Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S P2a0 Post
Partum Spontan Dengan Pre – Eklamsia Berat ( Peb)” dengan sebaik-baiknya.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah MATERNITAS dan sebagai syarat menempuh penyususnan skripsi.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun
duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar
dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak.
Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan
terima kasih kepada yang terhormat Ibu devi selaku dosen pembimbing, serta pihak-pihak
yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.

Klaten, Kamis 03 Januari 2019


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................3

B. TUJUAN..................................................................................................................4

C. RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................5

1. LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN PEB........................5


2. LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM SPONTAN...............................14
3. MASA NIFAS........................................................................................................16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................24

A. IDENTITAS............................................................................................................24
B. RIWAYAT KESEHATAN.....................................................................................24
C. RIWAYAT PERSALINAN....................................................................................25
D. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG..............................................................25
E. RIWAYAT PERSALINAN....................................................................................25
F. RIWAYAT KONTRASEPSI..................................................................................26
G. DATA PSIKOLOGIS..............................................................................................27
H. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR................................................................29
I. PEMERIKSAAN FISIK..........................................................................................31
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................................32
K. TERAPI OBAT.......................................................................................................33
L. ANALISA DATA....................................................................................................33
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN.............................................................................34
N. PERENCANAAN...................................................................................................34
O. IMPLEMENTASI...................................................................................................35
P. EVALUASI.............................................................................................................38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang telah ditentukan
dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5, meningkatkan kesehatan
ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾
resiko jumlah kematian ibu. Terdapat dua kategori kematian ibu yaitu disebabkan oleh
penyebab langsung obstetri yaitu kematian yang diakibatkan langsung oleh kehamilan
dan persalinannya, dan kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu
kematian yang terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh
kehamilan atau  persalinannya.

Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,


angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sekitar
359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2007
yaitu sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Trias utama kematian ibu adalah
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2014, hampir 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010
disebabkan oleh HDK. Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan
vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada
masa nifas.

Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan


proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah
minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika timbul
pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan ganda, diabetes
mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya. Morbiditas janin dari
seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan  berhubungan secara langsung
terhadap penurunan aliran darah efektif pada sirkulasi uteroplasental, juga karena
terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-kasus berat.

Kematian janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder terhadap


solusio plasenta atau vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin terhambat

3
(IUGR). Di negara berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan
hipertensi dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat,
kejang grand mal, dan kerusakan organ lainnya.

Pre-eklampsia berat terjadi pada umur kehamilan 20 minggu lebih. Dikatakan


pre-eklampsia berat, bila disertai tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, oligouria,
urin kurang dari 40 cc/24 jam, proteinuria lebih dari 3gr/liter, adanya gangguan
selebral, gangguan virus dan rasa nyeri di epigastrium dan terdapat edema paru dan
sianosis.

B. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui defenisi pre-eklamsi berat


2. Mahasiswa dapat memahami etiologi preeklampsia berat
3. Mahasiswa dapat memahami tandan dan gejala
4. Mahasiswa dapat memahami patofiologis preeklampsia berat
5. Mahasiswa dapat memahami Pencegahan preeklampsia berat
6. Mahasiswa dapat memahami Faktor resiko preeklampsia berat
7. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan preeklampsia berat

8. Mahasiswa dapat memahami komplikasi preeklampsia berat

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:


1. Apa defenisi pre-eklamsi berat
2. Apa etiologi preeklampsia berat
3. Bagaimana tanda dan gejala preeklampsia berat
4. Mahasiswa dapat memahami patofiologis preeklampsia berat
5. Mahasiswa dapat memahami Pencegahan preeklampsia berat
6. Mahasiswa dapat memahami Faktor resiko preeklampsia berat
7. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan preeklampsia berat
8. Mahasiswa dapat memahami komplikasi preeklampsia berat

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN PRE EKLAMSI


BERAT

A. DEFINISI

Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-eklampsia dalam kehamilan
adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu
(akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.

Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan


edema yang ditimbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan
ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa
(prawirohardjo, 2015).

Pre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan


timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Ai Yeyeh.R, 2011). Sedangkan menurut
Rozihan (2007), Pre-eklampsia berat ialah penyakit dengan tanda-tanda khas seperti
tekanan darah tinggi (hipertensi), pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya
protein dalam urin (proteinuria) yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini
umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga terjadi pada
trimester kedua kehamilan.

Dapat disimpulkan bahwa pre – eklamsi berat adalah kondisi yang di alami
oleh ibu hamil yang di tandai dengan peningkatan tekanan darah antara 140/90 -
160/110 mmHg, pembengkakan yang dapan menyebabkan komplikasi yang gawat
darurat.

B. ETIOLOGI PEB

Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu:

5
1. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas,
2. kehamilan ganda,
3. hidramnion, dan mola hidatidosa
4. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
5. Mempunyai dasar penyakit vaskuler (Hipertensi atau diabetes melitus)
6. Mempunyai riwayat preeklampsi/eklamsi dalam keluarganya. ((Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran, 2014)

Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeklampsia ialah
iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal
yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan
banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. (Ilmu Kebidanan :
2015).

Faktor pertama adalah genetik, jika ibu atau mertua kita memiliki riwayat
preeklampsia, kita juga berisiko mengalaminya pada satu kali atau lebih kehamilan,
yang kedua adalah adanya kelainan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah
bisa mengakibatkan suplai darah ke organ-organ vital seperti ginjal dan hati jadi
berkurang.

Faktor makanan diduga juga bisa menyebabkan preeklamsia pada kehamilan.


Kekurangan kalsium pada tubuh ibu hamil yang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah yang berujung pada preeklamsia. Kalsium dapat membantu menjaga
pembuluh darah dan menjaga tekanan darah tetap normal. Demikian pula, kekurangan
protein, protein yang berlebihan, minyak ikan, vitamin D dan faktor makanan lainnya
juga berperan sebagai penyebab preeklamsiaa.

