Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


DENGAN DIAGNOSA HNP

OLEH :

KELOMPOK I

1. AINI FATMAWATI (1602012095 P)


2. ASMAUL HUSNA (1602012096 P)
3. RIA UTAMI WIDI ASTUTIK(1602012094 P)
4. DIAN ANGGRAINI (1602012098 P)
5. SUMINI(1602012107 P)
6. NAF’AN (1602012103 P)
7. SULIYONO (1602012106 P)
8. NOFIE SULIFA (1602012104 P)
9. IDA RAHMAWATI (1602012100 P)
10. SRI SEKARYATI (1602012081 P)
11. ROHMAT ABDULLAH (1602012077P)
12. SUYANTI (1602012082 P)
PROGRAM TRANSFER S1 KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2016
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
d. Manfaat penulisan

BAB II : KONSEP TEORI

a. Definisi
b. Klasifikasi
c. Etiologi
d. Manifestasi klinis
e. Patofisiologi
f. Pathway
g. Penatalaksanaan
h. Pemeriksaan penunjang

BAB III :KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Rencana keperawatan

BAB IV :PEMBAHASAN

BAB V :PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian
bawah adalah hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi
pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang
sering di jumpai masyarakat.
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur
dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami
paling tidak satu episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi
nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia)
melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan
hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh
kasus nyeri ditangani.
Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang
terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan
yang tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf
tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot
dan jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang
sesuai sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas dapat di rumuskan masalah
sebagai berikut : bagaimana konsep dasar dan asuhan keperawatanpada klien dengan
HNP

C. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien HNP (Hernia Nucleus Pulposus).
2) Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari HNP.
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari lumbar vertebrae.
3. Mengetahui etiologi dari HNP.
4. Mengetahui klasifikasi HNP.
5. Mengetahui patofisiologi dari HNP.
6. Mengetahui manifestasi klinis dari HNP.
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik HNP.
8. Mengetahui penatalaksanaan medis HNP.
9. Mengetahui komplikasi HNP.
10. Mengetahui prognosa dari HNP.
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan HNP

D. MANFAAT PENULISAN
Manfaat teoritis
1. Bagi penulis, makalah ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendalami
pemahaman tentang konsep penyakit yang disebabkan oleh HNP.
2. Bagi pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti tentang konsep
penyakit yang disebabkan oleh HNP yang sesuai dengan standart kesehatan demi
meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan dapat dijadikan sebagai referensi
untuk penelitian yang lebih lanjut.
3.Bagi mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien HNP dengan baik.
BAB II

KONSEP TEORI

A. DEFINISI
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) sering disebut juga dengan ruptur diskus
intervertebralis. Diskus intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk
sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut
nukleus pulposus. Nukleus pulsosus bersifat semigelatin, mengandung berkas-berkas
serabut kolagen, sel-sel jaringan penyambung, dan sel-sel tulang rawan. Zat-zat ini
berfungsi sebagai peredam benturan antara korpus vertebra yang berdekatan. Selain
itu juga memainkan peranan penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan
pembuluh-pembuluh kapiler.
Pada HNP, nukleus dari diakus menonjol ke dalam anulus (cincin fibrosa sekitar
diskus) dengan akibat kompresi saraf. Anulus fibrosus terdiri atas cincin-cincin
fibrosa konsentris yang mengelilingi nukleus pulposus. Anulus ini berfungsi untuk
memungkinkan gerakan antara korpus vertebra (disebabkan oleh struktur spiral dari
serabut-serabut), untuk menopang nukleus pulposus, dan meredam benturan. Protrusi
atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang
terjadi pada proses penuaan. HNP ini merupakan penyebab sakit punggung bawah
yang sering terjadi.

B. KLASIFIKASI
HNP dapat terjadi di berbagai tempat di sepanjang tulang belakang. Menurut tempat
terjadinya, HNP dibagi atas:
1. hernia lumbosakralis,
2. hernia servikalis, dan
3. hernia thorakalis.
Menurut gradasinya, HNP dibagi atas:
1. Protrusi Diskus Intervertebralis.
Nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan anulus fibrosus.
2. Prolaps Diskus Intervertebralis.
Nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus.
3. Ekstrusi Diskus Intervertebralis.
Nukleus keluar dari anulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum longitudinalis
posterior.
4. Sequestrasi Diskus Intervertebralis.
Nukleus telah menembus ligamentum longitudinal posterior.

C. ETIOLOGI
Etiologi pada HNP antara lain:
Trauma (ex: jatuh, kecelakaan, stress minor berulang)
Spinal stenosis.
Ketidakstabilan vertebra oleh karena kesalahan posisi.
Intervertebra disk degeneration dan dehidrasi dari kandungan tulang rawan anulus
dan nukleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga dengan desakan
akan mengakibatkan herniasi dari nukleus hingga anulus.
Pembentukan osteofit.

D. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau
lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau
kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik
dan berulang (kambuh).

