0LEH:
KELOMPOK 4
1
KATA PENGANTAR
( kelompok 4 )
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 34
B. Saran................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang
telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5,
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Terdapat dua
kategori kematian ibu yaitu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu
kematian yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya, dan
kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian yang
terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh
kehamilan atau persalinannya.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan
nifas) sekitar 359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat dibandingkan
dengan tahun 2007 yaitu sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Trias utama
kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan
infeksi. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, hampir 30% kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK. Penyakit hipertensi dalam
kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau
timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas.
Data Laporan Kematian Ibu di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat kasus kematian ibu di Sumatera Barat pada tahun 2012 adalah 99 kasus,
tahun 2013 adalah 90 kasus, sedangkan pada tahun 2014 adalah 116 kasus.
Meningkat dari tahun sebelumnya. Kota Padang merupakan daerah yang
memiliki kematian ibu tertinggi yaitu 16 kasus pada tahun 2013 dan 2014.
Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang penyebab kematian maternal
pada tahun 2012 dan 2013 adalah preeklampsia-eklampsia, perdarahan, infeksi.
Pada tahun 2014 penyebab kematian ibu adalah preeklamsia-eklampsia
1
31,25%, perdarahan 18,75%, dan infeksi 12,5% dapat diketahui bahwa setiap
tahunnya penyebab utama kematian ibu secara langsung di kota Padang masih
sama. Preeklampsia merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan.
Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai
dengan proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul
setelah minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada
primigravida. Jika timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi
seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun
dan sebab lainnya.
Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam
kehamilan berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah
efektif pada sirkulasi uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang
bulan pada kasus-kasus berat. Kematian janin diakibatkan hipoksia akut,
karena sebab sekunder terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali
dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar
25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan.
Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan
kerusakan end organ lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan preeklamsi?
C. Tujuan
2
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari preeklamsi
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya preeklamsi pada ibu
hamil
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis preeklamsi
4. Untuk mengetahui dan memahami eklamsi
5. Untuk mengetahui dan memahami protap penanganan preeklamsi dan
eklamsi
BAB II
3
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa
menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-
eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan
ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria
dan edema yang ditimbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya
pada mola hidatidosa (prawirohardjo, 2005).
Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan
edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya
(muchtar, 1998)
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-
eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi
(ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan
hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta
tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.
B. Etiologi
Penyebab preeklamsi saat ini belum dapat diketahui secara pasti,
walaupun penelitian dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju.
Semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan
kejadian. Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan
kesehatan yang diasumsikan pada teori. Adapun teori tersebut antara lain :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan
4
Pada preeklamsi dan eklamsi didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga terjadi penurunan prostasiklin yang pada kehamilan
normal meningkat, aktivasi pengumpalan dan fibionalisis, yang kemudian
akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotinin, sehingga
terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukkan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan
berikutnya. Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang
mendukung adanya sistem imun pada penderita preeklamsi ; beberapa
wanita dengan preeklamsi mempunyai komplek imun dalam serum,
beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada
preeklamsi diikuti proteiuri.
3. Faktor genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian
preeklamsi antara lain :
a. Preeklamsi hanya terjadi pada manusia
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada
anak-anak dari ibu yang menderita preeklamsi
c. Kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak dan cucu
ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan pada ipar mereka
d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)
5
yang pertama kali, kehamilan di usia remaja, dan kehamilan pada wanita diatas
40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah tinggi yang
kronis sebelum kehamilan, riwayat mengelami preeklampsia sebelumnya,
riwayat preeklampsi pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan,
mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal
lupus atau rematoid arthritis.
C. Jenis-jenis Pre-eklamsi
1. Preeklamsi ringan
Preeklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
kehamilan. Penyebab preeklamsi ringan belum diketahui secara jelas.
Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation sundrome” akibat
vasospasme general segala akibat. Gejala klinis preeklamsi ringan
meliputi :
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg
atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu
atau lebih dari sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90
mmHg sampai kurang 110 mmHg
b. Proteinuri: secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif positi 2 (+2)
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
Penangan preeklamsi ringan dapat dilakukan dua cara, tergantung
gejala yang timbul, yakni :
a. Penatalaksaan rawat jalan pasien preeklamsi ringan, dengan cara :
1) Ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring)
2) Diet: cukup protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendah
garam
3) Pemberian sedative ringan
4) Kunjungan ulang setiap 1 minggu
6
5) Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hemotokrit, trombosit, urine
lengkap,asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal)
b. Penatalaksaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan
kriteria :
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan
adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklamsi
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu)
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsi
berat
Perawatan obstetri pasien preeklamsi ringan :
a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan,
persalinan ditunggu sampai aterm. Namun bila desakan darah turun
tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka
kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau
lebih
b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
Perslaian ditunnggu smapai terjadinya onset persaliana atau di
pertimbangkan untuk melakukan persalianan pada taksiran tanggal
persalinan
c. Cara persalinan
Persalian dapat dilakukan secara spontan bila memperpendek kala II
2. Preeklamsi berat
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih desertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala dan tanda
preeklamsi berat :
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolik > 110
mmHg
7
b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
c. Trombosit < 100.000/mm3
d. Oliguria < 400 ml/24 jam
e. Proteinuria > 3 gr/liter
f. Nyeri episgastrium
g. Skotoma dan gangguan visus lainnya atau nyeri frontal yang berat
h. Perdarahan retina
i. Odem pulmonum
8
rendah karbohidrat, rendah lemak, dan rendah garam, pemberian obat
anti kejang, MgSO4, diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-
tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka,
diberikan furosemid injeksi 40mg/IM
c. Antidepresa diberikan bila : tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg.
Diastolis lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasasaran
pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang
90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis
antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnnya.
d. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu)
e. Bila tidak tersedia anti hipertensi parental dapat diberikan tablet anti
hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama
mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997)
f. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda
menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid
g. Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.
9
dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul
IV lasix; segera setelah pemberian MgSO4 kedua, dilakukan induksi
partus dengan atau tanpaamniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin
10 satuan dalam infus tetes (dilakukan oleh bidan atas instruksi
dokter)
b. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau
forceps, jadi ibu dilarang mengedan ()dilakukan oleh dokter ahli
kandungan); jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi
perdarahan yang disebabkan antonia uteri; pemberian MgSO4 kalau
tidak ada kontraindikasi, kemudia diteruskan dengan dosis 4 gr setiap
4 jam dalam 24 jam postpartum.
c. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa:
tidak terdapat koagulopati: anastesi yang aman atau terpilih adalah
anastesi spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh dokter
kandungan)
d. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau kecil,
lakukan persalinan pervaginam. Jikaservuks matang, lakukan induksi
dengan oksitosin 2- 5 IU dalam 500nml dextrose 10 tetes/mnit atau
dengan prostaglandin (atas instruksi dokter boleh dilakukan oleh
bidan)
D. Eklamsi
1. Defenisi
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan
atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul
akibat neurologik) dan/ atau koma dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala- gejala preeklamsi.
Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita
hamil dan wanita masa nifas disertai dengan hipertensi, oedema dan
protenuria.
10
Eklamsi lebih sering terjadi pada kehamilan kembar, hydramnion,
mola hydatidosa, dan eklamsi dapat terjadi sebelum kehamilan bulan ke-6.
2. Tanda dan gejala
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya
preeklamsi dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal,
gangguan penglihatan, mual, nyeri di episgastrium, dan hiperrefleksia.
Bila keadaan ini tidak dikenal dan diobati, akan timbul kejang; terutama
pada persalinan, ini bahaya besar. Konvulsi eklamsi dibagi dalam 4
tingkat, yaitu :
a. Tingkat awal atau aura. Gejala ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata
terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula
tangannya, dan kepala diputar kekanan atau ke kiri
b. Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung 30 detik.
Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku,
tangan menggenggam, dan kaki bengkok ke dalam. Pernafasan
berhemti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
c. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejang klonik yang
berlangsung antara 1-2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot
berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut
membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata
menonjol. Dari mulut keluar lidah berbusa, muka menunjukkan
kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejang klonik ini
dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat
tidurnya. Akhirnya, kejang terhenti dan penderita menarik nafas secara
mendengkur.
d. Sekarang masuk tingkat koma, lamanya ketidak sadaran tidak
berlangsung lama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi,
akan tetapi serangan ini dapat terjadi secara berulang sehingga ia tetap
koma.
e. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu
meninggkat sampai 40 derajat Celcius. Sehingga akibat serangan dapat
11
terjadi komplikasi-komplikasi seperti : lidah tergigit, sehingga terjadi
perlukaan dan fraktura, gangguan pernafasan, solusio plasenta, dan
perdarahan otak.
3. Diagnosis
Dengan adanya tanda-tanda dan gejala preeklamsi yang disusul
dengan serangan kejang yang telah diuraikan diatas, maka diagnosis
eklamsi sudah tidak diragukan. Walaupun demikian eklamsi harus
dibedakan antara :
a. Epilepsi; dalam anamesis diketahui adanya serangan sebelum hamil
atau pada hamil muda dan tanda preeklamsi tidak ada
b. Kejang karena obat anastesi; apabila obat anastesi lokal diinjeksikan
kedalam vena, dapat timbul kejang
c. Koma karena sebab seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis,
ensefalitis, dan lain-lain
12
E. Protap Penanganan Preeklamsi dan Eklamsi
13
BAB III
TINJAUAN KASUS VARNEY DAN SOAP
A. Manajemen Varney
Kasus
14
B. ANAMNESA
1. Alasan Kunjungan : ingin memeriksakan kehamilannya
2. Keluhan Utama : ibu mengalami kejang-kejang
3. Riwayat Menstruasi :
Menarchce : 12 Tahun
Siklus : 28 Hari
Banyaknya : 3x ganti doek
Warna Darah : merah
Lamanya : 7 hari
Sifat Darah : encer
Teratur / Tidak : teratur
Dismenorrhoe : tidak ada
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Hari Pertama Haid Terakhir :
b. Tafsiran Persalinan :
c. Perkembangan kehamilan Pertrimester
Trimester I
ANC :1x
Keluhan : tidak ada
Anjuran : tidak ada
Obat - obatan :-
Imunisasi :-
Trimester II
ANC : 2x
Keluhan : tidak ada
Anjuran : tidak ada
Obat – obatan : fe
Imunisasi :-
Trimester III
ANC : 1x
15
Keluhan : kaki bengkak, pusing
Anjuran : diet rendah garam, istirahat yang
cukup
Obat – Obatan : Fe, Vit.C dan Asam Folat
Imunisasi :
a. Pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu pada usia
kehamilan 16 minggu
b. Keluhan yang dirasakan selama kehamilan ini ( bila ada
jelaskan
1. Rasa 5 L (Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lunglai ) : iya
2. Mual dan muntah yang lama : tidak
3. Nyeri Perut : tidak
4. Panas dan menggigil : iya
5. Sakit kepala
(Berat/Ringan/Terus Menerus/Sewaktu-Waktu) : Berat
6. Penglihatan Kabur : iya
7. Rasa Nyeri / Panas Waktu BAK : tidak
8. Rasa Gatal Pada Vulva/ Vagina Dan Sekitarnya : tidak
9. Pengeluaran Cairan Pervaginam : tidak
10. Nyeri Kemerahan, Tegang Pada Tungkai : tidak
11. Oedema
(Tunakai kaki, Tibia, Muka Dan Jaringan Tangan : iya
16
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :
6. Riwayat Immunisasi
1. TT 1 :-
2. TT 2 :-
3. TT 3 :-
4. TT 4 :-
5. TT 5 :-
7. Riwayat Kontrasepsi
Kontrasepsi yang pernah digunakan: tidak ada
Lamanya menggunakan : tidak ada
Alasannya berhenti : tidak ada
Keluhan : tidak ada
8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Yang Pernah diderita
Jantung : tidak ada
Hipertensi : tidak ada
17
Ginjal : tidak ada
DM : tidak ada
Asma : tidak ada
TBC : tidak ada
Epilepsi : tidak ada
PMS : tidak ada
Riwayat operasi yang pernah diderita : tidak ada
b. Riwayat Alergi
Jenis Makanan : tidak ada
Jenis Obat – obatan : tidak ada
DLL : tidak ada
c. Riwayat Transfusi Darah : tidak ada
d. Riwayat Pernah Mengalami Kelainan Jiwa : tidak ada
18
Frekuensi :3x sehari
Keluhan : tidak ada
2. Minum
Frekuensi : 7x sehari
Jenis : air putih
Masalah : tidak ada
11. Pola Eliminasi
a. BAK
Frekuensi : 5-6 x sehari
Warna : kuning
Keluhan : tidak ada
b. BAB
Frekuensi : 1x sehari
Warna : kuning kecoklatan
Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada
12. Personal Hygine
Mandi : 2x sehari
Keramas : 3x seminggu
Gosok gigi : 2x sehari
Ganti pakaian dalam : 2x sehari
Ganti pakaian luar : 2x sehari
Keluhan : tidak ada
13. seksualitas
Fre. saat sebelum hamil : 2x seminggu
Fre. Saat Hamil : 1x seminggu
Keluhan : Tidak ada
14. Aktifitas Sehari – hari
Pekerjaan : IRT
19
Keluhan : Tidak ada
15. Olah Raga
Jenis : Jalan pagi