Obesitas juga disebut-sebut sebagai penyebab lain preeklamsia. Indeks masa


tubuh yang tinggi berkaitan dengan diabetes, tekanan darah tinggi serta resistensi
insulin, dapat mempengaruhi sistem inflamasi.

C. MANIFESTASI

Adapun tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil yang mengalami pre-
eklamsi berat yaitu tekanan darah sistolik >160 mmHg dan diastolik >110 mmHg,
terjadi peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus, trombosit <100.000/mm 3,
terkadang disertai oligouria <400ml/24 jam, protein urine >2-3 gr/liter, ibu hamil

6
mengeluh nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang
berat, perdarahan retina dan oedema pulmonum. Terdapat beberapa penyulit juga
yang dapat terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal ginjal, gagal
jantung, gangguan fungsi hati, pembekuan darah, sindrom HELLP, bahkan dapat
terjadi kematian pada bayi, ibu dan atau keduanya bila pre-eklamsi tidak segera
ditangani dengan baik dan benar (Ai Yeyeh.R, 2011).

Sedangkan pada teori lain mengatakan manifestasi klinis pada Preeklamsi


berat ditandai dengan:

1) TD sebesar 160/110 mmHg pada dua kesempatan terpisah sedikitnya 6 jam, yang
didapat pada saat ibu dalam keadaan berbaring.
2) Proteinuria meningkat
3) Oliguria (haluaran urine <400 ml/24 jam
4) Kepala pusing
5) Penglihatan kabur, skotoma, dan edema selaput mata pada funduskopi (retina
terlihat basah dan berkilau)
6) Edema paru-paru

7) Refleks berlebihan (Patricia,2006)

D. PATOFISIOLOGI

Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi
garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui
oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,
maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus
(Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan


respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang

7
dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet.  Penumpukan trombus dan
perdarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala
dan defisit syaraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan
laju filtrasi glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler
menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput
dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim
(Michael,2015). Pre eklamsia dapat menyebabkan perubahan pada organ :

1. Perubahan kardiovaskuler

Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklamsia


dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara
nyata dipengaruhi oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan
atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik/kristaloid intravena,
dan aktifasi endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru
(Cunningham,2013).

2. Metablisme air dan elektrolit

Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak


diketahui penyebabnya. jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada
penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita
dengan hipertensi kronik. Penderita preeklamsia tidak dapat mengeluarkan
dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi
glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah.
Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya
dalam batas normal (Trijatmo,2005).

3. Mata

8
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain
yang menunjukkan pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia
adalah adanya skotoma, diplopia dan ambliopia. (Rustam,1998).

4. Otak

Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia
pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan
(Trijatmo,2015).

5. Uterus

Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,


sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen
terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan
tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjad partus prematur.

6. Paru-paru

Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh


edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena aspirasi
pnemonia atau abses paru (Rustam, 2008).

E. KOMPLIKASI

Komplikasi-komplikasi maternal meliputi :


1) Eklampsia
2) Solusio plasenta
3) Gagal ginjal
4) Nekrosis hepar
5) Ruptur hepar
6) Kelainan pembekuan darah ( DIC )
7) Anemia hemolitik mikroangiopatik
8) perdarahan otak
9) edema paru

9
10) pelepasan retina

Komplikasi-komplikasi janin meliputi :


1) Prematuritas
2) Insufisiensi utero-plasental
3) Retrdasi pertumbuhan intrauterin

4) Kematian janin intrauterin. (Ben-zion Taber, 2014).

F. PENATALAKSANAAN

Satu-satunya pengobatan untuk preeklamsia berat adalah pelahiran janin.


Keputusan untuk melahirkan janin melanjutkan penatalaksanaan kehamilan sifatnya
individual. Tujuan pengobatan preeklamsi berat adalah :
1. Mencegah terjadinya eklampsia.
2. Anak harus lahir dengan kemungkinan hidup yang besar.
3. Persalingan harus dengan trauma yang sedikit-sedikitnya dengan upaya
menghindari kesulitan pada kehamilan / kehamilan berikutnya.
4. Mencegah hipertensi yaang menetap.
Dasar pengobatannya antara lain istirahat, diet, sedatif, obat-obat antihipertensi,
dan induksi persalinan. Penderita preeklampsi berat dapat ditangani secara aktif
maupun konservatif. Pada perawatan konservatif, kehamilan dipertahankan
bersamaan dengan pemberian pengobatan medisinal, sedangkan perawatan aktif
kehamilan segera diakhiri/diterminasi didahului dengan pemberian pengobatan
medisinal.
 Perawatan Aktif
Sedapat mungkin sebelum perawtan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment (NST & USG)
Indikasi ( salah satu atau lebih)
 Ibu ( Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tanda-tanda atau gejala
impending eklamsia, kegagalan kenaikan konservatif yaitu setelah 6 jam
pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam
perawtan medisinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan).

10
 Janin ( Hasil fetal assesment jelek (NST & USG), Adanya tanda IUGR,
Laboratorium : adanya HELLP syndrome (hemolisis dan peningkatan
fungsi hepar, trombositopenia )
 Pengobatan medisinal
1) Pasien dirawat inapkan dengan posisi tidur miring (lateral recumbent position)
untuk meningkatakan filtrasi glomerulus. Tekanan darah, berat badan, protein
urin, masukan dan keluaran dipantau dengan ketat. Tanda vital diperiksa setiap
30 menit, refleks patella setiap jam. (Ben-zion Taber, 1994)
2) Infuse dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
cc/jam) 500 cc..
3) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam (Syakib Bakri,
2007)
4) Pemantauan hemodinamik invasi : Pengukuran tekanan darah secara berkala,
pemantauan asupan dan haluaran yang ketat, pemantauan nilai laboratorium,
pemantauan hemodinamik memungkinkan pengkajian curah jantung dan
status volume cairan secara adekuat.
5) Pemberian magnesium sulfat (MgSO4) intravena
Pemberian magnesium sulfat untuk mencegah kejang pada ibu.magnesium
sulfat menghambat ambilan kembali asetikolin disinaps ujung saraf dan
membuat otot polos relaksasi. Diberikan 4 gram MgSO 4 20% (20 cc) IV dan
disusul dengan 8 gram MgSO4 40% (20cc) IM. Sebgai dosis pemeliharaan,
diberikan 4 gram MgSO4 40% IM setiap 6 jam sekali setelah dosis awal.
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
1) Harus tersedia antidotum, yaitu kalsium glukonas 10% (1 gram dalam
10cc)
2) Frekuensi pernafasan ≥16 kali/menit.
3) Produksi urin ≥30cc perjam (≥0,5cc/ kg BB/jam)
4) Refleks platela positif.

