Anda di halaman 1dari 31

Portofolio

LAPORAN KASUS

Low Back Pain Bilateral e.c Hernia Nukleosus Pulposus

Disusun Oleh :

dr. Finisia Noviyanti

Dokter Pendamping :

dr. Aulia Rahmanike

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA
RSUD LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM
2016
BAB I

PENDAHULUAN

Pada Era Globalisasi persaingan disegala bidang semakin ketat, sehingga diperlukan
sumber daya manusia (SDM) yang bermutu untuk produktivitas kerja yang baik. SDM yang
berkualitas banyak melakukan aktivitas, mulai dari hanya posisi duduk yang terlalu lama,
berdiri terus- menerus, dan untuk menjaga stamina mereka melakukan latihan berat di pusat
kebugaran, ketika melakukan aktivitas tersebut memungkinkan posisi yang tidak ergonomis.
Terlalu banyak duduk, berdiri dan mengangkat beban akan menimbulkan rasa nyeri, nyeri
yang tidak disadari dan berlangsung berulang kali maka akan menimbulkan gejala penyakit.
Gejala yang sering timbul adalah sakit pada bagian pinggung bawah. Low back pain adalah
sakit yang dirasakan secara lokal mapun radikuler. Penyebab yang sering terjadi pada
penderita sakit punggung bawah adalah hernia nukleus pulposus1.
Hernia nukleus pulposus merupakan suatu keadaan dimana annulus fibrosus beserta
nukleus pulposusnya menonjol ke dalam kanalis spinalis. Di daerah lumbal penonjolan dapat
terjadi kearah posterolateral atau posterosentral2. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah
penonjolan matriks nukleus pulposus ke kanalis vetebralis yang berakibat pembebanan pada
saraf spinalis3. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) atau herniasi diskus intervertebralis, yang
sering pula disebut sebagai Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral radiculopathies adalah
penyebab tersering nyeri pugggung bawah yang bersifat akut, kronik atau berulang 2.
Hernia nukleus pulposus sebagai salah satu penyebab terbanyak nyeri punggung
bawah sebagian besar diakibatkan oleh proses degenerasi. Sekitar 40% nyeri punggung
bawah disebabkan oleh HNP. Penderita sering mengeluh sakit punggung menjalar ke tungkai
bawah terutama saat aktivitas membungkuk. Timbulnya rasa nyeri diakibatkan penekanan
pada susunan saraf tepi yang terjepit pada area tersebut. Secara umum kondisi ini seringkali

terkait dengan trauma mekanik akut, namun dapat juga sebagai akumulasi dari beberapa
trauma dalam kurun waktu tertentu 2
Kejadian HNP lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan. HNP
paling sering terjadi pada laki-laki dewasa dengan insiden puncak pada umur 40 dan 50
tahunan. Kondisi ini lebih sering diderita pada rentang usia 21-46 tahun dan presentasenya
laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Terdapat kecenderungan penekanan radiks derajat
berat lebih banyak ditemukan pada laki-laki, tetapi tidak ada hubungan bermakna antara jenis
kelamin dengan derajat penekanan radiks3.
Insiden HNP lumbalis pada penderita dengan nyeri punggung bawah pada sebuah
survey besar di Inggris oleh Finnish adalah 5% pada laki-laki dan 4% pada perempuan 3. HNP
yang terbanyak ditemukan pada diskus intervertebra L4-5 (94%), kemudian L5-S1 (62%),
L3-4 (58 %), jarang pada L2-3 (16%) dan L1-2 (3%). Hal ini sesuai bahwa HNP yang paling
sering (90%) ditemukan pada diskus L4-5,L5-S1. Pasien HNP seringkali mengeluhkan nyeri
yang semakin bertambah pada saat melakukan aktivitas seperti duduk lama , membungkuk,
mengangkat benda yang berat, juga pada saat batuk, bersin dan mengejan2.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.2 Anatomi Tulang Belakang
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yangterganggu
3

pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh.
merupakan struktur fleksibelyang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae.
Vertebrae dikelompokkan sebagai berikut Cervicales (7), Thoracicae (12), Lumbales (5),
Sacroles (5, menyatu membentuk sacrum) dan Coccygeae (4, 3 yang bawah biasanya
menyatu)4

Gambar 1. Anatomi Tulang Belakang


Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagiatas 2
bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan
bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, sertaprosesus tranversus
dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian
posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengansendi apofisial (fascet joint)4

Gambar 2. Anatomi vertebrae lumbal dan penampang melintangnya


Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulangrawan.

Bagian

anterior

columna

vertebralis

terdiri

dari

corpus

vertebrae

yangdihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis
dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalisposterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskusini paling
tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakancolumna
vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumnavertebralis tidak
cedera bila terjadi trauma 4.

Gambar 3. Struktur anatomi tulang belakang dan bagiannya


Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin CartilagePlate),
nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nucleuspulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang
diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis5.

Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnyaadalah


bangunan yang tidak peka nyeri. Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus
vertebra dan diskusintervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum
(pasif) dan otot(aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini
stabilitasdaerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan refleks ototototsakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring. Gerak columna vertebralis
6

berbeda-beda sesuai dengan daerah columna vertebralis dan sifat individu. Kebebasan gerak
columna

vertebralis

terutam dihasilkan

oleh

pemampatan

dan kelenturan

diskus

intervertebralis 5
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan digantioleh
fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dansukar
dibedakan dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangatlemah,
sehingga HNP sering terjadi di bagian postero lateral5.

1.2 Hernia Nukleosus Pulposus (HNP)


1.2.1

Definisi

Hernia nukleosus pulposus merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur annulus
fibrosus yang menyebabkan nucleus pulposus menonjol (bulging) sehingga mengalami
herniasi dan menekan akar saraf spinal 2. HNP merupakan suatu keadaan dimana sebagian
atau seluruh bagian dari nucleus pulposus mengalami penonjolan kedalam kanalis spinalis.
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discusmelalui robekan
annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal menekan medulla spinalis atau
mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan 8.

Gambar 4. Hernia Nukleosus pulposus : keluarnya nukleus


pulposus dari discusmelalui robekan annulus fibrosus
1.2.2

Epidemiologi

HNP

merupakan penyebab nyeri punggung bawah yang terbanyak. Prevalensinya

berkisar 1-2 % populasi dunia. HNP yang terbanyak ditemukan pada diskus intervertebra L45 (94%), kemudian L5-S1 (62%), L3-4 (58 %), jarang pada L2-3 (16%) dan L1-2 (3%). Hal
ini sesuai bahwa HNP yang paling sering (90%) ditemukan pada diskus L4-5,L5-S12

1.2.3

Patofisiologi

Diskus interveterbralis menghubungkan korpus vetebrae satu sama lainnya, dari servikal
sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut
(shock absorber). Diskus intervetebralis terdiri dari dua bagian utama yaitu 4:
1. Annulus fibrosus. Terbagi menjadi tiga lapis :
a.
Lapisan terluar terdiri dari lamena fibro kolagen yang berjalan menyilang
konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan
menyerupai gulungan per.
b. Lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kargilagenus.
c. Daerah transisi.
Serat annulus di bagian anterior diperkuat oleh ligamentum longitudinal anterior yang
kuat sehingga diskus intervetebralis tidak mudak menerobos daerah ini. Pada bagian posterior
serat-serat annulus paling luar dan tengah sedikit dan ligamentum longitudinal posterior
8

kurang kuat sehingga mudah rusak. Mulai daerah lumbal I, ligamentum longitudinal posterior
makin mengecil sehingga pada ruang intervetebra L5-S1 tinggal separoh dari lebar semula
sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kelainan pada daerah ini4.
2. Nucleus pulposus
Nucleus Pulposus adalah suatu gel yang viskus terdiri dari proteoglikan (hialuronic
long chain) mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis.
Nucleus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan/beban.
Kemampuan menahan air dari nucleus pulposus berkurang progresif seiring bertambahnya
usia. Mulai usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai dengan penurunan
vaskularisasi ke dalam diskus disertai berkurangnya kadar air dalam nucleus sehingga diskus
mengkerut, sebagai akibatnya nucleus menjadi kurang elastis4.
Pada siklus yang sehat bila mendapat tekanan maka nucleus pulposus menyalurkan gaya
tekan kesegala arah dengan sama besar. Kemampuan menahan air mempengaruhi sifat fisik
nucleus. Penurunan kadar air nucleus mengurangi fungsinya sebagai bantalan, sehingga bila
ada gaya tekan maka disalurkan ke annulus secara asimetris, akibatnya bias terjadi cedera atau
robekan pada annulus4.
Sebagian besar HNP terjadi pada setinggi L4-L5 dan L5-S. Hal ini disebabkan oleh
kondisi sebagai berikut6:
1. Daerah lumbal, khususnya L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu menyangga berat
badan. Diperkirakan hamper 75% berat badan disangga oleh sendi L5-S1.
2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat tinggi
diperkirakan hamper 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan pada sendi L5-S1.
3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum longitudinal
posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus. Arah herniasi yang paling
sering adalah posterolateral.
9

Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar


protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal
meningkat,menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.Sedang M. Istiadi
(1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsungpada diskus inter
vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nucleus pulposus (HNP).
Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekananulus tebrosus
mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi6.
Terjadinya herniasi, pembentukan osteosit, dan spasme otot mengakibatkan penekanan
pada saraf isciadikus. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer
pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari
nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf
dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf 6.
Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion
Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat
peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Jika penekanan atau inflamasi pada area saraf
terus terjadi, maka nantinya akan menyebabkan monoparese pada area tubuh yang terkena.

