BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Bagi perawat
Menambah wawasan kesehatan dan agar lebih mengetahui tentang Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Neurobehaviour (HNP).
b. Bagi masyarakat
Memberikan Penjelasan, pengetahuan, dan penyuluhan tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Neurobehaviour (HNP) dan
intervensi apa saja yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami definisi dari hernia nukleus pulposus
b. Untuk memahami anatomi dan fisiologi
c. Untuk memahami etiologi
d. Untuk memahami patofisiologi
e. Untuk memahami manifestasi klinis
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk
sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus
disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner
& Suddarth, 2002).
HNP adalah keadaan nukleus pulposus keluar melalui anulus fibrosus
untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosus yang
sobek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologis di
kolumna vertebralis pada diskus intervetebralis/diskogenik. (Arif Muttaqin, 2011)
Hernia diskus (cakram) intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama
nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh). Herniasi dapat
parsial atau komplet, dari massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1 atau
C5-C6, C6-C7 adalah yang paling banyak terjadi dan mungkin sebagai dampak
trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan.
(Doenges, dkk, 2000).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hernia nukleus
pulposus (HNP) adalah rupturnya nukleus pulposus yang disebabkan oleh trauma
atau perubahan degeneratif terkait dengan proses penuaan yang mengakibatkan
nyeri hebat pada punggung bawah dan dapat bersifat kronik ataupun dapat
kambuh.
4
5
2.3 ETIOLOGI
HNP terjadi karena proses degeneratif diskus intervetebralis. Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya HNP adalah sebagai berikut :
1. Riwayat trauma
2. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk, mengemudi
dalam waktu lama.
3. Sering membungkuk.
4. Posisi tubuh saat berjalan.
5. Proses degeneratif (usia 30-50 tahun).
6. Struktur tulang belakang.
7. Kelemahan otot-otot perut, tulang belakang.
(Arif Muttaqin, 2011)
2.4 KLASIFIKASI
HNP terbagi atas :
1. HNP sentral akan menunjukan paraparesis flasid, parestesia, dan retansi
urine.
7
2. HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak
pada punggung bawah, ditengah-tengah area bokong dan betis, belakang
tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan
reflex achiler negatif. Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan
didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah
bagian lateral dan di dorsum perdis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki
berkurang dan reflek patella negatif. Sensibilitas dermatom yang sesuai
dengan radiks yang terkena menurun. (Arif Muttaqin, 2011)
2.6 PATOFISIOLOGI
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial.
Karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan
timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, resiko HNP hanya menunggu
waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti
8
sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda laseque
positif). (Arif Muttaqin, 2011)
2. Terapi operatif
Terapi operatif dilakukan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata , kambuh berulang, atau terjadi defisit
neurologis.
3. Rehabilitasi
a. Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula.
b. Agar tidak menggantungkan diri dengan orang lain dalam melakukan
kegitan sehari-hari (the activity of daily living).
c. Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kemih,
dan sebagainya.
(Arif Muttaqin, 2011)
2.9 KOMPLIKASI
1. Kelemahan dan atropi otot
2. Trauma serabut saraf dan jaringan lain
3. Kehilangan kontrol otot sphinter
4. Paralis / ketidakmampuan pergerakan
5. Perdarahan
6. Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal.
(Arif Muttaqin, 2011)
2.11 WOC
Trauma dan stres fisik
Rupture diskus
HNP
Ketidakmampuan (Cedera)
Resiko kerusakan prawatan diri
integritas kulit (ADL)
Koping Individu
idak Efektif
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN HNP
3.1 Pengkajian
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan system
persarafan sehubungan dengan HNP bergantung pada bentuk, lokasi, jenis
injuri, dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian
keperawatan HNP meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnosis, dan pengkajian psikososial. (Arif Muttaqin, 2011)
a. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama,suku bangsa, tanggal, dan jam masuk rumah
sakit, nomor registrasi, diagnosis medis. HNP terjadi pada umur
pertengahan, kebnyakan pada jenis kelamin pria dan pekerja atau aktifitas
berat ( mengangkat benda berat atau mendorong benda berat).