MgSO4 dihentikan pemberiannya apabila :

1) Ada tanda-tanda intoksikasi.


2) Setelah 24 jam pascapersalinan.
3) Dalam 6 jam pascapersalinan. Sudah terjadi perbaikan (normotensif).
6) Pemberian Hidralazin Hidroklorida
11
Agen anti hipertensi yang paling sering digunakan selama
kehamilan.obat ini menyebabkan vasodilatasi arteri dan menurunkan tekanan
arteri rerata dan resistensi vaskuler sistemik.hidralazin meningkatkan curah
jantung,frekuensi jantung, aliran darah ke ginjal. Hidralazine 2 mg IV,
dilanjutkan dengan 100 mg dalam 500 cc NaCl secara tritasi sampai tekanan
darah sistolis <170 mmHg dan diastolik <110 mmHg. . (Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran, 2004)
 Pengobatan Obstetrik
Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu biasanya dilakukan :
1) Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih
dan dengan fetal heart monitoring.
2) Seksio sesaria bila :
a. Fetal assasment jelek
b. Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kuarang dari 5)
atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
c. 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif.
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan
seksio sesaria.

Cara terminasi kehamilan yang sudah Inpartu

 Kala I
1) Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio
sesaria
2) Fase aktif :
a. Amniotomi saja
b. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan
lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu
dilakukan tetesan oksitosin)
 Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus
buatan. Amniotomi dan tetsan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3
menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32

12
minggu atau kurang, bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2
kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
 Perawatan Konservatif
1. Indikasi : bila kehamilan pre term kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
inpending eklamsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : sama dengan perawatan medisinal pada penegelolaan
aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup
intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong
kanan.
3. Pengobatan obstetri :
1) Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
2) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklamsi
ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
3) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan
medisinal gagal dan harus diterminasi.
4) Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
4. Penderita dipulangkan bila :
1) Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklamsia ringan
dan telah dirawat selama 3 hari.
2) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklamsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklamsia ringan
(diperkirakan lama perawtan 1-2 minggu).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Tes kimia darah : ureum, kreatinin dan asam urat menilai fungsi ginjal. Biasanya
konsentrasi ureum dan kreatinin tidak mneingkat; asam urat lebih mungkin
meningkat sebagai akibat penurunan bersihan ginjal. Kadar asam urat serum lebih
besar dari 7 mg% memberi kesan risiko janin yang meningkat.
2. Tes fungsi hati (bilirubin, laktat dehidrogenase (LDH), dan SGOT menilai
bertnya penyakit hepar.

13
3. Elektrolit darah biasanya normal.
4. Pemeriksaan koagulasi dapat memberi kesan koagulasi intravaskular diseminata.
Penurunan jumlah trombosit mungkin merupakan manifestasi pertama dari
koagulopati yang serius.
5. Pengukuran keluaran urin : merupakan suatu indikator penting dari bertnya proses
penyakit. Oliguria adalah suatu tanda bahaya dari fungsi ginjal yang mengalami
kegagalan. Kumpulan urin 24 jam membantu dalam menilai beratnya proteinuria.
6. Bersihan kreatinin membantu dalam evaluasi fungsi ginjal.
7. Pemantauan denyut jantung janin : menyingkirkan gawat janin sepanjang 1)
denyut jantung dalam batas normal, 2) variabilitas denyut ke denyut normal, 3)
akselerasi timbul saat gerakanjanin, dan 4) tidak ada deselerasi saat kontraksi
uterus. Non-stress test atau contraction stress test memberikan penilaianm
kesehatan janin.
8. Aniosentesis : tes dari cairan ketuban (rasio L/S; fosfatidilgliserol; fosfatdilkolin
jenuh) memberikan penilaian dari maturitas paru janin.
9. Ultrasonografi : pengukuran secara seri dari diameter biparietal; dapat
menerangkan kejadian dini dari retardasi pertumbuhan intrauterin. Gerakan
pernapasan janin, kativitas janin dan volume cairan ketuban memberikan
penilaian tambahan dari kesehatan janin. Sonografi dapat mengidentifikasi
kehailan ganda atau anomali janin.
10. Pengukuran estriol memberikan penilaian fungsi feroplasental. Kadar yang
rendah atau menurun memberi kesan insufisiensi fetoplasental.

11. Human Placental Lactogen (HPL) yang kurang dari 4mcg/ml memberi kesan
fungsi plasenta yang abnormal dean janin dalam bahaya. (Ben-zion Taber, 2014)

2. LAPORAN PENDAHULUAN TINDAKAN POST PARTUM SPONTAN

A. PENGERTIAN
Persalinan adalah suatu proses yang dialami peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (mufadillah &
hidayat 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu (nitayani,2009).

14
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presntasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (prawiroharjo, 2006)

B. INDIKASI
a. Ketuban pecah dini
b. Kehamilan lewat waktu
c. Oligohidramnion
d. Korioamrionitis
e. Pre eklamsi berat
f. Hipertensi akibat persalinan
g. Intra uterin fetal death (IUFD) dan pertumbuhan janin (PJT)
h. Insufilensi plasenta
i. Perdarahan ante partum

j. Umbilikal abnormal arteri doppler

C. KONTRA INDIKASI
a. Disproporsi cephalo pelvik (CPD)
b. Plsenta previa
c. Gammeli
d. Poli hidramnion
e. Riwayat sectio sesarea klasik
f. Gawat janin
g. Hidrocepalus

h. Infeksi herpes genetal aktiv

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN


a. Pasange (jalan lahir)
b. Power (tenaga)

15
c. Passanger (janin)
d. Psikis(psikologis)

e. Penolong

E. TANDA-TANDA INPARTU
a. Adanya rasa sakit akibat his yang kuat dan teratur
b. Keluar lendir yang bercampur darah lebih banyak karena robekan kecil pada
servik
c. Mendatar dan pembukaan sudah ada
d. Kada-kadang ketuban pecah sendiri

3. LAPORAN PENDAHULUAN MASA NIFAS

A. PENGERTIAN

Masa nifas disebut juga masa post partum yang merupakan masa atau waktu
sejati bayi lahir dan plasenta keluar lepas dari rahim. Sampai 6 minggu berikut
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang
mengalami perubahan seperti perlakuan dan lain sebagainya yang berkaitan saat
melahirkan (suherni,2009).

Masa nifas adalah masa pulih kembali, Mulai dari persalinan selesai hingga
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil (bahyatun, 2009).

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kembali seperti keadaan sebelum lahir (sarwono prawirohadjo, 2008).

B. KLASIFIKASI

1. Puerperium dini, kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainya
2. Puerperium intermediate, kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya
sekitar 6-8minggu

3. Puerperium remote, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan tanpa komplikasi (vivian
Nanny, 2010).

16
C. PERUBAHAN FISIOLOGI PADA MASA NIFAS

Menurut saifudin (2008)


1. Uterus / rahim

Setelah persalinan uterus seberat ± 1kg, karena involusio 1minggu kemudian


beratnya sekitar 500gram, dn pada akhir minggu ke 2 menjadi 300gram dan
segera sesudah minggu ke 2 menjadi 100gram. Jumblah sel sel otot tidak
berkurang banyak hanya saja ukuran selnya yang berubah. Setelah persalinan
tempat plasenta terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombos.
Setelah kelahiran, ukuran pembuluh darah ekstra uteri mengecil menjadi sama
atau sekurang kurangnya mndekati ukuan sebelum hamil.

2. Serviks atau leher rahim

Serviks menjadi tebal, kaku dan masih terbuka selama 3 hari, namun ada juga
yang berpendapat sampai 1 minggu. Bentuk mulut serviks yang bulat menjadi
agak memanjang dan akan kembali normal dalam 3 – 4 bulan.

3. Vagina

Vagina yang bengkak serta lipatan ( rugae) yang hilang akan kembali seperti
semula setelah 3- 4 miggu.

4. Abdomen

Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusio pada perut sebaiknya di
ikuti olahraga atau senam penguatan otot otot perut. Jika ada garis garis biru
( striase) tidak akan hilang, kemudian perlahan lahan akan berubah warna menjadi
keputihan. Penentuan jumlah diastasis rekti diguakan sebagai alat objektif untuk
mengevaluasi tonus otot abdomen. Diastasis rekti adalah derajat pemisahan otot
rektus abdomen (rektus abdominis). Pemisahan ini diukurmenggunakan lebar jari
ketika otot otot abdomen kontraksi dan sekali lagi ketika otot otot tersebut
relaksasi.

D. PERUBAHAN PSIKOLOGI MASA NIFAS

17
1. Fase taking – in

Periode ketergantungan yang berlagsung pada hari ke 2 setelah melahirkan. Pada


saat itu, ibu fokus pada perhatian dirinya sendiri. Ibu cenderung pasif dengan
lingkunganya.

2. Fase taking – hold

Berlngsung 3 – 10 hari post partum. Ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayinya, ibu memiliki perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.

3. Fase letting – go

Fase menerima taggug jawab barunya yang berlangusng selama 10hari setelah
melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta
kepercayaan diri sudah meningkat. ( vivian Nanny & Tri Sunarsih. 2011)

E. PATOFISIOLOGI

Dalaam masa nifas alat alat genetalia internal maupun eksternal akan berangsur
angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubaha perunahan penting
lain yaitu mengkonsetrsi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pegaruh
lactogenik hormone dari kelenjar kelenjar mamae. Otot otot uterus berkontraksi
segera post partum. Pembuluh pembuluh darah yang ada antara otot otot uterus akan
terjepit proses ini akan meningkatkan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan
perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosit, degenerasi dan
nekrosis di tempat impantasi plasenta pada hari pertma endometrium yang kira kira
setebal 2-5mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua basalis
yang memakai waktu 2-3 minggu. Ligamen dan diagfragma velvis serta fasio yang
meregag sewatu kehamilan dn perlu setelah jalan lahir berangsur angsur kembali
seperti sediakala.

F. PATHWAY

Terlampir

G. DATA FOKUS MASA NIFAS

18
1. Idetitas pasien
2. Keluhan utama, sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
3. Riwayat kehamilan, usia kehamilan, serta riwayat penyakit menyertai.
4. Riwayat persalinan
a. Tempat persalinan
b. Normal atau terdapat komplikasi
c. Keadaan bayi
d. Keadaan ibu
5. Riwayat nifas yang lalu
a. Pengeluaran ASI lancar atau tidak
b. BB bayi
c. Riwayat ber KB atau tidak
6. Pemeriksaa fisik
a. KU pasien
b. Abdomen
c. Salura cerna
d. Alat kemih
e. Lochea
f. Vagina
g. Peineum, edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka, episiotomi, memar,
hemoroid, (wasir atau ambein )
h. Ektremitas. Varises, betis apakah lemah dan panas, edema, reflek.
i. Kemampuan perawatan diri
7. Pemeriksaan psikososial
a. Respon + persepsi keluarga
b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri b.d agen injuri fisik (trauma jalan lahir)


b. Hambatan mobilitas fisik b.d insisi bedah
c. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik pasca operasi

19
d. Kurang pengetahuan : Perawatan post partum b.d kurang informasi penanganan
post partum .
e. Menyusui tidak efektif b.d kurang pengetahuan

f. Resiko infeksi b.d faktor resiko: laserasi jalan lahir, bantuan, pertolongan
persalinan

I. INTERVENSI

1. Nyeri b.d agen injury fisik


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri ibu
berkurang.
Kriteria Hasil :
a. Skala nyeri berkurang
b. Ibu mengatakan nyerinya berkurang sampai hilang
c. Tidak merasa nyeri saat mobilisasi
d. Tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji ulang skala nyeri
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
c. Motivasi memobilisasi sesuai indikasi
d. Berikan kompres hangat
e. Delegasi pemberiananalgetik

Rasional :
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat.
b. Untuk mengalihkan perhatian ibudan rasa nyeri yang dirasakan.
c. Memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan mengurangi
nyeri secara bertahap.
d. Meningkatkan sirkulasi pada perineum
e. Melonggarkan sistem saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang.

2. Hambatan mobilitas fisik b.d insisi bedah


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan hambatan mobilitas
dapat teratasi dengan baik.

20
Kriteria Hasil :
a. Keadaan umum baik
b. Klien dapat beraktivitas seperti semula
c. Klien dapat bergerak scara mandiri
Intervensi :
a. Kaji kemampuan pergerakan aktivitas klien seperti : (Miring ke kanandan ke
kiri).
b. Anjurkan klien melakukan mobilisasi secara bertahap
c. Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam melakukan latihan gerak
d. Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang pentingnya
melakukan latihan gerak.
Rasional :
a. Melakukan latihan gerak dapat menghindari kekuatan pada otot
b. Untuk mengetahui kemampuan pergerakan klien
c. Bantuan keluarga dapat membantu memotivasi klien untuk melakukan gerak
d. Pendidikan kesehatan dapat memberikan pemahaman terhadap klien dan
keluarga

3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik pasca operasi


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan deficit perawatan
diri tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a. Klien Nampak brsih dan rapi
b. Klien dan keluarga mengerti pentingnya kebersihan
Intervensi :
a. Pantau tingkat pemahaman klien, berikan penjelasan tentang manfaat
perawatan diri
b. Lakukan perawatan vulva hygiene
c. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri setiap hari
Rasional :
a. Informasi sangat mempengaruhi klien sehingga klien dapat termotivasi
untuk melakukan perawatan diri
b. Vulva hygiene akan mencegah berkembang biaknya kuman-kuman yang
dapat masuk ke dalam serviks

21
c. Meningkatkan tingkat kemandirianklien di dalam merawat dirinya serta
memperlancar sirkulasi udara.

4. Kurang pengetahuan ; perawatan post partum b.d kurangnya informasi tentang


penanganan post partum
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pengetahuan ibu
tentang perawatan dini dan bayi bertambah.
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang perawatan dini (perawatan luka section caesarea),
perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran , istirahat, KB, perawatan
payudara.
b. Sarankan agar mendemonstrasikan apa yang sudah dipelajari.
Rasional :
a. Membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan berperan
pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
b. Memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah dipelajari.

5. Menyusui tidak efektif b.d kurang pengetahuan


Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui
Kriteria hasil :
a. Ibu mengungkapkan proses situasi
b. Bayi dapat ASI yang cukup
Intervensi :
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui
sebelumnya
b. Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik menyusui
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional :
1. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan
intervensi yang tepat
2. Posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak
dan mengganggu

22
3. Agar kelembaban pada payudara tetap dalam batas normal

6. Resiko infeksi b.d faktor resiko: laserasi jalan lahir, bantuan, pertolongan
persalinan
Tujuan :
Seteah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
a. Dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi
b. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi

Intervensi :

a. Kaji lokhea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan
episiotomi
b. Sarankan ibu agar mengganti pembalut per 4 jam
c. Pantau tanda-tanda vital
d. Lakukan rendam bokong
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang

Rasional :

1. Untuk mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensikan dengan


tepat
2. Agar tidak terjadi media tempat berkembang biaknya kuman
3. Peningkatan suhu lebih dari 38 derajat celcius menandakan infeksi
4. Untuk memperlancar sirkulasi ke perineum dan mengurangi oedema
5. Membantu mencegah kontraksi rektal melalui vagina

23
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama penguji : Yuli, Ainu, Rema


Tanggal pengkaji : 17 desember 2018

A. IDENTITAS
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : cepogo 06/02, sukabumi, cepogo, boyolali
Pekerjaan : Swasta
Tanggal partus : 17 desember 2018

Jenis partus : Normal

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. M
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : cepogo 06/02, sukabumi, cepogo, boyolali

Hubungan : Suami

B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan utama

Pasien masih merasakan nyeri dan lemas

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien merasakan sudah tidak ada keluhan saat ini pasien berada di adas
manis, tidak ada sesak nafas ( - ), tidak merasakan pusing ( - ) hanya merasa tidak

25
nyaman karena nyeri, pasien melahirkan bayi dengan proses persalinan normal
BB bayi : 3100gr, PB : 49cm, Lk : 35cm, Ld : 32cm.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan memiliki riwayat darah tinggi, pasien juga mengatakan


mengalami hal yang sama dengan kondisi yang sama pada saat melahirkan anak
yang ke 2.

C. RIWAYAT PERSALINAN

No Umur L/P H?M BBL Cara Lahir Penolong Nifas Lain


1 7 tahun L H 2800 Normal Bidan -
2 5 tahun P H 3000 Normal Bidan -
3 0 P H 3100 Normal Bidan -
Ini merupakan kelahiran anak ke 3, anak pertama pasien berumur 7 tahun dan anak ke
duaberumur 5 tahun.

D. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

1. Gangguan pada hamil muda


Pasien mengatakan selama hamil muda hanya merasakan mual dan muntah
2. Tempat pemeriksaan kehamilan
Pasien mengatakan selama hamil melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 1x
dalam satu bulan di bubidan praktekan mandiri.
3. Obat yang diberikan
Selama hamil dan melakukan pemeriksaan rutin pasien mengatakan di beri obat
berupa vitamin C, asam folat, dan tablet tambah darah.
4. Nutrisi selama hamil

Pasien mengatakan saat hamil pasien makan teratur 3 – 4 kali dalam sehari
dengan porsi biasa ( nasi, sayur, lauk ), minum sebanyak 8 – 12 gelas per hari.

