Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat
beserta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hernia
Nukleus Pulposus”. Laporan ini disusun guna memenuhi Semester Pendek Mata Kuliah
Muskuloskeletal II. Tidak lupa saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah ini. Semoga segala
bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.

Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun
sistematika. Oleh karena itu, saya sangat berterima kasih apabila ada kritik dan saran untuk
perbaikan dan kesalahan makalah ini.

Harapan saya, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya dalam
upaya peningkatan wawasan wacana kesehatan.

Akhir kata saya hanya dapat mengucapkan terimakasih dan semoga Allah selalu
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua.

Klaten, 22 Agustus 2018

Nur Ainu R
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau perubahan
degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang
menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh ( Doenges, 1999).

HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5-S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang terjadi
pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan
umur setelah 20 tahun. Insiden terbanyak adalah pada kasus Hernia Lumbo Sakral lebih dari 90 %, dan
diikuti oleh kasus Hernia Servikal 5-10 % . Pasien HNP lumbal seringkali mengeluh rasa nyeri menjadi
bertambah pada saat melakukan aktifitas seperti duduk lama, membungkuk, mengangkat benda yang
berat, juga pada saat batuk, bersin dan mengejan. Rose dan Engstorm menyebutkan bahwa nyeri yang
bertambah pada saat batuk, bersin dan mengejan di sebabkan oleh peningkatan tekanan intratekal yang
transien sepanjang durameter. Wiener mendapatkan sekitar 48-84 % pasien HNP lumbal mengalami rasa
nyeri yang bertambah saat batuk, bersin dan mengejan.

Menjelang usia meningkat setelah 20 tahun, mulailah terjadi perubahan-perubahan pada anulus
fibrosus dan nukleus pulposus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus dan sebagian rusak
diganti oleh jaringan kolagen. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga dalam anulus fibrosus
terbentuk rongga-rongga. Nukleus pulposus akan melakukan infiltrasi ke dalam rongga-rongga tersebut
dan juga mengalami perubahan berupa penyusutan kadar air. Jadi terciptalah suatu keadaan dimana disatu
pihak volume materi nukleus pulposus berkurang dan dipihak lain volume rongga antar vertebrae
bertambah sehingga terjadilah penurunan tekanan intradiskal yang mengakibatkan nukleus pulposus
menonjol.

TUJUAN

1. Tujuan Umum
Untuk mengethui tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Muskuloskletal (HNP).

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Jenis-jenis dari tumor kulit ganas dari definisi, etiologi,
klasifikasi, tanda & gejala, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang dari
HNP.
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem muskulokletal
(HNP) dari tahap pengkajian hingga intervensi.

3. Manfaat
a. Bagi perawat
Menambah wawasan kesehatan dan agar lebih mengetahui tentang Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal (HNP).
b. Bagi masyarakat
Memberikan Penjelasan, pengetahuan, dan penyuluhan tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal (HNP) dan
intervensi apa saja yang diberikan.
BAB II

KONSEP TEORI

1. PENGERTIAN HNP ( Hernia Nukleus Pulposus)

HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau
perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau
C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau kambuh (
Doenges, 1999). Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus ke
dalam anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf ( Smeltzer, 2001).
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus pulposus
yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus ( Rasjad, 2003). Herniasi
adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan penekanan akar syaraf
yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik ( Price, 2005). Nukleus
Pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian tengah diskus (lempengan kartilago yang
membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra). (Smeltzer, 2001).

Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan


diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul.
Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan
rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002) Hernia Nukleus Pulposus bisa ke
korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna
Sidharta, 1990).

Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh proses degeneratif atau
trauma yang ditandai dengan menonjolnya nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus yang
menimbulkan kompresi saraf sehingga terjadi nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan
berulang (kambuh).
2. ETIOLOGI
Etiologi pada penyakit HNP :
 Penyebab tersering HNP adalah terkait dengan proses penuaan atau keausan yang
disebut degenerasi bantalan atau diskus intervertebra. Seiring bertambahan usia,
diskus tulang belakang makin kehilangan beberapa kadar airnya. Hal ini
mengakibatkannya kurang fleksibel dan lebih rentan untuk robek atau pecah.
 Menggunakan otot-otot punggung saat mengangkat benda berat dapat
menyebabkan HNP, seperti membungkuk kemudian mengangkat benda. Jadi
amannya gunakanlah otot paha dan betis saat mengangkat. Sedangkan peristiwa
traumatis seperti jatuh atau pukulan ke belakang jarang menyebabkan HNP.
 Genetika. Kondisi yang diturunkan dari salah satu anggota keluarga yang
memiliki riwayat HNP.
 Obesitas. Penekanan pada tulang punggung dikarenakan berat tubuh berlebih.
 Merokok. Asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen pada cakram dan
meningkatkan risiko pengikisan pada tulang punggung.

3. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi pada penyakit HNP :
 Nyeri pada kaki atau bahu, dengan intensitas yang dapat meningkat saat
batuk, bersin, atau bergerak dalam posisi tertentu.
 Melemahnya fungsi otot sehingga menurunkan kemampuan penderita
dalam bergerak, membungkuk, atau memindahkan barang.
 Beberapa titik anggota tubuh mengalami sensasi kesemutan atau kaku.
Biasanya di sekitar punggung, bahu, tangan, tungkai, dan kaki.
4. PATOFISIOLOGI

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus,
kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi
kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus
purpolus melalui anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal.
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara L4 sampai L5, atau L5 sampai S1.
Arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal
miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara
L5 dan S1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein
yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat,
menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak
langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleus
pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan
anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah hernias
5. PATHWAY

Proses Degeneratif

Kehilangan Protein Polisakarida

Kandungan Air Menurun

Kehilangan Protein Polisakarida

Stress Okupasi
Traum
a

HNP

Nucleus Pulposus terdorong

Ujung Saraf Spinal tertekan

Perubahan sensai Nyeri Penurunaan Kerja Reflek

Gangguan Mobilitas Fisik


6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik pada pasien HNP :
a. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang.
b. M R I : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk
penyakit spinal lumbal.
c. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada
M R I.
d. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang
terkena.

7. PENATALAKSANAAN
Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :
a. Tidur selama 1 – 2 hr diatas kasur yang keras
b. Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf
c. Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan
analgetik.
d. Terapi panas dingin.
e. Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau
korset
f. Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides
g. Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS)

Pembedahan :

a. Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri


menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan
adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung
kemih serta foot droop.
8. PENGKAJIAN

1. Keluahan Utama
Nyeri pada punggung bawah, pengkajian nyeri meliputi PQRST :
P = trauma (mengangkat atau mendorong benda berat.
Q = sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena
api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah
bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat
menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri .
R = letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga
letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S = Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh,
posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri.
Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun
tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang ssedang diminum
seperti analgetik, berapa lama diminumkan.
T = Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilng
timbul, makin lama makin nyeri.

2. Riwayat Keperawatan.
a. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis).
b. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung
bawah.

3. Status.mental
       Pada umumnya klien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak
pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita menanyakan kemungkinan
adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-faktor stres).
4. Pemeriksaan.
a. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum.
 Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-
paru, perut.
b. Inspeksi.
 inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan
untuk evalusi neyurogenik.
 Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus,
pelvis ya ng miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang
asimetris, postur tungkai yang abnormal.
 Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
 Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak.
 Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna
kulit.
c. palpasi dan perkusi.
 paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak membingungkan klien.
 Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasanyeri.
 Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke
lateral atau antero-posterior.
 Palpasi dna perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.

c. Neuorologik.
 Pemeriksaan motoric.
 Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari
dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan
ekstensi dengan menahan gerakan.
 Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan
kanan-kiri.
 Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
 Pemeriksan..sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga
dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
d. Pemeriksaan reflex.
 refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai
menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
 Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi,
tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam
posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP
lateral 4-5 refleks ini negatif.
 Pemeriksaan range of movement (ROM) Pemeriksaan ini dapat dilakukan
aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau
untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
e. Pemeriksaan penunjang.
1. foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk
identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan
dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan
sinar tembus. Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis
spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
2. Elektroneuromiografi (ENMG), Untuk menegetahui radiks mana yang terkena
/ melihat adanya polineuropati.
Sken tomografi, Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi
intervertebralis.
9. DIAGNOSA

1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot.


2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan
kerusakan neuromuskulus.
3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual.
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis
dan tindakan pengobatan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan


diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul.
Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan
rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002). Hernia Nukleus Pulposus bisa ke
korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna
Sidharta, 1990).
Hernia dibagi menjadi tiga klasifiksi, yaitu hernia lumbosacralis, hernia servikalis, hernia
thorakalis. Dimana pada hernia lumbosacralis penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar,
bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non
trauma adalah kejadian yang berulang. Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung
bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. Dimana nyeri tersebut terjadi tergantung
dimana piringan tersebut mengalami herniasi dan dimana pusat syaraf tulang punggung terkena.

B. SARAN
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat dapat
memahami dan mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan yang harus dilakukan
apabila mendapati klien hernia nucleus pulposus di lahan.

Anda mungkin juga menyukai