Keluhan utama yang sering alas an klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah.
P : Adanya riwayat trauma ( mengangkat atau mendorong benda berat).
Q : Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti di sayat, mendenyut,
seperti kena api, nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran
nyeri. Apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (refered pain).
Nyeri bersifat menetap, atau hilang timbul,semakin lama semakin nyeri.
Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor pencetus seperti gerakan-
gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk untuk
jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila diibuat istirahat
berbaring. Sifat nyeri khas posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari
pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke
tungkai bawah. Nyeri bertambah bila ditekan 2 -1(Garis antara dua
Kristal iliaka).
R : Letak atau lokasi nyeri, minta klien menunjukkan nyeri dengan
setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
14
15
b. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu
dilakukan untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya, perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, dan
respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit
seperti ketakutan akan kecacatan , rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang
salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah
memberikan manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami
gangguan pada tulang belakang. Semakin lama klien menderita paraparese
tersebut,maka mungkin akan bermanifestasi pada koping yang tidak
efektif.
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena
klien mengalami kesulitan dalam beraktivitas mengakibatkan ketidak
mampuan dalam status ekkonomi. Pola persepsi dan konsep diri yang
ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, dan tidak kooperatif.
Karena klien harus menjalani rawat inap maka perawat harus
mengkaji apakah keadaan ini akan memberi dampak pada status ekonomi
17
c. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-
keluhan klien , pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data
dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan
persistem dan terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan dihubungkan dengan keluhan
klien. (Arif Muttaqin, 2011)
d. Keadaan umum
Pada HNP, keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan
kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital meliputi bradikardi,
hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena adanya
paraparese. (Arif Muttaqin, 2011)
B1 (BREATHING)
Jika terjadi area yang terkena HNP adalah sistem saraf spinal
thoracal (T1-T12), maka akan terjadi gangguan pada sistem pernafasan
dan biasanya yang ditemukan pada pemeriksaan:
Inspeksi, klien terlihat sesak nafas, dan frekuensi pernafasan meningkat.
Palpasi, ditemukan taktil fremitus yang tidak seimbang kanan dan kiri.
18
B2 (BLOOD)
Gangguan kardiovaskular dan perubahan tekanan darah dapat
terjadi pada kasus HNP yang mengenai saraf spinal thoracal (T1-T12) dan
saraf spinal cervikal atas (C1-C2).
B3 (BRAIN)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada system lainya.
Inspeksi umum, kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,
adanya angulus, pelvis yang miring atau asimetris,muskulaturparavertebral
atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hambatan pada
pergerakan punggung. Pelvis dan tungkai selama bergerak.
a. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis, biasanya juga
terjadi penurunan kesadaran apabila yang terkena saraf spinal cervical
atas (C1 Dan C2) yang menuju pada area CNS.
b. Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai
gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motorik.
Status mental klien yang telah lama menderita HNP biasanya
mengalami perubahan.
c. Pemeriksaan saraf cranial
1) Saraf I. Biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan
fungsi penciuman tidak ada kelainan.
2) Saraf II. Hasil tes ketajaman penglihatan biasanya normal.
3) Saraf III, IV, dan VI. Klien bisanya tidak mengalami
gangguan mengangkat kelopak mata, pupil isokor.
4) Saraf V. Pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisi
pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
19
B4 (BLADDER)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik,
termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan
retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
20
Gangguan pada sistem perkemihan biasa terjadi jika terkena pada saraf
spinal lumbal.
B 5 (BOWEL)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan
nutrisi yang kurang. Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan
melakukan penilaian ada tidak nya lesi pada mulut atau perubahan pada
lidah.hal ini dapat menunjukkan adanya dehidrasi. Gangguan sistem
pencernaan dapat terjadi jika terkena saraf spinal thorakal (mempersarafi
usus kecil) dan lumbal (usus besar). Jika area sakral dan koksigeal yang
yang mengalami hernia, biasanya akan menimbulkan gangguan pada
sphinkter karena saraf spinal ini mempersarafi otot-otot disekitarnya
termasuk sphinkter ani eksternal.