E. RIWAYAT PERSALINAN

1. Jenis persalinan
Pasien mengatakan melahirkan secara normal pada tanggal 17 desember 2018
pukul 07.55 dengan jenis kelamin bayi perempuan dengan BBL : 3100gr, PB :

26
49cm, Lk : 35cm, Ld : 32cm pasien di rawat di adas manis karena Pre – Eklamsia
Berat pada kala II dengan TD : 150/90mmHg. Dengan APGAR SCORE

Apgar score 0 1 2 Menit 1 Menit 5


Denyut nadi Tidak ada <100x/menit >100x/menit 2 2
Pernapasan Lambat, tidak Teratur, menangis 2 2
teratur kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi Gerakan aktif dan 2 2
sedikit teratur
Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat 2 2
Warna kulit Biru pucat Tubuh kemerahan, Tubuh dan 2 2
ekstremitas biru ekstremitas
kemerhan
Total 10 10
Bayi di bawa ke ruang adas manis bersama dengan Ibu nya

2. Lama persalinan
a. Kala I : -
b. Kala II : 45 menit, 07.09 pembukaan lengkap, lahir jam 07.54 perempuan
dengan BBL : 3100, Ld : 32cm, Lk : 35, Pb : 49cm, bayi lahir menangis
dengan spontan pada penilaian apgar score di 1 menit pertama 10 dan di menit
ke 5 10, perinium terdapat robekan karena proses persalinan.
c. Kala III : 5 menit 07.58 plasenta keluar spontan
d. Kala IV : perdarahan normal, jumlah ±100cc
3. Keadaan Umum

Pasien mengatakan setelah melahirkan badan terasa lemas, nyeri, kesadaran


composmentis dengan pengukuran TD : 140/90mmHg, N : 100x/mnit, RR :
20x/mnit, S : 36,8°C.

F. RIWAYAT KONTRASEPSI

1. Jenis kontrasepsi
Pasien mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan
2. Lama pemakaian
Pasien mengatakan menggunakan KB suntik sudah ± 3 tahun
3. Keluhan selama menjadi akseptor
Pasien mengatakan tidak pernah haid saat menggunakan KB suntik

27
G. DATA PSIKOLOGIS

1. Empati sensistivitas dan respon ibu

Pasien mengatakan sudah memahami isyarat bayi, karena Ny. S sudah memiliki 2
anaka sebelumnya, pada saat ini bayi menangis pasien paham ananknya
merasakan haus ingin ASI atau BAB/BAK. Pasien langsung mengambil bayi
untuk di beri ASI tau membersihakan bayi saat setelah BAB/BAK.

2. Konsep diri
a. Kepuasan ibu terhadap persalinan / kelahiran

Pasien mengatakan bersyukur dengan kelahiran anak ke tiganya secara


normal dan lancar, bayi permebuan dengan BBL : 3100gr tetap[i pasien
merasa sedih karena masih di lakukan perawatan di rumah sakit.

b. Penerimaan diri ibu

Pasien mengatakan menerima keberadaan anak dan statusnya sebagai ibu


dari anak – anaknya.

c. Harga Diri :
1) Perubahan yang diraskan setelah persalinan
Pasien mengatakan merasa ada perubahan pada tubuh seperti perut
yang tadinya besar sekarang menjadi kecil, pada payudara terasa
penuh dan sesak.
2) Hal penting yang diperkirakan
Pasien hanya memikirkan untuk cepat sembuh dan segera pulang
3) Kesesuaian antara harapan dan kenyataan
Pasien hany berharap pada saat melahirkan bisa lahir di bidan desa
saja, lahir spontan dan kenyataan Ny. S harus melahirkan di Rumah
Sakit dan di rawat.
4) Sikap ibu terhadap persalinan dan merawat bayi

28
Pasien mengatakan pada saat persalinan Ny. S selalu mengikuti
perintah bidan/dokter yang membantu proses persalinan, pasien
sudah mampu untuk merawat bayinya.

d. Pengalaman melahirkan

Pasien mengatakan senang dengan kelahiran anak ketiganya dengan


spontan dan normal

e. Kecemasan
1) Apa respon ibu jika bayi sakit
Pasien mengatakan jika anaknya sakit langsung di bawa ke rumah
sakit
2) Perilaku ibu pada saat bayi sakit

Pasien mengatakan cemas, dan akan segera memeriksakan ke


temp[at pelayanan kesehatan terdekat / melakaukan perawatan
mandiri

f. Depresi
1) Apakah ibu tampak diam dan menarik diri
Pasien menerima dengan kondisi saat ini pasien tidak menarik diri
2) Apakah ibu tampak menangis

Pasien tidak tampak menangis, hanya berharap semoga cepat


pulang

g. Konflik peran

Pasien menerima perannya sebagai ibu dari 3 anaknya dan istri. Pasien
akan berusaha tidak menjadi lupa akan pemenuhan kebutuhan dari ke 3
anaknya dan istri. Pasien akan berusaha untuk menjadi ibu rumah tangga
yang mampu mengurus anaknya.

h. Dukungan sosial

29
Suami dan keluarga pasien sangat mendukung baik secara finansial
maupun psikologis untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan anaknya.
Sehingga pasien dapat menjalankan tugas dan perannya dengan baik.

i. Bodding attachment

Apgar score 10, bayi diletakkan di dada ibu setelah bayi lahir dari perut
ibu, pasien langsung menyentuh dan tersenyum .

j. Adaptasi psikologis post partum


1) Takking in
Pasien bergantung pada orang lain terutama pada suami
2) Taking hold
Pasien sangat tertarik dengan bayinya yang telah lahir
3) Letting go

Pasien tidak mampu merawat dirinya sendiri terlebih dalam segi


kebersihan

H. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

1. Nutrisi
a. Saat di rumah
Pasien mengatakan pada saat dirumah makan 3 – 4 kali dalam sehari
dengan porsi biasa ( nasi, sayur, lauk ) dan minum 8 – 12 gelas perharinya.
b. Di rumah sakit

Pasien mengatakan saat dirumah sakit makan 3 x sehari, makanan yang


telah disediakan oleh rumah sakit, dan minum 4 – 5 gelas sehari.

