Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S P2a0 Post
Partum Spontan Dengan Pre – Eklamsia Berat ( Peb)” dengan sebaik-baiknya.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah MATERNITAS dan sebagai syarat menempuh penyususnan skripsi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar
dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak.
Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan
terima kasih kepada yang terhormat Ibu devi selaku dosen pembimbing, serta pihak-pihak
yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................3
B. TUJUAN..................................................................................................................4
C. RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. IDENTITAS............................................................................................................24
B. RIWAYAT KESEHATAN.....................................................................................24
C. RIWAYAT PERSALINAN....................................................................................25
D. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG..............................................................25
E. RIWAYAT PERSALINAN....................................................................................25
F. RIWAYAT KONTRASEPSI..................................................................................26
G. DATA PSIKOLOGIS..............................................................................................27
H. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR................................................................29
I. PEMERIKSAAN FISIK..........................................................................................31
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................................32
K. TERAPI OBAT.......................................................................................................33
L. ANALISA DATA....................................................................................................33
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................................34
N. PERENCANAAN...................................................................................................34
O. IMPLEMENTASI...................................................................................................35
P. EVALUASI.............................................................................................................38
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang telah ditentukan
dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5, meningkatkan kesehatan
ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾
resiko jumlah kematian ibu. Terdapat dua kategori kematian ibu yaitu disebabkan oleh
penyebab langsung obstetri yaitu kematian yang diakibatkan langsung oleh kehamilan
dan persalinannya, dan kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu
kematian yang terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh
kehamilan atau persalinannya.
3
(IUGR). Di negara berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan
hipertensi dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat,
kejang grand mal, dan kerusakan organ lainnya.
B. TUJUAN
C. RUMUSAN MASALAH
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-eklampsia dalam kehamilan
adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu
(akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Dapat disimpulkan bahwa pre – eklamsi berat adalah kondisi yang di alami
oleh ibu hamil yang di tandai dengan peningkatan tekanan darah antara 140/90 -
160/110 mmHg, pembengkakan yang dapan menyebabkan komplikasi yang gawat
darurat.
B. ETIOLOGI PEB
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu:
5
1. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas,
2. kehamilan ganda,
3. hidramnion, dan mola hidatidosa
4. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
5. Mempunyai dasar penyakit vaskuler (Hipertensi atau diabetes melitus)
6. Mempunyai riwayat preeklampsi/eklamsi dalam keluarganya. ((Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran, 2014)
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal
yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan
banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. (Ilmu Kebidanan :
2015).
Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih kehamilan,
yang kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah
bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital seperti ginjal dan hati jadi
berkurang.
C. MANIFESTASI
Adapun tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami pre-
eklamsi berat yaitu tekanan darah sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg,
terjadi peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus, trombosit <100.000/mm 3,
terkadang disertai oligouria <400ml/24 jam, protein urine >2-3 gr/liter, ibu hamil
6
mengeluh nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang
berat, perdarahan retina dan oedema pulmonum. Terdapat beberapa penyulit juga
yang dapat terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal ginjal, gagal
jantung, gangguan fungsi hati, pembekuan darah, sindrom HELLP, bahkan dapat
terjadi kematian pada bayi, ibu dan atau keduanya bila pre-eklamsi tidak segera
ditangani dengan baik dan benar (Ai Yeyeh.R, 2011).
1) TD sebesar 160/110 mmHg pada dua kesempatan terpisah sedikitnya 6 jam, yang
didapat pada saat ibu dalam keadaan berbaring.
2) Proteinuria meningkat
3) Oliguria (haluaran urine <400 ml/24 jam
4) Kepala pusing
5) Penglihatan kabur, skotoma, dan edema selaput mata pada funduskopi (retina
terlihat basah dan berkilau)
6) Edema paru-paru
D. PATOFISIOLOGI
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui
oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,
maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus
(Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).
