Anda di halaman 1dari 16

HERNIA NUKLEUS PULPOSUS

Diajukan untuk memenuhi tugas Semester Pendek Mata Kuliah Muskuloskeletal II

DISUSUN OLEH

NAMA : SITI LATIFAH

NIM : 1501042

PRODI : SI ILMU KEPERAWATAN

TINGKAT : III

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN


TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat
beserta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hernia
Nukleus Pulposus”. Laporan ini disusun guna memenuhi Semester Pendek Mata Kuliah
Muskuloskeletal II. Tidak lupa saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah ini. Semoga
segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun
sistematika. Oleh karena itu, saya sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran untuk
perbaikan dan kesalahan makalah ini.

Harapan saya, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya
dalam upaya peningkatan wawasan wacana kesehatan.

Akhir kata saya hanya dapat mengucapkan terimakasih dan semoga Allah selalu
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua.

Klaten, 22 Agustus 2018

Siti Latifah
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat  mengganggu
aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang
bagian bawah adalah hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya
terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit
yang sering di jumpai masyarakat.
   Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis
umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah
mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung  bawah selama hidupnya.
Kelompok studi  nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf
Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan,
dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di
sluruh kasus nyeri ditangani.
   Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang
terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya  agar dapat diberikan pengobatan
yang tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf
tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot
dan jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang
sesuai sehingga proses penyembuhan klien dengan HP  dapat maksimal.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengethui tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Muskuloskletal (HNP).

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Jenis-jenis dari tumor kulit ganas dari definisi, etiologi,
klasifikasi, tanda & gejala, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang dari
HNP.
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem
muskulokletal (HNP) dari tahap pengkajian hingga intervensi.

3. Manfaat
a. Bagi perawat
Menambah wawasan kesehatan dan agar lebih mengetahui tentang
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal
(HNP).
b. Bagi masyarakat
Memberikan Penjelasan, pengetahuan, dan penyuluhan tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal (HNP) dan
intervensi apa saja yang diberikan.

BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFINISI HNP

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menjebolnya nucleus pulposus ke


dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus korpus vertebralis. HNP
mempunyai banyak sinonim antara lain Herniasi Diskus Intervertebralis, ruptured
disc, slipped disc, prolapsus disc dan sebagainya.

HNP sering menyebabkan nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Nyeri
punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada region lumbar, tetapi
gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara
luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal.
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan
dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus
pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa
juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)
2. ETIOLOGI
Etiologi pada penyakit HNP :
 Penyebab tersering HNP adalah terkait dengan proses penuaan atau keausan
yang disebut degenerasi bantalan atau diskus intervertebra. Seiring
bertambahan usia, diskus tulang belakang makin kehilangan beberapa kadar
airnya. Hal ini mengakibatkannya kurang fleksibel dan lebih rentan untuk
robek atau pecah.
 Menggunakan otot-otot punggung saat mengangkat benda berat dapat
menyebabkan HNP, seperti membungkuk kemudian mengangkat benda. Jadi
amannya gunakanlah otot paha dan betis saat mengangkat. Sedangkan
peristiwa traumatis seperti jatuh atau pukulan ke belakang jarang
menyebabkan HNP.
 Genetika. Kondisi yang diturunkan dari salah satu anggota keluarga yang
memiliki riwayat HNP.
 Obesitas. Penekanan pada tulang punggung dikarenakan berat tubuh berlebih.
 Merokok. Asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen pada cakram dan
meningkatkan risiko pengikisan pada tulang punggung.

3. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi pada penyakit HNP :
 Nyeri pada kaki atau bahu, dengan intensitas yang dapat meningkat
saat batuk, bersin, atau bergerak dalam posisi tertentu.
 Melemahnya fungsi otot sehingga menurunkan kemampuan penderita
dalam bergerak, membungkuk, atau memindahkan barang.
 Beberapa titik anggota tubuh mengalami sensasi kesemutan atau kaku.
Biasanya di sekitar punggung, bahu, tangan, tungkai, dan kaki.