B6 (BONE)
Adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan
karena adanya nyeri, kelemahan, kehilangan sensorik, dan mudah lelah
menyababkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
Inspeksi, kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya
angulus, pelvis yang miring serta asimetris, maskulatur paravertebral atau
bokong yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya kesulitan
atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis, dan
tungkai selama bergerak. Palpasi, ketika meraba kolumna vertebralis, cari
kemungkinan adanya deviasi kelateral atau anteroposterior. Palpasi pada
daerah yang ringan, rasa nyerinya kearah yang paling terasa nyeri.
Kriteria hasil: Klien dapt ikut serta dalam prongram latihan, tidak terjadi
kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan
tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi:
1) Kaji mobilitas yang ada observasi peningkatkan kerusakan. Kaji
secara teratur fungsi motorik.
R/ Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivtas.
2) Ubah posisi klien tiap 2 jam.
R/ Menurunkan risiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang tertekan.
3) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerakan aktif pada ekstrimitas
yang sakit.
R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot, serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.
4) Lakukan gerakan pasif pada ekstrimitas yang sakit
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakkan.
5) Inspeksi kulit bagian distal setiap hari. Pantau adanya iritasi,
kemerahan, atau luka pada kulit dan membran mukosa.
R/ Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi
risiko tinggi kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi
imobilisasi.
6) Bantu klien melakukan ROM, perawatan diri sesuai toleransi.
R/ Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
7) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
R/ Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapat
ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.
Intervensi :
1) Mandiri Kaji kemampuan dan penurunan klien dalam melakukan
ADL dalam skala 0-4.
R/ Membantu dalam mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan
individual.
2) Hindari hal yang dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
R/ Klien dalam keadaan cemas dan bergantung. Hal ini untuk
mencegah frustasi dan harga diri klien.
3) Sadar kan tingkah laku/sugesti tindakan pada perlindungan
kelemahan. Pertahankan dukungan pola pikir, ijinkan klien melakukan
tugas, beri saran yang positif untuk usahanya.
R/ Klien memerlukan empati, tetapi peril mengetahui perawatan yang
konsisten dalam menangani klien, memandirikan klien, dan
menganjurkan klien untuk terus mandiri.
4) Merencanakan tindakan untuk mengatasi keterbatasan perlihatan
seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat,
dekatkan tempat tidur ke dinding.
R/ Klien akan mampu melihat dan mampu memakan makanan, akan
mampu meliat keluar masuknya orang ke ruangan.
5) Tempatkan perabotan ke dinding, jauhkan dari jalan.
R/ Menjaga keamanan klien bergerak di sekitar tempat tidur dan
menurunkan resiko tertimpa perabotan.
6) Beri kesempatan untuk menolong diri seperti menggunakan kombinasi
pisau dan garpu, sikat dengan pegangan yang panjang, ekstensi untuk
berpijakpada lantai atau ke toilet, kursi untuk mand.
R/ Mengurangi ketergantungan.
7) Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air kencing, kemampuan
mengguanakan urinal, pispot, antarkan klien ke kamar mandi bila
kondisi memungkinkan.
R/ Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat
menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh karena
maslah neurogenik.
26
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Keluhan Utama :
30
31
BAK
frekuensi : 6 8x/hari
warna dan bau : kuning muda , bau khas
keluhan (-)
MRS :
BAB
frekuensi : 1X/hari
konsistensi : lembek
warna dan bau : kekuning-kuningan, bau khas
keluhan (-)
BAK
frekuensi : 500 ml /hari
warna dan bau : kuning muda, bau khas
keluhan (-)
4. Pola tidur dan istirahat
SMRS : MRS :
Tidur Tidur
Frekuensi : 1 x / malam Frekuensi : 1 x / malam
Lama : 8 jam Lama : 8 jam
Keluhan (-) Keluhan (-)
Lama istirahat : 1 jam Lama istirahat : -
5. Pola aktivitas
SMRS :
Aktivitas sedikit terganggu dikarenakan intensitas nyeri yang semakin
memberat.