E. PATOFISIOLOGI
Regio lumbalis merupakan bagian yang tersering mengalami hernia nukleus pulposus.
Sebagian besar HNP terjadi di daerah lumbal di antar-ruang L4-L5 atau L5-S1. Kandungan
air diskus berkurang seiring bertambahnya usia (dari 90% pada masa bayi menjadi 70 %
pada lansia). Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air
nukleus pulposus. Selain itu serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi yang
ikut berperan menyebabkan HNP melalui anulus disertai penekanan akar saraf spinalis.
Perubahan morfologik pertama yang terjadi pada ruptur diskus adalah memisahnya
lempeng tulang rawan dari korpus vertebra di dekatnya. Saat timbul suatu gaya kompresi
vertikal maka bagian lempeng tulang rawan yang terlepas tersebut bergeser ke belakang
dan nukleus pulposus menonjol melalui serat anulus yang robek. Arah tersering HNP
adalah posterolateral karena akar saraf di daerah lumbal ke bawah sewaktu keluar melalui
foramen saraf .
HNP juga dapat mengenai diskus servikalis. HNP servikalis berpotensi menimbulkan
kelainan serius dan dapat terjadi kompresi medula spinalis bergantung pada arah
penonjolan. HNP servikalis biasanya menekan akar di bawah ketinggian diskus. Dengan
demikian diskus C5-C6 menekan akar saraf C6 dan diskus C6-C7 mengenai akar C7.
Pada umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berat dengan keluhan utamanya
adalah nyeri di punggung bawah disertai nyeri otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Pasien
umumnya menceritakan riwayat serangan nyeri dan berkurangnya mobilitas tulang
belakang secara bertahap. Walaupun pasien cenderung mengaitkan masalahnya dengan
kejadian mengangkat barang atau membungkuk, HNP adalah suatu proses bertahap yang
ditandai dengan serangan-serangan penekanan akar saraf yang menimbulkan berbagai
gejala dan periode penyesuaian anatomik.

F. PATHWAY
Proses degeneratif

Kehilangan protein polisakarida

Kandungan air menurun

Trauma stres okupasi

HNP

Nukleus pulposus terdorong

G. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif:
Penanganan konservatif yang paling sering adalah tirah baring dan obat-
obatan.
traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya residis
memakai korset tunggal atau spimal brace
2. Pembedahan:
Eksisi bedah dilakukanbila ada bukti berlanjutnya defisit neurologik (kelemahan
dan atrofi otot, kehilangan fungsi motorik dan sensorik, kehilangan kontrol
sphingter), nyeri yang terus menerus, skiatika yang tidak berespon terhadap
penatalaksanaan konservatif. Tujuan pembedahan adalah mengurangi tekanan
pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik..
Macam teknik bedah sesuai dengan masing-masing tipe herniasi:
 Disektomi: mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus
intervertenralis.
 Laminektomi: mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada
kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis
spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi, dan menghilangkan
kompresi medulla dan radiks.
 Laminotomi: pembagian lamina vertebra.
 Disektomi dengan peleburan: graf tulang (dari krista iliaka atau tempat
produksi tulang) yang digunakan untuk menyatukan dengan prosesus
spinosus vertebra, tujuan peleburan spinal adalah untuk menjembatani diskus
defektif untuk menstabilkan tulang belakang dan mengurangi angka
kekambuhan.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto rongten spinal: memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada
tulang belakang/ruang intervertebralis atau mengesampingkan kecurigaan
patologis lain seperti tumor dan osteomielitis.
Elektromiografi: dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal utama
yang terkena.
Venogram epidural: dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari
miogram terbatas.
Pungsi lumbal: mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya
darah.
Tanda LeSeque (tes dengan mengangkat kaki lurus ke atas): mendukung
diagnosa awal dari HNP ketika muncul nyeri pada kaki posterior.
CT Scan: dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil, adanya protusi
diskus intervertebralis.
MRI: pemeriksaan non invasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan
tulang dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti adanya herniasi diskus,
melokalisasi protusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.
Bila gejala klinis dan patologis tidak terlihat pada MRI, bisa dipakai CT Scan dan
mielogram.
Mielogram: mungkin normal atau memperlihatkan “penyempitan” dari ruang
diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
HNP terjadi pada umur pertengahan hal ini dikarenakan karena kandungan air
discus telah berkurang sesuai dengan proses degeneratif pada tubuh manusia,
kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat
(mengangkat baran berat atau mendorong benda berat).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya diutarakan pasien adalah nyeri pada punggung
bawah. Selain itu terdapat pula nyeri tekan. Hal ini desebabkan oleh spasme otot-
otot tersebut dan spasme menyebabkan penekanan pada saraf. Neuron saraf
menjadi terjepit lalu timbul reaksi zat kimia/bioaktif (serotonin , bradikinin dan
prostaglandin). Zat-zat tersebut merupakan reseptor nyeri sehingga timbul rasa
nyeri pada diri pasien.
P = paliatif/provokatif
Trauma (mengangkat atau mendorong benda berat), nyeri otot, geringgingan
Q = quality
Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena
api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah
bersifat nyeri radikular atau nyeri menyebar (referred fain). Nyeri bersifat
menetap, hilang timbul, atau makin lama makin nyeri .
R = region
Letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga
letak nyeri dapat diketahui dengan cermat. Nyeri dirasakan pada paha, dan
bertambah nyeri bila digerakkan atau diangkat sampai menjalar ke pinggang
S = severity
Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh,
posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat
nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan,
turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang
diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan. Kondisi seperti ini
menyebabkan pasien lebih banyak terlentang, miring kanan dan kiri, terlentang
duduk masih dibantu dan tahan < 10 menit, berdiri belum kuat/mampu dan
perlu bantuan bila berjalan hanya kuat 3 meter, dalam memenuhi aktiivitas
sehari-hari sebagian masih dibantu atau ketergantungan pada orang lain seperti
BAB dan BAK, kebutuhan istirahat terpenuhi.
T = time
Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang
timbul, makin lama makin nyeri. Nyeri otot dan geringgingan dirasakan
apabila digerakkan.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat penyakit sebelumnya
Hal ini perlu ditanyakan kepada pasien apakah klien pernah menderita
Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik
(osteoporosis) karena penyakit tersebut dapat menyebabkan terjadinya
HNP. Perlu juga ditanyakan mengenai riwayat menstruasi, adneksitis
dupleks kronis, karena bisa menimbulkan nyeri punggung bawah
Selain itu perlu juga pasien ditanya apakah sebelumnya pernah jatuh,
terpeleset ataupun mengalami sesuatu yang berhubungan dengan tulang
belakangnya sehingga pasien merasa nyeri sepanjang kaki sampai
pinggang. Hal ini dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Hal yang perlu ditanyakan adalah kronologis kejadian yang
menyebabkan pasien mengalami HNP sampai akhirnya pasien
menghubungi tenaga kesehatan, selain itu perlu ditanyakan pula obat apa
yang sudah diminum pasien dan terapi apa yang dilakukan pasien untuk
mengurangi nyerinya.
c. Riwayat keluarga
Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah ada keluarga pasien yang
mengalami penyakit yang sama dengan pasien. Ataupun adakah keluarga
pasien yang mengalami penyakit tertentu yang ada hubungannya dengan
penyakit pasien, misalnya Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis).

4. Data Dasar Pengkajian Pasien


Data yang diperoleh/diakajitergantung pada tempat kejadiannya, beratnya,
apakah akut/kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan
banyaknya akar syaraf yang terkompresi
Aktivitas/istirahat
Gejala yang muncul antara lain membutuhka papan/matras yang keras saat
tidur, penurunan rentang gerak sendi dari ekstremitas pada satu bagian
tubuh, dan ditandai dengan atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena
Eliminasi
Gejala yang muncul adalah konstipasi dan mengalami kesulitan dalam
defekasi. Juga terdapat adanya inkontinensia atau retensi urine
Integritas ego
Gejalanya adalah ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas dan
ditandai dengan pasien tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
dan orang terdekat
Neurosensori
Gejalanya adalah kesemutan, kekakuan dan kelemahan pada tangan dan
kaki ditandai dengan penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot,
hipotonia, nyeri tekan, spasme otot paravertebralis dan penurunan persepsi
nyeri (sensori)
Nyeri/kenyemanan
Gejalanya adalah nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin
memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokkan badan,
mengangkat kaki dan fleksi pada leher. Nyeri menyebar ke kaki,
bokong/lumbal, bahu/lengan, dan kaku pada leher(servikal). Hal ini
ditandai dengan perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-
pincang, pinggang erangkat pada bagian tubuh yang terkena. Juga terdapat
nyeri pada saat dipalpasi
5. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
1. Pemeriksaan tanda-tanda vital, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
HNP menyebabkan perubahan pada TTV pasien. Perubahan pada nadi, suhu,
RR dan tekanan darah akan menyebabkan gangguan pada system tubuh.
Pemeriksaan kemudian dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut. Hal
ini untuk mengetahui apakah HNP telah mempengaruhi organ tersebut. Kaji
kemungkinan adanya perubahan neurologist pada organ tersebut untuk
mengetahui apakah organ tersebut masih berfungsi dengan baik/tidak.
2. Inspeksi
a. inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan
gerakkan untuk evaluasi neurogenik apakah saraf-saraf di bagian tersebut
masih berfungsi dengan baik/tidak.
b. Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama
begerak. Ini menunjukkan adanya kelainan muskuloskeletal yang
mengenai bagian tubuh tersebut. Hambatan yang terjadi dapat berupa
kekakuan ataupun nyeri.
c. Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak. Jika klien dapat
mengenakan pakaian dengan wajar ini berarti fungsi muskuloskeletal dan
persarafan pasien masih baik, begitu juga sebaliknya.
d. Kemungkinan adanya atropi, pembengkakan, perubahan warna kulit.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa HNP sudah menunjukkan tanda-
tanda perubahan morfologis pada tubuh pasien
3. palpasi dan perkusi
a. palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus
sehingga tidak membingungkan klien.
b. palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasanyeri. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagian tubuh manakah
yang memiliki nilai nyeri paling tinggi. Bagian tersebut merupakan daerah
dimana terjadi kelainan musculoskeletal dan persarafan akibat HNP
c. Ketika meraba kolumna vertebralis dicari kemungkinan adanya
deviasi ke lateral atau antero-posterior. Hal ini dikarenakan arah tersering
HNP adalah posterolateral karena akar saraf di daerah lumbal ke bawah
sewaktu keluar melalui foramen saraf
d. Palpasi dan perkusi perut, distensi perut, kandung kencing penuh.
Untuk mengatahui apakah HNP mempengaruhi fisiologis bagian tubuh
tersebut.
Neuorologik
1. Pemeriksaan motorik
a. Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu
jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi
dan ekstensi dengan menahan gerakan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah saraf perifer pasien masih baik ataukah sudah
mengalami penurunan fungsi sehubungan dengan adanya proses patologik
pada medulla spinalis yang mempersarafi bagian tubuh tersebut.
b. atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan
kanan-kiri. Salah satu tanda penurunan fungsi neurologist adalah
menurunnya kemampuan saraf perifer dalam melakasanakan tugasnya
untuk mempersarafi dan mengkoordinasi pergerakan otot, tulang dan
sendi. Jika HNP menyerang pada saraf salah satu ekstremitas maka akan
terjadi atropi otot pada maleolus atau kaput fibula yang dapat dilihat
langsung perbedaan anatr ekstremitas
2. Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga
dapat ditentukan pula radiks mana yang terganggu.
3. pemeriksaan refleks
a. refleks lutut/patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai
menjuntai). Pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
b. Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring, lutut posisi fleksi,
tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan
dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada
HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
4. Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan
derajat nyeri, functio laesa, atau untuk memeriksa ada/tidaknya
penyebaran nyeri. Selain itu dengan ROM dapat diketahui kekuatan otot
dan persendian pasien apakah masih baik/buruk

