Anda di halaman 1dari 100

MAKALAH

“ ANALISA KASUS KEGAWATDARURATAN MATERNAL


PADA KEHAMILAN LANJUT”

0LEH:
KELOMPOK 4

1. EFRINA SUNARTI 7. PUTRI ADILA


2. HANI FITRIA ANITA 8. RARA INNAYAH
3. MELDA RAHMADANI 9. RIA APRIANI
4. NADIA KARTINA JONELIS 10. RIZKY AMELIA ROSA
5. NEDIANA LEFLITA 11. SINDY MINDANISA
6. NOVIANTI 12. TISYA AFRILA SYAFENA

Dosen : Detty Afrianty S, S.ST,M.Keb

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa atas limpahan rahmat taufik dan inayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisa Kasus Kegawatdaruratan
Maternal Pada Kehamilan Lanjut”. Makalah ini di ajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah Asuhan Kegawatdarurat pada Maternal dan Neonatal , yang di
bimbing oleh ibu Detty Afrianty S, S.ST,M.Keb.
Kami selaku penyusun menyadari bahwa selesainya penulisan makalah ini
adalah berkat bimbingan, arahan dan motivasi untuk itu kami ucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan makalah
ini.
Semua teman dan pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Terima kasih atas segala bantuanya.Kami tim penyusun menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah inidan
menjadi pembelajaran kami agar lebih baik lagi.

Bukittinggi, 28 Maret 2020

( kelompok 4 )

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Defenisi Preeklamsi.......................................................................... 4
B. Etiologi............................................................................................. 4
C. Jenis-Jenis ..................................................................................... 6
D. Defenisi Eklamsi.............................................................................. 10
E. Protaf Penanganan Preeklamsi Dan Eklamsi ................................. 13

BAB III TINJAUAN KASUS VARNEY DAN SOAP


A. Manajemen Varney.......................................................................... 14
B. SOAP................................................................................................ 28

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 34
B. Saran................................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang
telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5,
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun
2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Terdapat dua
kategori kematian ibu yaitu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu
kematian yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya, dan
kematian yang disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian yang
terjadi pada ibu hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh
kehamilan atau persalinannya.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan
nifas) sekitar 359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat dibandingkan
dengan tahun 2007 yaitu sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Trias utama
kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan
infeksi. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, hampir 30% kematian ibu di
Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK. Penyakit hipertensi dalam
kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau
timbul dalam kehamilan atau pada masa nifas.
Data Laporan Kematian Ibu di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat kasus kematian ibu di Sumatera Barat pada tahun 2012 adalah 99 kasus,
tahun 2013 adalah 90 kasus, sedangkan pada tahun 2014 adalah 116 kasus.
Meningkat dari tahun sebelumnya. Kota Padang merupakan daerah yang
memiliki kematian ibu tertinggi yaitu 16 kasus pada tahun 2013 dan 2014.
Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang penyebab kematian maternal
pada tahun 2012 dan 2013 adalah preeklampsia-eklampsia, perdarahan, infeksi.
Pada tahun 2014 penyebab kematian ibu adalah preeklamsia-eklampsia

1
31,25%, perdarahan 18,75%, dan infeksi 12,5% dapat diketahui bahwa setiap
tahunnya penyebab utama kematian ibu secara langsung di kota Padang masih
sama. Preeklampsia merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan.
Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai
dengan proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul
setelah minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada
primigravida. Jika timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi
seperti kehamilan ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun
dan sebab lainnya.
Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam
kehamilan berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah
efektif  pada sirkulasi uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang
bulan pada kasus-kasus berat. Kematian janin diakibatkan hipoksia akut,
karena sebab sekunder terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali
dengan pertumbuhan janin terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar
25% mortalitas perinatal diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan.
Mortalitas maternal diakibatkan adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan
kerusakan end organ lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan preeklamsi?

2. Apa penyebab terjadinya preeklamsi pada ibu hamil?

3. Apa saja jenis-jenis preeklamsi?

4. Apa yang dimaksud dengan eklamsi?

5. Bagaimana protap penanganan preeklamsi dan eklamsi?

C. Tujuan

2
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari preeklamsi
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya preeklamsi pada ibu
hamil
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis preeklamsi
4. Untuk mengetahui dan memahami eklamsi
5. Untuk mengetahui dan memahami protap penanganan preeklamsi dan
eklamsi

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa
menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-
eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan
ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria
dan edema yang ditimbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya
pada mola hidatidosa (prawirohardjo, 2005).
Preeklamsi adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin
dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria dan
edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya
(muchtar, 1998)
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-
eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi
(ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan
hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta
tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.

B. Etiologi
Penyebab preeklamsi saat ini belum dapat diketahui secara pasti,
walaupun penelitian dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju.
Semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan
kejadian. Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan
kesehatan yang diasumsikan pada teori. Adapun teori tersebut antara lain :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan

4
Pada preeklamsi dan eklamsi didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga terjadi penurunan prostasiklin yang pada kehamilan
normal meningkat, aktivasi pengumpalan dan fibionalisis, yang kemudian
akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi
antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotinin, sehingga
terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklamsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada
kehamilan pertama pembentukkan blocking antibodies terhadap antigen
plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan
berikutnya. Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang
mendukung adanya sistem imun pada penderita preeklamsi ; beberapa
wanita dengan preeklamsi mempunyai komplek imun dalam serum,
beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada
preeklamsi diikuti proteiuri.
3. Faktor genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian
preeklamsi antara lain :
a. Preeklamsi hanya terjadi pada manusia
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada
anak-anak dari ibu yang menderita preeklamsi
c. Kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak dan cucu
ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan pada ipar mereka
d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)

Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat


menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor – faktor tersebut
antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor
resiko terjadinya preeklamsi, preeklamsi umumnya terjadi pada kehamilan

5
yang pertama kali, kehamilan di usia remaja, dan kehamilan pada wanita diatas
40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah tinggi yang
kronis sebelum kehamilan, riwayat mengelami preeklampsia sebelumnya,
riwayat preeklampsi pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan,
mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal
lupus atau rematoid arthritis.

C. Jenis-jenis Pre-eklamsi
1. Preeklamsi ringan
Preeklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
kehamilan. Penyebab preeklamsi ringan belum diketahui secara jelas.
Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation sundrome” akibat
vasospasme general segala akibat. Gejala klinis preeklamsi ringan
meliputi :
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg
atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu
atau lebih dari sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90
mmHg sampai kurang 110 mmHg
b. Proteinuri: secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau
secara kualitatif positi 2 (+2)
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
Penangan preeklamsi ringan dapat dilakukan dua cara, tergantung
gejala yang timbul, yakni :
a. Penatalaksaan rawat jalan pasien preeklamsi ringan, dengan cara :
1) Ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring)
2) Diet: cukup protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendah
garam
3) Pemberian sedative ringan
4) Kunjungan ulang setiap 1 minggu

6
5) Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hemotokrit, trombosit, urine
lengkap,asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal)
b. Penatalaksaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan
kriteria :
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan
adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklamsi
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu)
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsi
berat
Perawatan obstetri pasien preeklamsi ringan :
a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan,
persalinan ditunggu sampai aterm. Namun bila desakan darah turun
tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka
kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau
lebih
b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
Perslaian ditunnggu smapai terjadinya onset persaliana atau di
pertimbangkan untuk melakukan persalianan pada taksiran tanggal
persalinan
c. Cara persalinan
Persalian dapat dilakukan secara spontan bila memperpendek kala II

2. Preeklamsi berat
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih desertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala dan tanda
preeklamsi berat :
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolik > 110
mmHg

7
b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
c. Trombosit < 100.000/mm3
d. Oliguria < 400 ml/24 jam
e. Proteinuria > 3 gr/liter
f. Nyeri episgastrium
g. Skotoma dan gangguan visus lainnya atau nyeri frontal yang berat
h. Perdarahan retina
i. Odem pulmonum

Pada preeklamsi berat juga terdapat penyulit lain, diantaranya :


kerusakan organ-organ tubuh seperti jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi
hati, gangguan pembekuan darah, sindrome HELLP, bahkan dapat terjadi
kematian pada janin, ibu, atau keduanya bila preeklamsi tak segera diatasi
dengan baik dan benar. Penanganan preeklamsi berat, yakni
a. Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap
penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan
nonstress test (NST) dan USG, dengan indikasi (salah satu atau lebih) :
1) Ibu : usia khamilan 37 minggu atau lebih; adanya tanda- tanda atau
gejala impending eklamsi, kehgagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah
atau setelah 24 jam perwatan edicinal, ada gejala-gejala satus quo
(tidak ada perbaikan)
2) Janin : hasil fetal assesment jelek (NST dan USG): adanya tanda
Intravena Uterine Growt retardatin (IUGR)
3) Hasil laboratorium: adanya “HELP syndrome” (hematolisis dan
peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)
b. Pengobatan medisinal pasien preeklamsi berat (dilakukan dirumah
sakit dan atas instruksi dokter) yaitu : segera masuk RS: tirah baring
kesatu sisi. Tanda-tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella
setiap jam, infus RL dextrose 5% dimana setiap 1 liter disleingi infus
RL (60-125 cc/jam) 500CC, berikan antasida, diet cukup protein,

8
rendah karbohidrat, rendah lemak, dan rendah garam, pemberian obat
anti kejang, MgSO4, diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-
tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka,
diberikan furosemid injeksi 40mg/IM
c. Antidepresa diberikan bila : tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg.
Diastolis lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasasaran
pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang
90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis
antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnnya.
d. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu)
e. Bila tidak tersedia anti hipertensi parental dapat diberikan tablet anti
hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama
mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997)
f. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda
menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid
g. Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.

Penanganan preeklamsi berat pada saat persalinan, dilakukan


tindakan penderita dirawat inap anatara lain :
a. Istirahat mutlak dan ditempatkan diruangan isolasi; berikan diet
rendah garam, lemak dan tinggi protein; berikan suntikan MgSO4 8 gr
IM, 4 gr bokong kanan, dan 4 gr bokong kiri; suntikan dapat diulang
dengan dosis 4 gr setiap jam; syarat pemberia MgSO4 adalah reflek
patella positif, diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 x/
menit dan harus tersedia antidotnya yaitu calsium gluconas 10%
dalam ampul sedia 10cc; infus dextrose 5% dan ringer laktat; berikan
obat anti hipertensi; injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan selanjutnya
dapat diberikan tablet katapres 3 X ½ tablet atau 2 X ½ tablet sehari;
diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru

9
dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul
IV lasix; segera setelah pemberian MgSO4 kedua, dilakukan induksi
partus dengan atau tanpaamniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin
10 satuan dalam infus tetes (dilakukan oleh bidan atas instruksi
dokter)
b. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau
forceps, jadi ibu dilarang mengedan ()dilakukan oleh dokter ahli
kandungan); jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi
perdarahan yang disebabkan antonia uteri; pemberian MgSO4 kalau
tidak ada kontraindikasi, kemudia diteruskan dengan dosis 4 gr setiap
4 jam dalam 24 jam postpartum.
c. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa:
tidak terdapat koagulopati: anastesi yang aman atau terpilih adalah
anastesi spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh dokter
kandungan)
d. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau kecil,
lakukan persalinan pervaginam. Jikaservuks matang, lakukan induksi
dengan oksitosin 2- 5 IU dalam 500nml dextrose 10 tetes/mnit atau
dengan prostaglandin (atas instruksi dokter boleh dilakukan oleh
bidan)

D. Eklamsi
1. Defenisi
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan
atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul
akibat neurologik) dan/ atau koma dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala- gejala preeklamsi.
Eklamsi adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita
hamil dan wanita masa nifas disertai dengan hipertensi, oedema dan
protenuria.

10
Eklamsi lebih sering terjadi pada kehamilan kembar, hydramnion,
mola hydatidosa, dan eklamsi dapat terjadi sebelum kehamilan bulan ke-6.
2. Tanda dan gejala
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya
preeklamsi dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal,
gangguan penglihatan, mual, nyeri di episgastrium, dan hiperrefleksia.
Bila keadaan ini tidak dikenal dan diobati, akan timbul kejang; terutama
pada persalinan, ini bahaya besar. Konvulsi eklamsi dibagi dalam 4
tingkat, yaitu :
a. Tingkat awal atau aura. Gejala ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata
terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula
tangannya, dan kepala diputar kekanan atau ke kiri
b. Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung 30 detik.
Dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku,
tangan menggenggam, dan kaki bengkok ke dalam. Pernafasan
berhemti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
c. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejang klonik yang
berlangsung antara 1-2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot
berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut
membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi. Bola mata
menonjol. Dari mulut keluar lidah berbusa, muka menunjukkan
kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar. Kejang klonik ini
dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat
tidurnya. Akhirnya, kejang terhenti dan penderita menarik nafas secara
mendengkur.
d. Sekarang masuk tingkat koma, lamanya ketidak sadaran tidak
berlangsung lama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi,
akan tetapi serangan ini dapat terjadi secara berulang sehingga ia tetap
koma.
e. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu
meninggkat sampai 40 derajat Celcius. Sehingga akibat serangan dapat

11
terjadi komplikasi-komplikasi seperti : lidah tergigit, sehingga terjadi
perlukaan dan fraktura, gangguan pernafasan, solusio plasenta, dan
perdarahan otak.

3. Diagnosis
Dengan adanya tanda-tanda dan gejala preeklamsi yang disusul
dengan serangan kejang yang telah diuraikan diatas, maka diagnosis
eklamsi sudah tidak diragukan. Walaupun demikian eklamsi harus
dibedakan antara :
a. Epilepsi; dalam anamesis diketahui adanya serangan sebelum hamil
atau pada hamil muda dan tanda preeklamsi tidak ada
b. Kejang karena obat anastesi; apabila obat anastesi lokal diinjeksikan
kedalam vena, dapat timbul kejang
c. Koma karena sebab seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis,
ensefalitis, dan lain-lain

12
E. Protap Penanganan Preeklamsi dan Eklamsi

PREEKLAMSI DAN EKLAMSPSIA

Pemeriksaan Dasar diagnosa klinis


1. Fisik ibu 1. Kenaikan berat badan
a. Tekanana darah 2. Kenaikan tekanan darah
b. Berat badan – edema 3. Proteinuria
c. Proteinuria 4. Oliguria
2. Janin 5. Kejang atau koma
a. gerakan janin 6. Nyeri kepala/
b. jantung janin epigastrium
c. air ketuban 7. Penglihatan kabur
3. Konsultasi dokter 8. Edema paru-paru
a. Laboratprium 9. Gangguan kesadaran
b. rujukan

Konservatif Terapi aktif


1. Kamar isolasi 1. Indikasi vital
2. Observasi 2. Gagal pengobatan 2X 24
a. Kesembanagn cairan jam
b. Infus 2000/24 jam 3. Medis teknis
3. Pengobatan a. Induksi persalinan
a. Stroganol b. Pecahkan ketuban
b. Penthotal c. Kala II forsep
c. Diazepam
d. Litik koktil
e. Magnesium sulfat
4. Evaluasi pengobatan
a. Diuresis
Seksio sesarea
b. Kesadaran membaik
1. Gagal induksi
c. Kejang berkurang
2. Indikasi obstetri
d. Nadi dan tekanan
darah menurun
e. Keluhan berkurang

Pengobatan konservatif berhasil


1. Pengawasan hamil intensif
2. Kahamilan mencapai
aterm
3. Persalinan pervaginam

13
BAB III
TINJAUAN KASUS VARNEY DAN SOAP

A. Manajemen Varney

Kasus

Ny. T umur 27 tahun G4 P3 A0 hamil aterm dating kepolindes


mawar. Ia dating diantar suaminya dengan keluhan kejang-kejang setelah
dilakukan pemeriksanaan ditemukan TD 190/140 mmHg, muka, tangan dan
kaki oedema

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDAN IBU HAMIL PADA “ Ny T


DENGAN G4P3A0 Usia Kehamilan Aterm
DI POLINDES MAWAR
I. Pengumpulan Data
A. DATA SUBJEKTIF
Tanggal dan Pukul : 27 Maret 2020, Pukul 08.00 WIB
Nama : Ny. T Nama : Tn. T
Umur : 27 Tahun Umur : 30
Tahun
Suku/ kebangsaan: Minang Suku/Kebangsaan Minang
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : IRT
Alamat Rumah : Bukittinggi Alamat Rumah :Bukittinggi

