Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus intervertebralis, yang
sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndromeatau Lumbosacral radiculopathie
adalah penyebab tersering nyeri punggung bawah yang bersifat akut, kronik atau
berulang. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit dimana bantalan
lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel discatau Nucleus Pulposus)
mengalami tekanan di salah satu bagian posterior atau lateral sehingga nucleus
pulposus pecah dan luruh sehingga terjadi penonjolan melalui annulus fibrosuske
dalam kanalis spinalis dan mengakibatkan penekanan radiks saraf. Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) adalah kondisi dimana terjadi prostusipada discus intervertebralis
yang disebabkan karena injury atau beban mekanik yang salah dalam waktu yang
lama. HNP adalah degeneratif dimana elastisitas dari annulus fibrosus menurun
sehingga menyebabkan robeknya annulus fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal
pada spinal canal atau rupture dengan tekanan dari nucleus pulposus yang
menyebabkan kompresi pada elemen saraf (Cahyati, 2015).
Nyeri pada punggung bawah merupakan keluhan utama dari penderita Hernia
Nucleus Pulposus(HNP), persepsi nyeri ini bertujuan untuk membatasi gerakan yang
melibatkan otot-otot punggung. Hernia Nukleus Pulposus memiliki ciri nyeri pada
bagian punggung bawah karena kehilangan fungsi dan hal tersebut merupakan salah
satu keluhan utama yang menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Pekerjaan
berat dengan gerakan yang menimbulkan cedera otot saraf, posisi tidak bergerak
dalam waktu yang cukup lama menjadi pencetus beberapa kondisi yang menyebabkan
terjadinya nyeri pada punggung bawah. Waktu pemulihan yang tidak memadai karena
kurangnya istirahat juga dapat memperparah kondisi (Nasikhatussoraya, Octaviani, &
Julianti, 2016)
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan keluhan yang
umum dijumpai di masyarakat yang diperkirakan mengenai 85% dari seluruh
populasi. Nyeri punggung bawah merupakan sindroma klinik yang ditandai dengan
gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. Nyeri punggung pada
bagian bawah yang umum terjadi yaitu Hernia Nucleus Pulposus (HNP). Pada kasus
spesifik akan ada pemeriksaan tambahan karena adanya kelainan neurologi, yang
kebanyakan disebabkan karena HNP, spondilosis, dan trauma. HNP terjadi karena
pergeseran nucleus puposus sehingga menekan akar syaraf pada spinal cord. (Eyles,
2013)
World Health Organization menyatakan bahwa, nyeri pinggang bawah juga
sering dikeluhkan karena mengakibatkan ketidaknyamanan bagi penderitanya.
Prevalensi nyeri pinggang bawah pada populasi kurang lebih 16.500.000 per tahun di
Inggris. Pasien HNP yang berobat jalan berkisar 1.600.000 orang dan yang bersedia
dirawat di rumah sakit kurang lebih 100.000 orang. Dari keseluruhan penderita HNP
yang mendapat tindakan operasi berjumlah 24.000 orang pertahunnya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh kelompok studi nyeri PERDOSSI (Perhimpunan
Dokter Saraf Indonesia) melakukan penelitian di 14 rumah sakit pendidikan dengan
hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang(25% dari total
kunjungan) 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819orang
(18,37%) adalah penderita HNP (JS , 2013).
Dampak nyeri menyebabkan perubahan peran, emosional dan perilaku pada
seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan melakukan aktivitas secara
mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu membutuhkan orang
lain (Potter & Perry, 2011).
Hal yang dialami tersebut dapat mempengaruhi tanggung jawab dari peran
terdahulu nya saat sebelum sakit hingga pergeseran peran di lingkungan yang
dilakukan ketika sakit. Sifat nyeri kronis yang dialami pasien yang mampu
melumpuhkan atau memburuk secara progresif dapat mengakibatkan perubahan dari
peran itu sendiri di dalam fungsi keluarga sebelumnya (Gopur, 2010).
Berdasarkan data dan masalah di atas tentang trauma Hernia Nukleus Pulposus
(HNP) maka penulis akan menjelaskan konsep dari trauma Hernia Nukleus Pulposus.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahmi konsep dasar asuhan keperawatan
trauma Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi Hernia
Nukleus Pulposus (HNP).
b. Mahasiswa mampu menyebutkan faktor risiko, klasifikasi, manifestasi klinis,
pemeriksaan diagnostik dan komplikasi Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
c. Mahasiswa mampu mengetahui data-data dasar pengkajian yang diperlukan
dalam proses keperawatan
d. Mahasiswa mampu menyusun dan merumuskan diagnosa Hernia Nukleus
Pulposus (HNP).
e. Mahasiswa mampu menyusun langkah-langkah intervensi keperawatan
f. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah di lakukan