2. Eliminasi
a. Saat di rumah
Pasien mengatakan BAB 1 x dalam sehari dengan konsistensi lember
berwarna kuning kecoklatan, bau khas. BAK ±8x sehari warna urine
kuning jernih bau khas
b. Saat di rumah sakit

30
Pasien mengatakan belum BAB sejak pertama kali dirawat untuk BAB
terpasang DC dengan output ± 500cc/3jam.

3. Oksigenasi

Pasien mengatakan tidak ada maslah dengan pernapasan, tidak ada sesak napas.

4. Aktivitas dan istirahat


a. Saat di rumah
Pasien mengatakan selama hamil beraktifitas seperti biasa hanya saja tidak
melakukan pekerjaan yang berat.

b. Di rumah sakit
Pasien mengatakan setelah persalinan ia mengatakan beraktifitas dengan di
bantu keluarganya mengikuti instruksi perawata untuk bergerak agar
ekstremitas mampu rileks

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Mobilitas √
Ambulasi √
Makan dan minum √
Keterangan :

0 : mandiri

1 : dibantu sebagian

2 : di bantu orang lain

3 : di bantu orang lain dan alat

4 : bergantung pada orang lain

5. Pola tidur
a. Saat di rumah
Pada saat di rumah pasien tidur cukup pukul 20.00 – 04.50 tidur siang ± 1-
2 jam tidak mengalami ganguan tidur

31
b. Saat di rumah sakit

Pasien mengatakan tidurcukup seperti biasa

6. Seksualitas

Pasien mengatakan memiliki 3 anak, anak pertama berusia 7 tahun, anak kedua
berusia 5 tahun dan anak ketiga baru saja dilahirkan pada tanggal 17 – 12 – 2018
pada saat ini hanya terganggu berhubungan karena adanya luka pada perineum.

I. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum
Kesadran : cm
TD : 140/90mmHg
N : 117x/mnt
S : 37°C
RR : 21x/mnit
2. Mata
Konjungtiva, tampak anemis, sklera berwarna putih, mata simetris
3. Leher
Tidak ada lesi dan pembesaran kelanjar getah bening
4. Dada /mamae
a. Inspeksi : dad simetris, bersih tidak ada pembengkakan tidak ada
hiperpigmentasi, Asi sudah keluar
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan kolostrum keluar, tidak ada massa
5. Abdomen
a. Inspeksi : bentuk simetris, tampak bersih, tidak ada luka, tampak stiage,
dan linea nigra
b. Auskultasi : bising usus tidakterdengar
c. Palpasi : TFU 2 jari di bawah perut, kontraksi uterus teraba keras
6. Genetalia
a. Vagina : lokhea rubra ±100cc, konsistensi cair, bau khas
b. Anus : tidak ada hemoroid

32
c. Perinium : ruptur, jumlah jahita ±10, tida ada edema tidak ada tanda –
tanda inflamasi
7. Ekstremitas
a. Atas : tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada bekas luka, infus
terpasang RL 20tpm di tangan kiri pasien
b. Bawah : tidak ada edema, tidak ada varises, tidak ada tanda homan
( trombofeblitis ) pasien dapat berjalan sendri.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium
Nama : Ny. S
No RM : 14457390
No lab : 181217027
Tgl periksa : 17 – 12 – 2018

Pemeriksaan Hasil satuan Nilai rujukan Keterangan


Hematologi
Darah lengakap
Hemoglobin 11,2 g/dl 12 - 16
Lekosit 6920 /ul 4800 – 10800
Led 0,2 /mm 0 – 20
Hitung jenis sel
Eosinofil % 0,1 % 1–3
Basofil % % 0–1
Neutrofil/batang % 79,3 %
Neutrofil segment% 17,8 % 50 – 70
Lemfosit % 2,6 % 20 – 40
Monofit % 34,0 % 2–8
Hematokret 40 % 37 – 47
Protein plasma g/dl 6–8
Trombosit 123 /ul 150 – 450
Eritrosit /ul
Mcv 95 fl 80 – 100
Mch 30 pg 27 – 32
Rdw
Hbsag Negatif
Anti HCV Negatif
HIV Negatif

33
K. TERAPI OBAT

Infus RL atau ringer dekstrose 5 %


MGSO4 ( pencegah dan terapi kejang )
Dosisi awal
8gr IM ( 40 % )
4gr IV di encerkan dengan aquabides sampai 20cc di suntikan perlahan selama 5 – 10
menit
Dosis lanjut
4gr IM / 6 jam bergantian Bo ka – ki atau

1 – 2gr/jam iv dapat dengan syiringpump atau drip perinfus antihipertensi ( nifedipin


10mg ).

L. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM

DS : Agen cidera fisik (sobekan Nyeri Akut


 pasien masih merasa nyeri perinium ketika melahirkan ) (Domain 12. kelas 1. Kode
dan lemas diagnosis 00132. Hal 445 )

DO :
 pasien tampak menahan sakit
 keadaan umum baik
 TD:140/90 mmHg, S :
36,80c
N : 100 x/menit, RR : 20
x/menit.
P : luka jahitan diperinium
(ruptur)
Q : seperti ditusuk-tusuk
R : di daerah perinium

34
S : skala nyeri 4
T : pada saat bergerak
DS : Prosedur infansif Resiko infeksi
Pasien mengatakan saat setelah (domain 11. Kelas 1. Kode
melahirkan dilakukan heating diagnosa 00004)
pada jalan lahir.