Frekuensi : 1x seminggu
Lamanya : 5 menit
Keluhan : tidak ada
16. Pola Istirahat dan Tidur
Lama Tidur Siang : jarang
Lama Tidur Malam : 6-7 jam perhari
Masalah : tidak ada
17. Keadaan Sosial
a. Perkawinan
Status Perkawinan : Sah
Perkawinan Ke :1
Setelah Kawin berapa lama baru hamil : 1 tahun
b. Kehamilan
Direncanakan/tidak : iya
Diterima / tidak : iya
Jarak kehamilan dengan anak paling kecil: 2 tahun
c. Status emosional : normal
d. Hubungan dengan keluarga : baik
e. Hubungan dengan keluarga dan masyarakat : baik
f. Pengambilan keputusan dalam keluarga : suami
g. Rencana saat persalinan :
Tempat : bidan
Pendamping : suami
Penolong : bidan
18. Kegiatan spritual : Ada
20
C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBJEKTIF )
1. Pemeriksaan Umum
KU : lemah
Postur Tubuh : Lordosis
TB : 152 cm
BB Sebelum Hamil : 46
BB Sekarang : 60 kg
Kenaikan BB : 16 kg
TTV :
TD : 190/140 mmHg
N : 110 x/i
P : 26 x/i
S : 38,60C
Kesadaran : Delirium, Gelisah
LILA : 25 cm
2. Data Khusus
1) Kepala
a) Kebersihan Kulit kepala : bersih
b) Kebersihan Rambut : bersih
c) Kekuatan Rambut : ada
2) Wajah
a) Oedema : oedema
b) Closmasgravidarum :-
3) Mata
a) Sklera : putih
b) Conjungtifa : merah muda
4) Hidung
a) Kebersihan : bersih
b) Kelainan : tidak ada
5) Mulut
21
a) Keadaan Bibir : normal
b) Kebersihan : bersih
c) Karies : tidak ada
d) Kebersihan Lidah : bersih
6) Telinga
a) Kebersihan Telinga : tidak ada serumen
b) Infeksi : tidak ada
7) Leher
a) Kelenjer Linfe : tidak ada pembesaran
b) Kelenjer Tiroid : tidak ada pembesaran
8) Payudara
a) Bentuknya : simetris
b) Papila : menonjol
c) Areola : hiperpigmentasi
d) Massa : tidak ada
e) Colostrum : belum ada
f) Rasa Nyeri atau masalah : tidak ada
9) Abdomen
a) Inspeksi
Pembesaran Perut : sesuai UK
Bekas Luka Operasi : tidak ada
Asites : tidak ada
Strie Livide/Albican : ada
Linea Nigra : ada
b) Palpasi
Leopold
LI : TFU 2 jari di bawah px, pundus
teraba satu bagian bulat, lunak tidak
melenting
22
L II : bagian kanan: teraba bagian kecil
janin, teraba terpotong-potong
(ektermitas)
Bagian Kiri: teraba memanjang, ada
tahanan seperti papan (punggung
bayi)
L III : teraba bulat, keras, melenting,
sudah tidak bisa di goyangkan
L IV : Divergen, penurunan kepala 4/5
Ukuran Mc Donal : 30 cm
TBBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram
Pergerakan Janin : aktif
c) Askultasi
DJJ : 128x/menit
Frekuensi : kuat
Irama : teratur
Intensitas : Normal
Puntum Maksimum :
10) Ektermitas
a) Ekstermitas Atas
Oedema : Oedema (+)
Sianosis Pada Ujing Kaki : tidak ada
b) Ektermitas Bawah
Oedema : Oedema (-)
Varises : Tidak ada
Reflek Patela Kana/Kiri : +/+
11) Pemeriksaan Penunjang / Pemeriksaan Labor
a) Darah
Kadar Hb : 11,5 gr%
Golongan Darah :A
23
b) Urine
Protein Urine : +++
Glukosa Urine : Negatif
II. INTERPRETASI DATA
a. Diagnosa : Ny. T umur 23 tahun G4P3A0 Usia Kehamilan
Aterm janin tunggal hidup intraurein preskep dengan eklampsia
Data Khusus :
HPHT : 20 – 6 - 2019
KU : Lemah
TTV : TD : 190/140 mmHg
N : 110 x/i
P : 26 x/i
S : 38,60C
BB Sebelum hamil : 46 kg
BB Setelah Hamil : 60 kg
TB : 152
Hasil Palpasi
LI : TFU 2 jari di bawah px, pundus teraba satu bagian
bulat, lunak tidak melenting
L II : bagian kanan: teraba bagian kecil janin, teraba
terpotong-potong (ektermitas)
Bagian Kiri: teraba memanjang, ada tahanan seperti
papan (punggung bayi)
L III : teraba bulat, keras, melenting, sudah tidak bisa di
goyangkan
L IV : Divergen, penurunan kepala 4/5
TFU : 30 cm
TBBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram
DJJ : 128x/menit
b. Masalah : terjadi serangan kejang
24
III. IDENTIFIKASI MASALAH / DIAGNOSA POTENSIAL :
Bagi ibu: Koma
Bagi Janin: Gawat Janin
V. PERENCANAAN :
1. Beritahukan kondisi ibu dan janin berdasarkan hasil pemeriksaan
2. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
3. Pasang infus RL
4. Berikan obat anti kejang MgSO4 dosis awal
5. Pasang oksigen
6. Baringkan pasien pada sisi kiri dan trendelenburg
7. Lakukan rujukan
VI. PELAKSANAAN
1. Keluarga dan ibu sudah mengetahui kondisi ibu dan janin
berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan tidak baik
2. Pasien telah dilindungi dari kemungkinan trauma dengan cara diikat
dengan ikatan yang tidak terlalu kuat
3. Infuse RL 20 tetes/menit untuk stabilisasi sudah dipasang
4. Obat anti kejang MgSO4 dosis awal telah diberikan
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
25
Dilanjutkan dengan pemberian 10 g larutan MgSO4 50%, masing-masing
5 g di bokong kanan dan kiri secara IM di tambah 1 ml lignokain 2%
pada semprit yang sama.
Jika kejang berulang setelah 15 menit , berikan MgSO4 2 g (larutan 40%)
IV selama 5 menit.
Pemberian MgSO4 dengan syarat berikut:
Frekuensi pernasfasan minimal 16x/menit
Refleks patella (+)
Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
5. Pemberian oksigen 4-6 liter/menit
6. Membaringkan pasien pada sisi kiri dan trendelenburg untuk
mengurangi risiko aspirasi
7. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi
VII. EVALUASI :
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui kondidi ibu dan janin
berdasarkan hasil pemeriksaan
2. Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan trauma dengan cara diikat
dengan ikatan yang tidak terlalu kuat
3. Infus RL 20 tetes/menit untuk stabilisasi sudah di pasang
4. Obat anti kejang MgSO4 dosis awal telah diberikan
5. Oksigen 4-6 liter/menit sudah dipasang
6. Pasien sudah dibaringkan pada sisi kiri dan trendelenburg untuk
mengurangi mengurangi risiko aspirasi
7. Sudah dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi
26
.
Mahasiswa, CI lapangan
(........................................) ( ...............................)
Mengetahui,
Pambimbing Akademik
(.........................................)
27
B. MANAJEMEN SOAP
Kasus :
Ny. T umur 27 tahun G4P3A0 hamil aterm datang ke polindes mawar. Ia
datang di antar suaminya dengan keluhan kejang-kejang. Setelah dilakukan
pemeriksaan di temukan TD : 190/140 mmHg, muka, tangan dan kaki odema.
I. Data Subyektif
A. Pengkajian
Pada tanggal 27-03-2020
1. Identitas
Nama istri/suami : Ny. T/ Tn. S
Umur : 27 tahun/ 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA/ SMA
Suku : Minang/ Indo
Pekerjaan : IRT/ Swasta
Alamat : Aur kuning
2.Keluhan utama
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya.
3.Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun. Siklus 30 hari. Teratur. Lama 7 hari. Sifat darah encer.
Bau amis. Tidak ada fluor albus. Tidak dismenorroe.
HPHT 15 Juli 2019. TP 12 April 2020
4.Riwayat kehamilan ini.
Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 10 minggu. ANC di BPM ayu
Frekuensi :
28
Trimester I 1 kali
Trimester II 1 kali
Trimester III 1 kali
Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin, gerakan aktif sebanyak 22x
dalam 24 jam.
5.Riwayat kehamilan, persalinan,dan nifas yang lalu.
G4 P3 Ab0
Ini
29
Pengetahuan Ibu tentang kehamilan ini : :Ibu mengetahui kehamilannya
kembar dan usia kehamilannya 37 minggu
Psikologis : Ibu menerima kehamilan ini
II. Data Obyektif
1. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) TTV
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Delirium, gelisah
Tekanan darah : 190/140 mmHg
Pernafasan : 26 x/menit
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 38,7˚ C
2) Status present
Muka : Oedema (+)
Ekstremitas atas : Oedema (+)
Ekstremitas bawah : Oedema (+)
b. Palpasi
Leopold I : TFU 2 jari di bawah processus xypoideus, fundus teraba satu
bagian bulat, lunak tidak melenting.
Leopold II : Bagian kanan : bagian besar janin teraba memanjang, ada
tahanan seperti papan. Bagian kiri : bagian kecil janin teraba
terputus-putus.
Leopold III : Bagian terendah teraba bagian bulat, keras,
melenting, sudah tidak bisa digoyangkan.
Leopolod IV : Divergen, penurunan kepala 4/5
TFU Mc Donal : 30 cm
TBJ : (30 cm-11) x 155 = 2.945 gram
His : 2 x dalam 10 menit selama 30 detik
c. Auskultasi
30
DJJ : 128 x/menit, punctum maximum kanan
bawah pusat.
d. Pemeriksaan Dalam
Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tipis dan lunak
Pembukaan : 2 cm
Effecement : 45 %
Kulit ketuban : Utuh
Penurunan : Hodge 1
Bagian terendah : Kepala
Point of direction : Ubun-ubun kecil
Bagian menumbung : Tidak ada
Moulase : Tidak ada
Caput : Tidak ada
.
III. Assesment
Diagnosis Kebidanan
1. Masalah :
Kebutuhan : 1. Observasi keadaan ibu
2. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
Diagnosis Potensial :
Bagi ibu : Koma
Bagi janin : Gawat janin
IV PERENCANAAN
1. Beritahu kondisi ibu dan janin berdasarkan hasil pemeriksaan
2. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
31
3. Pasang infuse RL
4. Berikan obat anti kejang MgSO4 dosis awal
5. Pasang oksigen
6. Baringkan pasien pada sisi kiri dan trendelenburg
7. Lakukan rujukan
V IMPLEMENTASI
1. Memberitahu kondisi ibu dan janin berdasarkan hasil pemeriksaan, bahwa
kondisi ibu dan janin dalam keadaan tidak baik.
2. Melindungi pasien dari kemungkinan trauma dengan cara mengikat
pasien dengan ikatan yang tidak terlalu kuat.
3. Memasang infuse RL 20 tetes/menit untuk stabilisasi pasien.
4. Memberikan obat anti kejang MgSO4 dosis awal:
a. Memberikan 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dengan 10 ml akuades, berikan secara IV selama 15 menit.
b. Memberikan 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) larutkan dalam
500 ml Ringer Laktat, berikan secara IV dengan kecepatan 28
tetes/menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah
persalinan atau kejang berakhir.
c. Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 2 g (larutan
40%) IV selama 15-20 menit.
5. Pemberian MgSO4 dengan syarat-syarat berikut:
1) Frekuensi pernafasan minimal 16x/menit
2) Refleks patella (+)
3) Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
4) Memasang oksigen 4-6 liter/menit.
6. Membaringkan pasien pada sisi kiri dan trendelenburg untuk mengurangi
risiko aspirasi.
7. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
32
VI EVALUASI
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui kondisi ibu dan janin berdasarkan
hasil pemeriksaan, bahwa kondisi ibu dan janin dalam keadaan tidak baik.
2. Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan trauma dengan cara diikat
dengan ikatan yang tidak terlalu kuat.
3. Infuse RL 20 tetes/menit untuk stabilisasi sudah dipasang.
4. Obat anti kejang MgSO4 dosis awal sudah diberikan.
5. Oksigen 4-6 liter/menit sudah dipasang.
6. Pasien sudah dibaringkan pada sisi kiri dan trendelenburg untuk
mengurangi risiko aspirasi.
7. Sudah dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi.
33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklamsi ialah suatu gangguan kehamilan yang menjadi penyebab
kematian ibu dan bayi. Preeklamsi terbagi menjadi dua yaitu preeklamsi ringan
dan preeklamsi berat. Penyebab terjadinya prekklamsi sampai saat ini belum
dapat diketahui secara pasti. Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of
theory”, gangguan kesehatan yang diasumsikan pada teori. Preklamsi ringan
ditandai dengan : kehamilan lebih dari 20 minggu; kenaikan tekanana darah
140/90 mmHg atau lebih dangan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam
keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat
10 menit); edema tekan pada tungkai (pretibia), dinding perut, lumbosakral,
wajah atau tangan; proteinuria lebih 0,3 gr/liter/2jam, kualitatif +2.
Preeklamsi berat di tandai dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg,
diastolik > 110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati atau ikterus, trombosit <
100.000/ mm3, oliguria < 400 ml/24 jam, protein urine > 3 gr/liter, nyeri
episgtastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat,
perdarahan retina, odem pulmonum.
Jika preeklamsi ringan dan berat tidak dapat ditangani dengan baik pada
ibu hamil, maka akan dapat mengakibatkan terjadinya eklamsi pada ibu hamil.
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan karena kelainan
neorologik) atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
pre eklamsi.