b. Pemeriksaan penunjang
Foto rontgen yang digunakan untuk memperlihatkan adanya
perubahan degeneratif pada tulang belakan/ruang invertebratalis dan dapat
digunakan untuk mengesampingkan kecurigaan patologis lain seperti
tumor atau osteomielitis
Elektroneuromiografi (ENMG) untuk menegetahui radiks mana yang
terkena / melihat adanya polineuropati. Pemeriksaan ini dapat melokolisasi
lesi pada tingkat akar saraf spinal utama yang terkena
Mielogram menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik
Venogram epidural dilakukan pada kasus dimana keqakuratan dari
mielogram terbatas
Lumbal pungsi digunakan untuk mengesampingkan kondisi yang
berhubungan, infeksi atau adanya darah
CT scan dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil dan adanya
rupture discus intervertebratalis
MRI dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan
lunak yang dapat memperkuat bukti adanya discus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan
kerusakan neuromuskulus
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) b.d kurangnya aktifitas (immobilisasi)
4. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

C. RENCANA KEPERAWATAN
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan
intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah
untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien.
Tahapan perencanaan keperawatan klien adalah penentuan prioritas diagnosa
keperawatan,penetuan tujuan, penetapan kriteria hasil dan menntukan intervensi
keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :
1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
lokasi nyeri minimal
keparahan nyeri berskala 0
Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
Intervensi :
1. Membantu klien untuk menentukan batas nyeri dengan skala 1-10. rasional
dari tindakan ini adalah pengetahuan terhadap skala nyeri untuk dapat
melakukan tindakan sesuai dengan intensitas nyeri.
2. Mengajarkan tehnik untuk menurunkan ambang nyeri seperti mengajarkan
metode relaksasi, mengatur pernapasan, dan menggunakan obat analgetika.
Rasionalnya adalah tehnik relaksasi, dan mengatur pernapasan dapat
menurunkan ambang rasa nyeri. Sedangkan obat dapat menghambat reseptor
nyeri yang ada di otak
3. Mengkaji tanda vital pasien. Rasionalnya adalah perubahan tanda vital dapat
digunakan sebagai indikator adanya perubahan intensitas nyeri.
4. Membatasi pergerakan klien. Rasionalnya adalah untuk mencegah kerusakan
lebih lanjut pada syaraf tulang belakang dan mengurangi nyeri
5. Mengalasi tempat tidur klien dengan alas yang keras (tripleks). Rasionalnya
adalah untuk menjaga posisi tulang punggung tidak berubah.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan
neuromuskulus
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil :
Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertabahnya kekuatan otot
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam. Rasionalnya adalah untuk menurunkan resiko
terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah
yang tertekan
2. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak
sakit. Rasionalnya adalah gerakan aktif memberikan massa, tonus dan
kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
3. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit rasionalnya adalah otot
volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakkan
4. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) b.d kurangnya aktifitas (immobilisasi)
Tujuan :
Klien tidak mengalami konstipasi
Kriteria hasil
Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan
obat
Konsistensifses lunak
Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
Intervensi :
1. Auskultasi bising usus, catat lokasi dan karakteristik. Rasionalnya adalah
bising usus menandakan usus berfungsi normal.
2. Observasi distensi abdomen bila bising usus menurun atau tidak ada.
Rasionalnya adalah peristaltik menghilang pada distensi abdomen atau
meningkat bila terjadi gangguan usus.
3. Catat frekwensi, karakteristik dan banyaknya tinja. Rasionalnya adalah
mengidentifikasi derajat gangguan dan tingkat perbaikan konstipasi.
4. Anjurkan untuk makan tinggi serat, banyak minum dan makan buah-
buahan. Rasionalnya adalah makanan tinggi serat menjadikan tinja lunak,
banyak minum mengurangi penyerapan pada tinja
5. Pemberian laksatif supositoria. Rasionalnya adalah merangsang peristaltik
sehingga memudahkan pengeluaran tinja.
5. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi
1. Kaji tingkat cemas klien, bagaimana klien memecahkan masalah dan
koping apa yang digunakan. Rasionalnya adalah mengidentifikasi
kekuatan dan keterampilan klien dalam memecahkan masalah.
2. Berikan informasi akurat dan jawab setiap pertanyaan klien.
Rasionalnya adalah memberi kesempatan klien untuk mengambil
keputusan sesuai dengan pengetahuannya.
3. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan
perasaannya. Rasionalnya adalah hal tersebut dapat diberikan pada
klien agar dapat mengungkapkan perasaannya untuk meningkatkan
koping sesuai dengan
4. Evaluasi status psikologis dan tanda vital. Rasionalnya adalah untuk
menilai sejauh mana perkembangan dari intervensi yang diberikan.
BAB IV
PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN Ny. R DENGAN GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
DI RUANG BEDAH SYARAF RS. SOETOMO SURABAYA

1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Ny. R
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Status : Ibu rumah tangga
Alamat : lamongan
MRS : 12-03-2016
DM : Post Op Laminectomy dengan DM HNP
b. Keluhan utama
Nyeri otot. Nyeri desebabkan oleh spasme otot-otot disekitar Nukleus Pulposus yang
menonjol. Spasme tersebut menyebabkan penekanan pada saraf, neuron saraf menjadi terjepit
lalu timbul reaksi zat kimia/bioaktif (serotonin , bradikinin dan prostaglandin). Zat-zat
tersebut merupakan reseptor nyeri sehingga timbul rasa nyeri.
1. Paliatif, Nyeri otot, geringgingan
2. Kualitatif dan kuantitatif, nyeri otot
3. Region, nyeri dirasakan pada paha, dan bertambah nyeri bila digerakkan atau diangkat
sampai menjalar ke pinggang kiri.
4. Severity, kondisi seperti ini menyebabkan lebih banyak terlentang, miring kanan dan kiri,
terlentang duduk masi dibantu dan tahan < 10 menit, berdiri belum kuat/mampu dan perlu
bantuan bila berjalan hanya kuat 3 meter, dalam memenuhi aktiivitas sehari-hari sebagian
masih dibantu atau ketergantungan pada orang lain seperti BAB dan BAK, kebutuhan
istirahat terpenuhi.
5. Time, Nyeri otot dan gringgingan dirasakan apabila digerakkan.
c. Riwayat keperawatan :
1. Riwayat penyakit sebelumnya
 Tahun 2005 pernah jatuh karena terpeleset dan tidak bisa bergerak seperti yang
dirasakan saat ini tetapi tidak perlu dioperasi karena bisa disembuhkan dengan
perawatan dan istirahat, mendapat perawatan di ruang syaraf RS. Soetomo surabaya.
 Tahun 2008 dengan penyebab dan sakit yang sama, sembuh tanpa operasi dan
menjalani perawatan di ruang syaraf RS. Soetomo surabaya.
 Tahun 2016 sakitnya yang sekarang ini
2. Riwayat penyakit sekarang
 Tanggal 18 -02-2016 jatuh dari tangga tidak bisa bergerak dan nyeri sepanjang kaki kiri
sampai pinggang.
 Tanggal 6 Maret 2016, telah dilakukan operasi untuk diperbaiki kelainan sarafnya yang
terjepit di RS soetomo surabaya.
 Sekarang masih terasa nyeri pada otot paha dan bertambah bila dibuat gerak sampai
menjalar ke pinggang kiri.
3. Riwayat keluarga
 Tidak ada riwayat keluarganya yang menderita penyakit seperti yang diderita klien.
d. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana terhadap sehat
Klien masih merasakan kecemasan terhadap kondisi penyakitnya dan proses penyembuhan ,
perkembangannya yang sudah dicapai, hanya mengikuti apa yang diperlukan (tindakan dan
pengobatan)
2. Personal hygiene klien cukup rapi, rambut disisir
Diri klien merasa bahwa sudah lama dirawat, tentunya kangen dengan kondisi rumahnya,
tetapi tetap sabar dan merasa dirinya tergantungan tidak bisa berbuat banyak dalam
memenuhi kebutuhan diri sendiri.
3. Pola nutrisi dan metabolisme
Makan NS , lauk, sayur kacang hijau (NS TKTP). Klien tidak ada pantangan dalam
makanannnya.
4. Pola aktivitas
Selama ini setelah dioperasi , tidur terlentang, miring kanan dan kiri, jarang duduk karena
masih terasa sakit/nyeri pada bekas operasi otot paha dan pinggang apalagi dibuat gerak.
Untuk berdiri masih dibantu dan jalan hanya bisa dengan jarak 3 meter itu masih perlu
dituntun. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibantu.
5. Pola eliminasi
BAK spontan , warna kuning bening, frekuensi 3-4 kali/hari, setiap kali kencing kurang lebih
½-1 gelas perhari.
6. Pola istirahat/tidur
Tidur tidak tentu waktunya, pokoknya merasa lelah, dengan sendirinya tertidur, dengan
sakitnya kadang masih terasa terganggu.
7. Pola sensoris dan kognitif
Tingkat pengetahuan klien dan pendidikan baik dan menunjang proses pembelajaran,
konsentrasi baik.
8. Pola hubungan dan peran
Status klien dalam keluarga sebagai ibu rumah tangga dengan 4 anaknya dan suami. Pola
komunikasi , menggunakan bahasa jawa,dan indonesia, Interaksi, lacar, komonikatif
(kooperatif),terbuka, dukungan keluarga (untuk perawatan dan pengobatan memenuhi.
Perilaku, terkontrol, sabar, kesadaran baik
9. Reproduksi dan seksual
Klien termasuk menopause dengan umur 65 tahun, KB (-), Haid teratur dengan sikulus 30
hari.
10. Penganggulangan stress
Dalam mengatasi masalahnya yan berhubungan dnegan kesehatan dialkukan dengan cara
terbuka dan musyarah mufakat bersama suaminya dan anak-anaknya.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien selalu berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaannya serta bertawakkal dengan
harapan tetap dalam lindungannya dan diberi ketabahan dan kesembuhan sehingga dapat
mandiri dan bisa beibadat seperti sebelumnya.
e. Observasi dan pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Status gizi cukup, kesadaran composmentis, GCS 456, tidur terlentang dengan kepala
ditinggikan 2 bantal. Hal ini bertujuan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien serta
meningkatkan kemampuan ekspansi dada agar dapat bernapas dengan lega.
Antopometri : TB : 160cm BB : 56Kg
Tanda-tanda vital : T = 120/70 mmHg, N = 88 x/mnt, S = 37 oC, RR = 20 x/mnt