14
B. ANAMNESA
1. Alasan Kunjungan : ingin memeriksakan kehamilannya
2. Keluhan Utama : ibu mengalami kejang-kejang
3. Riwayat Menstruasi :
 Menarchce : 12 Tahun
 Siklus : 28 Hari
 Banyaknya : 3x ganti doek
 Warna Darah : merah
 Lamanya : 7 hari
 Sifat Darah : encer
 Teratur / Tidak : teratur
 Dismenorrhoe : tidak ada
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Hari Pertama Haid Terakhir :
b. Tafsiran Persalinan :
c. Perkembangan kehamilan Pertrimester
 Trimester I
ANC :1x
Keluhan : tidak ada
Anjuran : tidak ada
Obat - obatan :-
Imunisasi :-
 Trimester II
ANC : 2x
Keluhan : tidak ada
Anjuran : tidak ada
Obat – obatan : fe
Imunisasi :-
 Trimester III
ANC : 1x

15
Keluhan : kaki bengkak, pusing
Anjuran : diet rendah garam, istirahat yang
cukup
Obat – Obatan : Fe, Vit.C dan Asam Folat
Imunisasi :
a. Pergerakan janin pertama kali dirasakan ibu pada usia
kehamilan 16 minggu
b. Keluhan yang dirasakan selama kehamilan ini ( bila ada
jelaskan
1. Rasa 5 L (Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lunglai ) : iya
2. Mual dan muntah yang lama : tidak
3. Nyeri Perut : tidak
4. Panas dan menggigil : iya
5. Sakit kepala
(Berat/Ringan/Terus Menerus/Sewaktu-Waktu) : Berat
6. Penglihatan Kabur : iya
7. Rasa Nyeri / Panas Waktu BAK : tidak
8. Rasa Gatal Pada Vulva/ Vagina Dan Sekitarnya : tidak
9. Pengeluaran Cairan Pervaginam : tidak
10. Nyeri Kemerahan, Tegang Pada Tungkai : tidak
11. Oedema
(Tunakai kaki, Tibia, Muka Dan Jaringan Tangan : iya

16
5. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :

Anak Umur/ Usia Jenis Tempat / BB /PB Komplikas Nifas


Ke Jenis Kehamilan Persalinan Penolong i
Kelamin Persalinan Persalinan
1 8 tahun/Pr Aterm Normal Bidan 2900gr/ Tidak ada Norma
48 cm l
2 5 Tahun/Pr Aterm Normal Bidan 3200 Tidak ada Norma
gr/ 48 l
cm
3 3 Tahun/Pr Aterm Normal Bidan 3000 Tidak ada Norma
gr/ 50 l
cm
Ini

6. Riwayat Immunisasi
1. TT 1 :-
2. TT 2 :-
3. TT 3 :-
4. TT 4 :-
5. TT 5 :-
7. Riwayat Kontrasepsi
Kontrasepsi yang pernah digunakan: tidak ada
Lamanya menggunakan : tidak ada
Alasannya berhenti : tidak ada
Keluhan : tidak ada

8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Yang Pernah diderita
 Jantung : tidak ada
 Hipertensi : tidak ada

17
 Ginjal : tidak ada
 DM : tidak ada
 Asma : tidak ada
 TBC : tidak ada
 Epilepsi : tidak ada
 PMS : tidak ada
 Riwayat operasi yang pernah diderita : tidak ada
b. Riwayat Alergi
 Jenis Makanan : tidak ada
 Jenis Obat – obatan : tidak ada
 DLL : tidak ada
c. Riwayat Transfusi Darah : tidak ada
d. Riwayat Pernah Mengalami Kelainan Jiwa : tidak ada

9. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Penyakit yang pernah diderita
 Jantung : tidak ada
 Hipertensi : tidak ada
 Ginjal : tidak ada
 DM : tidak ada
 Asma : tidak ada
 TBC : tidak ada
 Epilepsi : tidak ada
 Riwayat Pernah mengalami kelainan jiwa: tidak ada

b. Riwayat Kehamilan kemar yang pernah diderita


 Gemelli / lebih dari 1 : tidak ada
10. Pola Makan
a. Nutrisi
1. Makan

18
 Frekuensi :3x sehari
 Keluhan : tidak ada

2. Minum
 Frekuensi : 7x sehari
 Jenis : air putih
 Masalah : tidak ada
11. Pola Eliminasi
a. BAK
 Frekuensi : 5-6 x sehari
 Warna : kuning
 Keluhan : tidak ada
b. BAB
 Frekuensi : 1x sehari
 Warna : kuning kecoklatan
 Konsistensi : lembek
 Keluhan : tidak ada
12. Personal Hygine
 Mandi : 2x sehari
 Keramas : 3x seminggu
 Gosok gigi : 2x sehari
 Ganti pakaian dalam : 2x sehari
 Ganti pakaian luar : 2x sehari
 Keluhan : tidak ada
13. seksualitas
 Fre. saat sebelum hamil : 2x seminggu
 Fre. Saat Hamil : 1x seminggu
 Keluhan : Tidak ada
14. Aktifitas Sehari – hari
 Pekerjaan : IRT

19
 Keluhan : Tidak ada
15. Olah Raga
 Jenis : Jalan pagi
 Frekuensi : 1x seminggu
 Lamanya : 5 menit
 Keluhan : tidak ada
16. Pola Istirahat dan Tidur
 Lama Tidur Siang : jarang
 Lama Tidur Malam : 6-7 jam perhari
 Masalah : tidak ada
17. Keadaan Sosial
a. Perkawinan
 Status Perkawinan : Sah
 Perkawinan Ke :1
 Setelah Kawin berapa lama baru hamil : 1 tahun
b. Kehamilan
 Direncanakan/tidak : iya
 Diterima / tidak : iya
 Jarak kehamilan dengan anak paling kecil: 2 tahun
c. Status emosional : normal
d. Hubungan dengan keluarga : baik
e. Hubungan dengan keluarga dan masyarakat : baik
f. Pengambilan keputusan dalam keluarga : suami
g. Rencana saat persalinan :
 Tempat : bidan
 Pendamping : suami
 Penolong : bidan
18. Kegiatan spritual : Ada

20
C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBJEKTIF )
1. Pemeriksaan Umum
 KU : lemah
 Postur Tubuh : Lordosis
 TB : 152 cm
 BB Sebelum Hamil : 46
 BB Sekarang : 60 kg
 Kenaikan BB : 16 kg
 TTV :
TD : 190/140 mmHg
N : 110 x/i
P : 26 x/i
S : 38,60C
 Kesadaran : Delirium, Gelisah
 LILA : 25 cm
2. Data Khusus
1) Kepala
a) Kebersihan Kulit kepala : bersih
b) Kebersihan Rambut : bersih
c) Kekuatan Rambut : ada
2) Wajah
a) Oedema : oedema
b) Closmasgravidarum :-
3) Mata
a) Sklera : putih
b) Conjungtifa : merah muda
4) Hidung
a) Kebersihan : bersih
b) Kelainan : tidak ada
5) Mulut

21
a) Keadaan Bibir : normal
b) Kebersihan : bersih
c) Karies : tidak ada
d) Kebersihan Lidah : bersih
6) Telinga
a) Kebersihan Telinga : tidak ada serumen
b) Infeksi : tidak ada
7) Leher
a) Kelenjer Linfe : tidak ada pembesaran
b) Kelenjer Tiroid : tidak ada pembesaran
8) Payudara
a) Bentuknya : simetris
b) Papila : menonjol
c) Areola : hiperpigmentasi
d) Massa : tidak ada
e) Colostrum : belum ada
f) Rasa Nyeri atau masalah : tidak ada
9) Abdomen
a) Inspeksi
 Pembesaran Perut : sesuai UK
 Bekas Luka Operasi : tidak ada
 Asites : tidak ada
 Strie Livide/Albican : ada
 Linea Nigra : ada
b) Palpasi
 Leopold
LI : TFU 2 jari di bawah px, pundus
teraba satu bagian bulat, lunak tidak
melenting

22
L II : bagian kanan: teraba bagian kecil
janin, teraba terpotong-potong
(ektermitas)
Bagian Kiri: teraba memanjang, ada
tahanan seperti papan (punggung
bayi)
L III : teraba bulat, keras, melenting,
sudah tidak bisa di goyangkan
L IV : Divergen, penurunan kepala 4/5
 Ukuran Mc Donal : 30 cm
 TBBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram
 Pergerakan Janin : aktif
c) Askultasi
 DJJ : 128x/menit
 Frekuensi : kuat
 Irama : teratur
 Intensitas : Normal
 Puntum Maksimum :
10) Ektermitas
a) Ekstermitas Atas
 Oedema : Oedema (+)
 Sianosis Pada Ujing Kaki : tidak ada
b) Ektermitas Bawah
 Oedema : Oedema (-)
 Varises : Tidak ada
 Reflek Patela Kana/Kiri : +/+
11) Pemeriksaan Penunjang / Pemeriksaan Labor
a) Darah
 Kadar Hb : 11,5 gr%
 Golongan Darah :A

23
b) Urine
 Protein Urine : +++
 Glukosa Urine : Negatif
II. INTERPRETASI DATA
a. Diagnosa : Ny. T umur 23 tahun G4P3A0 Usia Kehamilan
Aterm janin tunggal hidup intraurein preskep dengan eklampsia
Data Khusus :
 HPHT : 20 – 6 - 2019
 KU : Lemah
 TTV : TD : 190/140 mmHg
N : 110 x/i
P : 26 x/i
S : 38,60C
 BB Sebelum hamil : 46 kg
 BB Setelah Hamil : 60 kg
 TB : 152
 Hasil Palpasi
LI : TFU 2 jari di bawah px, pundus teraba satu bagian
bulat, lunak tidak melenting
L II : bagian kanan: teraba bagian kecil janin, teraba
terpotong-potong (ektermitas)
Bagian Kiri: teraba memanjang, ada tahanan seperti
papan (punggung bayi)
L III : teraba bulat, keras, melenting, sudah tidak bisa di
goyangkan
L IV : Divergen, penurunan kepala 4/5
 TFU : 30 cm
 TBBJ : (30-11) x 155 = 2945 gram
 DJJ : 128x/menit
b. Masalah : terjadi serangan kejang

24
III. IDENTIFIKASI MASALAH / DIAGNOSA POTENSIAL :
Bagi ibu: Koma
Bagi Janin: Gawat Janin

IV. TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI


1. Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan
2. Rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (RS)
3. Berikan MgSO4 dosis awal.

V. PERENCANAAN :
1. Beritahukan kondisi ibu dan janin berdasarkan hasil pemeriksaan
2. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
3. Pasang infus RL
4. Berikan obat anti kejang MgSO4 dosis awal
5. Pasang oksigen
6. Baringkan pasien pada sisi kiri dan trendelenburg
7. Lakukan rujukan

VI. PELAKSANAAN
1. Keluarga dan ibu sudah mengetahui kondisi ibu dan janin
berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin dalam
keadaan tidak baik
2. Pasien telah dilindungi dari kemungkinan trauma dengan cara diikat
dengan ikatan yang tidak terlalu kuat
3. Infuse RL 20 tetes/menit untuk stabilisasi sudah dipasang
4. Obat anti kejang MgSO4 dosis awal telah diberikan
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit

25
Dilanjutkan dengan pemberian 10 g larutan MgSO4 50%, masing-masing
5 g di bokong kanan dan kiri secara IM di tambah 1 ml lignokain 2%
pada semprit yang sama.
Jika kejang berulang setelah 15 menit , berikan MgSO4 2 g (larutan 40%)
IV selama 5 menit.
Pemberian MgSO4 dengan syarat berikut:
 Frekuensi pernasfasan minimal 16x/menit
 Refleks patella (+)
 Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
5. Pemberian oksigen 4-6 liter/menit
6. Membaringkan pasien pada sisi kiri dan trendelenburg untuk
mengurangi risiko aspirasi
7. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi

VII. EVALUASI :
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui kondidi ibu dan janin
berdasarkan hasil pemeriksaan
2. Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan trauma dengan cara diikat
dengan ikatan yang tidak terlalu kuat
3. Infus RL 20 tetes/menit untuk stabilisasi sudah di pasang
4. Obat anti kejang MgSO4 dosis awal telah diberikan
5. Oksigen 4-6 liter/menit sudah dipasang
6. Pasien sudah dibaringkan pada sisi kiri dan trendelenburg untuk
mengurangi mengurangi risiko aspirasi
7. Sudah dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi

26
.

Mahasiswa, CI lapangan

(........................................) ( ...............................)

Mengetahui,

Pambimbing Akademik

(.........................................)

27
B. MANAJEMEN SOAP
Kasus :
Ny. T umur 27 tahun G4P3A0 hamil aterm datang ke polindes mawar. Ia
datang di antar suaminya dengan keluhan kejang-kejang. Setelah dilakukan
pemeriksaan di temukan TD : 190/140 mmHg, muka, tangan dan kaki odema.

I. Data Subyektif
A. Pengkajian
          Pada tanggal 27-03-2020
1.  Identitas
Nama istri/suami : Ny. T/ Tn. S
Umur : 27 tahun/ 35 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA/ SMA
Suku : Minang/ Indo
Pekerjaan : IRT/ Swasta
Alamat : Aur kuning

2.Keluhan utama
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya.
3.Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun. Siklus 30 hari. Teratur. Lama 7 hari. Sifat darah encer.
Bau amis. Tidak ada fluor albus. Tidak dismenorroe.
HPHT 15 Juli 2019. TP 12 April 2020
4.Riwayat kehamilan ini.
Riwayat ANC
ANC sejak umur kehamilan 10 minggu. ANC di BPM ayu
Frekuensi :     

28
Trimester I       1          kali
Trimester II     1          kali
Trimester III    1          kali
Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir
Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin, gerakan aktif sebanyak 22x
dalam 24 jam.
5.Riwayat kehamilan, persalinan,dan nifas yang lalu.
G4  P3  Ab0  

HamilK Persalinan Nifas


e
Tgl UK Jenis Penolong Komplikasi JK BB Laktasi Kompli
lahir persalinan Ibu Bayi kasi
1 7th Normal spontan bidan ada

baik sehat ♂ Tidak ada

2 5th Normal spontan bidan Baik sehat ♂ ada Tidak ada

3 3th Normal spontan bidan baik sehat ♀ ada Tidak ada

Ini

Riwayat kontrasepsi yang digunakan


No Jenis Mulai memakai Berhenti/ganti cara
kontrasepsi
Tanggal Oleh Tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Alasan
1 Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

Riwayat kesehatan : Ibu mempunyai riwayat keturunan kembar

29
Pengetahuan Ibu tentang kehamilan ini : :Ibu mengetahui kehamilannya
kembar dan usia kehamilannya 37 minggu
Psikologis : Ibu menerima kehamilan ini
II. Data Obyektif
1. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) TTV
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Delirium, gelisah
Tekanan darah : 190/140 mmHg
Pernafasan : 26 x/menit
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 38,7˚ C
2) Status present
Muka : Oedema (+)
Ekstremitas atas : Oedema (+)
Ekstremitas bawah : Oedema (+)
b. Palpasi
Leopold I : TFU 2 jari di bawah processus xypoideus, fundus teraba satu
bagian bulat, lunak tidak melenting.
Leopold II : Bagian kanan : bagian besar janin teraba memanjang, ada
tahanan seperti papan. Bagian kiri : bagian kecil janin teraba
terputus-putus.
Leopold III : Bagian terendah teraba bagian bulat, keras,
melenting, sudah tidak bisa digoyangkan.
Leopolod IV : Divergen, penurunan kepala 4/5
TFU Mc Donal : 30 cm
TBJ : (30 cm-11) x 155 = 2.945 gram
His : 2 x dalam 10 menit selama 30 detik
c. Auskultasi

30
DJJ : 128 x/menit, punctum maximum kanan
bawah pusat.
d. Pemeriksaan Dalam
Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tipis dan lunak
Pembukaan : 2 cm
Effecement : 45 %
Kulit ketuban : Utuh
Penurunan : Hodge 1
Bagian terendah : Kepala
Point of direction : Ubun-ubun kecil
Bagian menumbung : Tidak ada
Moulase : Tidak ada
Caput : Tidak ada
.