1.2.4

Faktor Risiko
Adapun beberapa faktor risiko yang menyebabkan meningkatnya angka kejadian HNP

meliputi faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Faktor yang tidak dapat
diubah antara lain 7,10:

10

1. Umur
Kandungan air di dalam diskus intervertebralis akan berkurang secara alamiah akibat
bertambahnya usia sekitar 50-60 tahun. Akan tetapi, beberapa penelitian juga menunjukkan
bahwa HNP dapat terjadi di usia produktif yaitu antara umur 30-55 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin bertambah umur maka semakin tinggi risiko terkena HNP.
2. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang
sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya faktor hormonal dan faktor pekerjaan
sehari-hari dapat mempengaruhi secara tidak langsung terhadpa jenis kelamin dihubungkan
dengan angka kejadian HNP.
3. Riawayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
Faktor risiko yang dapat dirubah 7,10:
1. Pekerjaan dan aktivitas
duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-barang berta, sering
membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan
pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat
dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
strain pada punggung bawah.
5. Batuk lama dan berulang

1.2.5

Manifestasi Klinis
11

Manifestasi klinik HNP tergantung dari radiks saraf yang lesi. Gejala klinik yang paling
sering adalah ischialgia. Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut,
menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar terkena akan timbul gejala
kesemutan atau rasa tebal sesuai dermatomnya. Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan otot
atau hilangnya reflek tendon patella (KPR) dan Achilles (APR). bila mengenai konus atau
kauda equine dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan fungsi seksual. Keadaan ini
merupakan suatu kegawatan yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah
kerusakan miksi secara permanen10.

1.2.6

Diagnosis
Diagnosis HNP didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan klinik umum, pemeriksaan

neurologic dan didukung dengan adanya pemeriksaan penunjang10.


1. Anamnesis
- Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik, ataukah spontan.
- Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering bersumber dari sendi, tulang
dan ligamen; sedangkan pegal, biasanya berasal dari otot.
- Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai menunjukkan
keterlibatan radiks saraf.- Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila berkurang setelah
melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi bila bertambah, mungkin disebabkan
tumor; bila berkurang setelah berjalan jalan mungkin tumor dalam kanalis
vertebralis; nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan berkurang setelah melakukan
gerakan tubuh mungkin disebabkan spondilitis ankilopoetika; batuk, bersin dan
mengejan akan memprovokasi nyeri pada HNP.
Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan neurogenik, jenis
neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh darah perifer yang normal dan nyeri
12

berkembang menjadi parestesia dan kelumpuhan.


- Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong adanya infeksi,
misalnya spondilitis.
- Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik kronik; bila progresif
mungkin tumor.
- Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia, siklus haid,
penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah anak.
-

Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri psikogenik.

Riwayat keluarga dapat dijumpai pada artritis rematoid dan osteoartritis.

2. Pemeriksaan Fisik umum


Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara sebagai berikut10,11 :
Posisi berdiri:
Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya
Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis,
lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring tulang

panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot


Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot
Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin)
Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi

sakroiliaka, dan lain-lain


Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.

Posisiduduk:

Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.

Perhatikan bagian belakang tubuhnya

Posisi berbaring :

Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.

Pengukuran panjang ekstremitas inferior.

13

Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.

3. Pemeriksaan neurologik,
a. Pemeriksaan sensorik
b. Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi otot
c. Pemeriksaan tendon
d. Pemeriksaan yang sering dilakukan
- Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque, tesbragard, tes Sicard)
- Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
- Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
- Tes Distraksi dan Tes Kompresi
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan neurofisiologi. Terdiri dari:Elektromiografi (EMG)
Bisa mengetahui akar saraf mana yang terkena dan sejauh mana gangguannya,
masih dalam tahap iritasi atau tahap kompresi
b. Somato Sensoric Evoked Potential (SSEP)
Berguna untuk menilai pasien spinal stenosis atau mielopati
c. Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasidari hernia. Bila operasi
dipertimbangkan maka myelogram dilakukanuntuk menentukan tingkat protrusi
diskus. Juga digunakan untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer.
c. MRI tulang belakang
Bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kaudaequina. Alat
ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal

mengevaluasi gangguan

radiks saraf. MRI merupakan standar baku emas untuk HNP.


d. Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau
memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata dan
pembentukan osteofit.

14

f. Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

g. pemeriksaan Laboratorium klinik


h. Pemeriksaan lain,misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint block
(melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri atau pada saraf yang
menuju ke sana)

1.2.7

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang diberikan pada HNP meliputi penatalaksanaan secara konservatif dan
15

operatrif. Adapun penatalaksanaan secara konservatif meliputi :


a. Tirah baring.
Direkomendasikan selama 2-4 hari, dan pasien secara bertahap kembali ke
aktidfitas yang biasa.
b. Medikamentosa.
i. Analgetik dan NSAID. Contoh analgetik : paracetamo, aspirin, tramadol. Contoh
NSAID : ibuprofen, Natrium diklofenak, ethodolak, selekoksib, perlu
diperhatikan efek samping obat.
ii. Obat pelemas otot : tinazidin, esperidone, karisoprodol.
iii. Opioid.
iv. Kortikosteroid oral.
v. Analgetik adjuvant : Amitriptilin, carbamazepin dan gabapentin.
c. Terapi fisik.
i. Traksi pelvis.
ii. Ultrasoundwave. Diatermi, kompres pana, kompres dingin.
iii. Transkutaneus elektrikal nerve stimulation.
iv. Korset lumbal atau penumpang lumbal yang lain.
v. Latihan dan modifikasi gaya hidup.
d. Akupuntur
e. Penyuluhan pasien.
Selain itu, terapi operatif dapat dipertimbangkan pada beberapa kasus misalnya setelah
satu bulan dirawat secara konservatif tidak ada perbaikan, ischialgia yang berat, Ischia yang
menetap atau bertambah berat, ada gangguan miksi, defekasi dan seksual, ada bukti
terganggunya radik saraf, adanya paresis otot tungkai bawah7.

1.2.8
Prognosis
Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif, sebagian
kecil akan berkembang menjadi kronik meskipun telah diterapi. Pada pasien yang dioperasi,
90% akan membaik tertutama nyeri tungkai, tetapi kemungkinan terjadinya kekambuhan
adalah 5% dan bias pada diskus yang sama atau berbeda7.
16

BAB III
BORANG PORTOFOLIO
Nama Peserta: dr. Finisia Noviyanti
Nama Wahana: RSUD Lubuk Basung
Topik:
Low Back Pain Bilateral e.c Hernia Nukleosus Pulposus
Tanggal (kasus): 1 Februari 2016
Nama Pasien: Ny. US

No. RM: 169

Tanggal Presentasi: Maret 2016

Nama Pendamping: dr. Aulia Rahmanike

Tempat Presentasi: RSUD Lubuk Basung


Obyektif Presentasi:
Keilmuan

Keterampilan

Penyegaran

Diagnostik

Manajemen

Masalah

Istimewa

Neonatus

Bayi

Anak

Remaja

Dewasa

Tinjauan Pustaka
Lansia

Bumil

Deskripsi: Laki-laki, 58 tahun, datang dengan keluhan Nyeri pinggang yang menjalar ke
tungkai kanan dan kiri sejak 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit
Tujuan: Menegakkan diagnosis pasien dengan Prolaps Uteri
Bahan Bahasan:

Tinjauan Pustaka

Riset

Kasus

Audit

Cara Membahas:

Diskusi

Presentasi dan Diskusi

Email

Pos

Data Pasien:

Nama: Tn. US

No. Registrasi: 169

Nama RS: RSUD Lubuk Basung

Telp :

Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :


1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Low Back Pain Bilateral e.c Hernia Nukleosus Pulposus
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien belum menerima pengobatan apapun

17

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Tidak pernah menderita keluhan nyeri pinggang seperti ini sebelumnya.
Riwayat trauma/ kecelakaan/ jatuh terduduk sebelumnya tidak ada.
Riwayat nyeri atau rasa kesemutan yang lama tidak ada
4. Riwayat Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat keluhan nyeri pinggang yang menjalar
ke tungkai seperti yang dialami pasien saat ini
5. Riwayat Pekerjaan:
Pasien adalah seorang petani
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik:
Daftar Pustaka
1. Meliala.L., Suryamiharja,A., Purba, J.S. dan Anggraini,H. 2000. Penuntun Praktis
Penanganan Nyeri Neuropatik. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI 6. Pocock. 2008.
Clinical Trial A Practical Approach. John Wiley & Sons England
2. Harkani, dkk. 2012. Correlation on Lumbosacral Angle on The Degree

Nerve Root

Suppession Of Nucleus Pulposus Herniasi Patients Based on MRI Examination. Fakultas


Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar
3. Sarno .John E, M D. 2010 , Healing Back Pain, Opus.Jakarta.
4. Snell, Richard. 2007. Clinical Anatomy by Systems. Lippincott Williams & Wilkins.
Hagerstown, Maryland, U.S.A
5. Moore, L Keith. 2014. Clinically Oriented Anatomy, 7th Edition. Lippcott Williams &
Wilkins. New York
6. Hartwig, MS, Wilson LM, 2006. Nyeri dalam buku Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Vol 2 Edisi III, Jakarta : EGC
7. Sahrakar, Kamran. 2011. Lumbar Disc Disease. Medscape Reference. Available at http://
emedicine. Medscape.com/article/249113-overview#0112
8. Foster Mark. 2012. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape Refrence. Available at
18

http://emedicine.medscape.com/article/249113-overview#aw2aab6b3
9. Sidharta Priguna, 1999. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta: PT
Dian Rakyat
10. Putrialthafunnisa, 2010. Rehabilitasi Medik Pada Penderita Hernia Nukleus Pulposus. In
http://putrialthafunnisa.wordpress.com/2010/07/04/rehabilitasi-medik-pada-penderitahernia-nukleus-pulposus/
11. Lumbantobing. 2011. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai
Penerbit FKUa
Hasil Pembelajaran :
1. Definisi, Epidemiologi, Etiologi dari Hernia Nukleosus Pulposus
2. Diagnosis dan Diagnosis Banding dari Hernia Nukleosus Pulposus
3. Penatalaksanaan Hernia Nukleosus Pulposus
4. Edukasi keluarga mengenai pencegahan dan pengobatan Hernia Nukleosus Pulposus

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

Nyeri pinggang sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya pasien merasakan nyeri
pada pinggang bawah sejak 1 bulan yang lalu, pasien masih bisa berjalan dan
sejak 1 minggu ini pasien merasakan nyeri pinggang semakin lama semakin
bertambah. Nyeri dirasakan pada punggung bawah dan menjalar ke tungkai
kanan dan kiri. Nyeri pada pinggang dirasakan lebih kuat dibandingkan
dengan tungkai.