2. Review of system
a. Sistem pernafasan
Pernafasan spontan, Vesikuler, bentuk dada simetris, Retraksi -/-, Rh -/-, Wh -/-, RR 20
kali/menit, reguler.
b. System vaskuler
Tensi 120/70 mmHg, Nadi 88 kali/menit, suhu akral hangat, S1S2 tunggal normal, nyeri dada
(-)
c. System persyarafan
Kesadaran composmentis, orientasi baik, GCS E4V5M6
1. Kepala dan leher
a. Sklera putih, tidak anemis
b. konjungtiva tidak pucat
c. Pupil isokor
d. Leher kaku kuduk (-), tidak ada pembesaran getah bening
2. Persepsi sensorik
a. Pendengaran
Dalam batas normal
b. Penciuman
Pilek (-), epitaksis (-)
c. Pengecapan
cita rasa (+) , sulit menelan (-)
d. Penglihatan
Dalam batas normal
e. Perabaan
Dapat merasakan perbedaan stimulasi terhadap panas, dingin dan tekan, kaki dan
tangan terasa geringgingan
f. Sistem perkemihan
BAK lancar spontan produksi urine 3-4 kali. ½-1 gelas setiap kali kencing warna
kuning bening
g. Sistem pencernaan
BU (+) Normal, dapat mengunyah dan menelan, BAB 2 hari sekali liat, kuning
h. Sistem muskoloskletal dan integument
Kemampuan pergerakan sendi bebas, kekuatan otot ekstremitas atas (5/5) extremitas bawah
5/5, kulit (turgor baik), akral (hangat) , terasa nyeri pada otot paha, bertambah bil adegerakan
dan nyerinya menjalar pada pinggang kirinya.
i. System endokrin
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia ( tahun)
j. Sistem reproduksi
perempuan (tidak kelainan pada genetelatia eksternenya)
k. Sistem hematopoetik
Limfadenopati (-)
3. Pemeriksaan penunjang
1. laboratorium
Yang Diperiksa 18-2-2002 Normal
Hb 15 gr/dl 12-15,4 gr/dl
LED 40 mm/jam
Leukosit 17.200 x 10 9/L 4rb-10rb u/mm3
Diff count -/-/-/90/10/-
Ht 48 % F: 38-46%
Tromb. 215 x 109/L 150rb-400rb u/mm3
GDP 114 mg/dl 70-110 mg/dL
GDPP -
Cholesterol 147 mg/dl 120-220 mg/dL
Kreatinin 1,03 mg/dl 0.6-1.2 mg/dL
BUN 15,7 mg/dl 7-18 mg/dL
Bil total 0,83 mg/dl 0.2-1.0 mg/dL
Bil indireck 0,12 mg/dl 0,2-0,7 mg/dL
SGOT 23,2, 5-35 u/ml
SGPT 13,5 10-40 U/L
Protein 2,91 6-8 g/dL
Alb 3,33 3.8-5.0 g/dL
As. Urat 3,34 mg/dL M:3.5-7.2, F:2.6-6.0
Na 39 101-111 mEq/L
K 3,7 3.5-5 mEq/L
PTT 11,2
APTT 38,8
FH N