B. Saran
Demikianlah makalah kami ini dapat dipaparkan, semoga berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang
34
kami tulis dan kami paparkan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritikannya yang membangun demi kelancaran
makalah kami ini
35
DAFTAR PUSTAKA
Mukhlas,Asep.Preeklamsia.From:
http://preeklamsia.blogspot.com/2013/07/makalah-preeklamsia.html, 28 juli 2018
Gusta, Dien Anggraini Nursal. Dkk. Faktor Resiko Kejadian Preeklamsi Pada Ibu
Hamil di RSUP M. DJAMIL Padang Tahun 2014. From :
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/161, 30 juli 2018
1
Faktor Risiko Kematian Ibu dengan Preeklampsia/Eklampsia dan
Perdarahan di Provinsi Jawa Timur
ABSTRACT
2
with the incidence of bleeding and is not a risk factor, because age is a factor
gravida preventive bleeding in cases of maternal death, and there are other
factors that cause bleeding, such as pregnancy spacing, delay in relief, with a
history of pregnancy and childbirth complications. There needs to be an optimal
control of the mother is known to be the age and gravida at risk by controlling
each developmental condition of mother during a pregnancy examination, and
should assume all pregnant women at risk of complications despite not being in
the category of age and gravida at risk
ABSTRAK
3
kehamilan dan persalinan dengan penyulit. Perlu dilakukan pengawasan yang
optimal terhadap ibu yang diketahui berada pada umur dan gravida yang berisiko
dengan cara mengontrol setiap perkembangan kondisi ibu saat melakukan
pemeriksaan kehamilan, dan perlu menganggap semua ibu hamil berisiko untuk
mengalami komplikasi meskipun tidak berada pada kategori umur dan gravida
yang berisiko.
4
108 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113
nifas.Kasus kematian ibu di Jawa Timur perdarahan ini dapat diturunkan melalui
jika dibandingkan dengan tahun 2012 dari pengamatan dini, dan terapi. Pencegahan dapat
598 kasus menjadi 642 kasus kematian dilakukan apabila mengetahui faktor-faktor
2013). Penyebab kematian ibu berasal dari beberapa faktor risiko yang meningkatkan
2002 diketahui penyebab kematian wanita antaranya yaitu faktor risiko umur dan gravida.
pada usia reproduksi sebagian besar Pengelompokan umur dan status gravida
berasal dari komplikasi selama kehamilan, merupakan salah satu faktor penting dalam
persalinan, dan nifas, seperti perdarahan deteksi dini komplikasi pada program
108
109 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113
seperti perdarahan antepartum disebabkan semua kasus kematian ibu yang terjadi di
oleh solusio plasenta dan plasenta Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 yaitu
previa, perdarahan postpartum yang sebanyak 642 kasus yang diperoleh dari
banyak disebabkan oleh atonia uteri dan data sekunder Laporan Kematian Ibu di
dalam bentuk distribusi frekuensi dan p = 0,369 > α = 0,05, artinya umur tidak
persentase. Analisis data menggunakan Chi- berhubungan dengan kejadian
Square dengan Confidence Interval (CI) preeclampsia/ eklampsia pada kasus
sebesar 95% kematian ibu. Nilai Odds Ratio yaitu
sebesar 1,223 artinya ibu yang berumur <
HASIL 20 tahun dan > 35 tahun lebih berisiko 1,223
kali untuk mengalami kematian karena
Identifikasi Faktor Risiko Kematian Ibu
preeklampsia/eklamspsia.
Kasus kematian ibu yang disebabkan
karena preeklampsia/eklampsia dan
Hubungan antara Gravida dan
perdarahan di Jawa Timur rata-rata terjadi
Preeklampsia/ Eklampsia
pada ibu yang berusia 30 tahun, dengan
Hasil penelitian mengenai hubungan
usia minimal 15 tahun dan usia maksimal
gravida dengan kejadian
41 tahun.
preeclampsia/eklampsia pada kasus
Sedangkan menurut gravida,
kematian ibu diuraikan pada Tabel 2.
kematian ibu rata-rata terjadi pada ibu
Menurut hasil uji Chi-Square,
dengan gravida 2, dengan gravida minimal
hubungan gravida dengan kejadian
1 dan gravida maksimal
preeclampsia/eklampsia pada kasus
7. Masa kematian ibu yang terbanyak
kematian ibu menunjukkan ada hubungan
adalah masa nifas.
yang bermakna secara statistik, p = 0,0001
< α = 0,05, artinya gravida berhubungan
Hubungan antara Gravida dan
dengan kejadian preeklampsia/eklampsia
Preeklampsia/ Eklampsia
pada kasus kematian ibu. Nilai Odds Ratio
Pada penelitian ini, kategori umur
yaitu sebesar 2,552 yang artinya ibu
dibagi menjadi 2 kategori yaitu kelompok
primigravida lebih berisiko 2,552 kali untuk
umur berisiko (< 20 tahun dan > 35 tahun)
mengalami kematian karena
dan kelompok umur tidak berisiko (20–35
preeklampsia/eklamspsia.
tahun).
Menurut hasil uji Chi-Square,
Hubungan antara Umur dan Perdarahan
hubungan umur ibu dengan kejadian
Hasil penelitian mengenai hubungan
preeclampsia/eklampsia pada kasus
umur dengan kejadian perdarahan pada kasus
kematian ibu menunjukkan tidak ada
kematian ibu diuraikan pada Tabel 3.
hubungan yang bermakna secara statistik,
110
111 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113
Ya Tidak
Berisiko 89 (65,4%) 47 (34,6%) 136 (100%)
Preeklampsia/Eklampsia
144 (60,8%) 93 (39,2%) 237 (100%)
Kelompok Umur Total
Tidak Berisiko
Tabel 2. Gravida dan Preeklampsia/Eklampsia pada Kasus Kematian Ibu
Ya Tidak
Primigravida 98 (76,0%) 31 (24,0%) 129 (100%)
Multigravida Preeklampsia/Eklampsia
135 (55,3%) 109 (44,7%) 244 (100%)
Gravida Total
Perdarahan
Kelompok Total
Ya Tidak
BerisikoUmur 47 (34,6%) 89 (65,4%) 136 (100%)
Tidak Berisiko 93 (39,2%) 144 (60,8%) 237 (100%)
111
110 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113
Perdarahan
Gravid Total
Ya Tidak
a
Primigravida 67 (33,2%) 135 (66,8%) 202 (100%)
Multigravida 73 (42,7%) 98 (57,3%) 171 (100%)
110
111 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113
di antara ibu yang tidak dikategorikan nifas yakni periode 6 minggu setelah
berisiko, ternyata mengalami komplikasi melahirkan, dimulai dari akhir persalinan
dan sebaliknya, di antara ibu yang dan berakhir dengan kembalinya organ-
111
112 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113
113
114 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113
persalinan, sehingga ibu sangat pada kelompok umur dan gravida yang
memperhatikan kandungannya. Gravida tergolong aman yaitu umur 20–35 tahun dan
pada multigravida. Umur dan gravida kasus kematian tidak terulang kembali, dan
berisiko terjadinya Meningkatkan standart kopetensi tenaga
preeklampsia/eklampsia pada kasus kesehatan dengan melakukan pelatihan dan
kematian ibu. Sedangkan umur dan MoU (Memorandum of Understanding)
gravida pada kejadian perdarahan pada dengan pihak pelayanan medis di Rumah
kasus kematian ibu tidak berisiko. Sakit.
Dina, D., Seweng, A., dan Nyorong, M. 2013. Faktor Determinan Kejadian Perdarahan
Post Partum di RSUD Majene Kabupaten Majene. pasca.unhas.ac.id/jurnal (Sitasi 6 Juli
2014) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013. Laporan Kematian Ibu. Surabaya:
Dinkes
Provinsi Jawa Timur
Manuaba, I.B.G. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta
Rachimhadhi, 2008. Peranan Bidan dalam Penanganan EPH Gestosis, Majalah
Kesehatan Indonesia, Jakarta.
Rozikhan. 2007. Faktor-faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat Di Rumah
Sakit Dr.
H. Soewandono Kendal. Tesis. Semarang,
116
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887
117
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887
Lestariningsih
Email : lestariningsih@respati.ac.id
INTISARI
(63.22%) dan paritas primipara (64.37%). Hasil analisis bivariat X 2 hitung 6.850
dengan p value 0.033.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah usia kehamilan berpengaruh terhadap risiko
preeklamsi-eklamsi.
118
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887
ABSTRAK
119
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887
ibu yaitu solusio plasenta, abruption digunakan dalam penelitian ini adalah
plasenta, hipofibrinogemia, hemolisis, ibu hamil yang mengalami pre eklamsi
perdarahan otak, kerusakan pembulu – eklamsi pada kehamilan dan
kapiler mata hingga kebutaan, edema memenuhi kriteria inklusi.
paru, nekrosis hati, kerusakan jantung, Data yang digunakan adalah data
sindroma HELLP, kelainan ginjal. sekunder dengan mengambil data dari
Komplikasi terberat akibat eklamsia register dan Rekam Medis, data yang
diambil dicatat dalam master tabel yang
adalah kematian ibu.5
berisi variable-variabel yang diteliti. Uji
analisis yang digunakan adalah uji Chi
METODE PENGABDIAN Square dengan tingkat kepercayaan
Jenis penelitian ini adalah 95%.
penelitian deskriptif analitik dengan
menggunakan metode survei
HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan Cross Sectional.
Karakteristik Responden
Pengambilan data penelitian ini
dilaksanakan pada 21 Agustus 2017- Hasil analisis karakteristik responden
15 September 2017. Sampel yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel. 1 Karakteristik responden
Usi
a
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887
Bekerj 31 35.63
a Lain- 1 1.15
lain
Pendidikan 31 35.63
Dasar 47 54.02
Menengah 9 10.34
Tinggi
Sumber : data sekunder diolah, 2017
4,21 kali untuk mengalami preeklamsia
Sesuai dengan tabel diatas didapatkan dibandingkan dengan ibu paritas tidak
bahwa sebagian besar ibu hamil berusia
beresiko.7
20-35 tahun (64.37%), rentang usia ini
Ibu hamil sebagian besar adalah ibu
menggambarkan sebagian besar ibu
rumah tangga (63.22%). Ibu rumah
hamil dalam rentang reproduksi sehat.6 tangga cenderung memiliki waktu yang
Pada rentang usia ini jika terjadi fleksibel untuk merawat kehamilannya
pembuahan dan kehamilan memiliki dan melakukan antenatal care.
risiko kecil mengalami patologi atau Pendidikan ibu sebagian memiliki
kegawatdaruratan. tingkat pendidikan menengah (50.02%).
Status kehamilan sebagian besar Ibu hamil dengan tingkat pendidikan
kehamilan pertama (primigravida) menengah memiliki tingkat pemahaman
sebanyak 64.37%. Pada usia ini berisiko dan kemudahan dalam menerima
lebih besar mengalami preeklamsi- informasi.
eklamsi. Hal ini diperkuat oleh hasil Usia kehamilan
penelitian yang menyatakan bahwa ibu
Hasil analisis usia kehamilan
yang memiliki paritas primigravida dan
digambarkan dalam tabel berikut :
grandemulti gravida (kehamilan anak
pertama dan kehamilan dengan ≥4
anak) memiliki peluang
Tabel. 2 Distribusi usia kehamilan
Determinan n=87 %
Usia Kehamilan
Preterm Aterm 17 19.54
Postterm 65 74.71
5 5.75
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887
terjadinya preeklampsi-eklamsi.8
Secara fisiologi kehamilan normal,
arteria spiralis yang terdapat pada
desidua mengalami pergantian sel
dengan trofoblas endovaskuler yang
akan menjamin tetap terbukanya lumen
untuk memberikan aliran darah tetap,
Luh Putu Yoga Arsani1, I Wayan Merta2, Cok Dewi Widhya HS3
Abstract
The presence of excess level of protein in urine of pregnant women is one of the cause
of preeclampsia, besides hypertension and edema. Women can caused many
diseases such as Protein is wich found in urin of pregnant. Protein which found
in urine of pregnant women can caused many diseases such as Some disease
that can discover protein in pregnant women’s urine are renal diseases
(glomerulus or tubular disease) and non-renal diseases (heart disease, liver
disease, fever, stress, diabetes militus, hypertension). This study was aimed to
analyze the result of proteinuria level based on the examination from pregnant
women’s urine of second and third trimester in Puskesmas II Denpasar Barat.
This research applied a descriptive survey and the amount of samples was
probability sampling method with insidental sampling technique, the data were
collected from 39 respondents during the period of February to May 2016.The
sample were examined semi-quantitatively by using dipstick test. Results of the
examination to 39 samples indicates that 29 urine samples (74,36% ) was
negative, seven urine samples (17,95%) positive 1 (+), two urine samples (5,13%)
positive 2 (++) and one urine samples (2,56%) positive 3 (+++).
keywords: pregnant woment; protein urine level; second trimester; third trimester
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887
PENDAHULUAN sebesar287.000.WHO
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
Indonesia yaitu akibat perdarahan 60-70%, Semarang yaitu lima sampel negatif, 14
preeklamsia dan eklamsia 20-30%, infeksi sampel positif negatif, sembilan sampel
10-20%3. Preeklamsia didefinisikan positif + (1+), dan dua sampel positif ++
sebagai suatu sindrom klinis spesifik yang (2+)7.tu 9 sampel negatif, 19 sampel positif
ditandai oleh tekanan darah ≥140/90 + (1+), dan 9 sampel positif ++ (2+)7.
