatan diri
- Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan
beri bantuan dengan sikap sungguh
- Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien
sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
- Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang
dilakukannya atau keberhasilannya
- Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi

4. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi,


intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan
Klien tidak mengalami kopnstipasi
Kriteria hasil

12
- Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa
menggunakan obat
- Konsistensifses lunak
- Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
- Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
Intervensi :
- Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab
konstipasi
- Auskultasi bising usus
- Anjurkan pada klien untuk makan maknanan yang mengandung
serat
- Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada
kontraindikasi
- Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien Kolaborasi
dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif,
suppositoria, enema)

5. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama


Tujuan :
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil :
- Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
- Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
Intervensi :
- Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan
mobilisasi jika mungkin
- Rubah posisi tiap 2 jam
- Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-
daerah yang menonjol
- Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru
mengalami tekanan pada waktu berubah posisi

13
- Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar
terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi
- Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma,
panas terhadap kulit

14
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Klien bernama Tn. K dilakukan pengkajian pada tanggal 12 Agustus 2019.
Tanggal masuk rumah sakit yaitu 2 Agustus 2019 di kamar 610 lantai VI
Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto, dengan nomor register 942752
dengan diagnose Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

1. Identitas data
Klien bernama Tn. K dengan jenis kelamin laki- laki, usia 29 tahun, status
perkawinan menikah, agama Islam, suku bangsa jawa, pendidikan terakhir
SMA, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, pekerjaan klien TNI-AD
(Aktif) alamat klien Jl. Urip sumoharjo Jateng sumber biaya klien dari BPJS
(dinas), sumber informasi dari klien, keluarga, perawat dan RM.

2. Resume
Klien dirujuk dari RS. Sioloam datang ke IGD dengan keluhan Nyeri
pinggang kurang lebih 2 bulan SMRS, klien sulit berjalan dan nyeri semakin
meningkat. Telah dilakukan pemeriksaan Laboratorium dengan hasil : SGPT
(ALT) 53 (<40u/l) saat di IGD ditemukan masalah keperawatan yang muncul
yaitu nyeri akut dan gangguan mobilitas fisik, tindakan yang sudah dilakukan
pemberian IVFD RL 20 Tpm dan pemberian Ranitidine IV 50mg,
mecobalamin 3x50mg, natrium declofenac 2x1mg, masalah belum teratasi
tindakan dilanjutkan.

3. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan sakit pinggang sampai dengan kaki. Faktor pencetus saat
duduk dan berdiri lama timbul bertahap lamanya kuranglebih 2 bulan,upaya
mengatasi dengan berobat alternatif.

15
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien pernah mengalami hepatitis B, tidak ada riwayat alergi obat
c.Riwayat kesehatan keluarga

Keterangan :
: Laki-laki

: Klien

: Perempuan

d. Riwayat psikososial dan spiritual


Orang yang paling dekat dengana klien adalah istri klien , yang membuat
keputusan istrinya. Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga
klien terlihat sedih dan cemas, keadaan rumah jauh dari jalan besar dan
pabrik-pabrik yang bias mempengaruhi kesadaran.
f. Pola kebiasaan
1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit, frekuensi makan 3 x/hari nafsu makan baik. Porsi makan
habis / 1porsi, makanan yang disukai tidak ada, tidak ada alergi makanan,
tidak ada makanan pantangan, tidak ada makanan diet, tidak menggunakan
NGT.