Nyeri dirasakan hilang timbul, tidak menetap, terasa seperti berdenyut dan
ditusuk-tusuk.

Nyeri berpindah-pindah dari satu lokasi nyeri ke lokasi lainnya tidak ada

Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari duduk, membungkuk, saat batuk,
mengejan dan hilang ketika pasien tidur.
19

Pasien sering merasa kesemutan dan kebas pada sepanjang tungkai kanan dan
kirinya, hilang timbul. Namun, sejak 1 minggu ini semakin sering muncul
rasa kebas dan kesemutan tersebut di sepanjang tungkai kanan dan kiri.

Kelemahan anggota gerak tidak ada

Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan

Demam dan batuk-batuk lama tidak ada.

Penurunan berat badan secara drastis tidak ada.

Pasien sebelumnya hanya memberikan obat gosok dan balsem namun karena
tidak ada perubahan, pasien berobat ke bidan dan diberikan obat penghilang
nyeri, namun keluhan tersebut hanya hilang sementara dan kemudian muncul
lagi hingga saat ini semakin bertambah dan tidak ada perbaikan.

1.
2. Objektif:
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Vital Sign
Keadaan umum :

sakit sedang

Frekunsi nadi

: 78 x /menit

Kesadaran

: composmentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nafas

: 20 x / menit

Suhu

: 36,50 C

Sianosis

: (-)

Pucat

: (-)

Pemeriksaan Sistemik
Kulit
Kepala
Mata

: sianosis (-), ikterus (-), anemis (+), ptekie (-), turgor baik
: bentuk bulat simetris, rambut hitam, halus, tidak mudah dicabut.
: konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, pupil isokor, diameter
2 mm, reflek cahaya +/+

Telinga

: kelainan bawaan tidak ada, sekret (-), serumen (-), nyeri tekan
aurikuler (-)
20

Hidung
Mulut

Tenggorok
Faring
Leher

: Bentuk simetris, sekret (-), nafas cuping hidung (-).


: mukosa bibir basah dan tidak pucat, lidah kotor (-), pinggir
tidak
hiperemis
: tonsil T1 T1, tidak hiperemis, pseudomembran tidak ada
: tidak hiperemis, pseudomembran (-)
: kaku kuduk (-)
JVP : 5 2 cmH2O, Kelenjar getah bening tak teraba.

Toraks :
Paru

: Inspeksi : simetris kiri = kanan


Palpasi
: Fremitus kiri = kanan
Perkusi
: sonor
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-/-),wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi
: iktus teraba LMCS RIC V
Perkusi
: jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama reguler, bising (-)
Abdomen
: Inspeksi : tidak cembung
Palpasi
: distensi (-), hepar dam lien tidak teraba
Perkusi
: timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung
:
Nyeri ketok dan nyeri tekan CVA (-)/(-)
Corpus Vertebrae :
Inspeksi : Deformitas (-), Gibbus (-), Tanda radang (-)
Palpasi
: Nyeri tekan di L4,L5,S1 (+)
Genitalia
: Tidak ditemukan kelainan
Ekstremitas : ekstremitas hangat, sianosis (-), pucat (-), ptekie (-), ekimosis (-)
pembesaran kelenjar limfe inguinal tidak ada.
Status Neurologis :
1. GCS 15 : E4 M6 V5
2. Tanda rangsangan meningeal :
- Kaku kuduk (-)
- Brudzinsky I (-)
21

- Brudzinsky II (-)
- Kernig (-)
3. Tanda peningkatan tekanan intrakranial :
- muntah proyektil (-)
- sakit kepala progresif (-)
4. Nn Kranialis :
-NI
: penciuman baik
- N II
:reflek cahaya +/+
- N III, IV, VI : pupil bulat, diameter 3 mm, gerakan bola mata bebas ke
segala arah
-NV
:Refleks kornea (+), bisa membuka mulut, menggerakkan
rahang ke kiri dan ke kanan
- N VII
: bisa
menutup
mata,
mengangkat
alis
:
simetris,plikanasolabialis simetris
- N VIII
: fungsi pendengaran baik, nistagmus tidak ada
- N IX, X
: arcus faring simetris, uvula di tengah, refleks muntah (+),
perasaan 1/3 lidah baik
- N XI
: bisa mengangkat bahu dan bisa melihat kiri dan kanan
- N XII
: lidah simetris.
5. Motorik : kekuatan motorik 5 5 5 5 5 5
555 555
Inversi telapak kaki : baik
Eversi telapak kaki : baik
Dorsolateral ibu jari : baik
Fleksi tungkai atas : baik
Ekstensi tungkai atas : baik
Tungkai kanan : Laseque (+), Cross Laseque (+), Naffziger (+), Patrick (+),
Kontra Patrick (+)
Tungkai Kiri : Laseque (+), Cross Laseque (+), Naffziger (+), Patrick (+),
Kontra Patrick (+)
Tes valsava (+)
6. Sensorik
- Eksteroseptif

: parestesia pada tungkai kiri dan kanan bagian medial dan

22

lateral serta kaki kiri dan kanan sesuai dengan dermatom


radiks L4, L5 dan S1
- Proprioseptif : rasa getar dan posisi sendi baik
7. Fungsi otonom : BAK dan BAB normal
8.
Reflek fisiologis : Reflek biceps ++/++, Reflek triceps ++/++, Reflek KPR
+/+, Reflek APR +/+
9.
Reflek patologis : Reflek Hoffman Trommer -/-, Reflek Babinsky Group
-/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Rontgen : Tidak dilakukan
3.

Assessment:
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki berumur 57 tahun dengan

diagnosis kerja Low Back Pain Bilateral e.c Hernia Nukleus Pulposus. Diagnosis
ditegakan berdasarkan anamnesis yaitu adanya nyeri pinggang yang menjalar
ketungkai bawah kanan sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri timbul tiba-tiba, terasa
seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk. Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari
duduk, saat batuk dan mengejan dan berkurang . Nyeri berkurang saat pasien
tidur. Dari keluhan nyeri pinggang yang dirasakan oleh pasien, kita dapat
memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis etiologi lainnya antara lain
degeneratif, infeksi, trauma, metabolik dan neoplasma.
Pada anamnesis yang dilakukan, dilihat dari riwayat perjalanan penyakit dan
gejala klinis yang ditimbulkan, kemungkinan infeksi dapat disingkirkan karena
pada pasien ini tidak ada riwayat demam dan batuk-batuk lama sebelumnya dan
tidak ada tanda inflamasi ditemukan pada area nyeri tersebut. Riwayat trauma
termasuk kemungkinan saddle anestesi juga dapat kita singkirkan karena pada
23

pasien ini tidak terdapat riwayat trauma/kecelakaan/ jatuh terduduk sebelumnya.


Penyebab metabolik masih ada kemungkinan dan perlu pemeriksaan laboratorium
khususnya untuk pemeriksaan kadar kalsium, asam urat dan alkali fosfatase, tetapi
dilihat dari perjalanan penyakitnya kemungkinan kelainan metabolik akan timbul
nyeri pada keempat anggota gerak secara serempak. Penyebab neoplasma pun
juga dapat kita singkirkan karena pada pasien ini tidak ada riwayat penurunan
berat badan drastis sebelumnya.
Etiologi degeneratif memiliki kemungkinan terbesar menjadi penyebab nyeri
pinggang tersebut. Hal ini terkait faktor usia sehingga proses degeneratif
menyebabkan perubahan struktur anatomi pada vertebrae yaitu terjadinya herniasi
dari nucleus pulposusyang bersifat setengah cair, memungkinkannya berubah
bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain,
seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebrali. Dari pemeriksaan fisik
ditemukan Laseque (+), Cross Laseque (-), Naffziger (+), Patrick(+), Kontra
Patrick (+). Tes ini menunjukkan adanya gangguan pada regangan saraf
ischiadikus.
Pemeriksaan tambahan yang dapat dianjurkan pada HNP antara lain
rontgen lumbosakral AP-lateral untuk menilai adnaya perubahan kelaian struktur
tulang belakang. Selain itu, perlu juga dilkukan pemeriksaan laboratorium darah
lengkap termasuk ureum, alkali fosfatase, asam urat dan lainnya. Hal ini bertujuan
untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis metabolik karena defisiensi kalsium
seperti spondilosis karena osteoporosis, peningkatan asam urat dan lainnya.
Berdasarkan gejala dan tanda klinis tersebut pasien ini cenderung
didiagnosis sebagai Low Back Pain bilateral yang terjadi pada L4-S1 karena tipe

24

nyeri radikuler yang menjalar pada sisi luar tungkai kiri dan kanan hingga ibu jari
kaki. Dari literatur, untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang yaitu foto polos lumbosakral AP dan lateral atau MRI sebagai standar
emas untuk penegakkan diagnosis. Hal ini bertujuan untuk menunjang diagnosis
kerja dengan melihat kelainan yang terdapat pada vertebrae yang menyebabkan
terjadinya perubahan struktur dan regangan nervus Ischiadikus.
Penatalaksanaan umum pasien ini adalah tirah baring selama 2-4 hari
kemudian secara bertahap melakukan aktivitas seperti biasa, fisioterapi dan
edukasi. Edukasi yang diberikan antara lain tirah baring pada alas kasur yang
keras dan datar untuk mencegah melengkungnya tulang punggung, kompres es
untuk mencegah nyeri secara lokal dan pencegahan kekambuhan dengan
melakukanpelatihan peregangan dan pemakaian korset atau braching
Penatalaksanaan khusus berupa medikamentosa yaitu pemberian analgetikanti inflamasi, analgetik adjuvan dan vitamin B. Pada pasien ini diberikan
analgetik-anti inflamasi untuk mengurangi rasa nyeri dan proses inflamasi yang
berlangsung. Pada pasien ini diberikan analgetik berupa