mmHg pada 2 kali pemeriksaan dengan Menurut LaporanKegiatan KIA di
interval 6 jam disertai proteinuria >300 Dinas Kesehatan Kota Denpasar pada
mg/24 jam atau pemeriksaan proteinuria tahun 2015, diketahui bahwa jumlah kasus
dengan metode carik celup pada urin tertinggi ibu hamil risiko tinggi
sewaktu dengan h≥1+ pada usia kehamilan (perdarahan, infeksi abortus, keracunan
≥20 minggu4. kehamilan, partus lama) yang ditangani di
Preeklamsiadan eklamsiayang tidak puskesmas wilayah Denpasar Barat
ditangani dengan baik dapat ditemukan di Puskesmas II sebanyak
mengakibatkan komplikasi terhadap janin 13kasus. Jumlah kasus tertinggi untuk ibu
maupun ibu. Komplikasi pada janin dapat hamil risiko tinggi yang dirujuk ke rumah
berupa asfiksia, berat badan lahir rendah, sakit juga ditemukan di Puskesmas II
maupun preterm infant5 . Preeklamsia dan Denpasar Barat sebanyak 424
eklamsia terdiri atas tiga macam gejala kasus.Jumlah kunjungan di poli KIA
yaitu hipertensi, proteinuria dan edema6. Puskesmas II Denpasar Barat pada tahun
Pemeriksaan proteinuria pada ibu 2015 tercatat sebanyak 1016 orang, hal ini
hamil merupakan hal yang penting dalam menunjukan cukup tingginya pelayanan
mendiagnosis dan menentukan berat kesehatan ibu dan anak di puskesmas
ringan preeklamsia. Berdasarkan hasil tersebut8.
penelitian terhadap 30 sampel didapatkan Pemantauan kesehatan sangat
hasil pemeriksaan proteinuria pada ibu terkait dengan pemeriksaan- pemeriksaan
hamil trimester III di Rumah Bersalin yang ada di laboratorium, salah satunya
Bhakti Ibu adalah pemeriksaan protein urin pada ibu
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
hamil. Berdasarkan permasalahan diatas yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
peneliti tertarik untuk melakukan tempat serta dianggap cocok sebagai
penelitian tentang kadar protein urin pada responden11. Data-data yang diperoleh
ibu hamil trimester II dan III di Puskesmas dikelompokkan dalam bentuk tabel dan
II Denpasar Barat. narasi kemudian dianalisis secara diskriptif
yaitu menggambarkan apa adanya yaitu
METODE membandingkang hasil pemeriksaan
a).Jenis penelitian deskriptif yaitu suatu dengan teori yang ada.
penelitian yang dilakukan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mendiskripsikan atau menggambarkan Hasil
suatu fenomena yang terjadi di dalam
1. Hasil pemeriksaan protein urin
masyarakat9.Populasi adalah semua ibu
pada ibu hamil trimester II
hamil trimester II dan III di wilayah
Berdasarkan pemeriksaan yang
Puskesmas II Denpasar Barat.Sampel
telah dilakukan terhadap 15 ibu hamil
adalah sebagian atau wakil populasi yang
trimester II di Puskesmas II Denpasar Barat
diteliti10.Sampel pada penelitian kali ini
diperoleh 3 orang (20,00%) dengan protein
populasi yang memenuhi kriteria inklusi
urin positif
yaitu
+ (1).
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Protein Urin pada Ibu Hamil Trimester III di
Puskesmas II Denpasar Barat
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
Pembahasan
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
banyak kemungkinan mengalami hamil yang berisiko (<20 tahun dan >35
preeklamsia tahun) sebanyak 10 orang sedangkan
dibandingkan ibu hamil trimester II. Hal ini kelompok ibu hamil tidak berisiko (20-35
sesuai dengan hasil penelitian yang tahun) sebanyak 29 orang. Berdasarkan
menyatakan bahwa lebih banyak ibu hamil pemeriksaan protein urin yang telah
trimester III mengalami preeklamsia dilakukan dari 10 ibu hamil umur
dibandingkan dengan ibu hamil trimester berisiko, terdapat 2 orang dengan protein
II. Kondisi ini diduga karena reaktivitas urin positif Astuti(2015) menyatakan
16.
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
lebih akan terjadi perubahan pada jaringan hamil yang mengalami rata-rata
dan alat reproduksi serta jalan lahir tidak pertambahan berat badan 1 kg per minggu
lentur lagi. Pada usia tersebut cenderung sedangkan sebagian besar ibu hamil
didapat penyakit lain dalam tubuh ibu, trimester II dan III yang dijadikan
salah satunya preeklamsia. responden sudah memiliki pertambahan
Preeklamsia/eklamsia terbanyak pada usia berat badan tiap minggu yang baik.
20-24 tahun yang terjadi pada kehamilan Kenaikan total berat badan selama
pertama. Preeklamsia/eklamsia lebih kehamilan, normalnya berkisar antara 12-
sering terjadi pada usia 15 kg, sedangkan memasuki trimester II
muda dan primipara diduga karena janin tumbuh pesat dengan pertumbuhan
adanyasuatu mekanisme kurang lebih 10 gram per hari, minggu ke
imunologidisamping endokrindan genetik 16 sekitar 90 gram, minggu ke 20
dan pada sekitar 256
kehamilanpertama pembentukan blocking gram, minggu ke 24 sekitar 680
antibodies terhadap antigen plasenta
gram, minggu ke 27 sekitar 900 gram.
belumsempurna,yang makin sempurna
Salah satu risiko penambahan berat badan
pada kehamilan
berlebih bagi ibu hamil adalah preeklamsia
berikutnya17.
(Sanampe, 2014). Hasil pemeriksaan
4. Kadar protein urin ibu hamil
proteinuria pada ibu hamil yang memiliki
trimester II dan III
pertambahan berat badan rata-rata 1 kg
Berdasarkan pertambahan berat
menunjukan hasil positif ++ (2), sehingga
badan tiap minggu
berisiko mengalami preeklamsia. Ibu hamil
Peningkatan berat badan yang
perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut
cukup pesat terjadi di trimester II dan III,
agar tidak terlanjur mengalami
pada periode inilah perlu dilakukan
preeklamsia.
pemantauan ekstra terhadap berat badan
5. Kadar protein urin ibu hamil
ibu hamil. Dalam penelitian ini tidak
trimester II dan III
dijumpai rata-rata pertambahan berat badan
berdasarkan tekanan darah
ibu hamil trimester II dan III yang lebih
dari 1 kg dan hanya ada 1 ibu
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
pencegahan untuk tidak menjadi lebih kematian dan faktor risiko yang mungkin
berat. Pengenalan penyakit dan terjadi pada ibu maupun janinnya
pemeriksaan antenatal memegang peran
penting untuk menghindari
1.Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
ABSTRAK
tentang bahaya stress dalam kehamilan yang akan memperbesar resiko terjadinya
preeklamsia/eklamsia.