16
Saat di rumah sakit, frekuensi makan 3 x/hari, nafsu makan baik, porsi
makan habis / 1porsi, tidak ada makanan yang membuat alergi, makanan
diet cair, tidak ada penggunaan obat-obatan sebelum makan, tidak ada
penggunaan alat bantu NGT.
2. Pola Eliminasi
Sebelum sakit, BAK klien tidak tentu warna kuning kecoklatan, tidak ada
keluhan dan tidak ada alat bantu seperti kateter, dll.
Saat di rumah sakit, BAK tidak tentu, warna kuning kecoklatan, tidak ada
keluhan, tidak menggunakan alat bantu kateter.
Sebelum sakit, BAB klien 1 x/hari waktu tidak tentu, warna kecokelatan,
konsistensi setengah padat, tidak ada keluhan menggunakan laxatif, dll.
Saat di rumah sakit, BAB tidak tentu, warna kecoklatan. Konsistensi
setengah padat, tidak ada keluhan.
3. Pola Personal Hygien.
Sebelum sakit, klien mandi 2 x/hari pada pagi dan sore hari Oral Hygien 3
x/hari pada pagi sore dan malam, mencuci rambut 1 x/minggu.
Saat di rumah sakit, mandi 1 x/hari pada pagi hari, Oral Hygien 1 x/hari
pada pagi hari, mencuci rambut tidak tentu.
4. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit, kilen tidak pernah tidur, lama tidur malam 6 – 8 jam saat di
rumah sakit, klien tidur siang 2 jam, lama tidur malam 6 – 8 jam/hari.
5. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit, tidak ada aktifitas olahraga, hanya jalan santai 1 x/minggu
tidak ada keluhan selama beraktifitas.
Saat masuk rumah sakit, klien tidak bias beraktifitas dan tidak ada
olahraga
6. Kebiasaan Mempengaruhi Kesehatan.
Klien merokok dan tidak minum-minuman.

4. Pemerikasan Fisik
a) Pemeriksaan fisik umum
Berat badan sebelum sakit 65 Kg, dan saat ini 66 Kg tinggi badan 175cm,
keadaan umum sedang dan tidak ada pembesaran getah bening.
b) System penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor,
fungsi baik, tidak ada tanda radang, tidak ada pemakaian kaca mata
maupun lensa kontak, reaksi terhadap cahaya baik.
c) Sistem pendengar

17
Daun telinga normal, kondisi telinga normal, tidak ada perasaan penuh di
telinga, tidak ada tinnitus, fungsi pendengaran baik, tidak ada gangguan
keseimbangan dan tidak ada alat bantu mendengar.
d) System wicara
Klien berbicara normal
e) Sistem pernafasan
Jalan nafas tidak ada sumbatan sputum, pernafasan tidak sesak, frekuensi
pernafasan 21 x/menit, kedalaman dalam, klien tidak batuk, tidak ada
sputum, suara nafas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernafas, tidak
menggunakan alat bantu O2 nasakanul.
f) System Kardiovaskuler
Nadi 72 x/m irama teratur, denyut kuat, tekanan darah 130 / 70 mmHg,
tidak ada vena jogularis kanan dan kiri, temperature kulit hangat 36 oC
warna kulit kemerahan, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, tidak ada
udema.
g) System saraf pusat
Gcs = E4 M6 V5, tidak ada tanda-tanda TIK.
h) Sistem pencernaan
Keadaan mulut : Tidak ada carises, tidak menggunakan gigi palsu, tidak
ada stomatitis, lidah tidak kotor, salifa normal, tidak adanya nyeri pada
daerah abdomen, bising usus 11 x/menit, tidak ada diare, warna feces
kuning kecoklaan konsistensi setangah padat, tidak ada konstipas, hepar
tidak teraba, abdomen teraba lembek.
i) Sistem endrokrin
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak
terdapat luka ganggren
j) System urogenital
BAK warna kuning jernih, tidak ada distensi / ketegangan kandung kemih,
tidak ada keluhan sakit penggang
k) System itegrument
Turgor kulit elastis, temparetur hangat..
l) System muskoluskoletal
Klien sulit dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang dan sendi.

5. Pemeriksaan penujang
Hasil lab 09/10/2018 Pukul = 00:59
Hematologi lengkap :
HB = 15,7 (12,0 – 16,0)
HT = 44 (37 – 47 %)
Leukosit = 8900ul (4.800 – 10.800 / m)
Trombosit = 301.000 (150.000-400.000)

18
Mcv = 87 (80 – 96 / L)
MCHC = 36 (32-36 g/dl)
Kimia klinik :
Albumin = 4,0 (3,5- 5,0 g/dl)
Ureum = 21 (20 – 50 mg/ul)
Kreatinin = 0,8 (0,5- 1,5 mg/dl)
Glukosa darah sewaktu = 90 (85 -140 mg/dl)
Natrium (Na) = 142 (135 – 147 mmol/L)
Klorida (k) = 103 (95 – 105)
Kalium (a) = 4,4 (3,5- 5,0 mmol/L)