C. SISTIMATIKA PENULISAN
1. BAB I Pendahuluan
Pendahuluan hal ini merupakan salah satu metode dalam penulisan makalah yang
berisikan latar belakang, tujuan umu dan tujuan khusus dan sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teori
Tinjauan Teori hal ini merupakan salah satu metode dalam penulisan makalah
berupa pengertian atau definisi dengan kutipan pada saat penyusunan dengan
penelitian.
3. BAB III Penutup
Penutup hal ini merupakan salah satu metode penulisan yang berisi simpulan
sehingga dapat menganalisis dan mengoptimalkan sistem yang berdasarkan pada
bab yang sebelumnya.
4. Daftar Pustaka
Daftar pustaka adalah daftar yang menunjukkan bahwa kumpulan memiliki
sumber makalah yang menunjukkan penulis makalah ditulis secara rinci dan jelas.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN PADA HERNIA NUKLEUS PULPOSUS


(HNP)
1. Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari
diskus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal
menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorso lateral menekan radix spinalis
sehingga menimbulkan gangguan.
HNP adalah keadaan nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian
menekan kearah kanalis spinalis melalui analus fibrosis yang sobek. HNP
merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologis di kolumna
vertebralis pada diskus invertebralis/diskogenik. Diskus invertebralis adalah
lempengan kartilago berbentuk bantalan diantara 2 tulang belakang. Bantalan
seperti bola dibagian tengah diskus dinamakan nukleus pulposus.
Nukleus pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
(lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra).
Dapat disimpulkan bahwa hernia nukleus pulposus (HNP) adalah penyakit yang
disebabkan oleh proses degeneratif atau trauma yang berat.
2. Etiologi
Degenerasi diskus intervertebralis, trauma minor pada pasien tua dengan
degenerasi, trauma berat atau terjatuh, mengangkat atau menarik benda berat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut :
a. Riwayat trauma
b. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, mengemudi dalam
waktu lama
c. Sering membungkuk
d. Posisi tubuh saat berjalan
e. Proses degenerative (usia 30-50) tahun
f. Struktur tulang belakang
g. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang

3. Faktor Risiko HNP


a. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah
1) Umur: makin bertambah umur resiko makin tinggi
2) Jenis kelamin: umumnya pada laki-laki lebih banyak dari wanita
3) Riwayat cedera punggung
b. Faktor risiko yang dapat berubah
1) Pekerjaan atau aktifitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang berat, latihan fisik seperti olahraga terlalu berat
2) Olahraga tidak teratur
3) Berat badan berlebihan

4. Klasifikasi HNP
a. Hernia Lumbosacralis
Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal posterior.
Biasanya dapat disebabkan gerakan secara tiba-tiba. Pada kasus besar penyakit
sendi, nukleus menonjol keluar sampai annulus
b. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri pada radikuler pleksus servikobrakhialis. Pergerakan
kolumna vertebralis servikal menjadi terbatas, sedangkan kurvatular yang
normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, dan refleks biseps
yang menurun.
c. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalanya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis.

5. Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan HNP : aliran darah ke diskus berkurang,
beban berat, ligamentum longirudinalis posterior menyempit. Jika beban pada
diskus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus pulposus (gel)
akan keluar, timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralis
menekan radiks.
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang
terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, ternal, kimiawi). Stimulus ini
akan di respon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan
menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakkan sehingga proses penyembuhan
dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.
Apabila kondisi ini berlangsung terus menerus dapat menimbilkan
komplikasi lain berupa radiktilis ( iritasi akar saraf), cedera medulla spinalis,
parastase, kelumpuhan pada tungkai bawah.

6. Manifestasi Klinis
a. Nyeri punggung bawah, nyeri daerah bokong, rasa kaku atau tertarik pada
punggung bawah
b. Nyeri yang menjalar atau seperti rasa tersetrum dan dapat disertai baal
(biasanya menjalar dari bokong menuju paha lalu ke area betis dan sampai
kaki)
c. Hilangnya refleks tendon patella dan achilles
d. Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksi, dan fungsi seksual

7. Pemeriksaan Klinis
a. Pemeriksaan khusus
1) Tes lasque positif (Straight Leg Raising Test)
2) Tes provokasi: tes valsava dan naffziger untuk menaikan tekanan
intratekal
3) Tes refleks fisiologis: refleks tendon Achilles menurun atau menghilang
jika radiks antara L5-S1 terkena

b. Pemeriksaan penunjang
1) MRI tulang belakang berguna untuk diagnosis kompresi medulla spinalis
atau kauda equine
2) Foto rontgen tulang belakang, memperlihatkan perubahan degeneratif
3) EMG: untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer
4) Myelo-CT: untuk melihat lokasi HNP

8. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi konservatif: tirah baring, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari
b. Medikamentosa
1) Analgetik dan NSID
2) Pelemas otot: digunakan untuk mengobati spasme otot
3) Opoid: pemekaian jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan
4) Kortikosteroid oral: pemakian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertinbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inplamasi
5) Analgetik adjuvant: dipakai pada HNP kronis
c. Terapi fisik
1) Traksi pelvis
Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan
tirah baring dan korset saja tidak menunjukan perbedaan
dalamkecepatan penyembuhan
2) Diatermi (kompres panas atau dingin)
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan
spasme otot. Keadaan akut biasanya bisa menggunakan kompres
dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik biasanya bisa
menggunakan kompres hangat maupun dingin.
3) Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP
kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban diskus serta
mngurangi spasme.
d. Terapi operatif
1) Indikasi operasi
a) Defisit neurologik memburuk progresif
b) Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual)
c) Tidak membaik dengan semua modalitas terapi konvensional
2) Jenis operasi
Laminectomy yaitu tindakan operasi membuang lamina vertebralis,
dapat dilakukan sebagai dekompresi terhadap radix spinal yang
tertekan atau terjepit oleh pructrusi nucleus pulposus.

9. Komplikasi
Hernia Nukleus Pulposa bisa menyebabkan komplikasi, diantaranya yaitu:
a. Kelumpuhan pada ekstremitas bawah
b. Cedera medulla spinalis
c. Radiktilis (iritasi akar saraf)
d. parestase

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN HNP


1. Pengkajian
a. Anamnesis
Identitas klien yang paling utama. HNP terjadi pada umur pertengahan
kebanyakan pada jenis kelamin laki-laki dan pekerja atau aktivitas berat.
Keluhan utama klien biasanya adalah nyeri pada punggung bawah. Yang
menjadi fokus yaitu pemeriksaan P(provoaktif atau penyebab), Q ((qualitas
atau quantitas), R (Region atau lokasi keluhan). S (skala kegawatan), T(Time)
pada nyeri atau keluhan pasien.
b. Riwayat penyakit saat ini
Kaji adanya riwayat trauma akibat mengangkat atau mendorong benda yang
berat. Pengkajian ini meliputi keluhan nyeri pada punggung bawah, di tengah-
tengah area pantat dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Klien sering
kesemutan (prastesia) atau baal bahkan kekuatan otot sesuai dengan distribusi
persarafan yang terlibat.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu di tanyakan meliputi apakah klien pernah menderita
osteomielitis, keganasan (mieloma multipleks), dan metabolik (osteoporosis)
yang berhubungan dengan kejadian dan meningkatkan risiko terjadinya
herniasi nukleus pulposus (HNP).
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya di lakukan per sistem dan terarah (B1-B6) dengan
fokus pemeriksaan fisik pada pada pemeriksaan B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan
dihubungkan dengan keluhan klien.
1) B1 (Breathing)
Jika tidak mengganggu pernapasan biasanya pada pemeriksaan :
Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, frekuensi napas normal
Palpasi, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi, ditemukan ada nya suara resonan pada seluruh lapangan paru
Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi napas tambahan
2) B2 (Blood)
Bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskular, biasanya kualitas dan
frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada auskultasi tidak
ditemukan bunyi jantung tambahan
3) B3 (Brain)
Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak
4) B5 (Bowel)
Pemenuhan kebutuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan
yang kurang. Periksa rongga mulut dengan melakukan penilaian ada
tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah.
5) B6 (Bone)
Adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakan badan karena
adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensorik dan mudah lelah
menyebabkan masalah pada aktivitas dan istirahat.
2. Diagnosia Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan penjepit syaraf pada diskus intervertebralis, tekanan
di daerah distribusi ujung saraf
b. Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik,
kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan
tungkai
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler,
menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan control atau koordinasi otot
d. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi, tidak
adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama
e. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakberdayaan dan
merasa tidak ada harapan, kehilangan atau perubahan dalam pekerjaan

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan penjepit syaraf pada diskus intervertebralis,
tekanan di daerah distribusi ujung saraf
Tujuan: nyeri berkurang atau dapat di adaptasi oleh klien
Kriteria hasil: nyeri berkurang atau dapat di adaptasi, dapat mengidentifikasi
aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak gelisah, skala
nyeri 0-1 atau teradaptasi