7
dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala
dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan
laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler
menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput
dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim
(Michael,2015). Pre eklamsia dapat menyebabkan perubahan pada organ :
1. Perubahan kardiovaskuler
3. Mata
8
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain
yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia
adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. (Rustam,1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan
(Trijatmo,2015).
5. Uterus
6. Paru-paru
E. KOMPLIKASI
9
10) pelepasan retina
F. PENATALAKSANAAN
10
Janin ( Hasil fetal assesment jelek (NST & USG), Adanya tanda IUGR,
Laboratorium : adanya HELLP syndrome (hemolisis dan peningkatan
fungsi hepar, trombositopenia )
Pengobatan medisinal
1) Pasien dirawat inapkan dengan posisi tidur miring (lateral recumbent position)
untuk meningkatakan filtrasi glomerulus. Tekanan darah, berat badan, protein
urin, masukan dan keluaran dipantau dengan ketat. Tanda vital diperiksa setiap
30 menit, refleks patella setiap jam. (Ben-zion Taber, 1994)
2) Infuse dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
cc/jam) 500 cc..
3) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam (Syakib Bakri,
2007)
4) Pemantauan hemodinamik invasi : Pengukuran tekanan darah secara berkala,
pemantauan asupan dan haluaran yang ketat, pemantauan nilai laboratorium,
pemantauan hemodinamik memungkinkan pengkajian curah jantung dan
status volume cairan secara adekuat.
5) Pemberian magnesium sulfat (MgSO4) intravena
Pemberian magnesium sulfat untuk mencegah kejang pada ibu.magnesium
sulfat menghambat ambilan kembali asetikolin disinaps ujung saraf dan
membuat otot polos relaksasi. Diberikan 4 gram MgSO 4 20% (20 cc) IV dan
disusul dengan 8 gram MgSO4 40% (20cc) IM. Sebgai dosis pemeliharaan,
diberikan 4 gram MgSO4 40% IM setiap 6 jam sekali setelah dosis awal.
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
1) Harus tersedia antidotum, yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram dalam
10cc)
2) Frekuensi pernafasan ≥16 kali/menit.
3) Produksi urin ≥30cc perjam (≥0,5cc/ kg BB/jam)
4) Refleks platela positif.
Kala I
1) Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio
sesaria
2) Fase aktif :
a. Amniotomi saja
b. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan
lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu
dilakukan tetesan oksitosin)
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus
buatan. Amniotomi dan tetsan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3
menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32
12
minggu atau kurang, bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2
kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
Perawatan Konservatif
1. Indikasi : bila kehamilan pre term kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
inpending eklamsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada penegelolaan
aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup
intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong
kanan.
3. Pengobatan obstetri :
1) Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
2) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklamsi
ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
3) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan
medisinal gagal dan harus diterminasi.
4) Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
4. Penderita dipulangkan bila :
1) Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklamsia ringan
dan telah dirawat selama 3 hari.
2) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklamsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklamsia ringan
(diperkirakan lama perawtan 1-2 minggu).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes kimia darah : ureum, kreatinin dan asam urat menilai fungsi ginjal. Biasanya
konsentrasi ureum dan kreatinin tidak mneingkat; asam urat lebih mungkin
meningkat sebagai akibat penurunan bersihan ginjal. Kadar asam urat serum lebih
besar dari 7 mg% memberi kesan risiko janin yang meningkat.
2. Tes fungsi hati (bilirubin, laktat dehidrogenase (LDH), dan SGOT menilai
bertnya penyakit hepar.
13
3. Elektrolit darah biasanya normal.
4. Pemeriksaan koagulasi dapat memberi kesan koagulasi intravaskular diseminata.
Penurunan jumlah trombosit mungkin merupakan manifestasi pertama dari
koagulopati yang serius.