Pemeriksaan Radiologi
tgl. 31 juli 2019
MSCT lamboscart non kronik :
KESAN : - para lumbal muscle spasme
-degenerative discase of spene
-syndolytid lumbalis
-scuberbuilding diskus 2-3 yang menyebabkan sevew
stefonis foramine nevalis lumbal 2-3 kanan kiri

6. . Penatalaksanaan
1) IVFD RL 500 cc/jam
2) Espinason PO(3x50mg)
3) Natriun desclofen 2x1
4) Ketorolac 3x30mg/IV(8 jam)
5) Ranitidine 2x50mg/IV(12 jam)
6) Methlycobal 3x500/IV(8 jam)
7) Diet rendah purin

7. Data focus
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan nyeri
P : nyeri jika berdiri/duduk lama
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : pinggang sampai kaki
S : skala nyeri 4 tidak disertai mual muntah
T : hilang timbul 5-10 menit
2. klien mengatakan otot kaki kaku
3. klien mengatakan sulit tidur karena nyeri dan bising
4. klien mengatakan sulit tidur karena bangun untuk mengatur posisi

Data Objektif :
TD = 148/78 mmHg
N = 80 x/mnt
R = 20 x/mnt
S = 360C

19
1. Klien terlihat meringis
2. Klien tampak tidak nyaman
3. Terpasang infus RL 20 tpm
4. Kekuatan otot 5555 5555
4444 4444
5. Hasil MSCTLumbolus non kronik
1. Pralumbal Muscle spasme
2.degenerative dease of spasme
3.sydoliysis lumbalis L2-L3

8. Analisa data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS - Klien mengatakan Nyeri akut Agen pencedera
nyeri fisik
P : nyeri jika berdiri/duduk
lama
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : pinggang sampai kaki
S : skala nyeri 4 tidak disertai
mual muntah
T : hilang timbul 5-10 menit

TD = 148/78 mmHg
N = 80 x/mnt
DO R = 20 x/mnt
S = 360C

1. Klien terlihat
meringis
2. Klien tampak tidak
nyaman
Terpasang infus RL 20 tpm

20
Hasil MSCT Lumbolus non
kronik
1. Pralumbal Muscle
spasme
2.degenerative dease of
spasme
3.sydoliysis lumbalis L2-
L3

2. DS = -klien mengatakan kaki kanan Gangguan Terputusnya


kesemutan mobilitas fisik kontinuitas jaringan
-klien mengatakan pinggang dan
(luka post operasi)
kaki terasa kaku
DO
-klien tampak susah beraktifitas
-nilai tonus otot
5555 5555
5555 4444

3. DS= - klien mengatakan sulit


Hambatan
tidur karena bersik
Gangguan pola lingkungan
- Klien mengeluh pusing
tidur kebisingan)
- Klien tampak lemah
DO=
- Klien mengatakan sulit
dalam beraktifitas
- Klien terlihat lemah
4
- Aktifitas klien dibantu Gangguan Gangguan
keluarga dan perawat pemenuhan ADL neuromuskular
- Kekuatan otot 5555 5555
4444 5555

B. Diagnosa Keperawatan

21
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromasculer
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
(kebisingan)
4. Gangguan sindrom ADL berhubungan dengan ganggauan neuromuskular

C. Intervensi, implementasi, dan evaluasi


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria :
- Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
- keparahan nyeri berskala 0-1
- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak meringis)
Intervensi :
- Monitor ttv tiap 2 jam sekali
- Kaji tingkat nyeri klien
- Monitor keluhan nyeri dan penyebeb nyeri
- Berikan posisi dan lingkungan yang nyaman
- Ajarkan Tindakan penghilangan rasa nyeri secara nonfarmakologis
seperti distraksi dan relaksasi
- Berikan injeksi ketorolac 3x30mg/IV (8 jam)
Implementasi :
Tanggal 12 Agustus 2019
Pukul 08:00 mengukur ttv. Hasil : TD = 130/70 mmHg, N = 72 x/mnt, R =
21 x/mnt, S = 360C. Pukul 09:00 Memberikan posisi nyaman. Hasil : klien
terlihat lebih rileks. Pukul 09:15 Mengkaji tingkat nyeri. Hasil : Klien
mengatakan nyeri P : nyeri jika duduk lama, Q : nyeri seperti ditusuk-
tusuk, R : nyeri pinngang sampai kaki kanan, S : skala nyeri 4 tidak
disertai mual muntah, T : hilang timbul. Pukul 09:30 Mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam. Hasil : klien kooperatif dan mengikuti yang