Intervensi Rasional
Kaji terhadap nyeri dengan skala 0-4 Nyeri merupakan respon subjektif yang
biasa dikaji dengan menggunakan skala
nyeri. Klien melaporkan skala nyeri
biasanya di atas tingkat cidera
Bantu klien dalam identifikasi faktor Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan,
pencetus ketegangan, suhu, distensi kandung
kemih dan berbaring lama
Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan non relaksasi dan nonfamakologi lainnya
invasive telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
Ajarkan relaksasi : teknik-teknik untuk Akan melancarkan peredaran darah
ketegangan otot rangka, yang dapat sehingga kebutuhan oksigen oleh jaringan
menurunkan intensitas nyeri dan juga akan terpenuhi sehingga akan
tingkatkan relaksasi masase mengurangi nyerinya
Ajarkan metode distraksi selama nyeri Mengalihkan perhatian nyeri ke hal yang
akut menyenangkan
Berikan kesempatan waktu istirahat bila Istirahat dan merelaksasikan semua
terasa nyeri dan berikan posisi yang jaringan sehingga akan meningkatkan
nyaman misalnya saat klien tidur, kenyamanan
sanggah punggung klien dengan bantal
kecil

b. Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik,


kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan
tungkai
Tujuan: klien mampu melakukan aktivitasnya sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil: klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi
kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan
untuk meningkatkan mobilitas.

Intervensi Rasional
Kaji mobilitas yang ada dan observasi Mengetahui tingkat kemampuan klien
peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur dalam melakukan aktivitas
fungsi motorik
Ubah posisi klien tiap 2 jam Menurunkan risiko terjadinya iskemia
jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek
pada daerah yang tertekan
Ajarkan klien untuk melakukan latihan Gerakan aktif memberikan massa, tonus
gerakan aktif pada ektremitas yang tidak dan kekuatan otot serta memperbaiki
sakit fungsi jantung dan pernapasan
Lakukan gerak pasf pada ekstremitas yang Otot volunter akan kehilangan tonus dan
sakit kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakkan
Inspeksi kulit bagian distal setiap hari. Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi
Pantau adanya iritasi, kemerhan atau luka dan hilangnya sensasi risiko timggi
pada kulit dan membran mukosa kerusakan integritas kulit kemungkinan
komplikasi imobilisasi
Bantu klien melakukan ROM, perawatan Untuk memelihara fleksibilitas sendi
diri sesuai toleransi sesuai kemampuan
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk Peningkatan kemampuan dalam
latihan fisik klien mobilisasi ekstremitas dapat di
tingkatkan dengan latihan fisik dari tim
fisioterapis

c. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi, tidak


adekuatnya sirkulasi perifer, tirah baring lama
Tujuan: klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil: klien mampu berpartisipasi terhadap pencegahan luka,
mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda
kemerahan atau luka, kulit kering.

Intervensi Rasional
Anjurkan untuk melakukan latihan ROM Meningkatkan aliran darah ke semua
dan mobilisasi jika mungkin daerah
Ubah posisi tiap 2 jam Menghindari tekanan dan meningkatkan
aliran darah
Gunakan bantal atau pengganjal yang Menghindari tekanan yang berlebih pada
lunak di bawah daerah-daerah daerah yang menonjol
yangmenonjol
Lakukan masase pada daerah yang Menghindari kerusakan-kerusakan
menonjol yang baru mengalami tekanan kapiler-kapiler
pada waktu berubah posisi
Bersihkan dan keringkan kulit. Jagalah Meningkatkan integritas kulit dan
linen tetap kering mengurangi risiko kelembapan kulit
Observasi adanya eritema dan kepucatan Hangat dan pelunakan adalah tanda
dal palpasi adanya kehangatan dan kerusakan jaringan
pelunakan jaringan tiap mengubah posisi

4. Implementasi keperawatan
a. Melakukan indentifikasi tingkat nyeri yang dirasakan klien
b. Mengatur posisi klien sehingga klien merasa lebih nyaman
c. Mengajarkan klien teknik relaksasi dengan nafas dalam
d. Mengajarkan kliem latihan ROM ringan secara bertahap dan gerakan
sederhana
5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
a. Memperlihatkan peningkatan pergerakan
b. Rasa nyeri pada lokasi mulai berkurang
c. Mendemostrasikan integritas kulit dengan optimal.
d. Memperlihatkan turgor kulit normal dan kulit bebas dari kemerahan atau
kerusakan
e. Berpartisipasi dalam perawatan kulit dan memantau prosedur dalam
keterbatasan fungsi
f. Timbul semangat untuk mengambalikan kepercayaan diri

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Munir, Badrul. 2017. Neurologi Dasar Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai