Disusun oleh :
AMELIA FIDELA P17324419002
INAYAH RAHMAWATI P17324419013
ISNAENI NI’MATURAHMAH P17324419014
KELOMPOK 5
JALUM 1A
Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya penulis diberi kemudahan dalam penyusunan makalah sehingga dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Penyakit Yang Menyertai Kehamilan”.
Dan tak lupa juga shalawat serta salam semoga selalu terimpah curahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW. Tak lupa kami mengucapkan terimkasih kepda ibu Yuli Farida,
SST,M.Keb selaku dosen pembimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyusun makalah ini dengan sepenuh hati dan pikiran, namun dengan
demikian, penulis pun menghadapi beberapa kendala baik yang datang dari luar maupun
dari diri penulis pribadi. Namun, dengan penuh kesabaran dan ketekunan juga disertai
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan secara tepat waktu.
Selain itu, penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa makalah yang penulis buat
masih jauh dari sempurna. Mengingat atas kemampuan yang penulis miliki, penulis merasa
masih adanya kekurangan baik dari segi teknis maupun materi, untuk itu penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak demi penyempurnaan makalah
penulis.
Penulis sangat berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi
pembaca dan khususnya bagi diri penulis pribadi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………
C. Tujuan Pembahasan ……………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..
B. Saran ……………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi
tingkat keberhasilan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang masih
didalam rahim maupun yang sudah lahir, sehingga disarankan agar calon ibu dapat
menjaga perilaku hidup sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa kehamilan (Johnson, 2016).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan suatu
bangsa. Kematian ibu merupakan kematian seorang wanita yang dapat disebabkan
pada saat kondisi hamil atau menjelang 42 hari setelah persalinan. Hal ini dapat terjadi
akibat suatu kondisi yang berhubungan atau diperberat oleh kehamilannya maupun
dalam penatalaksanaan, tetapi bukan termasuk kematian ibu hamil yang diakibatkan
karena kecelakaan (Maternity & Putri,2017).
AKI diakibatkan karena risiko yang dihadapi oleh ibu selama masa kehamilan
hingga persalinan. Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu
hamil meliputi kondisi sosial ekonomi yang menjadi salah satu indikator terhadap
status gizi ibu hamil, kesehatan yang kurang baik pada saat sebelum maupun dalam
masa kehamilan, adanya komplikasi pada kehamilan dan saat melahirkan, adanya
ketersediaan fasilitas kesehatan khususnya pelayanan terhadap prenatal dan
obstetri. Selain itu, terdapat 4 kriteria “terlalu” yang juga menjadi penyebab
kematian dalam maternal, yaitu terlalu muda usia ibu untuk melahirkan (usia < 20
tahun), terlalu tua usia ibu saat melahirkan (usia > 35 tahun), terlalu banyak jumlah
anak (anak > 4 orang), dan terlalu rapat jarak antar setiap kelahiran (jarak < 2 tahun)
(Dinkes Jawa Tengah, 2017).
B. Rumusan Masalah
6
1.2.1 Apa saja penyakit yang mengenai ibu pada saat kehamilan ?
1.2.2 Apa saja penanganan penyakit-penyakit yang diderita ibu selama hamil?
C. Tujuan
1.3.1 Umum : Untuk mengetahui apa saja penyakit-penyakit yang diderita ibu
selama hamil dan untuk mengetahui penanganan penyakit- penyakit
yang diderita ibu saat hamil
1.3.2 Khusus : Untuk memenuhi tugas mata kuliah asuhan kebidanan tentang
penyakit yang menyertai ibu saat hamil
BAB 2
7
PEMBAHASAN
A. JANTUNG
Kardiomiopati periparum adalah penyakit langka yang dapat tejadi pad wanita
hamil. Penyakit ini juga dapat terjadi tidak lama setelah bayi lahir. Jantung pasien tidak
dapat beradaptasi dengan meningkatnya peredaran dan tekanan darah dalam tubuh,
sehingga otot jantung bertambah lemah.
Menurut IKAPI (2008) dalam Gaya Hidup dan Penyakit Modern, penyakit
pada kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan fungsi
kerja jantung karena tidak adekuatnya aliran darah.
Kelainan Primer
Kelainan primer dapat berupa kelainan kongenital, bentuk kelainan katup, iskemik dan
cardiomiopati. Jadi kelainan primer ini sendiri lebih disebabkan karena kelainan pada
fisiologi jantungnya.
Kelainan Sekunder
Kelainan sekunder berupa penyakit lain, seperti hipertensi, anemia berat, hipervolumia,
perbesaran rahim, dll . untuk kelainan sekunder ini sendiri lebih disebabkan oleh
penyakit-penyakit lain
8
FAKTOR RESIKO
Sebagian besar penyakit jantung pada kehamilan disebabkan oleh demam rematik.
Diagnosis demam rematik pada kehamilan sering sulit, bila berpatokan pada criteria
Jones sebagai dasar untuk diagnosis demam rematik aktif. Manifestasi yang terbanyak
adalah poliartritis migrant serta karditis. Perubahan kehamilan yang menyulitkan
diagnosis demam rematik adalah nyeri sendi pada wanita hamil mungkin oleh karena
sikap tubuh yang memikul beban yang lebih besar sehubungan dengan kehamilannya
serta meningkatnya laju endap darah dan jumlah leukosit. Bila terjadi demam rematik
pada kehamilan, maka prognosisnya akan buruk.