natrium diclofenak

2x50mg, neurodex 2x1 tab, dan Ranitidin 2x150 mg untuk mengurangi efek
samping terhadap saluran cerna dari golongan obat analgetik yang diminum.
Selain itu berdasarkan literatur, pada pasien dengan diagnosis HNP, juga dapat
diberikan analgetik adjuvan dengan pilihan obatnya carbamazepine 2 x 200 mg
yang merupakan golongan antidepresan trisiklik. Dapat juga diberikan vitamin B
Neurodex 2 x 1 Tab untuk mencegah kerusakan sel saraf lebih lanjut.
Prognosis pada pasien dengan keluhan low back pain akibat hernia nukleosus
pulposus adalah dubia ad bonam karena nyeri pinggang yang dirasakan sebagai

25

akibat proses degenaratif dapat terkontrol dan diminimalisir gejala klinisnya


dengan pengobatan, aktivitas dan kebiasaan posisi sehari-hari. Berdasarkan
literatur dijelaskan bahwa sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu
dengan terapi konservatif, sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik
meskipun telah diterapi. Pada pasien yang dioperasi, 90% akan membaik
tertutama nyeri tungkai, tetapi kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5%
dan biasanya pada diskus yang sama atau berbeda.
4. Plan
DIAGNOSIS
Low Back Pain Bilateral e.c Hernia Nukleosus Pulposus
TATALAKSANA
- Natrium Diklofenak 2x50 mg
- Ranitidin 2x150 mg
- Neurodex 2x1 Tab
- Anjuran : Kontrol ke Poliklinik Bedah
RENCANA
Jika keluhan masih berlanjut dan tidak ada perbaikan dengan pengobatan yang
diberikan pasien direncanakan untuk melakukan beberapa pemeriksaan penunjang
antara lain :

Rontgen foto Lumbosakral AP dan Lateral

Pemeriksaan darah lengkap dan laju endap darah

Pemeriksaan serum : kreatinin, kalsium fosfat, alkali fosfatase, asam urat


dan gula darah

Gold Standar : MRI

PENDIDIKAN
26

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit yang dialami
oleh pasien saat ini merupakan Low Back Pain yang disebabkan oleh Hernia
Nukleosus Pulposus yaitu nyeri pinggang yang menyebabkan suatu gangguan
yang melibatkan ruptur annulus fibrosus yang menyebabkan nucleus pulposus
menonjol (bulging) sehingga mengalami herniasi dan menekan akar saraf
spinal. Dalam artian, nyeri pinggang yang terjadi akibat penonjolan bantalan
yang berada antar tulang belakang, sehingga dapat menjepit saraf spinal yang

keluar dari sum sum tulang yang dilindungi oleh tulang belakang tersebut.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga pasien bahwa penyebabn ya antara lain
pekerjaan dan aktivitas seperti duduk yang terlalu lama, mengangkat atau
menarik barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar
pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan
seperti supir, Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak
berlatih, latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama, Merokok. Nikotin
dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk menyerap
nutrien yang diperlukan dari dalam darah, Berat badan berlebihan, terutama
beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan strain pada punggung bawah

dan batuk lama dan berulang


Menjelaskan kepada pasien untuk penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada

pasien bisa berupa pemberian terapi umum dan terapi khusus


A. Terapi Umum
Tirah baring
Tirah baring seama lebih kurang 2 minggu pada alas kasur yang keras
dan datar mencegah melengkungnya tulang punggung
Fisioterapi
- Kompres es untuk mencegah nyeri secara lokal
- Pencegahan kekambuhan : pelatihan peregangan dan pemakaian
27

korset atau braching


Edukasi
- Pasien tidak boleh mengangkat beban yang berat
- Hindari posisi membungkuk dan berbaring di tempat yang tidak
datar
B. Terapi khusus dengan pemberian obat-obatan seperti golongan Analgetik &
Anti inflamasi misal Natrium diclofenak, Analgetik adjuvan seperti
Carbamazepine dan Vitamin B misal Neurodex.