4. PATOFISIOLOGI
Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam
diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang
menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma
jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat
cedera.
Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan
gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa
bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong
ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus
terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna
spinal.
Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus
menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam
bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat
herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada
tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi
di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolum anterior. Setelah terjadi
hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua
korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
5. PATHWAY

Proses Degeneratif

Kehilangan protein polisakarida

Kandungan air menurun

Trauma stress okupasi

HN
P

Nucleus Pulposus Terdorong

Ujung saraf spinal tertekan

Perubahan sensasi nyeri penurunan kerja reflek

Gangguan Mobilitas Fisik


6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik pada pasien HNP :
a. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang.
b. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk
penyakit spinal lumbal.
c. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat
pada M R I.
d. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus
yang terkena.

7. PENATALAKSANAAN
a. Pembedaha
Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri
dan mengubah defisit neurologik.
Macam :
 Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari
diskus  intervertebral.
 Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen
neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk
menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat
patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks.
 Laminotomi : Pembagian lamina vertebra.
 Disektomi dengan peleburan.
b. Immobilisasi
Immobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.
c. Traksi
Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan
pada katrol dan beban.
d. Meredakan Nyeri
Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti
inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.
e. Terapi konservatif
a. Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa
hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk
dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut.
tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per dengan demikian
tempat tidur harus dari papan yang lurus dan diutup dengan lembar
busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah
mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya
gangguan yang dirasakan penderita.
Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah
berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset
untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-
fungsi otot.
f. Medikamentosa.
a. Symtomatik
Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison,
prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan,
antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam,
klordiasepoksid).
b. KausalKolagenese.
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan
permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi
lordosis.
g. Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak
memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit
neurologik.
h. Rehabilitasi
 Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula.
 Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan
kegiatan sehari-hari (the activity of daily living).
 Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran
kencing dan sebagainya).

8. PENGKAJIAN
1. Keluahan Utama
Nyeri pada punggung bawah, pengkajian nyeri meliputi PQRST :
P = trauma (mengangkat atau mendorong benda berat.
Q = sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena
api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah
bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat
menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri .
R = letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga
letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S = Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan
memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri
seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-
obatan yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T = Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng
timbul, makin lama makin nyeri.

2. Riwayat Keperawatan.
a. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis).
b. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri
punggung bawah.

3. Status.mental
       Pada umumnya klien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak
pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita menanyakan
kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-
faktor stres).

4. Pemeriksaan.
a. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum.
 Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-
paru, perut.
b. Inspeksi.
 inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan
gerakan untuk evalusi neyurogenik.
 Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus,
pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat
yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.
 Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama
begerak.
 Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak.
 Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan
warna kulit.
c. palpasi dan perkusi.
 paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus
sehingga tidak membingungkan klien.
 Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasanyeri.
 Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi
ke lateral atau antero-posterior.
 Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.

c. Neuorologik.
 Pemeriksaan motoric.
 Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari
dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi
dan ekstensi dengan menahan gerakan.
 Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan
kanan-kiri.
 Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot
tertentu.
 Pemeriksan..sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga
dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
d. Pemeriksaan reflex.
 refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai
menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
 Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi,
tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan
dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul.
Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
 Pemeriksaan range of movement (ROM) Pemeriksaan ini dapat
dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio
laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
e. Pemeriksaan penunjang.
1. foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk
identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah
pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan
pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya
penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
2. Elektroneuromiografi (ENMG), Untuk menegetahui radiks mana yang
terkena / melihat adanya polineuropati.
3. Sken tomografi, Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya
termasuk diskusi intervertebralis.
9. DIAGNOSA
1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot.
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan
neuromuskulus.
3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual.
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan
tindakan pengobatan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menjebolnya nucleus pulposus ke
dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus korpus vertebralis. HNP
mempunyai banyak sinonim antara lain Herniasi Diskus Intervertebralis, ruptured
disc, slipped disc, prolapsus disc dan sebagainya.
HNP sering menyebabkan nyeri punggung bawah (Low Back Pain). Nyeri
punggung bawah atau LBP adalah nyeri yang terbatas pada region lumbar, tetapi
gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf, namun secara
luas berasal dari diskus intervertebralis lumbal.

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol
3, Jakarta : EGC, 2002.
2. Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.
3.  Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.
4.  Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran, 1996.
5.      Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.

Anda mungkin juga menyukai