2. Radiologi

Hasil tampak adanya HNP pada lumbal 5- Sakrum 1

3. Konsul cardiologi

RBBB incomplete

Merupakan gangguan pada impuls listrik jantung yang biasa merupakan varian
normal. Tetapi bisa juga merupakan petanda kelainan jantung kanan, terutama bila
berubah menjadi RBBB complete.
4. Analisa data
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH
12- Data Subyejtif Post op. Laminectomy Nyeri
03- Klien mengatakan setalah
2016 operasi dirasakan lebih nyaman Diskontinuitas jaringan bekas op
dan tidak sakit seperti sebelum
operasi Peradangan
Klien mengatakan rasa nyeri
masih dirasakan pada otot paha, Gangguan sirkulasi/penekanan pada
dan terasa lebih sakit bila saraf tempat operasi/cedera
dilakukan gerakan (miring
kanan, kaki diangkat) bahkan Reaksi zat kimia/bioaktif (serotonin,
menjalar ke pinggang kirinya. bradikinin, prostaglandin)
Klien mengatakan dengan duduk
masih bisa dengan bantuan tapi Reseptor spesifik (potensial aksi)
tidak tahan sampai 10 menit
Data Obyektif Nyeri
Klien tampak menyeringai bila
dilakukan pemeriksaan kaki
kirinya dengan diangkat dengan
ketinggian 45 o
Kemampuan pergerakan sendi
bebas, kekuatan otot ekstremitas
atas (5/5) extremitas bawah 5/5,
kulit (turgor baik), akral (hangat)
, terasa nyeri pada otot paha,
bertambah bila digerakan dan
nyerinya menjalar pada
pinggang kirinya.
Pemeriksaan fisik :
Refleks fisiologis :
Ekstremitas atas +2/+2
Ekstremitas bawah +2/+2
Refleks patologis (-)
Data Subyejtif Hernia lumbosacralis Gangguan
1. Selama ini setelah dioperasi , mobilitas fisik
tidur terlentang, miring kanan Nucleus menonjol keluar analus
dan kiri, jarang duduk karena
masih terasa sakit/nyeri pada Bentuk melintang sebagai potongan
bekas operasi otot paha dan bebas pada canalis vertebralis
pinggang apalagi untuk
bergerak. Mencederai corda spinalis pars- lumbo
2. Untuk berdiri masih dibantu sacralis
dan jalan hanya bisa dengan
jarak 3 meter itu masih perlu
Mencederai cords spinalis (kauda
dituntun. Untuk memenuhi
equina). Sindrom kauda equina
kebutuhan sehari-hari dibantu.

Kerusakan neuron motorik bawah


Data Obyektif
1 Klien sedang dalam posisi
Kelemahan otot ekstremitas bawah
berbaring dengan kepala
lumpuh
ditinggikan 45 o,
2. Pada waktu sendiri dengan
gangguan mobilitas fisik
posisi tidur dengan nasi
ditempatkan pada kursi sambil
makan. (Pasca operasi
laminectomy hari ke 6)

5. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontinuitas jaringan sekunder
terhadap operasi laminectomy, sindroma sisa.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuron motorik bawah akibat
cedera korda spinalis.
B. Asuhan Keperawatan
TG D TUJUAN/KRITE INTERVEN RASION JA IMPLEMENT
L X RIA SI AL M ASI
12- 1 Nyeri berkurang 1. Identifikasi 1. 07.0 Melakukan
02- atau rasa nyaman klien dalam Pengetahu 0 perkenalan dan
200 terpenuhi setelah 7 membantu an yang kontrak dengan
2 hari paska operasi menghilangk mendalam klien dan
Kriteria : an rasa tentang keluarga dalam
- Klien mengatakan nyerinya nyeri dan 08.0 membantu
tidak terasa nyeri. 2. Berikan kefektifan 0 perawatan dan
- lokasi nyeri informasi tindakan permasalah yang
minimal tentang penghilang dapat
- keparahan nyeri penyebab an nyeri. dipecahkan
berskala 0 dan cara 2. Informasi bersama.
- Indikator nyeri mengatasiny mengurang Mengidentifikasi
verbal dan noverbal a i ansietas 09.0 tingkat nyeri
(tidak menyeringai) 3. Tindakan yang 0 yang dirasakan
penghilangan berhubung klien (lokasi,
rasa nyeri an dengan sifat, frekuensi,
noninvasif sesuatu lama dan cara
dan yang 10.0 penanganan yan
nonfarmakol diperkiraka 0 telah dilakukan
ogis (posisi, n. klien)
balutan (24- 3. Tindakan Mengobservasi
48 jam), ini TTV 120/80,
distraksi dan memungki 12.0 nadi 88 x/mnt
relaksasi nkan klien 0 Melakukan
4. Terapi untuk perawatan luka
- clabozam mendapatk 13.0 seapseptik dan
2 x 10 mg an rasa 0 antiseptik
- Injeksi kontrol Mengatur posisi
Novalgin 3 x terhadap sehingga klien
1 ampul nyeri. merasa lebih
4. Terapi 14.0 enak dan
farmakolo 0 nyaman
gi Menginjeksi
diperlukan novalgin 1
untuk ampul IV
memberika Mengklarifikasi
n peredam kepada klien
nyeri. tentang obat
minum clabosam
10 mg sudah
diminumkan.
Memonitor
perkembangan
tingkat nyeri
Mengajarakan
klien latihan
relaksasi dengan
nafas dalam dan
panjang
berulang-ulang
5-6 kali dengan
frekeunsi 3
kali/hari
Mengobservasi
tanda-tanda vital
(tensi 120/70
mmHg, nadi 88
x/mnt)
Memonitor
keadaan klien
(klien sedang
istirahat.
TG D TUJUAN/KRITE INTERVEN RASIONA JA IMPLEMENT
L X RIA SI L M ASI
12- 2 Setelah diberi Mandiri : 07.0 Mengobservasi
02- asuhan keperawatan
1. Kaji 1. 0 TTV 120/80,
200 diharapkan : kembali Mengidentif nadi 88 x/mnt.
2 1. Pasien dapat kemampuan ikasi
melakukan aktivitas dan keadaan masalah 08.0 Mengajarakan
kembali secara utama 0 klien latihan
2. Dapat fungsional terjadinya ROM ringan
mempertahankan pada gangguan secara bertahap
gerakan sendi kerusakan mobilitas dengan gerakan
secara maksimal yang terjadi. fisik. 10.0 sederhana.
3. Kekuatan otot 2. Monitor 2. 0
pasien maksimal fungsi Menentuka Menginjeksi
4. Integritas kulit motorik dan n novalgin 1
utuh. sensorik kemampuan ampul IV
setiap hari mobilisasi Mengklarifikasi
3. Ajarkan 3. 13.0 kepada klien
dan dukung Mencegah 0 tentang obat
pasien dalam terjadinya minum
latihan ROM kontraktur. clabosam 10 mg
secara aktif 4. Penekanan sudah
atau pasif terus- diminumkan.
untuk menerus
mempertaha menimbulk Mengobservasi
nkan atau an tanda-tanda vital
meningkatka dekubitus. (tensi 120/70
n kekuatan 5. Mencegah mmHg, nadi 88
dan secara dini x/mnt)
ketahanan dekubitus. Memonitor
otot. 6. keadaan klien
4. Ajarkan dan Meningkatk (klien sedang
bantu pasien an sirkulasi istirahat
dalam proses dan
perpindahan elastisitas
atau posisi kulit dan
setiap 2 jam menurunka
sekali. n dekubitus.
5. Observasi 7. Kolaborasi
keadaan penanganan
kulit physiothera
6. Berikan py.
perawatan
kulit dengan
cermat
seperti
massage dan
memberi
pelembab
ganti linen
atau pakaian
yang basah.
7. Ajarkan
pasien
tentang dan
pantau
pengguanaan
alat bantu
mobilitas.
Kolaborasi :
1.
Koordinasik
an aktivitas
dengan ahli
physioterapi.
C. Evaluasi
TGL DX/JAM EVALUASI
12-02- Dx 1 S
2002 Jam Klien mengatakan tidak terasa nyeri., lokasi nyeri pada oto
12.00 paha dan menjalar ke pinggang kiri bila digerakkkan,
kebuthan isitrahat terpenuhi
O
keparahan nyeri berskala 2
Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
Ketika klien dilakukna manipulasi pad akaki kirinya
nampak nyeri dan menyeringai
A
Masalah teratasi sebagian
P
Lanjutkan intervensi
Dx 2 S
Jam Klien mengatakan dapat berpindah tempat dan mulai
12.00 berjalan-jalan walaupun hnya ke kamar mandi.
O
tonus otot ekstremitas bawah 5
A
Masalah teratasi sebagian
P
Lanjutkan
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah


bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan
dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus
pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga
langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)

B. SARAN
1. Mahasiswa
 Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan
yang cemerlang.
 Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskletal
(HNP).
2. Akademik
 Bimbinglah mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan
keperawatan yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada
University Press, 1993
Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.
Harsono, 2000, Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, 1996.
Price, Sylvia Anderson . 2003 . Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta :
EGC
Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.
Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3,
Jakarta : EGC, 2002
Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.
Wilkinson, Judith M . 2002 . Buku Saku Diagnosis Keperawatan . Jakarta ; EGC

Anda mungkin juga menyukai