PROGNOSIS
Quo ad sanam : Dubia ad Bonam
Quo ad vitam : Bonam

28

BAB IV
DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien perempuan berumur 69 tahun dengan diagnosis klinik
ischialgia, diagnosis topik diskus intervetebralis L4,L5,S1 dan diagnosis etiologi suspek
Hernia Nukleus Pulposus. Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis yaitu adanya nyeri
pinggang yang menjalar ketungkai bawah kanan sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri timbul tibatiba, terasa seperti berdenyut dan ditusuk-tusuk.Nyeri bertambah jika pasien bangkit dari
duduk, saat batuk dan

mengejan dan berkurang . Nyeri berkurang saat pasien tidur. Dari

keluhan nyeri pinggang yang dirasakan oleh pasien, kita dapat memikirkan beberapa
kemungkinan diagnosis etiologi lainnya antara lain degeneratif, infeksi, trauma, metabolik dan
neoplasma.
Pada anamnesis yang dilakukan, dilihat dari riwayat perjalanan penyakit dan gejala
klinis yang ditimbulkan, kemungkinan infeksi dapat disingkirkan karena pada pasien ini tidak
ada riwayat demam dan batuk-batuk lama sebelumnya dan tidak ada tanda inflamasi
ditemukan pada area nyeri tersebut. Riwayat trauma termasuk kemungkinan saddle anestesi
juga dapat kita singkirkan karena pada pasien ini tidak terdapat riwayat trauma/kecelakaan/
jatuh terduduk sebelumnya. Penyebab metabolik masih ada kemungkinan dan perlu
pemeriksaan laboratorium khususnya untuk pemeriksaan kadar kalsium, asam urat dan alkali
fosfatase, tetapi dilihat dari perjalanan penyakitnya kemungkinan kelainan metabolik akan
timbul nyeri pada keempat anggota gerak secara serempak. Penyebab neoplasma pun juga
dapat kita singkirkan karena pada pasien ini tidak ada riwayat penurunan berat badan drastis
sebelumnya.

29

Etiologi degeneratif memiliki kemungkinan terbesar menjadi penyebab nyeri pinggang


tersebut. Hal ini terkait faktor usia sehingga proses degeneratif menyebabkan perubahan
struktur anatomi pada vertebrae yaitu terjadinya herniasi dari nucleus pulposusyang bersifat
setengah cair, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan
dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralisDari
pemeriksaan fisik ditemukan Laseque (+), Cross Laseque (-), Naffziger (+), Patrick(+), Kontra
Patrick (+). Tes ini menunjukkan adanya gangguan pada regangan saraf ischiadikus.
Pemeriksaan tambahan yang dapat dianjurkan pada HNP antara lain rontgen
lumbosakral AP-lateral untuk menilai adnaya perubahan kelaian struktur tulang belakang.
Selain itu, perlu juga dilkukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap termasuk ureum,
alkali fosfatase, asam urat dan lainnya. Hal ini bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan
diagnosis metabolik karena defisiensi kalsium seperti spondilosis karena osteoporosis,
peningkatan asam urat dan lainnya.
Berdasarkan gejala dan tanda klinis tersebut pasien ini cenderung didiagnosis sebagai
ischialgia bilateral yang terjadi pada L4-S1 karena tipe nyeri radikuler yang menjalar pada sisi
luar tungkai kiri dan kanan hingga ibu jari kaki. Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu foto polos lumbosakral AP dan lateral atau MRI sebagai standar
emas untuk penegakkan diagnosis.hal ini bertujuan untuk menunjang diagnosis kerja dengan
melihat kelainan yang terdapat pada vertebrae yang menyebabkan terjadinya perubahan
struktur dan regangan n. Ischiadikus.
Penatalaksanaan umum pasien ini adalah tirah baring selama 2-4 hari kemudian secara
bertahap melakukan aktivitas seperti biasa, fisioterapi dan edukasi. Edukasi yang diberikan
antara lain tirah baring pada alas kasur yang keras dan datar untuk mencegah melengkungnya
tulang punggung, kompres es untuk mencegah nyeri secara lokal dan pencegahan

30

kekambuhan dengan melakukanpelatihan peregangan dan pemakaian korset atau braching


Penatalaksanaan khusus berupa medikamentosa yaitu pemberian analgetik-anti
inflamasi, analgetik adjuvan dan vitamin B. Pada pasien ini diberikan analgetik-anti inflamasi
natrium diclofenak 3x50mg untuk mengurangi rasa nyeri dan proses inflamasi yang
berlangsung, Ranitidin 2x150 mg, untuk mengurangi efek samping terhadap saluran cerna dari
golongan obat analgetik yang diminum, dan diberikan juga vitamin B neurodex 2x1 tab untuk
menghindari kerusakan saraf lebih lanjut. Selain itu juga dapat diberikan analgetik adjuvan
dengan pilihan obatnya carbamazepine 2 x 200 mg yang meurpakan gplongan antidepresan
trisiklik.
Prognosis pada pasien dengan keluhan low back pain akibat hernia nukleosus pulposus
adlaah dubia ad bonam karena nyeri pinggang yang dirasakan sebagai akibat proses
degenaratif dapat terkontrol dan diminimalisir gejala klinisnya dengan pengobatan, aktivitas
dan kebiasaan posisi sehari-hari. Berdasarkan literatur dijelaskan bahwa sebagian besar pasien
akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif, sebagian kecil akan berkembang
menjadi kronik meskipun telah diterapi. Pada pasien yang dioperasi, 90% akan membaik
tertutama nyeri tungkai, tetapi kemungkinan terjadinya kekambuhan adalah 5% dan biasanya
pada diskus yang sama atau berbeda.

31

Anda mungkin juga menyukai