Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS

“Hernia Nucleus Pulposus Lumbal”

Pembimbing :

dr. Hening Tri Utami, Sp. N

Disusun oleh :
Heru Tri Julianto
20409021026

KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF


RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WAHID HASYIM
PERIODE 22 Februari – 21 Maret 2021
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hernia nukleus pulposus (HNP) adalah terjadinya penonjolan dari


nukleus pulposus melalui serabut annulus diskus intervertebralis. Diskus
intervertebralis merupakan salah satu komponen penting dari struktur yang
menanggung beban pada kolumna spinalis. Diskus intervertebralis terdiri
dari nucleus pulposus yang lunak, dan dikelilingi oleh fibrokartilago yang
kuat yaitu annulus fibrosus. Komponen structural dari diskus membuatnya
mampu menyerap guncangan dan berubah bentuk selama terdapat gerakan.
Adanya disfungsi dapat menyebabkan nucleus pulposus tergencet keluar
dan terherniasi menembus annulus fibrosus, sebuah kondisi yang disebut
sebagai diskus yang terherniasi, ruptur atau tergelincir (slipped).1,2
2.2 Epidemiologi
Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang
paling sering adalah usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering
dijumpai pada tingkat L4-L5.1
HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah
yang penting dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama.
Insiden HNP di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang
lebih 60-80% individu pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya.
Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di
Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37% insidens
tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri
punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita dan
menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita akan mencari
pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap untuk evaluasi
lebih lanjut.1
2.3 Etiologi
HNP dapat terjadi karena trauma, efek penuaan, atau gangguan
degeneratif pada diskus intervertebralis. Pada sekitar setengah dari pasien

1
HNP, suatu bentuk trauma menyebabkan nyeri punggung. Faktor risiko
HNP termasuk merokok, latihan beban, dan pekerjaan yang berhubungan
dengan aktivitas yang membutuhkan banyak kejadian angkat berat. Gaya
hidup menetap, sering mengemudi, dan batuk kronis sering dianggap
sebagai faktor risiko. Seseorang yang pekerjaannya membutuhkan lebih
dari 50% waktunya untuk berada di dalam kendaraan (seperti pengemudi)
memiliki risiko HNP yang lebih tinggi.1
2.4 Patofisiologi
Diskus intervertebralis dapat mengalami disfungsi karena trauma,
efek penuaan, atau gangguan degeneratif. Trauma terjadi akibat aktivitas
seperti mengangkat beban dalam posisi tertekuk, terpeleset, jatuh di bokong
atau punggung. Akibat proses penuaan, bagian tengah diskus mengering
dan kehilangan banyak elastisitasnya dan menyebabkannya robek. Proses
degeneratif seperti osteoartritis atau spondilitis merupakan predisposisi
malalignment dari kolumna vertebral.
Daerah servikal dan lumbal adalah daerah vertebra yang paling
fleksibel dan paling sering terlibat dalam herniasi diskus. Biasanya, herniasi
terjadi di bagian bawah vertebra lumbal, di mana massa yang ditopang dan
pembengkokan kolumna vertebral paling besar. Kebanyakan herniasi
lumbal terjadi di daerah L4 atau L5 sampai S1.
Penonjolan nukleus pulposus biasanya terjadi di posterior dan menuju
foramen intervertebralis dan di dalamnya terdapat akar saraf vertebra.
Penonjolan nucleus pulposus kemudian dapat berkembang menjadi
protrusio, ekstrusio hingga sequestrasi. Tingkat di mana hernia terjadi
adalah penting. Ketika cedera terjadi di area lumbal, hanya serabut saraf
dari cauda equina yang terlibat. Karena cauda equina ini mengandung
tabung endoneurial jaringan ikat, kemungkinan terjadi regenerasi serabut
saraf. Namun, beberapa minggu atau bulan diperlukan untuk pemulihan
penuh terjadi karena jarak ke otot yang dipersarafi atau kulit tungkai
bawah.3

2.5 Manifestasi Klinis

2
Gejala Tanda dan gejala hernia diskus terlokalisasi di area tubuh yang
diinervasi oleh akar saraf dan mencakup manifestasi motorik dan sensorik.
Nyeri adalah gejala pertama dan paling umum dari hernia diskus. Akar
saraf L4, L5, S1, S2, dan S3 menimbulkan sindrom nyeri punggung yang
menyebar ke bagian belakang tungkai dan di atas telapak kaki. Rasa sakit
biasanya meningkat dengan batuk, bersin, mengejan, membungkuk, berdiri,
dan gerakan menggelegar yang terjadi 5 saat berjalan atau berkuda.
Kelemahan motorik ringan dapat terjadi, meskipun kelemahan utama jarang
terjadi. Defisit sensorik yang paling umum dari kompresi akar saraf tulang
belakang adalah parestesia dan mati rasa, terutama pada tungkai dan kaki.3
2.6 Penegakan diagnosis
Anamnesis
Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya.
Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya; lokasi
nyeri; kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang
memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan meringankan nyeri. Selain
nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma.4
Pemeriksaan fisik
1. Tes straight leg raise
Pasien tidur dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan
panggul secara pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal. Tes
ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus,
menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar.4
2. Tes contralateral (crossed) straight leg raise
Caranya sama dengan percobaan laseque, tetapi disini secara otomatis
timbul pula rasa nyeri ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini menunjukkan
bahwa radiks yang kontralateral juga turut tersangkut.4
Pemeriksaan penunjang
1. X Ray
X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara
akurat. Nucleus pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat
mengkonfirmasikan herniasi diskus maupun jebakan akar saraf. Namun,