22
diajarkan perawat, klien terlihat lebih rileks. Pukul 13:00 Memberikan
injeksi ketorolac 3x30mg/IV (8jam). Hasil : obat masuk tanpa sumbatan
dan alergi. Pukul 13:15 Menganjurkan untuk melakukan teknik relaksasi
nafas dalam jika nyeri datang. Hasil : klien kooperatif dan terlihat
mengerti apa yang di jelaskan perawat.
Tanggal 13 Agustus 2019
Pukul 08:00 mengukur ttv. Hasil : TD = 120/80 mmHg, N = 86 x/mnt, R =
20 x/mnt, S = 37,20C. Pukul 09:30 Mengkaji tingkat nyeri. Hasil :klien
mengatakan nyeri berkurang skala 3, klien terlihat meringis. Pukul 10:00
Mengajarkan teknik distraksi. Hasil : klien kooperatif dan mengikuti yang
diajarkan perawat, klien terlihat lebih rileks. Pukul 12:50 Memberikan
injeksi ketorolac 3x30mg/IV (8jam). Hasil : obat masuk tanpa sumbatan
dan alergi. Pukul 12:50 Menganjurkan untuk melakukan teknik relaksasi
nafas dalam jika nyeri datang. Hasil : Klien selalu melakukannya saat
nyeri datang.
Tanggal 14 Agustus 2019
Pukul 14:00 mengukur ttv. Hasil : TD = 120/70 mmHg, N = 80 x/mnt, R =
19 x/mnt, S = 36,50C. Pukul 19:00 Memberikan injeksi ketorolac
3x30mg/IV (8jam). Hasil : obat masuk tanpa sumbatan dan alergi. Pukul
19:30 Mengkaji tingkat nyeri. Hasil :klien mengatakan nyeri berkurang
skala 2, klien terlihat lebih rileks dan sesekali masih meringis ketika nyeri
datang.

Evaluasi
Tanggal 14 agustus 2019
S : Klien mengatakan nyeri berkurang skala 2
O : Klien terlihat lebih nyaman
A : Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Tindakan keperawatan dilanjutkan

2. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan


neuromaskuler
Tujuan :

23
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
mobilitas fisik membaik dengan
Kriteria hasil :
- mobilitas membaik
- ADL mandiri
Intervensi :
- Bantu ADL klien
- Kolaborasi dengan fisioterapi
- Kaji kekuatan tonus otot
Implementasi :
Tanggal 12 Agustus 2019
Pukul 12.00 mengkaji kekuatan tonus otot Hasil : 5555 5555
4444 5555

Pukul 14:15 melakukan ROM hasil : pasien dapat mempraktekan.

Tanggal 13 Agustus 2019


Pukul Pukul 08:00 Mengantar pasien ke ruang fisioterapi hasil: pasien
melakukan tindakan penyinaran infra merah.
5555 5555
Pukul 011:00 mengkaji kekuatan tonus otot Hasil : 4444 5555

Tanggal 14 Agustus 2019


Pukul 13:00 Melakukan ROM hasil :pasien mengikuti perintah perawat
Pukul 14:00 mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam hasil : pasien
tampak nyaman.

Evaluasi
Tanggal 14 Agustus 2019
S : Klien mengatakan sudah dapat ke toilet sendiri
O : klien tampak bisa melakukan aktifitas mandiri
A : Tujuan tercapai,
P : Tindakan keperawatan dihentikan.