DO :
 Ruptur pada perinium,
terdapat 3 jahitan pada
perinium.
 Lokhea rubra

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik


2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invansif

N. PERENCANAAN

DIAGNOSA NOC NIC


Nyeri akut - Kontrol nyeri Pemberian analgesic (2210)
Setelah dilakukan tindakan 1. Cek perintah 6 benar obat
keperawatan selama 3x24jam 2. Cek adanya alergi obat
diharapkan nyeri dapat terkontrol 3. Tentukan pemilihan obat analgesic
dengan kriteria hasil : 4. Berikan kebutuhan kenyamanan dan
1. Mengenali kapan nyeri terjadi aktifitas lain yang dapat membantu
2. Menggunakan tindakan relaksasi untuk memfasilitasi
pengurangan nyeri tanpa obat penurunan nyeri
3. Melaporkan perubahan terhadap 5. Berikan analgesic sesuai anjuran
gejala nyeri pada tenaga dokter
kesehatan
4. Skala nyeri 0

35
5. Melaporkan nyeri terkontrol Managemen nyeri (1400)
1. Berikan informasi mengenai PQRST
2. Kendalikan faktor lingkungan
3. Kurangi pencetus nyeri
4. Dorong pasien untuk kontrol nyeri

Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV (terutama suhu tubuh)
keperawatan selama 3x24jam 2. Observasi pengeluaran lokhea beserta
diharapkan tidak terjadi infeksi karakteristiknya
dengan kriteria hasil : 3. Monitor fundus uteri dan kontraksi
Tidak ada tanda-tanda uterus
infeksi/inflamasi 4. Observasi tanda-tanda infeksi REEDA
5. Monitor hasil laboratorium

O. IMPLEMENTASI

WAKTU DX IMPLEMENTASI RESPON


17-11-2018 1 - mengontrol nyeri dengan melatih S : pasien mengatakan nyeri sedikit
nafas dalam. berkurang
Jam 12.00 - Memberikan lingkungan yang
nyaman O:
- mengontrol nyeri PQRST - Pasien tampak rileks
- Keadaan umum baik
- Managemen kontrol nyeri
P : luka jahitan pada perinium
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri didaerah perinium
S : skala nyeri 4
T : saat bergerak

36
Jam 13.05 2 - memonitor tanda-tanda infeksi S : pasien mengatakan jalan lahir dijahit
REEDA
- memonitor TTV O:
- Keadaan umum baik
- Terdapat 3 jahitan pada perinium
R : tidak ada kemerahan
E : tidak ada bengkak
E : tidak ada memar
D : lokhea darah, bau khas 100cc
A : jahitan belum menyatu
Suhu tubuh 36,80c
TD : 140/90 mmHg,
RR : 20x/menit, N: 100x/menit

18-11-2018 1 - kontrol nyeri PQRST S : pasien mengatakan nyeri sedikit


Jam 09.00 - memberikan obat analgesic berkurang setelah nafas dalam dan
- mengajarkan tehnik relaksasi meminum obat
nafas dalam
O:
- Pasien tampak rileks
P : luka jahitan pada perinium
Q :nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : nyeri didaerah perinium
S : skala nyeri 3
T : nyeri saat bergerak

37
Jam 11.45 2
- Memonitor tanda-tanda S : pasien mengatakan jalan lahir dijahit
infeksi REEDA
O:
- Terdapat 3 jahitan di perinium
- Keadaan umum baik
- Monitor tanda-tanda infeksi
R : tidak ada kemerahan
E : tidak ada bengkak
E : tidak ada memar
D : lokhea rubra, bau khas 80cc
A : jahitan belum menyatu

Jam 13.45 1,2


- Memberikan edukasi tentang S : pasien mengatakan sedikit paham
perawatan luka jahitan tentang perawatan luka
diperinium untuk
meningkatkan rasa nyaman O :
dan megontrol resiko infeksi - Pasien tampak memerhatikan
penjelasan tetang perawatan luka
- Pasien kooperativ
- Pasien tampak tenang

38
P. EVALUASI

WAKTU DX EVALUASI
17-11-2018 1 S : pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang
Jam 13.55
O : pasien tampak rileks, keadaan umum baik, kesadaran composmentis
P : luka jahitan pada perinium
Q : nyeri seperti tertusuk – tusuk
R : nyeri pada daerah perinium
S : skala nyeri 4
T : nyeri saat bergerak
Pemberian analgesic

A : masalah keperawatan nyeri teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi (tehnik relaksasi dan pemberian analgesic)

Jam 14.05 2
S : pasien mengatakan jalan lahir dijahit, keluar darah pda jalan lahir

O : terdapat 3 jahitan diperinium, keadaan umum baik


Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
R : tidak ada kemerahan
E : tidak ada bengkak
E : tidak ada memar
D : lokhea rubra kurang lebih 100 cc, bau khas,
A : jahitan belum menyatu
Suhu tubuh 36,80c
Pemberian antibiotik

A : masalah keperawatan resiko infeksi teratasi sebagian

39
P : lanjutkan intervensi ( pemberian antibiotik dan monitor tanda-tanda infeksi)

18-11-2018 1 S : pasien mengatakan nyeri berkurang dan merasa nyaman


Jam 13.40
O : pasien tampak rileks, keadaan umum baik,
P : luka jahitan di perinium
Q : nyeri seperti tertusuk - tusuk
R : nyeri didaerah perinium
S : skala nyeri 3
T : nyeri saat bergerak

A : masalah keperawatan nyeri teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi (pemberian analgesic dan perawatan luka )

Jam 13.55 2 S : pasien mengatakan jualan lahir dijahit

O : keadaan umum baik, terdapat 3 jahitan diperinium


Tidak ada tada-tanda infeksi
R : tidak ada kemerahan
E : tidak ada bengkak
E : tidak ada memar
D : lokhea rubra kurang lebih 80 cc, bau khas
A : jahitan belum menyatu

A : Masalah keperawatan resiko infeksi teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi (pemberian antibiotik dan perawatan luka )

40

Anda mungkin juga menyukai