III. Assesment
Diagnosis Kebidanan
1.      Masalah     :
Kebutuhan : 1. Observasi keadaan ibu
2. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
Diagnosis Potensial :
Bagi ibu : Koma
Bagi janin : Gawat janin

Masalah Potensial: Tidak ada


Merujuk :Merujuk Ibu ke RSAM Bukittinggi

IV PERENCANAAN
1. Beritahu kondisi ibu dan janin berdasarkan hasil pemeriksaan
2. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

31
3. Pasang infuse RL
4. Berikan obat anti kejang MgSO4 dosis awal
5. Pasang oksigen
6. Baringkan pasien pada sisi kiri dan trendelenburg
7. Lakukan rujukan

V IMPLEMENTASI
1. Memberitahu kondisi ibu dan janin berdasarkan hasil pemeriksaan, bahwa
kondisi ibu dan janin dalam keadaan tidak baik.
2. Melindungi pasien dari kemungkinan trauma dengan cara mengikat
pasien dengan ikatan yang tidak terlalu kuat.
3. Memasang infuse RL 20 tetes/menit untuk stabilisasi pasien.
4. Memberikan obat anti kejang MgSO4 dosis awal:
a. Memberikan 4 g larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dengan 10 ml akuades, berikan secara IV selama 15 menit.
b. Memberikan 6 g MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) larutkan dalam
500 ml Ringer Laktat, berikan secara IV dengan kecepatan 28
tetes/menit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah
persalinan atau kejang berakhir.
c. Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 2 g (larutan
40%) IV selama 15-20 menit.
5. Pemberian MgSO4 dengan syarat-syarat berikut:
1) Frekuensi pernafasan minimal 16x/menit
2) Refleks patella (+)
3) Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
4) Memasang oksigen 4-6 liter/menit.
6. Membaringkan pasien pada sisi kiri dan trendelenburg untuk mengurangi
risiko aspirasi.
7. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

32
VI EVALUASI
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui kondisi ibu dan janin berdasarkan
hasil pemeriksaan, bahwa kondisi ibu dan janin dalam keadaan tidak baik.
2. Pasien sudah dilindungi dari kemungkinan trauma dengan cara diikat
dengan ikatan yang tidak terlalu kuat.
3. Infuse RL 20 tetes/menit untuk stabilisasi sudah dipasang.
4. Obat anti kejang MgSO4 dosis awal sudah diberikan.
5. Oksigen 4-6 liter/menit sudah dipasang.
6. Pasien sudah dibaringkan pada sisi kiri dan trendelenburg untuk
mengurangi risiko aspirasi.
7. Sudah dilakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih
tinggi.

33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklamsi ialah suatu gangguan kehamilan yang menjadi penyebab
kematian ibu dan bayi. Preeklamsi terbagi menjadi dua yaitu preeklamsi ringan
dan preeklamsi berat. Penyebab terjadinya prekklamsi sampai saat ini belum
dapat diketahui secara pasti. Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of
theory”, gangguan kesehatan yang diasumsikan pada teori. Preklamsi ringan
ditandai dengan : kehamilan lebih dari 20 minggu; kenaikan tekanana darah
140/90 mmHg atau lebih dangan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam
keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat
10 menit); edema tekan pada tungkai (pretibia), dinding perut, lumbosakral,
wajah atau tangan; proteinuria lebih 0,3 gr/liter/2jam, kualitatif +2.
Preeklamsi berat di tandai dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg,
diastolik > 110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati atau ikterus, trombosit <
100.000/ mm3, oliguria < 400 ml/24 jam, protein urine > 3 gr/liter, nyeri
episgtastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat,
perdarahan retina, odem pulmonum.
Jika preeklamsi ringan dan berat tidak dapat ditangani dengan baik pada
ibu hamil, maka akan dapat mengakibatkan terjadinya eklamsi pada ibu hamil.
Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan karena kelainan
neorologik) atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala
pre eklamsi.

B. Saran
Demikianlah makalah kami ini dapat dipaparkan, semoga berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Kami sebagai penulis menyadari bahwa apa yang

34
kami tulis dan kami paparkan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritikannya yang membangun demi kelancaran
makalah kami ini

35
DAFTAR PUSTAKA

Mukhlas,Asep.Preeklamsia.From:
http://preeklamsia.blogspot.com/2013/07/makalah-preeklamsia.html, 28 juli 2018

Yeyeh, Ai Rukiah. Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan.


Jakarta: Tim 2010

Gusta, Dien Anggraini Nursal. Dkk. Faktor Resiko Kejadian Preeklamsi Pada Ibu
Hamil di RSUP M. DJAMIL Padang Tahun 2014. From :
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/161, 30 juli 2018

Magdalena, Mariah. Diah Hisoryati. Gambaran Faktor Penyebab Preeklampsia


Pada Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembelang Jombang. From :
file:///C:/Users/asus/Downloads/30-Article%20Text-58-1-10-20160828.pdf, 30
Juli 2018

1
Faktor Risiko Kematian Ibu dengan Preeklampsia/Eklampsia dan
Perdarahan di Provinsi Jawa Timur

Dhora Dwi Palupi dan Rachmah Indawati


Departemen Biostatistika dan
Kependudukan FKM
UNAIR Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus
C Unair Surabaya
60115 Alamat
Korespondensi:
Dhora Dwi Palupi
E-mail: dhorra08@gmail.com

ABSTRACT

Maternal mortality is still a major problem in Indonesia, with the number


of cases continues to increase every year. In East Java, maternal mortality has
increased from 582 to 642 in the year 2013, the main causes of maternal
mortality is preeclampsia/eclampsia and hemorrhage.The purpose of this study
to look at the risk of preeclampsia/ eclampsia and hemorrhage resulting in
maternal deaths in East Java. This study is a non-reactive or unobstrusive using
cross sectional study. The total sample of 373 cases of maternal death due to
preeclampsia/eclampsia and hemorrhage. The independent variable in this study
is a risk factor for age and gravida. The results obtained showed that there was
no correlation between age and preeclampsia/eclampsia but age is a risk factor
for preeclampsia/ eclampsia on maternal mortality (p = 0.369; OR = 1.223).
Gravida factors relating to preeclampsia/eclampsia on maternal mortality, and
this is a risk factor (p = 0.0001; OR = 2.552). Age and gravida not associated

2
with the incidence of bleeding and is not a risk factor, because age is a factor
gravida preventive bleeding in cases of maternal death, and there are other
factors that cause bleeding, such as pregnancy spacing, delay in relief, with a
history of pregnancy and childbirth complications. There needs to be an optimal
control of the mother is known to be the age and gravida at risk by controlling
each developmental condition of mother during a pregnancy examination, and
should assume all pregnant women at risk of complications despite not being in
the category of age and gravida at risk

Keywords: maternal mortality, preeclampsia/eclampsia, hemorrhage, risk


factors

ABSTRAK

Kematian ibu masih menjadi masalah utama di Indonesia, dengan angka


kejadian yang terus meningkat setiap tahunnya. Di Jawa Timur, kematian ibu
meningkat dari 582 menjadi 642 pada tahun 2013. Penyebab utama kematian ibu
adalah preeklampsia/eklampsia dan perdarahan. Tujuan dari penelitian ini untuk
melihat besar risiko preeklampsia/eklampsia dan perdarahan yang berakibat pada
kematian ibu di Jawa Timur. Penelitian ini merupakan penelitian non-reaktif atau
unobstrusive dengan menggunakan studi cross sectional. Jumlah sampel
sebanyak 373 kasus kematian ibu karena preeklampsia/eklampsia dan
perdarahan. Variabel bebas pada penelitian ini adalah faktor risiko umur dan
gravida.Hasil diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan
preeklampsia/eklampsia tetapi umur merupakan faktor risiko terjadinya
preeklampsia/eklampsia pada kematian ibu (p = 0,369; OR = 1,223). Faktor
gravida berhubungan dengan preeklampsia/eklampsia pada kematian ibu dan ini
merupakan faktor risiko (p = 0,0001; OR = 2,552). Umur dan gravida tidak
berhubungan dengan kejadian perdarahan dan bukan merupakan faktor risiko,
sebab umur gravida merupakan faktor preventif terjadinya perdarahan pada
kasus kematian ibu, dan masih terdapat faktor lain yang menyebabkan
perdarahan, seperti jarak kehamilan, keterlambatan dalam pertolongan, riwayat

3
kehamilan dan persalinan dengan penyulit. Perlu dilakukan pengawasan yang
optimal terhadap ibu yang diketahui berada pada umur dan gravida yang berisiko
dengan cara mengontrol setiap perkembangan kondisi ibu saat melakukan
pemeriksaan kehamilan, dan perlu menganggap semua ibu hamil berisiko untuk
mengalami komplikasi meskipun tidak berada pada kategori umur dan gravida
yang berisiko.

Kata kunci: kematian ibu, preeklampsia/eklampsia, perdarahan, faktor risiko

4
108 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113

PENDAHULUAN terjadinya preeklampsia. Faktor risiko


preeklampsia tersebut meliputi; gravida, usia
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi
ibu, riwayat penyakit kronis, dan riwayat
salah satu indikator penting dalam
preeklampsia (Bobak, et.al, 2004).
menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Meskipun belum diketahui penyebab
Angka Kematian Ibu (AKI) juga dapat
digunakan dalam pemantauan kematian utama preeklampsia/eklampsia, namun angka

terkait dengan kehamilan, persalinan dan kejadian preeklampsia/eklampsia dan

nifas.Kasus kematian ibu di Jawa Timur perdarahan ini dapat diturunkan melalui

tahun 2013 menunjukkan peningkatan berbagai cara, di antaranya upaya pencegahan,

jika dibandingkan dengan tahun 2012 dari pengamatan dini, dan terapi. Pencegahan dapat

598 kasus menjadi 642 kasus kematian dilakukan apabila mengetahui faktor-faktor

(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, risiko preeklampsia/ eklampsia. Terdapat

2013). Penyebab kematian ibu berasal dari beberapa faktor risiko yang meningkatkan

beberapa faktor, berdasarkan data SKRT terjadinya preeklampsia dan perdarahan, di

2002 diketahui penyebab kematian wanita antaranya yaitu faktor risiko umur dan gravida.

pada usia reproduksi sebagian besar Pengelompokan umur dan status gravida

berasal dari komplikasi selama kehamilan, merupakan salah satu faktor penting dalam

persalinan, dan nifas, seperti perdarahan deteksi dini komplikasi pada program

(30%), keracunan kehamilan/pre-eklampsia Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia.

(25%), infeksi (12%), komplikasi Penyebab perdarahan sudah banyak dijelaskan

persalinan (8%) dan persalinan macet dalam teori,

(5%). Penyebab utama kematian ibu di


Jawa Timur adalah
preeklampsia/eklampsia atau keracunan
kehamilan. Hingga tahun 2011 penyebab
utama kematian ibu di Jawa Timur adalah
perdarahan. Namun pada tahun 2012
penyebab utama kematian ibu bergeser
ke preeklampsia/eklampsia. Tahun 2013
penyebab utama kematian ibu yaitu
preeklampsia/eklampsia dan perdarahan
sebanyak 373 kasus. Belum ada teori yang
pasti berkaitan dengan penyebab
terjadinya preeklampsia, tetapi
beberapa penelitian menyimpulkan
sejumlah faktor risiko yang mempengaruhi

108
109 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113

seperti perdarahan antepartum disebabkan semua kasus kematian ibu yang terjadi di
oleh solusio plasenta dan plasenta Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013 yaitu
previa, perdarahan postpartum yang sebanyak 642 kasus yang diperoleh dari

banyak disebabkan oleh atonia uteri dan data sekunder Laporan Kematian Ibu di

retensio plasenta. Namun, terdapat Provinsi Jawa Timur. Sedangkan sampel


yang diambil yaitu semua ibu yang
beberapa faktor risiko yang jika
mengalami kematian karena penyebab
dilakukan pengawasan dan penanganan
preeklampsia dan perdarahan di Provinsi
sedini mungkin dapat mengurangi
Jawa Timur tahun 2013 sebanyak 373
terjadinya perdarahan pada ibu. Faktor
kasus.Variabel bebas pada penelitian ini
risiko perdarahan tersebut meliputi usia
adalah faktor risiko kejadian
ibu, paritas, jarak antar kehamilan,
preeklampsia/eklampsia dan perdarahan,
riwayat persalinan buruk, dan
yaitu: umur dan gravida. Sedangkan
perawatan antenatal. variabel terikat adalah penyebab kematian
Deteksi dini besarnya faktor risiko ibu yaitu kejadian
pada masing-masing kelompok umur preeklampsia/eklampsia dan
dan gravida terkait dengan kejadian perdarahan. Pengumpulan data
preeklampsia/eklampsia dan perdarahan dilakukan dengan cara mencatat kembali
perlu dilakukan, dengan diketahuinya data sekunder menggunakan check list di
besar risiko pada masing-masing Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
kelompok umur akan memudahkan yaitu Laporan Kematian Ibu di 38
merancang strategi intervensi yang tepat Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2013.
dalam penanganan preeklampsia dan Data yang dianalisis secara deskriptif
perdarahan, sehingga dapat mengurangi disajikan
jumlah kasus kematian ibu karena
preeklampsia/eklampsia.
Penelitian ini memfokuskan pada
hubungan dan besaran faktor risiko
dengan kejadian
preeklampsia/eklampsia dan perdarahan
pada kasus kematian ibu. Faktor risiko
pada ibu tersebut terdiri dari umur dan
gravida.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian


non reaktif dengan menganalisis data
sekunder. Populasi penelitian ini adalah
109
110 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113

dalam bentuk distribusi frekuensi dan p = 0,369 > α = 0,05, artinya umur tidak
persentase. Analisis data menggunakan Chi- berhubungan dengan kejadian
Square dengan Confidence Interval (CI) preeclampsia/ eklampsia pada kasus
sebesar 95% kematian ibu. Nilai Odds Ratio yaitu
sebesar 1,223 artinya ibu yang berumur <
HASIL 20 tahun dan > 35 tahun lebih berisiko 1,223
kali untuk mengalami kematian karena
Identifikasi Faktor Risiko Kematian Ibu
preeklampsia/eklamspsia.
Kasus kematian ibu yang disebabkan
karena preeklampsia/eklampsia dan
Hubungan antara Gravida dan
perdarahan di Jawa Timur rata-rata terjadi
Preeklampsia/ Eklampsia
pada ibu yang berusia 30 tahun, dengan
Hasil penelitian mengenai hubungan
usia minimal 15 tahun dan usia maksimal
gravida dengan kejadian
41 tahun.
preeclampsia/eklampsia pada kasus
Sedangkan menurut gravida,
kematian ibu diuraikan pada Tabel 2.
kematian ibu rata-rata terjadi pada ibu
Menurut hasil uji Chi-Square,
dengan gravida 2, dengan gravida minimal
hubungan gravida dengan kejadian
1 dan gravida maksimal
preeclampsia/eklampsia pada kasus
7. Masa kematian ibu yang terbanyak
kematian ibu menunjukkan ada hubungan
adalah masa nifas.
yang bermakna secara statistik, p = 0,0001
< α = 0,05, artinya gravida berhubungan
Hubungan antara Gravida dan
dengan kejadian preeklampsia/eklampsia
Preeklampsia/ Eklampsia
pada kasus kematian ibu. Nilai Odds Ratio
Pada penelitian ini, kategori umur
yaitu sebesar 2,552 yang artinya ibu
dibagi menjadi 2 kategori yaitu kelompok
primigravida lebih berisiko 2,552 kali untuk
umur berisiko (< 20 tahun dan > 35 tahun)
mengalami kematian karena
dan kelompok umur tidak berisiko (20–35
preeklampsia/eklamspsia.
tahun).
Menurut hasil uji Chi-Square,
Hubungan antara Umur dan Perdarahan
hubungan umur ibu dengan kejadian
Hasil penelitian mengenai hubungan
preeclampsia/eklampsia pada kasus
umur dengan kejadian perdarahan pada kasus
kematian ibu menunjukkan tidak ada
kematian ibu diuraikan pada Tabel 3.
hubungan yang bermakna secara statistik,

110
111 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113

Tabel 1. Umur dan Preeklampsia/Eklampsia pada Kasus Kematian Ibu

Ya Tidak
Berisiko 89 (65,4%) 47 (34,6%) 136 (100%)
Preeklampsia/Eklampsia
144 (60,8%) 93 (39,2%) 237 (100%)
Kelompok Umur Total
Tidak Berisiko
Tabel 2. Gravida dan Preeklampsia/Eklampsia pada Kasus Kematian Ibu

Ya Tidak
Primigravida 98 (76,0%) 31 (24,0%) 129 (100%)
Multigravida Preeklampsia/Eklampsia
135 (55,3%) 109 (44,7%) 244 (100%)
Gravida Total

Tabel 3. Umur dan Perdarahan pada Kasus Kematian Ibu

Perdarahan
Kelompok Total
Ya Tidak
BerisikoUmur 47 (34,6%) 89 (65,4%) 136 (100%)
Tidak Berisiko 93 (39,2%) 144 (60,8%) 237 (100%)

111
110 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113

Tabel 4. Gravida dan Perdarahan pada Kasus Kematian Ibu

Perdarahan
Gravid Total
Ya Tidak
a
Primigravida 67 (33,2%) 135 (66,8%) 202 (100%)
Multigravida 73 (42,7%) 98 (57,3%) 171 (100%)

Menurut hasil uji Chi-Square, PEMBAHASAN


hubungan umur dengan kejadian perdarahan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
pada kasus kematian ibu menunjukkan tidak
bahwa kasus kematian ibu di Jawa Timur tahun
ada hubungan yang bermakna secara
2013 sebagian besar terjadi pada kelompok
statistik, p = 0,369
umur 20–35 tahun dan multigravida, di mana
> α = 0,05, artinya umur tidak
kelompok umur 20–35 tahun dan kelompok
berhubungan dengan kejadian perdarahan
multigravida dinyatakan sebagai umur dan
pada kasus kematian ibu. Nilai Odds Ratio
gravida yang aman untuk bereproduksi. Hal ini
sebesar 0,818 yang artinya ibu yang
seperti yang sudah disampaikan oleh para ahli,
berumur < 20 tahun dan >35 tahun
bahwa pendekatan risiko, yang
merupakan faktor preventif terjadinya
mengelompokkan ibu hamil dalam kelompok
perdarahan pada kasus kematian ibu.
tidak berisiko dan berisiko, sebaiknya tidak
digunakan lagi. Berdasarkan kenyataan bahwa
Hubungan antara Gravida dan
lebih dari 90% kematian ibu disebabkan
Perdarahan
komplikasi obstetrik, yang sering diramalkan
Hasil penelitian mengenai hubungan saat kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu
gravida dengan kejadian perdarahan pada terjadi pada saat atau sekitar persalinan.
kasus kematian ibu diuraikan pada Tabel 4. Banyak
Menurut hasil uji chi-square, hubungan
gravida dengan kejadian perdarahan pada
kasus kematian ibu menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna secara statistik, p
= 0,058 > α = 0,05, artinya gravida tidak
berhubungan dengan kejadian perdarahan
pada kasus kematian ibu. Nilai Odds Ratio
sebesar 0,666 yang artinya ibu multigravida
sebagai faktor preventif terjadinya
perdarahan pada kasus kematian ibu.

110
111 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113

di antara ibu yang tidak dikategorikan nifas yakni periode 6 minggu setelah
berisiko, ternyata mengalami komplikasi melahirkan, dimulai dari akhir persalinan
dan sebaliknya, di antara ibu yang dan berakhir dengan kembalinya organ-

dikategorikan berisiko ternyata organ reproduksi seperti keadaan sebelum

persalinannya berlangsung normal. hamil (Straight, 2004)


Faktor risiko umur tidak berhubungan
Karena itu, pendekatan yang dianjurkan
dengan kejadian preeklampsia/eklampsia
adalah menganggap semua kehamilan
pada kasus kematian ibu. Walaupun tidak
itu berisiko dan setiap ibu hamil agar
ada hubungan yang bermakna antara umur
mempunyai akses ke pertolongan
dengan kejadian preeklampsia/eklampsia,
persalinan yang aman dan pelayanan
jika dilihat dari faktor risiko, umur menjadi
obstetri (Saifuddin, 2002).
faktor risiko terjadinya
Sedangkan kasus kematian ibu yang
preeklampsia/eklampsia pada kasus
terjadi pada kelompok multigravida,
kematian ibu dengan nilai Odds Ratio
yang merupakan gravida aman untuk
sebesar 1,223. Ibu pada kelompok umur <
bereproduksi, bisa terjadi karena riwayat
20 tahun dan > 35
kehamilan dan persalinan ibu yang lalu
normal dan tanpa komplikasi, ibu
cenderung untuk menganggap bahwa
kehamilan berikutnya juga pasti aman
tanpa komplikasi. Sehingga ibu
menjadi enggan untuk memeriksakan
kehamilannya dan pergi ke tenaga
kesehatan jika sudah merasa ingin
melahirkan, akibatnya keterlambatan
deteksi jika terdapat komplikasi menjadi
penyebab terjadinya kematian ibu.
Kasus kematian ibu terbanyak
terjadi pada masa nifas. Untuk
mengurangi kasus kematian ibu dalam
masa nifas, perlu dilakukan perawatan
masa nifas yang maksimal, mengingat
masa nifas merupakan masa yang
berisiko untuk terjadi komplikasi.
Perawatan masa nifas mengacu pada
pelayanan medis dan keperawatan yang
diberikan kepada wanita selama masa

111
112 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113

tahun lebih berisiko untuk mengalami perempuan, kegemukan, mengandung lebih


kematian karena preeclampsia/eklampsia. dari satu orang bayi, riwayat kencing manis,
Menurut teori yang ada preeklampsia lebih kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis
sering didapatkan pada masa awal dan akhir dan faktor tersebut merupakan penyebab
usia reproduktif yaitu usia remaja atau di eklampsia.
atas 35 tahun (Cunningham et al, 2005). Ibu primigravida juga lebih berisiko
Ibu hamil < 20 tahun mudah mengalami mengalami kematian karena
kenaikan tekanan darah dan lebih cepat preeclampsia/ eklampsia dibandingkan
menimbulkan kejang (Rachimhadhi, 2008). dengan ibu multigravida. Hasil penelitian ini
Sedangkan umur lebih 35 tahun juga juga sesuai dengan penelitian Rozikhan
merupakan faktor predisposisi untuk (2007) yang menyatakan bahwa ibu yang
terjadinya preeklampsia. Karena mengalami hamil pertama mempunyai
bertambahnya usia juga lebih rentan untuk risiko terjadinya preeklampsia berat 2,2
terjadinya peningkatan insiden hipertensi kali dibandingkan dengan seorang ibu yang
kronis dan menghadapi risiko lebih besar hamil lebih dari 1 kali. Kehamilan dengan
untuk menderita hipertensi karena preeklampsia lebih umum terjadi pada
kehamilan. Selain itu juga penyakit diabetes primigravida, keadaan ini disebabkan
mellitus. Hipertensi dan diabetes mellitus secara imunologik pada kehamilan
merupakan faktor penyebab terjadinya pertama pembentukan blocking
preeclampsia/eklampsia. antibodies terhadap antigen plasenta tidak
Pada penelitian ini tidak sesuai dengan sempurna sehingga timbul respons imun
teori faktor penyebab kematian karena yang
preeklampsia/ eklampsia, di mana kasus
kematian ibu karena
preeklampsia/eklampsia di Jawa Timur
Tahun 2013 justru lebih didominasi pada
kelompok usia ibu 20–35 tahun. Hal ini
kemungkinan terjadi karena
preeklampsia/eklampsia merupakan
penyakit yang tidak dapat diprediksi dan
dapat terjadi pada ibu yang tidak memiliki
faktor predisposisi (Boyle, 2008). Beberapa
faktor lain yang belum diteliti seperti:
riwayat tekanan darah tinggi yang kronis
sebelum kehamilan, riwayat mengalami
preeklampsia sebelumnya, riwayat
preeklampsia pada ibu atau saudara
112
113 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113

tidak menguntungkanterhadaphistoincom- 3,1 kali lebih besar untuk terjadi


pabilityplacenta (Bobak, et al, 2004). perdarahan post partum dibandingkan ibu
Pengenalan secara dini diagnosa yang berumur 20–35 tahun.
dan penanganan yang sempurna perlu Menurut Manuaba (2008), umur
dilakukan untuk menghindari terjadi paling
eklampsia. Diagnosa preeklampsia dengan aman bagi seorang wanita untuk hamil
hipertensi menahun tidak jarang dan melahirkan adalah umur antara 20–35
menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi tahun, karena wanita pada umur tersebut
menahun, adanya tekanan darah yang berada dalam masa reproduksi sehat.
meninggi sebelum hamil, pada kehamilan Kematian maternal pada ibu yang hamil
muda, atau pada 6 bulan postpartum akan dan melahirkan pada umur
berguna untuk membuat diagnosis. < 20 tahun dan umur > 35 tahun akan
Peningkatan tekanan darah dapat dicegah meningkat secara bermakna. Karena ibu
dengan istirahat dan diet makanan. pada umur tersebut terpapar pada
Istirahat dapat dilakukan dengan komplikasi baik medis maupun obstetrik
mengurangi pekerjaan sehari-hari dan yang dapat membahayakan jiwa ibu.
dianjurkan untuk lebih banyak duduk dan Kondisi tersebut menyebabkan umur yang
berbaring. Diet tinggi protein dan rendah < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan
lemak, karbohidrat, garam dan penyebab perdarahan post partum. Tetapi
penambahan berat badan yang tidak perlu pada hasil penelitian kejadian kematian ibu
berlebihan perlu dianjurkan karena perdarahan banyak dialami oleh
(Winkjosastro, 2007). Umur tidak ada umur ibu antara 20–35 tahun yang
hubungan dengan kejadian perdarahan merupakan umur aman untuk
pada kasus kematian ibu. Kasus kematian
ibu di Jawa Timur sebagian terjadi pada
kelompok umur 20–35 tahun. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Anggrita Sari (2011) yang
menyatakan bahwa perdarahan banyak
terjadi pada kelompok umur 20–35 tahun.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan hasil
penelitian Dina (2013) yang menyatakan
bahwa umur merupakan faktor risiko
kejadian perdarahan post partum (OR =
3,1) yang artinya ibu yang berumur < 20
tahun atau > 35 tahun mempunyai risiko

113
114 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113

persalinan. Hal ini disebabkan karena Terjadinya perdarahan dipengaruhi oleh


umur 20–25 tahun merupakan masa beberapa faktor selain faktor gravida. Menurut
mengatur kehamilan dan merupakan usia Manuaba (2008), bahwa multiparitas dan
subur untuk hamil dan melahirkan, grandemulti merupakan faktor predisposisi
sehingga ibu yang umurnya masih perdarahan, karena kelemahan dan kelelahan
produktif sangat aktif dan kurang otot rahim. Apabila di dalam pertolongan
memperhatikan kehamilannya. persalinan diberikan uterotonika segera setelah
Pada umur < 20 tahun, ibu kurang persalinan bayi sehingga persalinan plasenta
berpengalaman dalam kehamilan dan dipercepat dan terjadi kontraksi uterus, maka
persalinan, sehingga ibu sangat berhati-hati perdarahan tidak akan terjadi.
dalam menjaga kandungannya. Pada umur
> 35 tahun yang merupakan masa SIMPULAN DAN SARAN
mengakhiri kehamilan karena banyak faktor
Kesimpulan
risiko yang dapat menyebabkan
penyulit dalam kehamilan maupun Kasus kematian ibu sebagian besar terjadi

persalinan, sehingga ibu sangat pada kelompok umur dan gravida yang

memperhatikan kandungannya. Gravida tergolong aman yaitu umur 20–35 tahun dan

juga tidak terdapat hubungan dan tidak


berisiko dengan kejadian perdarahan pada
kasus kematian ibu. Hasil tersebut sesuai
dengan penelitian Badriah dan Sutio (2010)
yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
paritas terhadap terjadinya perdarahan post
partum (p-value = 0,981). Menurut
Winkjosastro (2007), gravida 2–3
merupakan gravida paling aman untuk ibu
hamil dan bersalin. Tetapi pada hasil
penelitian kejadian perdarahan postpartum
banyak dialami oleh gravida 2–3 persalian.
Hal ini disebabkan karena gravida 2–3
merupakan masa mengatur kehamilan dan
merupakan gravida yang masih susah
mengatur waktu antara beraktivitas dan
membagi waktu untuk anak, sehingga ibu
susah mengatur waktu untuk
memperhatikan perkembangan
kehamilannya dan rencana persaliananya.
114
115 Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 2 Desember 2014: 107–113

pada multigravida. Umur dan gravida kasus kematian tidak terulang kembali, dan
berisiko terjadinya Meningkatkan standart kopetensi tenaga
preeklampsia/eklampsia pada kasus kesehatan dengan melakukan pelatihan dan
kematian ibu. Sedangkan umur dan MoU (Memorandum of Understanding)
gravida pada kejadian perdarahan pada dengan pihak pelayanan medis di Rumah
kasus kematian ibu tidak berisiko. Sakit.

Saran DAFTAR PUSTAKA

Bidan sebagai tenaga kesehatan Badriah, dan Rahardjo, S. 2010. Pengaruh


yang berperan dalam pelayanan, Faktor Risiko terhadap Perdarahan pada
diharapkan mampu, melakukan Ibu Post Partum di RS Syarifah Ambani
pengawasan yang optimal jika Rato Ebu Bangkalan. Jurnal Penelitian
menemukan ibu hamil dengan umur dan Kesehatan IX
gravida yang berisiko, melakukan (1) 2011: 20–23.perpustakaan.litbang.depkes.
pengawasan pada masa nifas di mana go.id (Sitasi 17 Mei 2014)
masa yang rawan Bobak, Irene M., Lowdermilk, D.L., dan
terjadinya perdarahan M.D. Jensen. 2004. Buku Ajar Perawatan
pascapersalinan yang berakibat pada Maternitas Edisi 4. EGC. Jakarta
kematian ibu, memberikan Boyle, M. 2008. Kedaruratan Dalam Persalinan.
penyuluhan/KIE bila seorang ibu hamil EGC. Jakarta
terdeteksi tekanan darahnya tinggi, dan Cunningham, F.G, G.N.F, Mc. Donal Pc. 2005.
memotivasi ibu untuk melakukan Obstetri William. EGC. Jakarta
pemeriksaan kehamilan (ANC)
secara rutin dan tidak terbatas pada 4
kali pemeriksaan kehamilan sampai
melahirkan. Dinas Kesehatan diharapkan
lebih selektif dalam pengawasan
kelengkapan sistem pencatatan dan
pelaporan ditiap pelayanan kesehatan,
seperti puskesmas, polindes, dan bidan
praktek swasta (BPS), setiap ditemukan
kasus kematian ibu menganggap
sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB)
sehingga perlu dilakukan audit dengan
Kepala Puskesmas, Dokter, dan Bidan di
semua Puskesmas wilayah kerja yang
bertujuan sebagai pembelajaran agar
115
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Dina, D., Seweng, A., dan Nyorong, M. 2013. Faktor Determinan Kejadian Perdarahan
Post Partum di RSUD Majene Kabupaten Majene. pasca.unhas.ac.id/jurnal (Sitasi 6 Juli
2014) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013. Laporan Kematian Ibu. Surabaya:
Dinkes
Provinsi Jawa Timur
Manuaba, I.B.G. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta
Rachimhadhi, 2008. Peranan Bidan dalam Penanganan EPH Gestosis, Majalah
Kesehatan Indonesia, Jakarta.
Rozikhan. 2007. Faktor-faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat Di Rumah
Sakit Dr.
H. Soewandono Kendal. Tesis. Semarang,

116
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Universitas Diponegoro. http://eprints.undip. ac.id/18342/1/ROZIKHAN.pdf. (Sitasi pada


tanggal 4 Juli 2014)
Saifuddin, A.B. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Sari, Anggrita, dan Sukamto. 2012. Kejadian Perdarahan Postpartum di BLUD RS
Dr.
H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011. akbidsarimulia.ac.id/ejurnal (Sitasi
6 Juli 2014)
Straight, B.R. 2004. Keperawatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. EGC. Jakarta
Winkjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta.

117
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

PENGARUH USIA KEHAMILAN TERHADAP RISIKO PRE EKLAMSI –


EKLAMSI PADA KEHAMILAN

Lestariningsih
Email : lestariningsih@respati.ac.id

INTISARI

Preeklampsia-Eklamsia adalah penyakit pada kehamilan yang ditandai hipertensi,


edema dan proteinurea. Penyakit ini umumnya terjadi pada Trimester akhir kehamilan,
tetapi dapat pula terjadi pada Trimester sebelumnya. Banyak faktor yang
mempengaruhi preeklamsi–eklamsi pada kehamilan diantaranya usia, paritas dan
riwayat hipertensi, riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia kehamilan terhadap risiko pre
eklamsi – eklamsi pada kehamilan. Metode yang digunakan deskriptif analitik dengan
pendekatan Cross Sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling
dengan jumlah responden 87. Uji analisis menggunakan uji Chi Square.
Hasil analisis didapatkan karakteristik responden sebagian besar berusia 20-35 tahun
(64.37%), berpendidikan menengah (54.20%), sebagian besar adalah ibu rumah tangga

(63.22%) dan paritas primipara (64.37%). Hasil analisis bivariat X 2 hitung 6.850
dengan p value 0.033.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah usia kehamilan berpengaruh terhadap risiko
preeklamsi-eklamsi.

Kata Kunci : eklamsi, usia,


kehamilan

118
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

ABSTRAK

Preeclampsia-Eclampsia is a disease in pregnancy characterized by hypertension,


edema and proteinurea. This disease generally occurs in the final trimester of pregnancy,
but it can also occurs in the previous Trimester. Many factors influenced by preeclampsia-
eclampsia such as age, parity, history of hypertension and diabetes mellitus.
The research aims to determine the effect of gestational age on pre-eclampsia-
eclampsia risk in pregnancy.
The method used analytical descriptive with Cross Sectional approach. The sampling
technique used total sampling with the number of respondents as many as 87. Test
analysis used Chi Square test.
The results of the analysis showed that the characteristics of the respondents’ age
were 20-35 years old (64.37%), the level of education were intermediate (54.20%), mostly
the respondents were housewives (63.22%) and category of primipara parity (64.37%).
The result of bivariate analysis X2 counted 6.850 with p value 0.033.
The conclusion of the research was that gestational age had an effect on the risk of
preeclampsia- eclampsia.

Keywords: eclampsia, age, pregnancy

PENDAHULUAN Trimester akhir kehamilan, tetapi dapat

Penyakit hipertensi dalam pula terjadi pada Trimester

kehamilan (Preeklampsia dan sebelumnya.1


Eklampsia) adalah salah satu dari tiga Risiko kematian maternal neonatal
penyebab utama kematian ibu akibat pre eklamsi maupun eklamsi
Preeklampsia-Eklamsia adalah penyakit sangat tinggi. Menurut WHO terdapat
pada kehamilan yang ditandai sekitar 585.000 ibu meninggal per tahun
hipertensi, edema dan proteinurea. saat hamil atau bersalin dan 58,1%
Penyakit ini umumnya terjadi pada diantaranya dikarenakan oleh

preeklampsia dan eklampsia.2 Terdapat


sekitar

119
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

85% preeklampsia terjadi pada dalam kandungan. Dampak preeklamsia-


kehamilan pertama. Preeklamsia terjadi eklampsi pada
pada 14% sampai 20% kehamilan
dengan janin lebih dari satu dan 30%
pasien mengalami anomali rahim yang
berat. Pada ibu yang mengalami
hipertensi kronis, penyakit ginjal,
insiden mencapai 25%. Angka kejadian
Preeklamsia kurang lebih 5% dari
seluruh kehamilan, 10% pada
kehamilan anak pertama dan 20-25%
pada perempuan hamil dengan riwayat

hipertensi kronik sebelumnya.3


Faktor-faktor yang mempengaruhi
dapat mempengaruhi preeklamsi-
eklamsia diantaranya adalah usia,
paritas dan riwayat hipertensi. Riwayat
hipertensi sebagai faktor yang paling
berisiko terhadap kejadian preeklampsia
dengan OR 6,42. Ada hubungan antara
usia, paritas, dan Diabetes melitus
dengan kejadian preeklamsi dengan p-

value =0,000 dan OR 14,37.4


Risiko yang dapat terjadi akibat
preeklamsia-eklamsia pada janin adalah
berat badan lahir rendah (BBLR) akibat
spasmus arteriol spinalis deciduas
menurunkan aliran darah ke plasenta,
yang mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Kerusakan plasenta ringan
dapat menyebabkan hipoksia janin,
keterbatasan pertumbuhan intrauterine
(IUGR) dan IUFD atau kematian janin
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

ibu yaitu solusio plasenta, abruption digunakan dalam penelitian ini adalah
plasenta, hipofibrinogemia, hemolisis, ibu hamil yang mengalami pre eklamsi
perdarahan otak, kerusakan pembulu – eklamsi pada kehamilan dan
kapiler mata hingga kebutaan, edema memenuhi kriteria inklusi.
paru, nekrosis hati, kerusakan jantung, Data yang digunakan adalah data
sindroma HELLP, kelainan ginjal. sekunder dengan mengambil data dari
Komplikasi terberat akibat eklamsia register dan Rekam Medis, data yang
diambil dicatat dalam master tabel yang
adalah kematian ibu.5
berisi variable-variabel yang diteliti. Uji
analisis yang digunakan adalah uji Chi
METODE PENGABDIAN Square dengan tingkat kepercayaan
Jenis penelitian ini adalah 95%.
penelitian deskriptif analitik dengan
menggunakan metode survei
HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan Cross Sectional.
Karakteristik Responden
Pengambilan data penelitian ini
dilaksanakan pada 21 Agustus 2017- Hasil analisis karakteristik responden
15 September 2017. Sampel yang digambarkan dalam tabel di bawah ini :
Tabel. 1 Karakteristik responden

Usi
a
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Karakt eristik n=87 %


<20 tahun 1 1.15
20-35 56 64.37
tahun 30 34.48
>35 tahun
Paritas 56 64.37
Primigravi 31 35.63
da
Multigravi
da
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 55 63.22
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Bekerj 31 35.63
a Lain- 1 1.15
lain

Pendidikan 31 35.63
Dasar 47 54.02
Menengah 9 10.34
Tinggi
Sumber : data sekunder diolah, 2017
4,21 kali untuk mengalami preeklamsia
Sesuai dengan tabel diatas didapatkan dibandingkan dengan ibu paritas tidak
bahwa sebagian besar ibu hamil berusia
beresiko.7
20-35 tahun (64.37%), rentang usia ini
Ibu hamil sebagian besar adalah ibu
menggambarkan sebagian besar ibu
rumah tangga (63.22%). Ibu rumah
hamil dalam rentang reproduksi sehat.6 tangga cenderung memiliki waktu yang
Pada rentang usia ini jika terjadi fleksibel untuk merawat kehamilannya
pembuahan dan kehamilan memiliki dan melakukan antenatal care.
risiko kecil mengalami patologi atau Pendidikan ibu sebagian memiliki
kegawatdaruratan. tingkat pendidikan menengah (50.02%).
Status kehamilan sebagian besar Ibu hamil dengan tingkat pendidikan
kehamilan pertama (primigravida) menengah memiliki tingkat pemahaman
sebanyak 64.37%. Pada usia ini berisiko dan kemudahan dalam menerima
lebih besar mengalami preeklamsi- informasi.
eklamsi. Hal ini diperkuat oleh hasil Usia kehamilan
penelitian yang menyatakan bahwa ibu
Hasil analisis usia kehamilan
yang memiliki paritas primigravida dan
digambarkan dalam tabel berikut :
grandemulti gravida (kehamilan anak
pertama dan kehamilan dengan ≥4
anak) memiliki peluang
Tabel. 2 Distribusi usia kehamilan

Determinan n=87 %
Usia Kehamilan
Preterm Aterm 17 19.54
Postterm 65 74.71
5 5.75
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Sumber : data sekunder diolah, 2017


Berdasarkan tabel di atas dapat
ibu. Pemeriksaan kehamilan (antenatal
dijelaskan bahwasebagian besar ibu
care) yang teratur dan secara rutin
hamil yang mengalami
untuk mendeteksi adanya tanda-tanda
eklamsi-preeklamsi adalah
preeklampsi-eklamsi sangat penting
kehamilan aterm (74.71%).
dalam usaha pencegahan preeklampsi-
Preeklampsi-eklamsi sering muncul
eklampsi, karena semakin tua umur
pada usia kehamilan lebih dari 20
kehamilan, risiko untuk mengalami
minggu, hal ini disebabkan kerja
peeklampsi- eklampsi semakin tinggi.
plasenta yang semakin aktif bekerja
Hasil analisis bivariate pengaruh Usia
mengalirkan nutrisi bagi janin sehingga
Kehamilan terhadap preeklamsi-eklamsi
menyebabkan kenaikan tekanan darah
digambarkan dalam tabel berikut ini :
sebagai reaksi peningkatan metabolisme
organ tubuh
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

Tabel. 3 Pengaruh Usia Kehamilan telah berakhir. Invasi endovaskuler


terhadap preeklamsi-eklamsi trofoblas terus berlangsung pada
Determinan X2 p trimester kedua dan masuk ke dalam
Usia Kehamilan 6.850 0.033
value arteria miometrium. Hal ini
menyebabkan pelebaran dan tetap
Sumber : data sekunder diolah, 2017 terbukanya arteri sehingga kelangsungan
Berdasarkan hasil analisis didapatkan aliran darah, nutrisi dan O2 tetap
nilai X2 = 6.850 dengan p value 0.033 terjamin. Hal tersebut dibutuhkan janin
yang artinya usia kehamilan dalam rahim. Invasi trimester kedua pada
berpengaruh terhadap preeklampsi-eklampsi tidak terjadi
kejadian preeklamsi-eklamsi sehingga terjadi hambatan pada saat
pada kehamilan. memerlukan tambahan aliran darah
Penelitian ini sejalan dengan
untuk memberikan nutrisi dan O2 dan
penelitian sebelumnya yang
menimbulkan situasi”iskemia region
menyatakan ada hubungan yang
uteroplasenter” pada sekitar minggu ke-
bermakna antara usia kehamilan dengan
20. keadaan ini dapat
kejadian preeklampsi pada ibu bersalin
di Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan
Penyakit Kandungan RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang tahun
2009 dengan p.value = 0,000. Makin tua
umur kehamilan, makin tinggi frekuensi

terjadinya preeklampsi-eklamsi.8
Secara fisiologi kehamilan normal,
arteria spiralis yang terdapat pada
desidua mengalami pergantian sel
dengan trofoblas endovaskuler yang
akan menjamin tetap terbukanya lumen
untuk memberikan aliran darah tetap,

nutrisi cukup dan O2 seimbang. Proses


pergantian sel ini seharusnya pada
trimester pertama, yaitu minggu ke-16
dengan perkiraan pembentukan plasenta
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

menerangkan bahwa preeklampsi– kepada masyarakat untuk mendeteksi


eklampsi baru akan terjadi mulai dini komplikasi-komplikasi dalam
kehamilan seperti hipertensi dan
minggu ke-20 kehamilan.9
reeklampsi-eklampsi yang mungkin
Tingginya kejadian pre-eklampsi pada
akan dihadapi ibu hamil selama masa
ibu bersalin disebabkan masih
kehamilannya, masa bersalin dan masa
kurangnya kesadaran ibu terhadap
nifas.
pentingnya pemeriksaan kehamilan
(antenatal care). Antenatal care KESIMPULAN
merupakan salah satu upaya yang dapat
Usia kehamilan berpengaruh signifikan
dilakukan sebagai pencegahan pre
terhadap risiko preeklamsi-eklamsi pada
eklamsi atau eklamsia. Bagi petugas
kehamilan (p=0.033).
khususnya bidan untuk lebih teliti
melakukan pemeriksaan,
mengidentifikasi secara dini dan
berkala serta melakukan kolaborasi
dengan dokter untuk mencegah
timbulnya preeklamsia.
Pemantauan kehamilan minimal 4 kali
selama kehamilan dapat digunakan
sebagai dasar pelaksanaan pelayanan
antenatal. Kunjungan minimal 1 kali
pada Trimester I, 1 kali pada Trimester
II dan 2 kali pada Trimester III.
Pemantauan secara berkala ini sangat
penting karena sesuai dengan hasil
penelitian ini berarti semakin tua umur
kehamilan semakin berisiko

mengalami pre eklamsi eklamsi.10


Untuk itu disarankan agar petugas
kesehatan meningkatkan kegiatan
antenatal care dan penyuluhan pada
ibu-ibu hamil mengenai antenatal care,
memberikan nasehat, dan konseling
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

REKOMENDASI Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Jakarta : YBP-SP
Bagi tenaga kesehatan agar intensif
6. Prawiroharjo, S. 2010. Ilmu
dalam mendeteksi adanya preeklamsi-
Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
eklamsi pada ibu hamil dan KIE tentang
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
pentingnya antenatalcare rutin untuk
7. Kurniasari. D, Hubungan Usia,
sedini mungkin mengetahui adanya
Paritas Dan Diabetes Mellitus Pada
risiko kejadian preeklamsi-eklamsi pada
Kehamilan Dengan Kejadian
kehamilan.
Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia
DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Lampung Tengah Tahun
1. Norwitz, E dan Schorge, OJ. 2008. 2014. Jurnal Kesehatan Holistik Vol
At A Glance Obstetri & Ginekologi. 9, No 3, Juli 2015: 142-150.
Jakarta : Penerbit Erlangga 8. Erlinawati dan Haryati. R Hubungan
2. Yogi E.D, Hariyanto, Sonbay. E, Riwayat Hipertensi Pada Ibu Bersalin
Hubungan Antara Usia Dengan Dengan Kejadian Preeklamsia Di
Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Rsud Bangkinang Tahun . Jurnal
POLI KIA RSUD Kebidanan Stikes Tambusai Riau.
Kefamenanukabupaten Timor Vol. 6 tahun 2013
Tengah Utara, Jurnal Delima
Harapan, Vol 3, No.2 Agustus-
Januari 2014: 10-19
3. WHO. Guidelines for the
management of hypertensive
disorders of pregnancy. Geneva:
WHO, 2008.
4. Radjamuda. N, Montolalu. A,
Faktor-Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Ibu Hamil Di Poli
Klinik Obs-Gin Rumah Sakit Jiwa.
Jurnal Ilmiah Bidan. Volume 2
Nomor 1. Januari – Juni 2014.
5. Wiknjosastro, Hanifa. 2007.
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

9. Manuaba IGB. Ilmu Penyakit


Kebidanan, Kandungan dan
Pelayanan KB untuk pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC; 2007.
10. Rukiyah Dkk 2010. Asuhan
Kebidanan Patologi IV. Jakarta Tras
Info Media
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887
Meditory
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Number 4 Puskesmas II Denpasar Barat

KADAR PROTEIN URIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DAN III DI


PUSKESMAS II DENPASAR BARAT

Luh Putu Yoga Arsani1, I Wayan Merta2, Cok Dewi Widhya HS3

Abstract

The presence of excess level of protein in urine of pregnant women is one of the cause
of preeclampsia, besides hypertension and edema. Women can caused many
diseases such as Protein is wich found in urin of pregnant. Protein which found
in urine of pregnant women can caused many diseases such as Some disease
that can discover protein in pregnant women’s urine are renal diseases
(glomerulus or tubular disease) and non-renal diseases (heart disease, liver
disease, fever, stress, diabetes militus, hypertension). This study was aimed to
analyze the result of proteinuria level based on the examination from pregnant
women’s urine of second and third trimester in Puskesmas II Denpasar Barat.
This research applied a descriptive survey and the amount of samples was
probability sampling method with insidental sampling technique, the data were
collected from 39 respondents during the period of February to May 2016.The
sample were examined semi-quantitatively by using dipstick test. Results of the
examination to 39 samples indicates that 29 urine samples (74,36% ) was
negative, seven urine samples (17,95%) positive 1 (+), two urine samples (5,13%)
positive 2 (++) and one urine samples (2,56%) positive 3 (+++).

keywords: pregnant woment; protein urine level; second trimester; third trimester

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Vol. 13 Nomor 1 Januari 2018 – Jurnal Medika Respati ISSN : 1907 - 3887

PENDAHULUAN sebesar287.000.WHO

Angka kematian yang berhubungan memperkirakan ada 500.000


dengan ibu dan anak adalah Angka
kematian ibu melahirkan di seluruh dunia
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian
setiap tahunnya, dan 99% penyumbangdari
Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi
angka tersebut merupakan negara
(AKB), dan AngkaKematian Balita
berkembang2. Persentase terjadinya
(AKABA)(Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
AKI di
2014)1.

1.,2.,3., Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes


Menurut World Health
Denpasar Korespondensi : Luh Putu Yoga
Organization(WHO) pada tahun
Arsani 1
, Jurusan Analis Kesehatan,
2010angka kematian ibu di dunia
Poltekes Denpasar, Jalan Sanitasi No. 1
Sidakarya, Denpasar-Bali 80224,
Indonesia.
Telp. +62-361-710 527, Fax. +62-361-710 448
Email : meditoryjournal@gmail.com

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Indonesia yaitu akibat perdarahan 60-70%, Semarang yaitu lima sampel negatif, 14
preeklamsia dan eklamsia 20-30%, infeksi sampel positif negatif, sembilan sampel
10-20%3. Preeklamsia didefinisikan positif + (1+), dan dua sampel positif ++
sebagai suatu sindrom klinis spesifik yang (2+)7.tu 9 sampel negatif, 19 sampel positif
ditandai oleh tekanan darah ≥140/90 + (1+), dan 9 sampel positif ++ (2+)7.
mmHg pada 2 kali pemeriksaan dengan Menurut LaporanKegiatan KIA di
interval 6 jam disertai proteinuria >300 Dinas Kesehatan Kota Denpasar pada
mg/24 jam atau pemeriksaan proteinuria tahun 2015, diketahui bahwa jumlah kasus
dengan metode carik celup pada urin tertinggi ibu hamil risiko tinggi
sewaktu dengan h≥1+ pada usia kehamilan (perdarahan, infeksi abortus, keracunan
≥20 minggu4. kehamilan, partus lama) yang ditangani di
Preeklamsiadan eklamsiayang tidak puskesmas wilayah Denpasar Barat
ditangani dengan baik dapat ditemukan di Puskesmas II sebanyak
mengakibatkan komplikasi terhadap janin 13kasus. Jumlah kasus tertinggi untuk ibu
maupun ibu. Komplikasi pada janin dapat hamil risiko tinggi yang dirujuk ke rumah
berupa asfiksia, berat badan lahir rendah, sakit juga ditemukan di Puskesmas II
maupun preterm infant5 . Preeklamsia dan Denpasar Barat sebanyak 424
eklamsia terdiri atas tiga macam gejala kasus.Jumlah kunjungan di poli KIA
yaitu hipertensi, proteinuria dan edema6. Puskesmas II Denpasar Barat pada tahun
Pemeriksaan proteinuria pada ibu 2015 tercatat sebanyak 1016 orang, hal ini
hamil merupakan hal yang penting dalam menunjukan cukup tingginya pelayanan
mendiagnosis dan menentukan berat kesehatan ibu dan anak di puskesmas
ringan preeklamsia. Berdasarkan hasil tersebut8.
penelitian terhadap 30 sampel didapatkan Pemantauan kesehatan sangat
hasil pemeriksaan proteinuria pada ibu terkait dengan pemeriksaan- pemeriksaan
hamil trimester III di Rumah Bersalin yang ada di laboratorium, salah satunya
Bhakti Ibu adalah pemeriksaan protein urin pada ibu

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

hamil. Berdasarkan permasalahan diatas yang kebetulan ada atau tersedia di suatu
peneliti tertarik untuk melakukan tempat serta dianggap cocok sebagai
penelitian tentang kadar protein urin pada responden11. Data-data yang diperoleh
ibu hamil trimester II dan III di Puskesmas dikelompokkan dalam bentuk tabel dan
II Denpasar Barat. narasi kemudian dianalisis secara diskriptif
yaitu menggambarkan apa adanya yaitu
METODE membandingkang hasil pemeriksaan
a).Jenis penelitian deskriptif yaitu suatu dengan teori yang ada.
penelitian yang dilakukan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mendiskripsikan atau menggambarkan Hasil
suatu fenomena yang terjadi di dalam
1. Hasil pemeriksaan protein urin
masyarakat9.Populasi adalah semua ibu
pada ibu hamil trimester II
hamil trimester II dan III di wilayah
Berdasarkan pemeriksaan yang
Puskesmas II Denpasar Barat.Sampel
telah dilakukan terhadap 15 ibu hamil
adalah sebagian atau wakil populasi yang
trimester II di Puskesmas II Denpasar Barat
diteliti10.Sampel pada penelitian kali ini
diperoleh 3 orang (20,00%) dengan protein
populasi yang memenuhi kriteria inklusi
urin positif
yaitu
+ (1).

Tabel 1: Hasil Pemeriksaan Protein


bersedia menandatangani informedUrin pada Ibu Hamil Trimester II di

consent,Ibu dengan usia kehamilan 13-40 Puskesmas II Denpasar Barat


minggu, berada di wilayah Puskesmas II
Denpasar Barat
.Teknik pengambilan sampel
menggunakan non probability
sampling dilakukan secara Incidental
Sampling, yaitu dilakukan
pengambilan kasus atau responden

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Hasil Pemeriksaan Protein Urin Jumlah (N) Persentase (%)


Negatif (-) 12 80,00
Positif + (1+) 3 20,00
Positif ++ (2+) 0 0
Positif +++ (3+) 0 0
Positif ++++ (4+) 0 0
Total 15 100

2. Hasil pemeriksaan protein urin pada hamil trimester III di Puskesmas II


ibu hamil trimester III Denpasar Barat diperoleh hasil 7
Berdasarkan pemeriksaan orang (29,27%) dengan hasil
yang telah dilakukan terhadap 24 ibu pemeriksaan protein urin positif.

Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Protein Urin pada Ibu Hamil Trimester III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Hasil Pemeriksaan Protein Urin Jumlah (N) Persentase (%)


1 2 3
Negatif (-) 17 70,83
Positif + (1+) 4 16,67
Positif ++ (2+) 2 8,33
Positif +++ (3+) 1 4,17
1 2 3
Positif ++++ (4+) 0 0
Total 24 100

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Pembahasan

1. Kadar protein urin pada ibu hamil trimester II dan III

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Kehamilan merupakan suatu diperoleh 10 (25,64%) sampel positif


keadaan fisiologis, akan tetapi ada
dan 29 (74,36%) sampel negatif. Sampel
beberapa keadaan yang dapat
positif ditemukan pada urin ibu hamil
menyebabkan kehamilan penuh dengan
trimester II dan III dengan nilai yang cukup
ancaman misalnya hasil bertemunya
bervariasi antara lain tujuh sampel
sperma dan ovum yang tidak menempel
(17,95%) positif + (1+), dua sampel
dengan sempurna ke rahim, kemungkinan
(5,13%) positif ++
pertumbuhan janin yang terhambat,
(2+) dan satu sampel (2,56%) positif+++
berbagai penyakit ibu yang mengancam
(3+). Hasil ini sesuai dengan penelitian
kehamilan, hingga proses kelahiran yang
Febrianti (2008) terhadap 30 sampel
juga mempunyai risiko tersendiri. Salah
didapatkan hasil pemeriksaan proteinuria
satu penyakit yang sering mengancam
pada ibu hamil trimester III di Rumah
kehamilan yaitu preeklamsia12.
Bersalin Bhakti Ibu Semarang yaitu19
Terjadinya preeklamsia dapat
sampelnegatif, sembilan sampel positif +
diketahui dengan melakukan pemeriksaan
(1+), dan dua sampe positif ++
protein dalam urin ibu hamil. Pada
(2+).sedangkan pada penelitian Kasmian
penelitian ini pemeriksaan protein urin
(2010) terhadap
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
37 sampel di dapatkan hasil pemeriksaan
protein dalam urin ibu hamil trimester II
proteinuria pada ibu hamil trimester II di
dan III di Puskesmas II Denpasar Barat
bidan praktek swasta Citra Mulia Kudus
yang hasilnya dinyatakan secara semi
yaitu 9 sampel negatif, 19 sampel positif +
kuantitatif. Sampel yang digunakan adalah
(1+), dan 9 sampel positif ++
urin sewaktu yang dikeluarkan pada satu
(2+).Diagnosis preeklamsia ringan
waktu yang tidak ditentukan dan
ditegakkan dengan kriteria minimum,
diperlakukan dengan khusus.
yaitu tekanan darah
Berdasarkan hasil
≥140/90 mmHg setelah gestasi lebih dari
pemeriksaan protein urin terhadap 39 ibu
20 minggu dan proteinuria ≥300 mg/24
hamil trimester II dan III
jam atau ≥+1 pada dipstik.12
Berdasarkan hasil
pemeriksaan protein urin dari 10

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

orang ibu hamil dengan protein urin positif, ketidakseimbangan substansi


ditemukan dua ibu hamil yang memiliki vasoaktif sehingga dapat terjadi hipertensi.
tekanan darah 140/100 mmHg dengan hasil Disfungsi endotel juga menyebabkan
protein urin positif +++ (3+) dan positif ++ permeabilitas vaskular meningkat sehingga
(2+), sekaligus mengalami edema yang menyebabkan edema dan proteinuria.
merupakan tanda ibu hamil mengalami Berdasarkan adanya hipertensi, edema dan
preeklamsia. Apabila tekanan darah dan proteinuria disfungsi endotel memegang
derajat proteinuria terus meningkatdapat peranan pada patogenesis preeklamsia12.
mengancam keselamat ibu dan janin. Pada penelitian yang telah
Preeklamsia dapat berakibat buruk dilakukan apabila ibu hamil tidak
baik pada ibu maupun janin yang mengalami proteinuria, belum tentu ibu
dikandungnya. Komplikasi pada ibu berupa hamil tidak akan mengalami preeklamsia,
sindroma hemolysis, elevated liver enzyme, ini dipengaruhi oleh multifaktor,periode
low platelet (HELLP), edema paru, 2006 – 2008 dengan 366 responden yang
gangguan ginjal, perdarahan,
solusio menyatakan bahwa didapatkan 12,84%
plasenta bahkan kematian ibu. Komplikasi kasus preeklamsia dengan proteinuria
pada bayi dapat berupa kelahiran negatif. Proteinuria merupakan
premature, gawat janin, berat badan lahir proses akhir
rendah atau intra uterine fetal death preeklamsia13.
(IUFD). Disfungsi endotel dianggap 2. Kadar protein urin ibu hamil
berperan dalam patogenesis preeklamsia. trimester II dan III
Jika endotel mengalami gangguan oleh berdasarkan usia kehamilan
berbagai hal seperti stress oksidatif
Pada pemeriksaan protein
maupun paparan dengan sitokin inflamasi
urin yang telah dilakukan terhadap
dan hiperkolesterolemia, maka fungsi
15 orang ibu hamil trimester II
pengatur menjadi abnormal dan disebut
disfungsi endotel. Pada keadaan ini diperoleh hasil positif + (1+) sebanyak 3
terjadi orang (20,00%) sedangkan pada 24 orang
ibu hamil trimester III diperoleh hasil
positif +

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

yang terjadi pada ibu dan janin dalam


(1+) sebanyak 4 orang (16,67%),
persiapan menghadapi proses persalinan15.
positif ++ (2+) sebanyak 2 orang 3. Kadar protein urin ibu

(8,33%), dan positif +++ (3+) hamiltrimester II dan III


berdasarkan umur
sebanyak 1 orang (8,33%). Hasil ini
menunjukan ibu hamil trimester III lebih Dalam penelitian ini jumlah ibu

banyak kemungkinan mengalami hamil yang berisiko (<20 tahun dan >35
preeklamsia tahun) sebanyak 10 orang sedangkan
dibandingkan ibu hamil trimester II. Hal ini kelompok ibu hamil tidak berisiko (20-35
sesuai dengan hasil penelitian yang tahun) sebanyak 29 orang. Berdasarkan
menyatakan bahwa lebih banyak ibu hamil pemeriksaan protein urin yang telah
trimester III mengalami preeklamsia dilakukan dari 10 ibu hamil umur

dibandingkan dengan ibu hamil trimester berisiko, terdapat 2 orang dengan protein
II. Kondisi ini diduga karena reaktivitas urin positif Astuti(2015) menyatakan
16.

vaskular dimulai umur minggu, umur merupakan bagian dari status


20
meskipun demikian hal ini terdeteksi reproduksi yang penting. Umur berkaitan
umumnya pada kehamilan trimester II, dengan peningkatan atau penurunan fungsi
sehingga pemeriksaan protein urin pada ibu tubuh sehingga mempengaruhi status
hamil penting dimulai dari trimester kesehatan seseorang. Usia yang baik untuk

I14 hamil adalah 20 sampai 35 tahun.


Sedangkan usia yang berisiko mengalami
Pada kehamilan trimester II
preeklamsia adalah usia
pemantauan kehamilan lebih sering
<20 tahun dan >35 tahun. Pada kehamilan
dilakukan, mengingat pertumbuhan
<20 tahun, keadaan reproduksi yang belum
kehamilan yang sangat pesat serta
siap untuk menerima kehamilan akan
pentingnya memantaukemungkinan
meningkatkan keracunan kehamilan dalam
timbulnya suatu penyakit yang
bentuk preeklamsia. Sedangkan pada usia
membahayakan kehamilan. Hal ini juga
35 tahun atau
dilakukan lebih sering dimasa kehamilan
trimester III guna memantau lebih teliti
setiap pertumbuhan bayi dan kemungkinan

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

lebih akan terjadi perubahan pada jaringan hamil yang mengalami rata-rata
dan alat reproduksi serta jalan lahir tidak pertambahan berat badan 1 kg per minggu
lentur lagi. Pada usia tersebut cenderung sedangkan sebagian besar ibu hamil
didapat penyakit lain dalam tubuh ibu, trimester II dan III yang dijadikan
salah satunya preeklamsia. responden sudah memiliki pertambahan
Preeklamsia/eklamsia terbanyak pada usia berat badan tiap minggu yang baik.
20-24 tahun yang terjadi pada kehamilan Kenaikan total berat badan selama
pertama. Preeklamsia/eklamsia lebih kehamilan, normalnya berkisar antara 12-
sering terjadi pada usia 15 kg, sedangkan memasuki trimester II
muda dan primipara diduga karena janin tumbuh pesat dengan pertumbuhan
adanyasuatu mekanisme kurang lebih 10 gram per hari, minggu ke
imunologidisamping endokrindan genetik 16 sekitar 90 gram, minggu ke 20
dan pada sekitar 256
kehamilanpertama pembentukan blocking gram, minggu ke 24 sekitar 680
antibodies terhadap antigen plasenta
gram, minggu ke 27 sekitar 900 gram.
belumsempurna,yang makin sempurna
Salah satu risiko penambahan berat badan
pada kehamilan
berlebih bagi ibu hamil adalah preeklamsia
berikutnya17.
(Sanampe, 2014). Hasil pemeriksaan
4. Kadar protein urin ibu hamil
proteinuria pada ibu hamil yang memiliki
trimester II dan III
pertambahan berat badan rata-rata 1 kg
Berdasarkan pertambahan berat
menunjukan hasil positif ++ (2), sehingga
badan tiap minggu
berisiko mengalami preeklamsia. Ibu hamil
Peningkatan berat badan yang
perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut
cukup pesat terjadi di trimester II dan III,
agar tidak terlanjur mengalami
pada periode inilah perlu dilakukan
preeklamsia.
pemantauan ekstra terhadap berat badan
5. Kadar protein urin ibu hamil
ibu hamil. Dalam penelitian ini tidak
trimester II dan III
dijumpai rata-rata pertambahan berat badan
berdasarkan tekanan darah
ibu hamil trimester II dan III yang lebih
dari 1 kg dan hanya ada 1 ibu

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Berdasarkan hasil wawancara pada Kombinasi proteinuria selama kehamilan


ibu hamil trimester II dan III di Puskesmas secara nyata
II Denpasar Barat, 10 orang (25,64%) ibu meningkatkan risiko mortalitas dan
hamil memiliki tekanan darah
< morbilitas perinatal. Hipertensi saja
110/70mmH, 27 orang (69,23%) memiliki berkaitan dengan peningkatan angka
tekanan darah 110/70 – 140/90 mmHg, dan kematian janin sebesar tiga kali lipat.
2 orang (5,13%) ibu hamil memiliki Memburuknya hipertensi terutama apabila
tekanan darah >140 mmHg serta keduanya disertai proteinuria merupakan pertanda
memilikihasil yang buruk. Sebaliknya proteinuria tanpa
pemeriksaan protein urin positif. Hal ini hipertensi hanya menimbulkan efek
menunjukan adanya kemungkinan kedua keseluruhan yang kecil pada angka
ibu hamil tersebut akan mengalami kematian bayi.
preeklamsia apabila parameter lain juga 6. Kadar protein urin ibu hamil
menunjukan hasil yang buruk. Pendapat ini trimester II dan III
sesuai dengan penelitiann yang berdasarkan edema
menyebutkan adanya protein dalam urin
Perubahan pokok pada preeklamsia
ibu hamil di ditandai dengan adanya
adalah spasmus pembuluh darah disertai
perubahan warna carik celup. Biasanya
dengan retensi garam dan air. Pada
disertai dengan adanya edema dan
beberapa kasus lumen arteriola sangat kecil
hipertensi yang menandakan
sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
ternyadinya
darah merah. Bila dianggap bahwa
preeklamsia19.
spasmus arteriola juga ditemukan di
Ada dua hipertensi dalam
seluruh tubuh, maka terjadinyakenaikan
kehamilantanpa proteinuria yaitu hipertensi
tekanan darah merupakan usaha mengatasi
kronik dan hipertensi gestasional serta ada
kenaikan tahanan perifer, agar oksigenasi
dua hipertensi dalam kehamilan dengan
jaringan tercukupi. Kenaikan berat badan
proteinuria yaitu preeklamsia-eklamsia dan
dan edema disebabkan oleh penimbunan
hipertensi kronik dengan
cairan yang berlebihan20. Pada penelitian
superimposed preeklamsia.
ini

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

ibu hamil yang mengalami edema


sebanyak 3 orang dan ketiganya diikuti
vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan
dengan hasil protein urin positif, sehingga
besar volume darah langsung
ibu hamil berisiko mengalami preeklamsia.
meningkatkan curah jantung dan tekanan
Keadaan ini sesuai dengan penelitian
darah20
Estina, V.C., Ellya, R.D., dan Rimonta,
Pada The New England Journal of
R.G. periode tahun 2006-2008 yang
Medicinetercatat bahwa kehamilan pertama
memperoleh hasil, dari 366 responden yang
risiko terjadi preeklamsia 3,9%, kehamilan
mengalami preeklamsia dan eklamsia, 322
kedua 1,7%, dan kehamilan ketiga 1,8%.
orang diantaranya mengalami edema.
Persalinan pertama akan mempunyai risiko
7. Kadar protein urin ibu hamil
terhadap kehamilan, telah banyak terbukti
trimester II dan III
bahwa pada persalinan kedua dan ketiga
berdasarkan gravida
adalah persalinan yang paling aman. Pada
Pada primigravida sering mayoritas primigravida kehamilan minggu
mengalami stress dalam menghadapi ke-28 sampai 32 minggu menunjukkan
persalinan. Stress emosi yang terjadi pada peningkatan tekanan diastolik sedikitnya
primigravida menyebabkan peningkatan 20 mmHg yang bisa sampai
pelepasan corticotropic- releasing mengakibatkan preeklamsia pada
hormone (CRH) oleh hipothalamus, yang kehamilan. Dari hasil wawancara yang
kemudian menyebabkan peningkatan dilakukan pada ibu hamil trimester II dan
kortisol. Efek kortisol adalah III jumlah primigravida sebanyak 16 orang
mempersiapkan tubuh untuk berespon dan dari 16 orang tersebut yang memiliki
terhadap semua stressor dengan hasil pemeriksaan protein urin positif yaitu
meningkatkan respon simpatis, termasuk sebanyak 3 orang, sehingga ketiga ibu
respon yang ditujukan untuk meningkatkan hamil ini berisiko mengalami preeklamsia.
curah jantung dan mempertahankan Preeklamsia lebih sering terjadi
tekanan darah. Pada wanita yang pada kehamilan pertama. Apabila sudah
preeklamsia/eklamsia tidak terjadi terjadi preeklamsia, sebaiknya dilakukan
penurunan sensivitas terhadap upaya