24
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkunngan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola
tidur pasien membaik
Kriteria :
- Pola tidur membaik
- Klien tampak bugar

Intervensi :
- Berikan ruang yang nyaman dan tenang
- Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam
- Anjurkan dilap dengan air hangat
Implementasi :
Tanggal 12 oktober 2018
Pukul 08:00 mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam hasil : klien tampak
lebih nyaman. Pukul 10:30 mengelap pasien dengan air hangat hasil :
pasien tampak lebih rilex.

Tanggal 13 Agustus 2019


Pukul Pukul 08:00 mengganti linen pasien hasil linen bersih pasien
tampak nyaman. Pukul 12:50 mengatur posisi klien hasil klien lebih
nyaman.

Tanggal 14 Agustus 2019


Pukul 13:00 mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam hasil: klien tampak
nyaman

Evaluasi
Tanggal 12 oktober 2018
S : pasien mengatakan dapat tidur nyenyak

25
O : pasien tampak cukup tidur
A : Tujuan tercapai
P : Tindakan keperawatan dihentikan

4. Gangguan sindrom ADL berhubungan dengan gangguan


neuromuskular

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
Pemenuhan ADL dapat teratasi
Kriteria hasil :
1. Klien bersih, rapih dan tidak berbau
2. Terlihat segar
3. Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan
ADL
4. Dapat melakukan ADL
Intervensi :
- Monitor kemampuan untuk perawatan diri klien yang mandiri
- Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan
diri, toileting, dan makan
- Dorong untuk melakukan aktifitas secara mandiri, tapi beri bantuan
jika klien tidak dapat melakukannya
Implementasi :
Tanggal 12 Agustus 2019
Pukul 08:00 mengukur ttv. Hasil : TD = 130/70 mmHg, N = 72 x/mnt, R =
21 x/mnt, S = 360C. Pukul 08:10 Membantu klien menyikat gigi. Hasil :
Klien merasa segar, mulut terlihat bersih dan tidak berbau. Pukul 08:20
Membantu klien berpakaian. Hasil : pakaian klien terlihat bersih dan rapih.

Tanggal 13 Agustus 2019

26
Pukul Pukul 08:00 mengukur ttv. Hasil : TD = 120/80 mmHg, N = 86
x/mnt, R = 20 x/mnt, S = 37,20C. Pukul 08:25 Membantu klien menyikat
gigi. Hasil : Klien dapat menyikat gigi dengan bantuan perawat, klien
merasa segar, mulut terlihat bersih dan tidak berbau. Pukul 08:20
Membantu klien berpakaian. Hasil : Klien dapat melakukan nya dengan
bantuan perawat, pakaian klien terlihat bersih dan rapih.

Tanggal 14 Agustus 2019


Pukul 14:00 Mengukur ttv. Hasil : TD = 120/70 mmHg, N = 80 x/mnt, R =
19 x/mnt, S = 36,50C. Pukul 16:00 Membantu klien menyikat gigi. Hasil :
Klien dapat menyikat gigi secara mandiri, klien merasa segar, mulut
terlihat bersih dan tidak berbau. Pukul 08:20 Membantu klien berpakaian.
Hasil : Klien dapat melakukannya secara mandiri, pakaian klien terlihat
bersih dan rapih.

Evaluasi
Tanggal 12 oktober 2018
S : Klien mengatakan segar
O : Klien terlihat bersih, rapih dan tidak berbau
Klien terlihat sudah dapat melakukan perawatan diri secara mandiri
A : tujuan tercapai, masalat teratasi.
P : tindakan keperawatan di hentikan