5. Pengukuran keluaran urin : merupakan suatu indikator penting dari bertnya proses
penyakit. Oliguria adalah suatu tanda bahaya dari fungsi ginjal yang mengalami
kegagalan. Kumpulan urin 24 jam membantu dalam menilai beratnya proteinuria.
6. Bersihan kreatinin membantu dalam evaluasi fungsi ginjal.
7. Pemantauan denyut jantung janin : menyingkirkan gawat janin sepanjang 1)
denyut jantung dalam batas normal, 2) variabilitas denyut ke denyut normal, 3)
akselerasi timbul saat gerakanjanin, dan 4) tidak ada deselerasi saat kontraksi
uterus. Non-stress test atau contraction stress test memberikan penilaianm
kesehatan janin.
8. Aniosentesis : tes dari cairan ketuban (rasio L/S; fosfatidilgliserol; fosfatdilkolin
jenuh) memberikan penilaian dari maturitas paru janin.
9. Ultrasonografi : pengukuran secara seri dari diameter biparietal; dapat
menerangkan kejadian dini dari retardasi pertumbuhan intrauterin. Gerakan
pernapasan janin, kativitas janin dan volume cairan ketuban memberikan
penilaian tambahan dari kesehatan janin. Sonografi dapat mengidentifikasi
kehailan ganda atau anomali janin.
10. Pengukuran estriol memberikan penilaian fungsi feroplasental. Kadar yang
rendah atau menurun memberi kesan insufisiensi fetoplasental.
11. Human Placental Lactogen (HPL) yang kurang dari 4mcg/ml memberi kesan
fungsi plasenta yang abnormal dean janin dalam bahaya. (Ben-zion Taber, 2014)
A. PENGERTIAN
Persalinan adalah suatu proses yang dialami peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (mufadillah &
hidayat 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu (nitayani,2009).
14
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presntasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (prawiroharjo, 2006)
B. INDIKASI
a. Ketuban pecah dini
b. Kehamilan lewat waktu
c. Oligohidramnion
d. Korioamrionitis
e. Pre eklamsi berat
f. Hipertensi akibat persalinan
g. Intra uterin fetal death (IUFD) dan pertumbuhan janin (PJT)
h. Insufilensi plasenta
i. Perdarahan ante partum
C. KONTRA INDIKASI
a. Disproporsi cephalo pelvik (CPD)
b. Plsenta previa
c. Gammeli
d. Poli hidramnion
e. Riwayat sectio sesarea klasik
f. Gawat janin
g. Hidrocepalus
15
c. Passanger (janin)
d. Psikis(psikologis)
e. Penolong
E. TANDA-TANDA INPARTU
a. Adanya rasa sakit akibat his yang kuat dan teratur
b. Keluar lendir yang bercampur darah lebih banyak karena robekan kecil pada
servik
c. Mendatar dan pembukaan sudah ada
d. Kada-kadang ketuban pecah sendiri
A. PENGERTIAN
Masa nifas disebut juga masa post partum yang merupakan masa atau waktu
sejati bayi lahir dan plasenta keluar lepas dari rahim. Sampai 6 minggu berikut
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang
mengalami perubahan seperti perlakuan dan lain sebagainya yang berkaitan saat
melahirkan (suherni,2009).
Masa nifas adalah masa pulih kembali, Mulai dari persalinan selesai hingga
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (bahyatun, 2009).
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kembali seperti keadaan sebelum lahir (sarwono prawirohadjo, 2008).
B. KLASIFIKASI
1. Puerperium dini, kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainya
2. Puerperium intermediate, kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya
sekitar 6-8minggu
3. Puerperium remote, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan tanpa komplikasi (vivian
Nanny, 2010).
16
C. PERUBAHAN FISIOLOGI PADA MASA NIFAS
Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari, namun ada juga
yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat menjadi
agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3 – 4 bulan.
3. Vagina
Vagina yang bengkak serta lipatan ( rugae) yang hilang akan kembali seperti
semula setelah 3- 4 miggu.