MRS :
Hanya berbaring ditempat tidur, sesekali duduk
6. Pola persepsi dan konsep diri
Body image :
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya, tetapi saat ini
merasa sangat terganggu dengan rasanyeri tulang belakangnya.
Self Esteem :
33
e. Penanggulangan stress
Psikologi : Apabila ada permasalah meminta solusi pada teman yang
dipercaya.
Sosial : Sering mengikuti kegiatan dimasyarakan dan berkumpul dengan
teman sebaya.
Spiritual : Setiap ada permasalahan yang mengganggu biasanya lebih
mendekankan diri pada Tuhan (sholat).
f. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD : 110 / 80 mmHg, suhu : 36,2C nafas : 18 x/menit, nadi : 79 x/menit
2. Sistem Integumen
Kulit pucat (-), cyanosis (-), ikterus (-), luka (-)
3. Kepala
Simetris, penonjolan (-), nyeri kepala (-), trauma kepala (-)
34
4. Muka
Simetris, odema (-), otot muka kuat (-), paralisis (-), otot rahang kuat (+)
5. Mata
Pupil bulat isokor (+) 3 mm, konjungtiva tidak anemis, ikterik (-), alis
mata (+) simetris, kelopak mata odema (-), pendarahan (-), sclera anemis
(-), visus (-)
6. Telinga
Secret (-) ,serumen (-), benda asing (-), membran timpani (+)
7. Hidung
Deformitasa (-), mukosa hidung (+), secret (-), obstruksi (-)
8. Mulut dan faring
Caries gigi (-), stomatitis (-), bibir pecah pecah, pendarahan (-), lidah
parese (-) , tremor (-)
9. Leher
Simetris, kaku kuduk (-), pembesaran getah bening (-), pembesaran
kelenjar thyroid (-)
10. Thoraks
Bentuk normal
Paru
a. Inspeksi : bentuk simetris , pecembungan (-)
b. Palpasi : pergerakan simetris (+), tertinggal depan dan belakang (-),
fremitus raba kanan = kiri (+)
c. Perkusi : rensonan
d. Auskultasi : wheezing -/-
Jantung
a. Inspeksi : iktus tidak tampak
b. Palpasi : iktus teraba, getaran (-)
c. Perkusi :
1) Batas kanan jantung 2 jari diatas BPH dari lateral ke medial
sejajar dengan sternum
2) batas kiri jantung iga V VI di linia medioklavikularis kiri
d. Auskultasi : BJ : I II (+), murmur (-), gallop (-)
35
g. Pemeriksan Penunjang
1) Laboratorium pre operasi
36
Jenis pemeriksaan
Hasil Normal
Pemeriksaan gula
Pemeriksaan Hematologi
- Massa pendarahan / 230 menit 1-6
bleeding time
- Massa pembekuan / 1000menit 10-16
clotting time
Paket darah lengkap
- Leukosit 7700 / mm 5000-10.000
- Eritrosit 5,27 / mm 4,6- 6,2
- Hemoglobin 15,5 g / dl 14-16
- Hematokrit 45 % 42-48
- Thrombosit 266.000/ mm 150.000-400.000
- LED 25mg /l < 10
2) Radiologi
Intensitas signal diskus L1-L2 dan L2-L3 hipointens dan tebal diskus L2-L3
memipih
Tampak penonjolan diskus intervertebralis L1-L2 dan L2-L3 ke posterior
Pada potongan axial tampak bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac
Kesan
- straight lumbalis
- bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac
- protusi diskus L2-L3 menekan thecal sac serta neural foramen L3-L4
4) Rontgen lumbal
- straight lumbalis
- bulging diskus L1-L2 menekan thecal sac
38
Post Operasi
1) Laboratorium post operasi
Elektrolit
Na 136mmol/l 134-146
K+ 3,9mmol/l 3.4-4,6
Cl 102mmol/l 96-108
Darah lengkap
- leukosit 17.700/mm 5000-10.000
- eritrosit 5,19 juta/mm 4,6- 6,2
- hemoglobin 15,3 g/dl 14-16
- hematokrit 44% 42-48
- thrombosit 219 ribu / mm 150.000-400.000
- LED 5 mg / l < 10
- monosit 2% 2-8
7 februari 2013
Darah lengkap
- leukosit 20.000 / mm 5000-10.000
- hemoglobin 14,0juta / mm 14-16
- hematokrit 40% 42-48
- thrombosit 230.000 / mm 150.000-400.000
Elektrolit
Na 135 mmol/l 134-146
K+ 3,8 mmol/l 3.4-4,6
Cl 99 mmol/l 96-108
Albumin 3,4 g /dl
Ureum 3,1
creatinin 1,1
8 februari 2013
Darah lengkap
- leukosit 20.300 / mm 5000-10.000
- eritrosit 4,10 juta / mm 4,6- 6,2
- hemoglobin 12,3 g /dl 14-16
- hematokrit 35 % 42-48
- thrombosit 218.000 / mm 150.000-400.000
10 februari 2013
- leukosit 16.200 / mm 5000-10.000
- eritrosit 4,19 juta / mm 4,6- 6,2
- hemoglobin 12,0 g /dl 14-16
- hematokrit 36 % 42-48
- thrombosit 226.000 / mm 150.000-400.000
40
2) Pengobatan / terapi
- ceftriaxome 2 x 1
- ketesse 3 x 1 amp
- 1vfdvrl 20 tts / menit
- Mo ( icu ) 2cc / jam
- Puasa sampai sadar
- Fisioterapi
- Menggunakan sabuk hnp
- Methy prednisolon 3 x 125
- Menggunakan alas tidur yang datar dan keras ( membantu menstabilkan
daerah vertebra )
ANALISA DATA
keras
- Wajah menahan
nyeri.
tubuhnya
- Pasien
mengatakan
masih nyeri jika
bergerak
O:
- Pasien kliatan
lemas
- Saat diminta
menggeserkan
tubuhnya pasien
tampak
kesusahan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operasi
1. Nyeri b.d agen pencedera fisik (kompresi saraf).
Post OPerasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d agen fisik (tindakan pembedahan).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan akibat
kondisi (nyeri).
43
INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
.
1. Pre operasi Setelah dilakukan Mandiri
tindakan - Kaji adanya - Membantu
Nyeri b.d keperawatan 1 X keluhan nyeri, menentukan pilihan
agen 24 jam diharapkan catat intervensi dan
pencedera nyeri berkurang lokasi,lamanya memberikan dasar
fisik atau terkontrol, serangan,faktor untuk perbandingan
(kompresi mengungkapkan pencetus / yang dan evaluasi terhadap
saraf ) metode yang memperberat. terapi.
memberikan Minta pasien
penghilang, untuk
mendemontrasikan menetapkan pada
penggunaan skala 0 10
keterampilan - Pertahankan tirah - Tirah baring dalam
relaksasi dan baring selama posisi yang nyaman
aktivitas hiburan. fase akut. memungkinkan
Dengan kriteria Letakkan pasien pasien untuk
hasil : pada posisi semi menurunkan spasme
- pasien mampu fowler dengan otot, menurunkan
istirahat/tidur tulang spinal, penekanan pada
- pasien pinggang dan bagian tubuh tertentu
mengatakan nyeri lutut dalam dan menfasilitasi
berkurang keadaan fleksi, terjadinya reduksi
- dapat posisi telentang dari tunjulan diskus.
44
terkena.
- Letakkan semua - Menurunkan resiko
kebutuhan, peregangan saat
termasuk bel meraih
panggil dalam
bats yang mudah
dijangkau pasien
- Instrusikan pasien - Menfokoskan
untuk perhatian pasien,
melakukakan membantu
teknik relaksasi menurunkan tegangan
otot dan
meningkatkan proses
penyembuhan .