Populasi Penelitian
adalah semua pasien Pengumpulan data
tahun 2011 sebanyak 120 orang Melihat apakah data telah terisi dengan
inklusi. 3. Tabulasi
dilakukan untuk variabel tunggal yang Pada Tabel 1 dari total 120 sampel
dianggap terkait dengan penelitian dan didapatkan 60 pasien dengan primigravida
analisis bivariat untuk melihatdistribusi dengan persentase 50% dan 60 pasien
atau hubungan beberapa variabel yang multigravida dengan persentase 50 %
dianggap terkait dengan menggunakan uji
chisquare. Tabel 2 : Distribusi frekuensi pasien
Analisis data dilakukan dengan primigravida berdasarkan umur.
pengujian hipotesis Nol (Ho) atau hipotesis Umur N %
yang akan ditolak. Dengan menggunakan 20-30 thn 27 84,37
uji chi-square. Batas kemaknaan = 0,05, 31-40 thn 5 15,62
Ho ditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima Total 32 100
jika p > 0,05. Sumber : Data rekam medic 2011
Jika p < α (0,05) maka hipotesis nol
ditolak dan hipotesis alternatif diterima Pada Tabel 2 diketahui bahwa total dari
yang berarti ada hubungan antara 32 sampel yang tercatat sebagai pasien
primigravida / multigravida dengan angka primipara di dapatkan status gravida pada
kejadian preeklamsia/eklamsia. primipara dengan usia 20-30 thn sebanyak 27
Sedangkan jika p > α (0,05) maka orang (84,37%)dan yang berumur 31-40 thn
hipotesis nol diterima dan hipotesis sebanyak5 orang (15,62%).
alternatif ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antara primigravida / Tabel 3 : Distribusi frekuensi pasien
multigravida dengan angka kejadian multipara berdasarkan umur
preeklamsia / eklamsia.
HASIL PENELITIAN
1. Hasil Analisis Univariat
Tabel 1 : Distribusi frekuensi status
gravida
Status gravida Jumlah persentase
Primigravida 32 64.0
Multigravida 20 36
Total 52 100.0
Sumber : Data rekam medik 2011
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
Pekerjaan N % Diagnosa N %
IRT( ibu rumah 19 59,37 Preeklamsia 15 42,85
tangga) Eklamsia 5 29,41
Swasta 9 28,12 Total 20 100
Pns (pegawai 4 12,5 Data rekam medik tahun 2011
negeri sipil)
Total 32 100 Dari tabel .9 didapatkan hasil dari total
Data rekam medik tahun 2011 20 sampel status gravida dengan
multigravida didapatkan hasil pada ibu
Dari tabel.6 didapatkan hasil dari total multigravida yang mengalami
32 sampel status gravida dengan preeklamsia sebanyak 15 orang
( 42,85%), dan yang
primiparadidapatkan hasilpada ibu Dari tabel 7 didapatkan hasil dari total 20
primipara dengan pekerjaan sebagai sampel status gravida dengan multipara didapatkan
IRT ( ibu rumah tangga ) sebanyak 19 hasil pada ibu primipara dengan pekerjaan sebagai
orang ( 59,37%), swasta sebanyak 9 IRT ( ibu rumah tangga ) sebanyak 13 orang ( 65%),
orang (28,12%) dan pns sebanyak 4 swasta sebanyak 3 orang (15%) dan pns sebanyak 4
orang ( 12,5%). orang ( 20%).
Hasil Analisis hubungan antara dari 19 tahun. Artinya dari 100 kasus preeklamsia 29
Primigravida / multigravida dengan angka kasus terjadi pada primigravida.
kejadian preeklamsia / eklamsia Pada Hasil penelitian ini sesuai dengan yang
tabel diungkapkan Corwin (2005) bahwa pada
5.10 diperoleh dari 20 total ibu yang primigravida sering mengalami stress dalam
berstatus multigravida didapatkan ada menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi
sebanyak 15 dari pada primigravida menyebabkan peningkatan
35 (42,85%) ibu yang berstatus multigravida pelepsan corticotropic-releasing hormone (CRH)
yang terkena preeklamsia.Dan 5 (29,4%) oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan
ibu yang mengalami eklamsia.Sedangkan peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah
dari 32 ibu yang berstatus primigravida, mempersiapkan tubuh untuk berespon terhadap
terdapat 20(57,14) ibu primigravida yang semua stressor dengan meningkatkan respon
terkena preeklamsia. Dan dari 32 ibu simpatis, termasuk respon yang ditujukan untuk
primigravida terdapat 12 (37,5%) yang meningkatkan curah jantung dan mempertahankan
terkena eklamsia. Hasil uji analisis chi tekanan darah. Pada wanita yang preeklamsia /
square dengan tingkat kepercayaaan 95 % eklamsia. Tidak terjadi penurunan sensivitas terhadap
menunjukkan bahwa ada hubungan yang vasopeptida- vasopeptida tersebut, sehingga
signifikan (P<0,05) antara primigravida peningkatan besar volume darah langsung
dengan angka kejadian preeklamsia / meningkatkan curah jantung dan tekanan darah.
eklamsia dengan nilai ratio prevalensi Preeklamsia / eklamsia terbanyak pada usia
(RP) 0,7Hal ini berarti pada primigravida 20-24 tahun yang terjadi pada kehamilan pertama.
mempunyai faktorresiko 0,7. kalilebih Preeklamsia / eklamsia lebih sering terjadi padausia
besar untuk terkena preeklamsia / muda dan primipara diduga karena adanya suatu
eklamsia. mekanisme imunologi disamping endokrin dan
Menurut Putri Dyah (2008)
menyatakan bahwa ibu hamil primigravida
memiliki resiko 3 kali untuk terkena
preeklamsia / eklamsia. Hal ini di dukung
oleh penelitian Baktiyani dkk (2005) di
Rumah Sakit Saiful Anwar Malang bahwa
pada tahun 1997 ibu hamil primigravida
dengan preeklamsia / eklamsia sebesar 3,
6% dan meningkat pada tahun 1999
sebesar 29 % pada primigravida yang
berumur kurang dari 35 tahun dan lebih
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
peningkatan tekanan darah resiko 0,7 kali lebih besar untuk terkena
eklamsia.
Pada penelitian ini juga SARAN
kehamilan yang akan memperbesar teratur dan nasehat yang jelas. Serta
resiko terjadinya preeklamsi / eklamsia. dijelaskan pula kepada suami atau
2. Mengantisipasi kejadian preeklamsia / anggota keluarga lainnya tentang tanda-
eklamsia pada primigravida dengan tanda preeklamsia / eklamsia dan
dilakukan penyuluhan bagi calon ibu perlunya dukungan sosial / moral
untuk meningkatkan kesadaran dalam kepada pasien.
melakukan pemeriksaan antenatal care 4. Dilakukan penelitian tentang
secara teratur dan terarah sehingga primigravida dan preeklamsia dengan
resiko preeklamsia / eklamsia dapat metodeyang lain, populasi yang lebih
ditangani sedini mungkin. banyak serta dengan memperhatikan
3. Melakukan penanganan dan deteksi dini faktor-faktor resiko yang belum sempat
terhadap ibu hamil dengan faktor resiko diperhatikan dalam penelitian i
preeklamsia / eklamsia dengan follow
up
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. LKBN Antara. WHO: penurunan Angka kematian ibu Belum
Sesuai Target MDGs dikutip dari http://www.antara.coml 20 maret 2012