4. Abdomen
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut sebaiknya di
ikuti olahraga atau senam penguatan otot otot perut. Jika ada garis garis biru
( striase) tidak akan hilang, kemudian perlahan lahan akan berubah warna menjadi
keputihan. Penentuan jumlah diastasis rekti diguakan sebagai alat objektif untuk
mengevaluasi tonus otot abdomen. Diastasis rekti adalah derajat pemisahan otot
rektus abdomen (rektus abdominis). Pemisahan ini diukurmenggunakan lebar jari
ketika otot otot abdomen kontraksi dan sekali lagi ketika otot otot tersebut
relaksasi.
17
1. Fase taking – in
Berlngsung 3 – 10 hari post partum. Ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayinya, ibu memiliki perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.
3. Fase letting – go
Fase menerima taggug jawab barunya yang berlangusng selama 10hari setelah
melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta
kepercayaan diri sudah meningkat. ( vivian Nanny & Tri Sunarsih. 2011)
E. PATOFISIOLOGI
Dalaam masa nifas alat alat genetalia internal maupun eksternal akan berangsur
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubaha perunahan penting
lain yaitu mengkonsetrsi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pegaruh
lactogenik hormone dari kelenjar kelenjar mamae. Otot otot uterus berkontraksi
segera post partum. Pembuluh pembuluh darah yang ada antara otot otot uterus akan
terjepit proses ini akan meningkatkan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan
perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosit, degenerasi dan
nekrosis di tempat impantasi plasenta pada hari pertma endometrium yang kira kira
setebal 2-5mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua basalis
yang memakai waktu 2-3 minggu. Ligamen dan diagfragma velvis serta fasio yang
meregag sewatu kehamilan dn perlu setelah jalan lahir berangsur angsur kembali
seperti sediakala.
F. PATHWAY
Terlampir
18
1. Idetitas pasien
2. Keluhan utama, sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
3. Riwayat kehamilan, usia kehamilan, serta riwayat penyakit menyertai.
4. Riwayat persalinan
a. Tempat persalinan
b. Normal atau terdapat komplikasi
c. Keadaan bayi
d. Keadaan ibu
5. Riwayat nifas yang lalu
a. Pengeluaran ASI lancar atau tidak
b. BB bayi
c. Riwayat ber KB atau tidak
6. Pemeriksaa fisik
a. KU pasien
b. Abdomen
c. Salura cerna
d. Alat kemih
e. Lochea
f. Vagina
g. Peineum, edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka, episiotomi, memar,
hemoroid, (wasir atau ambein )
h. Ektremitas. Varises, betis apakah lemah dan panas, edema, reflek.
i. Kemampuan perawatan diri
7. Pemeriksaan psikososial
a. Respon + persepsi keluarga
b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
19
d. Kurang pengetahuan : Perawatan post partum b.d kurang informasi penanganan
post partum .
e. Menyusui tidak efektif b.d kurang pengetahuan
f. Resiko infeksi b.d faktor resiko: laserasi jalan lahir, bantuan, pertolongan
persalinan
I. INTERVENSI
Rasional :
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat.
b. Untuk mengalihkan perhatian ibudan rasa nyeri yang dirasakan.
c. Memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi
nyeri secara bertahap.
d. Meningkatkan sirkulasi pada perineum
e. Melonggarkan sistem saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang.
20
Kriteria Hasil :
a. Keadaan umum baik
b. Klien dapat beraktivitas seperti semula
c. Klien dapat bergerak scara mandiri
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pergerakan aktivitas klien seperti : (Miring ke kanandan ke
kiri).
b. Anjurkan klien melakukan mobilisasi secara bertahap
c. Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam melakukan latihan gerak
d. Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang pentingnya
melakukan latihan gerak.