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

pencegahan untuk tidak menjadi lebih kematian dan faktor risiko yang mungkin
berat. Pengenalan penyakit dan terjadi pada ibu maupun janinnya
pemeriksaan antenatal memegang peran
penting untuk menghindari

SIMPULAN DAN SARAN

1.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah


++ (2+) dan satu sampel (2,56%)
dilakukan maka dapat disimpulkan:
positif +++ (3+).
1. Kadar protein urin pada ibu
hamil trimester II dan III di 3. Pada pemeriksaan protein urin
Puskesmas II Denpasar Barat, yang telah dilakukan terhadap 15
dari 39 responden masih orang ibu hamil trimester II
ditemukan 10 responden yang diperoleh hasil positif + (1+)
memiliki hasil pemeriksaan sebanyak 3 orang (20,00%)
protein urin positif. 4. Pada 24 orang ibu hamil
2. Dari 10 responden yang positif, trimester III diperoleh hasil
dapat dikelompokkan menjadi Positif + (1+) sebanyak 4 orang
tujuh sampel (17,95%) positif + (16,67%), Positif ++ (2+)
(1+), dua sampel (5,13%) positif sebanyak 2 orang (8,33%), dan
2 Saran Positif +++ (3+) sebanyak 1
orang (8,33%).
1. Bagi Institusi Puskesmas
II Denpasar Barat
protein urin pada ibu hamil guna
Diharapkan menjadwalkan hari
mendeteksi dini adanya
kunjungan khusus untuk ibu hamil,
preeklamsia,sehingga ibu hamil yang
melakukan penyuluhan tentang
berisiko mengalami preeklamsia lebih
preeklamsia serta
cepat mendapat penanganan lebih lanjut.
pemeriksaan laboratorium khususnya
2. Bagi Masyarakat
teratur melakukan pemeriksaan kehamilan
Bagi masyarakat khususnya ibu
dan menjaga pola hidup
hamil trimester II dan III agar
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

yang sehat agar terhindar dari Bagi peneliti selanjutnya diharapkan


penyakit preeklamsia. sampel da karakteristik penelitian lebih
3.Bagi Peneliti Selanjutnya banyak sehingga data hasil penelitian lebih
representatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinas Kesehatan Provinsi Bali. d.php?id=86, diakses tanggal 26 Januari


Profil Kesehatan Provinsi Bali 2016. 2012.
2013. Denpasar : Dinas Kesehatan 4. Syuhada,dkk..Korelasi Proteinuria
Provinsi Bali. 2014 Metode Rasio Albumin-
2. Sutrimah, Mifbakhuddin dan KreatininUrin dengan Metode
Wahyuni..Faktor-Faktor Kromatografi pada Preeklamsi.
yangBerhubungan dengan (online) available:
Kejadian Preeklampsia pada Ibu http://journal.fk.unpad.ac.id/i
Hamil di Rumah Sakit ndex.php/mkb/article/viewFil
RoemaniMuhammadiyah e/139/pdf_43.Diakses tanggal 23
Semarang. (online) available: Januari 2016.
http://jurnal.unimus.ac.id/ind
5. Estina, V.C., Ellya, R.D., Rimonta,
ex.php/jurbid/article/downloa
d/1383/1437. Diakses tanggal 23 R.G. Karakteristik Penerita
Januari 2016. 2014. Preeklamsia dan Eklamsia yang
3. Rustiana, W. Asuhan Kebidanan Dirawat Inap di Rumah Sakit
pada Ibu Hamil pada Ny. A G1 P0 Immanuel Bandung Periode Tahun
A0 Umur 23 Tahun dengan Pre 2006 – 2008. Bandung: Fakultas
Eklamsi Ringan Di BPS Samsiti Kedokteran, Universitas Kristen
Sukoharjo, (online) Maranatha. 2010
available:http://stikeskusuma 6. Puswoastuti, E. dan E.S. Walyuni.

husada.ac.id/digilib/downloa Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial


Bagi Kebidanan.

Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Yogyakarta: PT. Pustaka Jurusan Kebidanan STIKES


Baru. 2015. Muhammadiah Manado & Jurusan
7. Febrianti,I. Gambaran Hasil Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Pemeriksaan Protein Urin Manado. 2014.
pada Ibu Hamil Trimester III 12. Karima, N. M., R. Machmud, Y.
di Rumah Sakit Bersalin Ibu Affiliasi. Hubungan Faktor Risiko
Semarang. (online) available: dengan Kejadian Pre- Eklampsia
http://digilib.unimus.ac.id.ph Berat di RSUP Dr.
p?mod=browse&op=read&id M. Djamil Padang. Padang: Fakultas
=jtptunimusgdl-sl-2008- Kedokteran Universitas Andalas
indahfebri-244. Diakses Padang. 2015.
tanggal 23 Januari 2016. 13. Dharma, R., N. Wibowo, H.P.T.,
2008. Raranta. Disfungsi Endotel pada
8. Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Preeklampsia. Jakarta: Departemen
Laporan Kegiatan KIA. Patologi Klinik FakultasKedokteran
Denpasar : Dinas Kesehatan Universitas Indonesia & Departemen
Kota Denpasar. 2012. Obstetri dan Ginekologi Fakultas
9. Notoatmodjo,S.Metodologi Kedokteran Universitas
Penelitian. Edisi revisi Indonesia. 2015.
cetakan kedua.Jakarta : PT. 14. Afandi, D.W.S., Hanif, M. N., dan
Rineka Cipta. 2012. Adriani. Hubungan Preeklampsia
10. Sugiono. Metode Penelitian dan Hpertensi Gestasional dengan
Kuantitatif dan R&D. Berat Badan Lahir Bayi di RSUD
Bandung: Alfabeta. 2013. Raden Mattaher Jambi Tahun 2012.
11. Radjamuda, N dan Agnes, M. Jambi: Fakultas Kedokteran dan
Faktor-Faktor Risiko Yang Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi
Berhubungan Dengan 2012.
Kejadian Hipertensi Pada
Ibu Hamil Di Poli Klinik Obs-
Gin Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. V. L. Ratumbuysang Kota
Manado. Manado:
Meditory | ISSN Online : 2549-1520, ISSN Cetak : 2338 – 1159, Vol. 5, No.1, Juni 2017
Hlm. 31 – 44, http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

15. Kasmian. Gambaran Hasil pemeriksaanProteinuria pada Ibu Hamil Trimester II di


Bidan PraktekSwasta Citra Mulia Kudus. (online) available:http://digilib.unimu
s.ac.id/gdl.php?mod=browse &op=read&id=jtptunimugdlk asmiangoc5690&PHPSESSI
D=abcc70a13661fafle239259 ec951. Diakses tanggal 24 Januari 2016. 2010.
16. Astuti, S. F. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklamsia Kehamilan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2014-2015. Jakarta.
2015. UniversitasSyarif Hidayatullah
17. Windaryani, Y., H. S. Dode dan

A. Mallo. Hubungan Antara Primigravida/Multigravida Dengan AngkaKejadian


Preeklamsia/Eklamsia di RSKDIA Siti Fatimah MakassarMakasar:
stikes Nani Hasanuddin Makassar
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

bekrjasama dengan politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar. 2013.


19.Minarti, S., A. E. Suryandari dan

M. Retnowati. Hubungan Penambahan Berat Badan Dengan Kejadian Pre Eklampsi


Pada Ibu Hamil di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Tahun 2011.
Purwokerto: Akademi kebidanan YLPP Purwokerto. 2011.
20..Minarti, S., A. E. Suryandari dan

M. Retnowati. Hubungan Penambahan Berat Badan Dengan Kejadian Pre Eklampsi


Pada Ibu Hamil di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Tahun 2011.
Purwokerto: Akademi kebidanan YLPP Purwokerto. 2011.
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

HUBUNGAN ANTARA PRIMIGRAVIDA / MULTIGRAVIDA DENGAN


ANGKA KEJADIAN PREEKLAMSIA / EKLAMSIA DI RSKDIA SITI
FATIMAH MAKASSAR

Yuyun Windaryani, Hj Sunarti Dode, Alfrida Mallo


Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin
Makassar Dosen Tetap Program S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani
Hasanuddin Makassar
Dosen Tidak Tetap STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Yuyun windaryani, “ Hubungan antara Primigravida / multigravida dengan angka kejadianpreeklamsia


/ eklamsia di RSKDIA Siti Fatimah Makassar “, dibimbing oleh Hj Sunarti Dode,Alfrida Mallo

Preeklamsia/Eklamsia merupakan kondisi fisik spesifik dimana hipertensi terjadi


setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memilikitekanan darah normal,
merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal.Jumlah
Preeklamsia/Eklamsia meningkat pada primigravida dibanding multigravida karena pada
primigravida sering mengalami stress dalam menghadapi persalinan.Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa adanya hubungan antara primigravida/multigravida dengan angka
kejadian preeklamsia/eklamsia. Desain penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik
dengan pendekatan Cross sectional, dengan jumlah sampel 120 orang ibu hamil, penentuan
besar sampel dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan
Data sekunder yang diambil di bagian sub rekam medik RSKDIA Siti Fatimah Makassar
periode 2011.Hasil Penelitian di Uji statistik chi square dengan program SPSS versi 16,0
yang disajikan dalam bentuk narasi dan tabel. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-
Square dengan tingkat signifiksi α=0,05. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,023 dan nilai
rasio prevalensi ( RP= 0,7) berati ada hubungan antara primigravida dengan angka kejadian
preeklamsia/eklamsia,dan primigravida berpeluang 1,6 kali terkena preeklamsia/eklamsia
dibandingkan multigravida. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara primigravida disbanding multigravida dengan angka krjadian preeklamsia/eklamsia di
RSKDIA Siti Fatimah Makassar. Penelitian ini menyarankan untuk peningkatkan pendidikan
masyarakat sehingg amemudahkan penerimaan komunikasi,informasi,edukasi,,dan motivasi
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

tentang bahaya stress dalam kehamilan yang akan memperbesar resiko terjadinya
preeklamsia/eklamsia.

Kata Kunci : Primigravida, multigravida, preeklamsia, eklamsia

PENDAHULUAN primigravida, sedangkan pada


Preeklamsia/eklamsia merupakan multigravida berhubungan dengan
salah satu penyebab utama morbiditas dan penyakit hipertensi kronis, diabetes
mortalitas perinatal di Indonesia. Sampai melitus dan penyakit ginjal (Baktiyani,
sekarang penyakit preeklamsia/eklamsia 2005). Pada primigavida atau ibu yang
masih merupakan masalah kebidanan yang pertama kali hamil sering mengalami
belum dapat terpecahkan secara tuntas. stress dalam mengalami persalinan
Soejoenoes (2005) melakukan penelitian sehingga dapat terjadi hipertensi dalam
di 12 Rumah Sakit Pendidikan di kehamilan atau yang biasa disebut
Indonesia, didapatkan kejadian peeklamsia preeklamsia/eklamsia. Primigravida juga
dan eklamsia 5,30% dengan kematian merupakan salah satu faktor risiko
perinatal 10,83 perseribu (4,9 kali lebih penyebab
besar dibandingkan dengan kehamilan terjadinya
normal). Preeklamsia merupakan penyakit preeklamsia/eklamsia. Pada primigravida
yang angka kejadiannya di setiap negara frekuensi preeklamsia/eklamsia meningkat
berbeda-beda. Angka kejadian lebih dibandingkan pada multigravida terutama
banyak terjadi di negara berkembang pada primigravida muda yang disebabkan
dibanding pada negara maju. Hal ini oleh berbagai factor.
disebabkan oleh karena di negara maju Preeklamsia/eklamsia
perawatan prenatalnya lebih baik.
Kejadian preeklamsia dipengaruhi oleh merupakan kesatuan penyakit yang
paritas, ras, faktor genetik dan lingkungan. langsung disebabkan oleh kehamilan.
Kehamilan dengan preklamsia lebih umum Definisi preeklamsia merupakan kondisi
terjadi pada spesifik kehamilan dimana hipertensi
terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita
yang sebelumnya, memiliki tekanan darah
normal, merupakan suatu penyakit
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Volume 1 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 1


Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

vasospastik yang melibatkan banyak gangguan neurologis. (Lawdermik, 2006).


sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, Eklsmsia adalah terjadinya kejang pada
hipertensi, dan proteinuria. (Jensen,2005). seorang wanita dengan preeklamsia yang tidak dapat
Gejala ini dapat timbul sebelum minggu ke disebabkan oleh hal lain. (Wiliam, 2005). Gejala
20 bila terjadi penyakit trofoblastik preeklamsia berat disertai dengan kejang dan diikuti
(Wibowo dan Rachimhadi,2006). dengan koma (Manuaba,2007). Menurut Wibowo dan
Preeklamsia merupakan suatu sindrom Rachimhadi (2006) eklamsia timbul pada wanita
spesifik kehamilan dengan penurunan hamil atau masa nifas dengan tanda- tanda
perfusi pada organ-organ akibat preeklamsia. Sedangkan menurut Hacker dan moore
vasospasme dan aktivasi endotel. (2006) eklamsia didefenisikan sebagai penambahan
Proteinuria merupakan tanda yang penting kejang umum pada sindroma preeklamsia ringan dan
dari preeklamsia (Wiliam,2005). berat.
Proteinuria didefenisikan sebagai Preeklamsia dan eklamsia merupakan
terdapatnya 300 mg atau lebih protein kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,bersalin
dalam urin per 24 jam atau 30 mg/dl (+1 dan masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi,
pada dipstick)secara menetap pada sampel proteinuria, dan edema yang kadang-kadang disertai
acak urin. Derajat proteinuria dapat konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak
berfluktuasi sanagt luas dalam periode 24 menunjukkan tanda- tanda kelainan vaskuler atau
jam, bahkan pada kasus yang parah. hipertensi sebelumnya (Mochtar R,2005).
Dengan demikian, satu sampel acak
mungkin tidak mampu memperlihatkan BAHAN DAN METODE
adanya proteinuria yang signifikan. Lokasi, populasi, dan sampel penelitian
Sedangkan menurut Hacker, moore (2005). Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka
Preeeklamsia dapat disebut sebagai jenis penelitian ini adalah survey Analitik
hipertensi yang diinduksi- kehamilan atau
penyakit hipertensi akut pada
kehamilan.Preeklamsia tidak semata-mata
terjadi pada wanita muda pada kehamilan
pertamanya. Preeklamsia paling sering
terjadi selama trimester terakhir
kehamilan.
Eklamsia didiagnosa apabila terjadi
konvulsi atau koma pada pasien disertai
tanda dan gejala preeklamsia, konvulsi
atau koma dapat muncul tanpa didahului
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

dengan metode pendekatan cross f. Usia kehamilan ≥ 20 minggu


sectional.Penelitian di laksanakan di 2) Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
RSKDIA Siti Fatimah Makassar mulai a. Menderita penyakit kronis

tanggal 26 juli 2011 b. Ibu menderita anemia

Populasi Penelitian
adalah semua pasien Pengumpulan data

preeklamsia dan eklamsia baik Pengumpulan data dengan data

primigravida maupun sekunder yaitu data yang diperoleh dari

multigravida yang tercatat di tempat penelitian, yaitu bagian rekam

rekam medik selama periode medik RSKDIA Siti Fatimah, Pengolahan

januari-desember 2011, dengan data dilakukan dengan:

jumlah pasien preeklamsia pada 1. Editing

tahun 2011 sebanyak 120 orang Melihat apakah data telah terisi dengan

dan jumlah pasien eklamsia lengkap.