- Instruksikan - Menghilangkan stress
untuk melakukan pada otot dan
mekanika tubuh / mencegah trauma
gerakan yang lebih lanjut.
tepat
Kolaborasi
- Berikan tempat - Memberikan
tidur orttopedik / sokongan dan
letakkan papan di menurunkan fleksi
bawah kasur / spinal,yang
matras menurunkan spasme.
- Berikan obat - Untuk mengurangu
sesuai kebutuhan rasa nyeri.
2. post operasi Setelah dilakukan - Kaji intensitas - Untuk memantau
tindakan nyeri, gambaran nyeri serta perubahan
Gangguan
keperawatan 3 X dan lokasi / terhadap sensasi yang
rasa nyaman
24 jam diharapkan penyebaran nyeri diberikan.
(nyeri) b.d
46
Catatan Perekembangan
No.Diagnosa /
Implementasi Evaluasi
Tanggal
1. - Melakukan penilaian S:
5-2 -2013 tentang nyeri, lolasi, - Pasien mengatakan
karakteristik dan faktor- nyeri masih dapat
faktor yang dapat dikontrol
menambah nyeri - Pasien mengatakan
- Mengamati isyarat non nyeri hilang timbul
verbal tentang nyeri O:
- Memberikan massase / - Skala nyeri 5
gosokan punggung - Wajah sedikit rebih
- Menfasilitasi rileks. Tidak
lingkungan yang menunjukan menahan
nyaman sakit hebat
- Mengajarkan teknik - TD = 120 / 70 mmHg,
relaksasi Nadi = 79 x / menit,
- Berkolaborasi dalam suhu = 36 C
pemberian obat anti
49
nyeri A:
- Evaluasi skala nyeri Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
2 - Melakukan penilaian S:
7-2-2013 tentang nyeri, lolasi, - Pasien mengatakan
19.30 karakteristik dan faktor- nyerinya sangat berat
faktor yang dapat O:
menambah nyeri [ost - Skala nyeri 7
operasi - Wajah menunjukan
- Mengamati isyarat non menahan sakit hebat
verbal tentang nyeri - TD = 110/70 mmHg ,
- Memberikan massase / Nadi = 88 x / menit ,
gosokan punggung suhu = 37 C
menjauhi daerah operasi A :
- Menfasilitasi Masalah belum teratasi
lingkungan yang P:
nyaman Lanjutkan intervensl
- Mengajarkan teknik
relaksasi
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Definisi
HNP adalah keadaan nukleus pulposus keluar melalui anulus fibrosus
untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosus yang
sobek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologis di
kolumna vertebralis pada diskus intervetebralis/diskogenik.
2. Anatomi Fisiologi
Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu: nukleus
pulposus yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan
dibentuk oleh anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri
dari jaringan pengikat yang kuat.
Anulus fibrosus, terbagi menjadi 3 lapis: Lapisan luar, lapisan dalam, daerah
transisi.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
a. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat,
yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga
oleh sendi L5-S1.
b. Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat
tinggi. Diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh
dilakukan pada sendi L5-S1
c. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena
ligamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan
posterior diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.
3. Etiologi
a. Riwayat trauma
b. Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat beban berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama.
c. Sering membungkuk.
51
52
8. Komplikasi
a. Kelemahan dan atropi otot
b. Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
c. Kehilangan kontrol otot sphinter
d. Paralis / ketidakmampuan pergerakan
e. Perdarahan
f. Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
9. Penatalaksaan Medis
a. Terapi konservatif
b. Terapi Operatif
c. Rehabilitasi
4.2. Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat
dapat memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan yang harus
dilakukan apabila mendapati klien hernia nucleus pulposus di lahan.
54
DAFTAR PUSTAKA
Anonim B. http://belibis-a17.com/2009/11/17/hernia-nukleus-pulposus-hnp-
lumbalis/. diakses tanggal 16 Mei 2011, pukul 17.00 WIB.
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Tailor, Cynthia M & Sheila Sparks Ralph. 2011. Diagnosa Keperawatan dengan
Rencana Asuhan. Jakarta : EGC.
54