Rasional :
a. Melakukan latihan gerak dapat menghindari kekuatan pada otot
b. Untuk mengetahui kemampuan pergerakan klien
c. Bantuan keluarga dapat membantu memotivasi klien untuk melakukan gerak
d. Pendidikan kesehatan dapat memberikan pemahaman terhadap klien dan
keluarga
21
c. Meningkatkan tingkat kemandirianklien di dalam merawat dirinya serta
memperlancar sirkulasi udara.
22
3. Agar kelembaban pada payudara tetap dalam batas normal
6. Resiko infeksi b.d faktor resiko: laserasi jalan lahir, bantuan, pertolongan
persalinan
Tujuan :
Seteah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
a. Dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi
b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
Intervensi :
a. Kaji lokhea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan
episiotomi
b. Sarankan ibu agar mengganti pembalut per 4 jam
c. Pantau tanda-tanda vital
d. Lakukan rendam bokong
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang
Rasional :
23
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : cepogo 06/02, sukabumi, cepogo, boyolali
Pekerjaan : Swasta
Tanggal partus : 17 desember 2018
Hubungan : Suami
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasien merasakan sudah tidak ada keluhan saat ini pasien berada di adas
manis, tidak ada sesak nafas ( - ), tidak merasakan pusing ( - ) hanya merasa tidak
25
nyaman karena nyeri, pasien melahirkan bayi dengan proses persalinan normal
BB bayi : 3100gr, PB : 49cm, Lk : 35cm, Ld : 32cm.
C. RIWAYAT PERSALINAN
Pasien mengatakan saat hamil pasien makan teratur 3 – 4 kali dalam sehari
dengan porsi biasa ( nasi, sayur, lauk ), minum sebanyak 8 – 12 gelas per hari.
E. RIWAYAT PERSALINAN
1. Jenis persalinan
Pasien mengatakan melahirkan secara normal pada tanggal 17 desember 2018
pukul 07.55 dengan jenis kelamin bayi perempuan dengan BBL : 3100gr, PB :
26
49cm, Lk : 35cm, Ld : 32cm pasien di rawat di adas manis karena Pre – Eklamsia
Berat pada kala II dengan TD : 150/90mmHg. Dengan APGAR SCORE
2. Lama persalinan
a. Kala I : -
b. Kala II : 45 menit, 07.09 pembukaan lengkap, lahir jam 07.54 perempuan
dengan BBL : 3100, Ld : 32cm, Lk : 35, Pb : 49cm, bayi lahir menangis
dengan spontan pada penilaian apgar score di 1 menit pertama 10 dan di menit
ke 5 10, perinium terdapat robekan karena proses persalinan.
c. Kala III : 5 menit 07.58 plasenta keluar spontan
d. Kala IV : perdarahan normal, jumlah ±100cc
3. Keadaan Umum
F. RIWAYAT KONTRASEPSI
1. Jenis kontrasepsi
Pasien mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan
2. Lama pemakaian
Pasien mengatakan menggunakan KB suntik sudah ± 3 tahun
3. Keluhan selama menjadi akseptor
Pasien mengatakan tidak pernah haid saat menggunakan KB suntik
27
G. DATA PSIKOLOGIS
Pasien mengatakan sudah memahami isyarat bayi, karena Ny. S sudah memiliki 2
anaka sebelumnya, pada saat ini bayi menangis pasien paham ananknya
merasakan haus ingin ASI atau BAB/BAK. Pasien langsung mengambil bayi
untuk di beri ASI tau membersihakan bayi saat setelah BAB/BAK.
2. Konsep diri
a. Kepuasan ibu terhadap persalinan / kelahiran
c. Harga Diri :
1) Perubahan yang diraskan setelah persalinan
Pasien mengatakan merasa ada perubahan pada tubuh seperti perut
yang tadinya besar sekarang menjadi kecil, pada payudara terasa
penuh dan sesak.