27
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang ada pada teori dan kasus
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus, ditemukan adanya kesenjangan. Pada teori
tanda dan gejala, deformitas, kesulitan pada saat defekasi atau berkemih, Tidak mampu
melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan. Dan terdapat riwayat penyakit dahulu
seperti Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis),
distensi perut, kandung kemih, Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai bawah, kaki, ibu jari
dan jari. Namun pada pengkajian tidak ditemukan data-data seperti pada di teori. Pada
teori dilakukan pemeriksaan diagnostik rontgent foto lumbaosavral, MRI, cairan
serebrospinal, elektromigrafi, iskografi, elektroneuromiografi dan tomografi scan
sedangkan pada kasus hanya dilakukan pemeriksaan darah lengkap, rontgen tulang
lumbaosacral, karena dari tanda dan gejala yang ditemukan dari klien sudah menunjang
untuk mendiagnosis HNP
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mendapatkan hambatan. Faktor
penunjang saat penulis melakukan pengkajian karena klien dan keluarga klien sangat
kooperatif serta kerjasama yang baik antar mahasiswa, perawat ruangan dan klien juga
keluarga, sehingga dapat memberikan informasi kepada penulis.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake
cairan yang tidak adekuat, diagnosa ini tidak di angkat karena tidak terdapat tanda
dan gejala konstipasi pada pasien tersebut
2. Cemas berhubungan dengan gangguan berulang dengan nyeri terus menerus.
Diagnosa ini tidak di angkat karena pasien tidak menunjukan adanya kecemasan yang
berlebih, emosi klien dapat di kontrol.
Dan dignose keperawatan yang ada pada kasus Tn. K tetapi tidak ditemukan pada
teori yaitu :
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (kebisingan)
diagnosa ini di angkat karena klien mengatakan sulit tidur karena bersik, Klien
mengeluh pusing, Klien tampak lemah

Sedangkan diagnosa yang tidak ada pada teori tetapi ada pada kasus ialah :
1) Nyeri akut diagnosa ini di angkat karena Klien mengatakan nyeri

28
P : nyeri jika berdiri/duduk lam, Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: pinggang sampai
kaki, S : skala nyeri 4 tidak disertai mual muntah, T : hilang timbul 5-10 menit.
Ttv (TD = 148/78 mmHg, N = 80 x/mnt, R = 20 x/mnt, S = 36 0C), Klien
terlihat meringis, dan Klien tampak tidak nyaman.
2) Gangguan mobilitas fisik diagnosa ini di angkat karena klien mengatakan kaki
kanan kesemutan, klien mengatakan pinggang dan kaki terasa kaku, klien tampak
susah beraktifitas, nilai tonus otot 5555 5555
5555 4444

3) Gangguan sindrom ADL diagnosa ini di angkat karena semua kebutuhan dasar
pasien di bantu karena klien masih belum bisa melakukan aktivitasnya dan klien
masih merasa nyeri
Faktor penunjang dalam penentuan diagnosa keperawatan yaitu keluarga klien
dan klien yang sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan dukungan
dari pembimbing yang memberikan arahan dan informasi sesuai dengan
kebutuhan penulis, sehingga penulis tidak menemukan hambatan dalam
merumuskan diagnosa keperawatan.
1.
C. Perencanaan
Menurut teori langkah perencanaan meliputi prioritas masalah, menetapkan
tujuan dan hasil serta menyusun rencana tindakan. Prioritas masalah pada teori
berbeda dengan kasus. Pada kasus Tn. K Nyeri akut berhubungan dengan
gangguan neuromuskular karenanyeri pada daerah leher, punggung sampai dengan
ekstremitas bawah, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular diagnosa ini di angkat karena klien tampak sulit untuk beraktivitas,
adanya kesemutan dan kebas, tonus otot 5555 5555
4444 5555
Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan gangguan neuromuskular
karena pergerakan klien terbatas
Pada penetapan tujuan terdapat kesenjangan yaitu diteori tidak terdapat batasan
waktu dalam mengatasi masalah, sedangkan pada kasus terdapat batasan waktu,
sebagai patokan dalam mengatur pencapaian tujuan akhir. Pada kasus untuk
mencapai tujuan terhadap masalah klien ditetapkan 3 x 24 jam karena kasus
diberikan kesempatan memberikan asuhan keperawatan 3 hari.
Pada perencanaan tindakan pada kasus sesuai dengan diagnose keperawatan
yang ditemukan dalam menyusun tindakan disusun secara sistematis, operasional,

29
agar rencana tindakan yang dibuat dapat ditindak lanjuti oleh perawat dinas sore,
dan malam. Dalam perencanaan penulis tidak mengalami hambatan karena
disusun sesuai dengan kondisi klien dan mengacu pada teori.
D. Pelaksanaan.
Diagnosa keperawatan pertama semua rencana tindakan yang di tulis telah
dilakukukan. Untuk diagnosa kedua tindakan dilakukan semua. Diagnosa
keperawatan ketiga tindakan dilakukan semua. Diagnosa keperawatan yang empat
tindakan dilakukan semua. Diagnosa kelima tindakan dilakukan semua.
Dalam melakukan pelaksanaan penulis tidak menemukan hambatan karena. Faktor
penunjang dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien adalah klien dan
keluarga klien yang sangat kooperatif sehingga dapat menerima setiap tindakan
keperawatan yang diberikan terhadap klien.

E. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah terakhir adalah
evaluasi terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dari ke lima
diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien, diagnosa pertama nyeri akut
berhubungan dengan gangguan neuromuskular, diagnosa kedua gangguan
mibilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular, diagnosa ketiga
yaitu gaangguan pola tidur berhubungan dengan kebsingan, dan yang terakhir
gangguan sindrom ADL berhubungan dengan gangguan neuromuskular dari Ke
Dari keempat diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien, ada tiga
diagnosa keperawatan tujuan tercapai dan masalah teratasi, dan satu dignosa
tujuan belum tercapai masalah belum teratasi

BAB V
KESIMPULAN
Pada BAB ini penulis akan menarik kesimpulan yang di dapatberdasarkan
pembahasan bab IV dan penulis akan memberikan saran.

30
A. Kesimpulan
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus, ditemukan adanya kesenjangan. Pada teori
tanda dan gejala, deformitas, kesulitan pada saat defekasi atau berkemih, Tidak mampu
melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan. Dan terdapat riwayat penyakit dahulu
seperti Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis),
distensi perut, kandung kemih, Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai bawah, kaki, ibu jari
dan jari. Namun pada pengkajian tidak ditemukan data-data seperti pada di teori. Pada
teori dilakukan pemeriksaan diagnostik rontgent foto lumbaosavral, MRI, cairan
serebrospinal, elektromigrafi, iskografi, elektroneuromiografi dan tomografi scan
sedangkan pada kasus hanya dilakukan pemeriksaan darah lengkap, rontgen tulang
lumbaosacral, karena dari tanda dan gejala yang ditemukan dari klien sudah menunjang
untuk mendiagnosis HNP
Diagnosa keperawatan yang ditemukan dikasus sesuai dengan data yang diperoleh pada
pengkajian sebagai respon klien terhadap penyakitnya sehingga pada kasus ditemukan 3
diagnosa kerperawatan yang harus diatasi perawat ada satu diagnosa keperawatan yang
ada pada kasus namun tidak ada pada teori. Sedangkan pada teori ada 5 diagnosa
keperawatan dan ada dua diagnosa keperawatan yang ada pada teori tetapi tidak ada pada
kasus. Hal ini memberikan pengalaman pada penulis bahwa diagnosa keperawatan
dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh sebagai respon terhadap penyakitnya.
Pada perencanaan tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus karena prioritas
masalah antara teori dan kasus sama.
Pada pelaksanaan semua rencana tindakan yang di buat dapat dilakukan sesuai dengan
intervensi yang dibuat.
Asuhan keperawatan yang diberikan pada kasus belum semua tujuan tercapai dan masalah
teratasi karena klien masih merasa nyeri skala 2

B. Saran
Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan, penulis dapat mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan yang ada, maka selanjutnya penulis akan menyampaikan
saran yang ditujukan kepada :
1. Perawat ruangan
Untuk perawat agar meningkatkan kerjasama yang baik antara perawat ruangan
agar asuhan keperawatan berkesinambungan, agar dapat tetap membina hubungan
yang baik dengan klien dan keluarga sehingga dapat melaksanakan asuhan
keperawatan secara maksimal.
2. Klien dan keluarga
Untuk keluarga dan klien agar dapat melanjutkan di rumah sakit dengan tetap
makan dengan teratur, tetap minum obat, dan menjalani dan mematuhi instruksi
dari dokter dan perawat.
3. Untuk mahasiswa

31
Untuk mahasiswa agar dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran baik pada saat di
kelas maupun pada saat praktik

32

Anda mungkin juga menyukai