3
X-Ray dapat memperlihatkan kelainan pada diskus dengan gambaran
penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra.4
2. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan adalah studi pilihan untuk memvisualisasikan
struktur tulang di vertebra dan dapat juga menunjukkan hernia diskus
terkalsifikasi. Pemeriksaan ini kurang dapat diakses di fasilitas kesehatan
dibandingkan dengan sinar-x.4
3. MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah pemeriksaan yang
sensitif untuk memvisualisasikan hernia diskus. Temuan MRI akan
membantu melihat struktur columna vertebra dengan jelas dan
mengidentifikasi letak herniasi.4

2.7 Tatalaksana
Terapi Umum Perawatan Konservatif: Radikulopati lumbar akibat hernia
diskus dapat ditangani dengan perawatan non-farmakologi seperti bed rest dan
fisioterapi. NSAID dan terapi fisik adalah modalitas pengobatan lini pertama.
Terapi fisik tidak dianjurkan pada permulaan gejala. Sebagian besar kasus herniasi
diskus sembuh dalam beberapa minggu setelah timbulnya gejala, oleh karena itu
tidak dianjurkan untuk memulai terapi fisik sampai gejala-gejala telah berlangsung
setidaknya selama tiga minggu. Ini adalah modalitas yang sangat baik untuk
mengelola nyeri yang menyebabkan disabilitas. Pasien yang gagal dalam
pengobatan konservatif atau pasien
GAMBAR dengan
1. Gambaran MRIdefisit neurologis
pada kasus HNP memerlukan

4
konsultasi bedah yang tepat waktu. Pilihan terapi lainnya bisa berupa penggunaan
obat pelemas otot atau kortikosteroid oral.
Perawatan bedah adalah pilihan terakhir. Prosedur pembedahan untuk hernia
diskus termasuk laminektomi dengan disektomi tergantung pada area lumbal.
Pasien juga dapat dikontrol dengan penggantian cakram buatan. Prosedur bedah
alternatif lain untuk tulang belakang lumbal termasuk pendekatan lateral atau
anterior yang membutuhkan disektomi dan fusi lengkap. 4,5
2.8 Prognosis
Penelitian bervariasi pada hasil prognosis diskus hernia. Tetapi mayoritas
kasus menanggapi manajemen konservatif. Satu penelitian menunjukkan bahwa
30% pasien mengeluhkan sakit punggung dalam satu tahun. Juga harus
disebutkan bahwa banyak kasus herniasi diskus tidak bergejala dan ditemukan
secara tidak sengaja pada pencitraan lanjutan. Dari kasus gejala, 90% di
antaranya sembuh dalam enam minggu setelah cedera. Pembedahan dapat
menyebabkan pemulihan yang lebih cepat pada diskus hernia yang bergejala,
tetapi hasilnya juga serupa dengan penatalaksanaan konservatif pada satu tahun
pasca operasi.4
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang berhubungan dengan herniasi nukleus pulposus dapat
terjadi akibat efek kompresi saraf pada kasus yang parah yang mengakibatkan
defisit motorik. Komplikasi ini relatif jarang tetapi harus dipertimbangkan dan
ditangani dengan benar untuk menghindari defisit neurologis permanen. 2
Walau jarang, HNP dapat menekan cauda equina yang terletak di
punggung bawah dan mengakibatkan komplikasi yang serius seperti
disfungsi kontrol berkemih atau buang air besar, menurunnya kemampuan
beraktivitas, dan saddle anesthesia. Sindrom cauda equina adalah
komplikasi lain yang diakibatkan oleh kompresi saraf lumbosacral. Kondisi
ini merupakan keadaan yang jarang terjadi (kurang dari 1%). Namun, ini
dianggap sebagai indikasi mutlak untuk resolusi bedah akut, dan
dekompresi dini dikaitkan dengan perbaikan gejala.2,3

2.10 Kesimpulan

5
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah kondisi keluarnya nukleus
pulposus dari diskus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke
dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan
radix spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri di punggung. Pasien
dengan HNP akan datang dengan gejala klinis seperti nyeri punggung
bawah yang menjalar, spasme otot, kelemahan otot, dan pengurangan
mobilitas dan aktivitas. Pemeriksaan fisik neurologis seperti tes Laseque
dan tes Patrick, serta pemeriksaan radiologi seperti magnetic resonance
imaging  (MRI) dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Penatalaksanaan
HNP dilakukan menggunakan terapi konservatif berupa terapi simptomatik
dan fisioterapi. Pada keadaan tertentu, diperlukan tindakan operatif seperti
laminektomi atau disektomi.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikhsanawati A. Herniated Nucleus Pulposus in Dr. Hasan Sadikin General


Hospital Bandung Indonesia. Althea Medical Journal. 2015;2(2)
2. De Cicco FL, Camino Willhuber GO. Nucleus Pulposus Herniation. [Updated
2020 Aug 10]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2020
3. Liu C, Huang CC, Hsu CC, Lin HJ. Higher risk for cervical herniated
intervertebral disc in physicians; a retrospective nationwide population-based
cohort study with claims analysis. Medicine (Baltimore). 2016; 95941: e5055
4. Grossman S.C., Porth C.M. Porth’s Pathophysiology Concepts Of Altered
Health States Ninth Edition. Wolters Kluwer Health. 2014;(9)466-9
5. Dydyk AM, Ngnitewe Massa R, Mesfin FB. Disc Herniation. [Updated 2020
Aug 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2020

Anda mungkin juga menyukai