2) Hal penting yang diperkirakan
Pasien hanya memikirkan untuk cepat sembuh dan segera pulang
3) Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
Pasien hany berharap pada saat melahirkan bisa lahir di bidan desa
saja, lahir spontan dan kenyataan Ny. S harus melahirkan di Rumah
Sakit dan di rawat.
4) Sikap ibu terhadap persalinan dan merawat bayi
28
Pasien mengatakan pada saat persalinan Ny. S selalu mengikuti
perintah bidan/dokter yang membantu proses persalinan, pasien
sudah mampu untuk merawat bayinya.
d. Pengalaman melahirkan
e. Kecemasan
1) Apa respon ibu jika bayi sakit
Pasien mengatakan jika anaknya sakit langsung di bawa ke rumah
sakit
2) Perilaku ibu pada saat bayi sakit
f. Depresi
1) Apakah ibu tampak diam dan menarik diri
Pasien menerima dengan kondisi saat ini pasien tidak menarik diri
2) Apakah ibu tampak menangis
g. Konflik peran
Pasien menerima perannya sebagai ibu dari 3 anaknya dan istri. Pasien
akan berusaha tidak menjadi lupa akan pemenuhan kebutuhan dari ke 3
anaknya dan istri. Pasien akan berusaha untuk menjadi ibu rumah tangga
yang mampu mengurus anaknya.
h. Dukungan sosial
29
Suami dan keluarga pasien sangat mendukung baik secara finansial
maupun psikologis untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan anaknya.
Sehingga pasien dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik.
i. Bodding attachment
Apgar score 10, bayi diletakkan di dada ibu setelah bayi lahir dari perut
ibu, pasien langsung menyentuh dan tersenyum .
1. Nutrisi
a. Saat di rumah
Pasien mengatakan pada saat dirumah makan 3 – 4 kali dalam sehari
dengan porsi biasa ( nasi, sayur, lauk ) dan minum 8 – 12 gelas perharinya.
b. Di rumah sakit
2. Eliminasi
a. Saat di rumah
Pasien mengatakan BAB 1 x dalam sehari dengan konsistensi lember
berwarna kuning kecoklatan, bau khas. BAK ±8x sehari warna urine
kuning jernih bau khas
b. Saat di rumah sakit
30
Pasien mengatakan belum BAB sejak pertama kali dirawat untuk BAB
terpasang DC dengan output ± 500cc/3jam.
3. Oksigenasi
Pasien mengatakan tidak ada maslah dengan pernapasan, tidak ada sesak napas.
b. Di rumah sakit
Pasien mengatakan setelah persalinan ia mengatakan beraktifitas dengan di
bantu keluarganya mengikuti instruksi perawata untuk bergerak agar
ekstremitas mampu rileks
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Mobilitas √
Ambulasi √
Makan dan minum √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
5. Pola tidur
a. Saat di rumah
Pada saat di rumah pasien tidur cukup pukul 20.00 – 04.50 tidur siang ± 1-
2 jam tidak mengalami ganguan tidur
31
b. Saat di rumah sakit
6. Seksualitas
Pasien mengatakan memiliki 3 anak, anak pertama berusia 7 tahun, anak kedua
berusia 5 tahun dan anak ketiga baru saja dilahirkan pada tanggal 17 – 12 – 2018
pada saat ini hanya terganggu berhubungan karena adanya luka pada perineum.
I. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadran : cm
TD : 140/90mmHg
N : 117x/mnt
S : 37°C
RR : 21x/mnit
2. Mata
Konjungtiva, tampak anemis, sklera berwarna putih, mata simetris
3. Leher
Tidak ada lesi dan pembesaran kelanjar getah bening
4. Dada /mamae
a. Inspeksi : dad simetris, bersih tidak ada pembengkakan tidak ada
hiperpigmentasi, Asi sudah keluar
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan kolostrum keluar, tidak ada massa
5. Abdomen
a. Inspeksi : bentuk simetris, tampak bersih, tidak ada luka, tampak stiage,
dan linea nigra
b. Auskultasi : bising usus tidakterdengar
c. Palpasi : TFU 2 jari di bawah perut, kontraksi uterus teraba keras
6. Genetalia
a. Vagina : lokhea rubra ±100cc, konsistensi cair, bau khas
b. Anus : tidak ada hemoroid
32
c. Perinium : ruptur, jumlah jahita ±10, tida ada edema tidak ada tanda –
tanda inflamasi
7. Ekstremitas
a. Atas : tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bekas luka, infus
terpasang RL 20tpm di tangan kiri pasien
b. Bawah : tidak ada edema, tidak ada varises, tidak ada tanda homan
( trombofeblitis ) pasien dapat berjalan sendri.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Nama : Ny. S
No RM : 14457390
No lab : 181217027
Tgl periksa : 17 – 12 – 2018
33
K. TERAPI OBAT
L. ANALISA DATA
DO :
pasien tampak menahan sakit
keadaan umum baik
TD:140/90 mmHg, S :
36,80c
N : 100 x/menit, RR : 20
x/menit.
P : luka jahitan diperinium
(ruptur)
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : di daerah perinium
34
S : skala nyeri 4
T : pada saat bergerak
DS : Prosedur infansif Resiko infeksi
Pasien mengatakan saat setelah (domain 11. Kelas 1. Kode
melahirkan dilakukan heating diagnosa 00004)
pada jalan lahir.
DO :
Ruptur pada perinium,
terdapat 3 jahitan pada
perinium.
Lokhea rubra
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
N. PERENCANAAN
35
5. Melaporkan nyeri terkontrol Managemen nyeri (1400)
1. Berikan informasi mengenai PQRST
2. Kendalikan faktor lingkungan
3. Kurangi pencetus nyeri
4. Dorong pasien untuk kontrol nyeri
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV (terutama suhu tubuh)
keperawatan selama 3x24jam 2. Observasi pengeluaran lokhea beserta
diharapkan tidak terjadi infeksi karakteristiknya
dengan kriteria hasil : 3. Monitor fundus uteri dan kontraksi
Tidak ada tanda-tanda uterus
infeksi/inflamasi 4. Observasi tanda-tanda infeksi REEDA
5. Monitor hasil laboratorium
O. IMPLEMENTASI
36
Jam 13.05 2 - memonitor tanda-tanda infeksi S : pasien mengatakan jalan lahir dijahit
REEDA
- memonitor TTV O:
- Keadaan umum baik
- Terdapat 3 jahitan pada perinium
R : tidak ada kemerahan
E : tidak ada bengkak
E : tidak ada memar
D : lokhea darah, bau khas 100cc
A : jahitan belum menyatu
Suhu tubuh 36,80c
TD : 140/90 mmHg,
RR : 20x/menit, N: 100x/menit
37
Jam 11.45 2
- Memonitor tanda-tanda S : pasien mengatakan jalan lahir dijahit
infeksi REEDA
O:
- Terdapat 3 jahitan di perinium
- Keadaan umum baik
- Monitor tanda-tanda infeksi
R : tidak ada kemerahan
E : tidak ada bengkak
E : tidak ada memar
D : lokhea rubra, bau khas 80cc
A : jahitan belum menyatu
38
P. EVALUASI
WAKTU DX EVALUASI
17-11-2018 1 S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
Jam 13.55
O : pasien tampak rileks, keadaan umum baik, kesadaran composmentis
P : luka jahitan pada perinium
Q : nyeri seperti tertusuk – tusuk
R : nyeri pada daerah perinium
S : skala nyeri 4
T : nyeri saat bergerak
Pemberian analgesic
Jam 14.05 2
S : pasien mengatakan jalan lahir dijahit, keluar darah pda jalan lahir
39
P : lanjutkan intervensi ( pemberian antibiotik dan monitor tanda-tanda infeksi)
40