pada tahun 2011. Penentuan 2. Codding

jumlah besar sampel dengan pemberian kode numerik (angka)

menggunakan rumus didapatkan terhadap data yang terdiri atas

52 sampel sesuai dengan kriteria beberapa kategori

inklusi. 3. Tabulasi

Jumlah sampel yang memasukkan data yang telah

sesuai dengan kriteria inklusi dikumpulkan ke dalam master tabel

sebanyak 52 orang diambil atau data base computer.

dengan menggunakan rumus,


Jumlah sampel yang digunakan Analisis data
dalam penelitian adalah 52 Setelah data terkumpul kemudian
sampel. ditabulasi dalam tabel dengan variabel
1) Kriteria inklusi pada penelitian ini yang hendak diukur.Analisa data dilakukan
adalah : melalui tahap editing, koding, tabulasi dan
a. Ibu hamil primigravida uji statistik.Analisis univariat dilakukan
b. Ibu hamil multigravida dengan menggunakan analisis distribusi
c. Ibu hamil dengan frekuensi.
preeklamsia/eklamsia Menggunakan bantuan program
d. Ibu dengan kehamilan normal SPSS for windows 16,0. Melalui tahapan-
e. Usia ibu antara 17 – 40 tahun tahapan, kemudian data dianalisis dengan
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

menggunakan metode uji statistik univariat

Volume 1 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 2


Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

dilakukan untuk variabel tunggal yang Pada Tabel 1 dari total 120 sampel
dianggap terkait dengan penelitian dan didapatkan 60 pasien dengan primigravida
analisis bivariat untuk melihatdistribusi dengan persentase 50% dan 60 pasien
atau hubungan beberapa variabel yang multigravida dengan persentase 50 %
dianggap terkait dengan menggunakan uji
chisquare. Tabel 2 : Distribusi frekuensi pasien
Analisis data dilakukan dengan primigravida berdasarkan umur.
pengujian hipotesis Nol (Ho) atau hipotesis Umur N %
yang akan ditolak. Dengan menggunakan 20-30 thn 27 84,37
uji chi-square. Batas kemaknaan = 0,05, 31-40 thn 5 15,62
Ho ditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima Total 32 100
jika p > 0,05. Sumber : Data rekam medic 2011
Jika p < α (0,05) maka hipotesis nol
ditolak dan hipotesis alternatif diterima Pada Tabel 2 diketahui bahwa total dari
yang berarti ada hubungan antara 32 sampel yang tercatat sebagai pasien
primigravida / multigravida dengan angka primipara di dapatkan status gravida pada
kejadian preeklamsia/eklamsia. primipara dengan usia 20-30 thn sebanyak 27
Sedangkan jika p > α (0,05) maka orang (84,37%)dan yang berumur 31-40 thn
hipotesis nol diterima dan hipotesis sebanyak5 orang (15,62%).
alternatif ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antara primigravida / Tabel 3 : Distribusi frekuensi pasien
multigravida dengan angka kejadian multipara berdasarkan umur
preeklamsia / eklamsia.

HASIL PENELITIAN
1. Hasil Analisis Univariat
Tabel 1 : Distribusi frekuensi status
gravida
Status gravida Jumlah persentase
Primigravida 32 64.0
Multigravida 20 36
Total 52 100.0
Sumber : Data rekam medik 2011
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

sebanyak 9 orang ( 28,12), SMP


Umur N % sebanyak 6 orang ( 18,75 %), SMA
20-30 thn 7 35 sebanyak 9 orang
31-40 thn 13 65 (28,12%), D3 sebanyak 5 orang
Total 20 100 (15,62%),S1 sebanyak 3 orang (9,37%).
Sumber : Data Primer 2012.
Tabel 5 :Distribusi frekuensi pasien
Pada Tabel 3 diketahui multipara
bahwa dari . total dari 20 sampel
yang tercatat sebagai pasien berdasarkan pendidikan
multipara di dapatkan usia 20- Pendidikan N %
30 thn sebanyak 7 orang (35%) SD 4 20
dan yang berumur 31-40 thn SMP 4 20
sebanyak 13 orang SMA 6 30
(65%). D3 3 15
S1 3 15
Tabel 4 : Distribusi frekuensi Total 20 100
pasien primipara Data rekam medik 2011
berdasarkan
pendidikan Pada tabel.5 diperoleh hasil dari
Pendidikan n % total sampel pasien multipara dengan
SD 9 28,12 jumlah 20 orang didapatkan yang
SMP 6 18,75 pendidikan SD sebanyak 4 orang
SMA 9 28,12 (20%),pendidikan smp sebanyak 4
D3 5 15,62 orang (20 %), pendidikan SMA
S1 3 9,37 sebanyak 6 orang ( 30%),pendidikan D3
Total 32 100 sebanyak 3 orang (15%),pendidkan S1
sebanyak 3 orang ( 15 %)
Dari tabel 4 didapatkan
hasil dari total 32 sampel status Tabel 6 : Distribusi frekuensi pasien
gravida dengan primipara: di primipara
dapatkan yang pendidikan SD
berdasarkan pekerjaan
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Volume 1 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 3


Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Pekerjaan N % Diagnosa N %
IRT( ibu rumah 19 59,37 Preeklamsia 15 42,85
tangga) Eklamsia 5 29,41
Swasta 9 28,12 Total 20 100
Pns (pegawai 4 12,5 Data rekam medik tahun 2011
negeri sipil)
Total 32 100 Dari tabel .9 didapatkan hasil dari total
Data rekam medik tahun 2011 20 sampel status gravida dengan
multigravida didapatkan hasil pada ibu
Dari tabel.6 didapatkan hasil dari total multigravida yang mengalami
32 sampel status gravida dengan preeklamsia sebanyak 15 orang
( 42,85%), dan yang
primiparadidapatkan hasilpada ibu Dari tabel 7 didapatkan hasil dari total 20
primipara dengan pekerjaan sebagai sampel status gravida dengan multipara didapatkan
IRT ( ibu rumah tangga ) sebanyak 19 hasil pada ibu primipara dengan pekerjaan sebagai
orang ( 59,37%), swasta sebanyak 9 IRT ( ibu rumah tangga ) sebanyak 13 orang ( 65%),
orang (28,12%) dan pns sebanyak 4 swasta sebanyak 3 orang (15%) dan pns sebanyak 4
orang ( 12,5%). orang ( 20%).

Tabel.7 : Distribusi frekuensi pasien Tabel 8 : Distribusi frekuensi pasien primigravida


multipara yang preeklamsia dan eklamsia
Diagnosa n %
berdasarkan pekerjaan Preeklamsia 20 57,14
Pekerjaan n % Eklamsia 12 37,5
IRT(ibu 13 65 Total 32 100
Sumber Data rekam medik tahun 2011
rumah tangga)
Swasta 3 15 Dari tabel.8 didapatkan hasil dari total 32
Pns (pegawai 4 20 sampel status gravida dengan primigravida
negeri sipil) didapatkan hasil pada ibu primipara yang mengalami
Total 20 100 preeklamsia sebanyak 20 orang ( 57,14%), dan yang
Data rekam medik 2011 mengalami eklamsia sebanyak 12 orang (37,5%).
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Tabel 9: Distribusi frekuensi pasien mengalami eklamsia sebanyak 5 orang (29,41%).


multigravida yang
preeklamsia dan eklamsia 2.Analisis multivariat
Hubungan
primigravida/multigravida dengan
angka kejadianpreeklamsia /
eklamsia
Status Preeklam Eklamsia Total
Gravi sia
da N % n % N %
Primigravi 20 57,14 12 37,5 32 61,53
da
Multigravi 15 42,85 5 29,41 20 38,46
da
Total 35 67,30 17 32,69 52 100
X² = 2,379 P = 0,023 RP = 0,7
Sumber : Data out put spss

Pada tabel diatas dapat dijelaskan


bahwa hubungan antara primigravida /
multigravidadengan angka kejadian
preeklamsia / eklamsia. Dari tabel di
atas diketahui bahwa dari pasien
primigravida terdapat 20 orang
(57,14%) kasus preeklamsia.
Dan untuk pasien multigravida
didapatkan 15 orang (42,85%) kasus
preeklamsia. Sedangkan pasien
primigravida yang mengalami eklamsia
didapatkan 12 orang (70,58%),
Sedangkan pasien multigravida yang
mengalami eklamsia diperoleh
sebanyak 5 kasus (29,41%). Hasil uji
statistik dengan chi square di daperoleh
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

nilai x² = 2,379 dengan Berdasarkan hasil penelitian yang


nilai P = 0,023 maka telah dilakukan dari data yang diambil dari
secara statistik dapat sub bagian rekam medik RSKDIA Siti
disimpulkan terdapat Fatimah pada bulan Januari-Desember
hubungan antara 2011, sampel yang diperoleh sebanyak 52
primigravida dengan pasien primigravida dan multigravida yang
angka kejadian menderita preeklamsia / eklamsia.Dengan
preeklamsia / eklamsia. rincian 32 pasien primigravida yang
. mengalami preeklamsia / eklamsia, 20
PEMBAHASAN pasien multigravida mengalami
preeklamsia / eklamsia.

Volume 1 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 4


Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Hasil Analisis hubungan antara dari 19 tahun. Artinya dari 100 kasus preeklamsia 29
Primigravida / multigravida dengan angka kasus terjadi pada primigravida.
kejadian preeklamsia / eklamsia Pada Hasil penelitian ini sesuai dengan yang
tabel diungkapkan Corwin (2005) bahwa pada
5.10 diperoleh dari 20 total ibu yang primigravida sering mengalami stress dalam
berstatus multigravida didapatkan ada menghadapi persalinan. Stress emosi yang terjadi
sebanyak 15 dari pada primigravida menyebabkan peningkatan
35 (42,85%) ibu yang berstatus multigravida pelepsan corticotropic-releasing hormone (CRH)
yang terkena preeklamsia.Dan 5 (29,4%) oleh hipothalamus, yang kemudian menyebabkan
ibu yang mengalami eklamsia.Sedangkan peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah
dari 32 ibu yang berstatus primigravida, mempersiapkan tubuh untuk berespon terhadap
terdapat 20(57,14) ibu primigravida yang semua stressor dengan meningkatkan respon
terkena preeklamsia. Dan dari 32 ibu simpatis, termasuk respon yang ditujukan untuk
primigravida terdapat 12 (37,5%) yang meningkatkan curah jantung dan mempertahankan
terkena eklamsia. Hasil uji analisis chi tekanan darah. Pada wanita yang preeklamsia /
square dengan tingkat kepercayaaan 95 % eklamsia. Tidak terjadi penurunan sensivitas terhadap
menunjukkan bahwa ada hubungan yang vasopeptida- vasopeptida tersebut, sehingga
signifikan (P<0,05) antara primigravida peningkatan besar volume darah langsung
dengan angka kejadian preeklamsia / meningkatkan curah jantung dan tekanan darah.
eklamsia dengan nilai ratio prevalensi Preeklamsia / eklamsia terbanyak pada usia
(RP) 0,7Hal ini berarti pada primigravida 20-24 tahun yang terjadi pada kehamilan pertama.
mempunyai faktorresiko 0,7. kalilebih Preeklamsia / eklamsia lebih sering terjadi padausia
besar untuk terkena preeklamsia / muda dan primipara diduga karena adanya suatu
eklamsia. mekanisme imunologi disamping endokrin dan
Menurut Putri Dyah (2008)
menyatakan bahwa ibu hamil primigravida
memiliki resiko 3 kali untuk terkena
preeklamsia / eklamsia. Hal ini di dukung
oleh penelitian Baktiyani dkk (2005) di
Rumah Sakit Saiful Anwar Malang bahwa
pada tahun 1997 ibu hamil primigravida
dengan preeklamsia / eklamsia sebesar 3,
6% dan meningkat pada tahun 1999
sebesar 29 % pada primigravida yang
berumur kurang dari 35 tahun dan lebih
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

genetik dan pada kehamilan pertama preeklamsia / eklamsia, juga di dapatkan


pembentukan blocking antibodies kasus ibu primigravida tidak terkena
terhadap antigen plasenta belum preeklamsia / eklamsia hal ini

sempurna, yang makin sempurna pada menunjukkan bahwa faktor resiko

kehamilan berikutnya (Sudiyana, 2006). preeklamsia / eklamsia adalah


multifaktorial.
Sedangkan menurut
peneliti sendiri berdasarkan
data-data rekam medik yang KESIMPULAN DAN SARAN

telah dikumpulkan peneliti Berdasarkan hasil penelitian dan

berasumsi bahwa pada pasien pembahasan yang telah di uraikan dapat

primigravida lebih berpeluang ditarik beberapa kesimpulan yakni :

untuk mengalami preeklamsia / 1. Ada hubungan yang bermakna antara

eklamsia mungkin karena primigravida dengan angka

disebabkan tingkat stress yang kejadianpreeklamsia / eklamsia di

tinggi sebagai akibat RSKDIA Siti Fatimah dengan nilai X²=

pengalaman pertama menjadi 2,379dengan nilai signifikan P = 0,023

seorang ibu sehingga memacu 2. Ibu hamil primigravida memiliki faktor

peningkatan tekanan darah resiko 0,7 kali lebih besar untuk terkena

ibu.Hal ini juga mungkin preeklamsia / eklamsia dibanding ibu

dikarenakan kurangnya hamil multigravida.

pengetahuan dan kesadaran ibu 3. Penelitian ini mempunyai kelemahan

hamil sendiri dalam pada saat pemilihan sampel, yaitu usia

memeriksakan kehamilannya ibu hamil primigravida antara 17-40

secara teratur. tahun sebagai kriteria inklusi dianggap

Dari uraian tersebut diatas, terlalu luas karena usia primigravida

dapat disimpulkan ada dibawah 17 tahun dan diatas 35 tahun

hubungan yang bermakna mempunyai faktor resiko preeklamsia /

secara statistik antara eklamsia lebih besar dibandingkan

primigravida dengan angka dengan usia primigravida normal (20-35

kejadian preeklamsia / tahun)

eklamsia.
Pada penelitian ini juga SARAN

di dapatkan kasus ibu 1. Meningkatkan pendidikan masyarakat

multigravida tetapi terkena sehingga memudahkan penerimaan


komunikasi, informasi, edukasi, dan
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

motivasi tentang bahaya stress dalam

Volume 1 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721 5


Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

kehamilan yang akan memperbesar teratur dan nasehat yang jelas. Serta
resiko terjadinya preeklamsi / eklamsia. dijelaskan pula kepada suami atau
2. Mengantisipasi kejadian preeklamsia / anggota keluarga lainnya tentang tanda-
eklamsia pada primigravida dengan tanda preeklamsia / eklamsia dan
dilakukan penyuluhan bagi calon ibu perlunya dukungan sosial / moral
untuk meningkatkan kesadaran dalam kepada pasien.
melakukan pemeriksaan antenatal care 4. Dilakukan penelitian tentang
secara teratur dan terarah sehingga primigravida dan preeklamsia dengan
resiko preeklamsia / eklamsia dapat metodeyang lain, populasi yang lebih
ditangani sedini mungkin. banyak serta dengan memperhatikan
3. Melakukan penanganan dan deteksi dini faktor-faktor resiko yang belum sempat
terhadap ibu hamil dengan faktor resiko diperhatikan dalam penelitian i
preeklamsia / eklamsia dengan follow
up
Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. LKBN Antara. WHO: penurunan Angka kematian ibu Belum
Sesuai Target MDGs dikutip dari http://www.antara.coml 20 maret 2012

Williams, john c. Hauth, MD, 2005 volume 1 Obstettri Williams,


penerbit buku kedokteran, jakarta: EGC. Manuaba I. B. G.,
2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Notoatmodjo S., 2005. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta Rachma
N., 2008. Eklampsia : Preventif dan
Rehabilitasi Medik Pre dan post Partum, in
Holistic and Comprehensive Management
Eclampsia. Surakarta : FK UNS Roeshadi
H.R., 2006. Upaya Menurunkan Angka
Kesakitan dan Angka Kematian
Ibu pada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia disampaikan pada
pengukuhan Jabatan Guru Besar tetap dalam Bidang ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Medan.

Wibowo B., Rachimhadi T., 2006. Preeklampsia dan Eklampsia,


dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta. Sastroasmoro,
Sudigdo,. 2008. Dasar-dasar Metodologi Klinis. Edisi 3.
Jakarta.
Sunaryo R., 2008. Diagnosis dan Penatalaksanaan Preeklampsia-
Eklampsia, in :Holistic and Comprehensive Management
Eclampsia. Surakarta.

Yeyeh Ai Rukiyah,2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi).Jakarta.


Luh Putu Yoga Arsani, dkk., Kadar Protein Urin Pada Ibu Hamil Trimester II dan III di
Puskesmas II Denpasar Barat

Jensen,Lowdermilk,2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 5.penerbit buku


kedokteran EGC Jakarta.

Volume 1 Nomor 6 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721

Anda mungkin juga menyukai