Biasanya kelainan jantung bawaan oleh penderita sebelum kehamilan, akan tetapi
kadang-kadang dikenal oleh dokter pada pemeriksaan fisik waktu hamil. Penyakit
jantung hipertensi sering dijumpai pada kehamilan, terutama pada golongan usia lanjut
dan sulit diatasi. Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar penyakit
jantung bahkan dapat menyebabkan payah jantung (dekompensasi kordis). Frekuensi
penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1-4%. Pengaruh kehamilan terhadap
penyakit jantung, saat-saat yang berbahaya bagi penderita adalah :
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Jika ibu terdeteksi memiliki gangguan atau penyakit jantung, maka beberapa
lembaga kesehatan, menyarankan untuk menghentikan kehamilan. Beberapa penelitian
menyatakan jika beberapa janin dengan ibu yang menderita penyakit jantung akan
meninggal saat ibu melakukan tindakan operasi bypass ini juga bisa disebabkan oleh
operasi jantung darurat, usia kehamilan yang belum cukup umur.
Beberapa efek pada ibu hamil dengan penyakit jantung yang dapat terjadi
selama proses intranatal atau persalinan antara lain :
B. TUBERKULOSIS ( TBC )
1
1
Sumber Penularan
1
2
Ibu
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat
kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.Kemungkinan seseorang
terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut.
Janin
Pemeriksaan Penunjang
1. Uji Serologi
2. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai kelainan TB yang masih aktif, bila
didapatkan gambaran bayangan berawan / nodular di bagian tas paru, gambaran kavitas
(lubang pada paru), terutama lebih dari satu yang dikelilingi oleh bayangan opak
(putih) berawan atau nodular, bayangan bercak milier (berbintik-bintik putih seukuran
jarum pentul) yang berupa gambaran nodul-nodul (becak bulat) miliar yang tersebar
pada lapangan paru, dan gambaran berupa efusi pleura (terdapatnya cairan pada selaput
paru).
3. Pemeriksaan Dahak
kedua. Pagi yaitu dahak dikumpulkan di rumah pada hari kedua, segera setelah bangun
tidur pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di Unit pelayanan kesehatan.
Sewaktu yaitu dahak dikumpulkan di Unit pelayanan kesehatan pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi ( Depkes RI, 2002).
4. Pemeriksaan Darah
5. Tes Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc tuberkulin PPD
(Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan
timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni
persenyawaan antara antibody dan antigen tuberkulin. Tes mantoux aman bagi
kehamilan.
https://www.academia.edu/9659461/TB_Paru_pada_Antenatal
C. TIROID
akan berpindah ke janin sehingga terjadi hipotiroidisme janin. Proses ini akan terjadi
selama kehamilan. Ganguan kelenjar tiroid pada umumnya didapatkan pada
perempuan muda.
Hipertiroid
Pada perempuan yang tidak mendapat pengobatan, atau pada mereka yang tetap
hipertiroid meskipun tetapi telah diberikan, akan meningkatkan resiko terjadinya
preklampsi, kegagalan jantung, dan keadaan perinatal yang buruk.
Gambaran klinik yang mungkin dapat ditemukan pada bayi baru lahir dari ibu yang
terpapar tiroksin secara berlebihan adalah sebagai berikut.
1
7
Terlihatnya gambaran goiter tirotoksikosis pada janin atau bayi baru lahir
akibat adanya transfer thyroid- stimulating immunoglobulins melalui plasenta.
Janin bisa dalam keadaan nonimmune hydrops atau bahkan meninggal
Dapat terjadi goiter hipotiroid pada janin dari ibu yang mendapatkan
pengobatan golongan thiomide. Keadaan hipotiroid ini dapat diterapi dengan
pemberian tiroksin secara intra-amniotik.
Pada janin juga dapat terjadi hipotiroidism tanpa adanya goiter sebagai akibat
masuknya thyrotropin-receptor blocking antibodies ibu melalui plasenta.
Hipotiroid
Sebagian besar penyakit hipotiroid pada orang dewasa disebabkan oleh proses
dirusaknya kelenjar tiroid oleh otoantibodi, khususnya antibodi antithyroid
peroxidase. Oleh karena itu, gamgguam-gangguan hipotiroid juga berhubungan
Pada saat ini, tidak ada rasio biaya-manfaat yang adekuat sebagai patokan untuk
melakukan penapisan gangguan tiroid pada semua wanita. Namun, jika memang ada
indikasi, pemeriksaan TSH serum harus dilakukan dan dievaluasi. Apakah kadar TSH
tidak normal, maka pemeriksaan FT4I ( free thyroxine 4 index ) harus dilakukan.
Temuan abnormal yang diperoleh pada pemeriksaan perlu dikonsultasi dan segera
diperoleh pada pemeriksaan perlu dikonsultasikan dan segera diobati.
1
8
D. HIV/ AIDS
Human Imunodefisiensi Virus. HIV adalah virus yang membunuh SDP (CD4)
di dalam tubuh , SDP berfungsi membantu melawan infeksi dan penyakit yang masuk
kedalam tubuh. Apa Itu AIDS Terjadi setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh
seseorang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh Ketika sistem kekebalan tubuh
seseorang rusak,maka tubuh akan mudah terserang penyakit.
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh
Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada
tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada tahun
1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
` Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan
bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian
RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein.
Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120
berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus
(lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap
pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan
1
9
berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya,
tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar
tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan
otak.
Pemeriksaan
1) Foto toraks
2) Pemeriksaan fisik
Penampilan umum tampak sakit sedang, berat.
Tanda vital.
Kulit: rush, Steven Jhonson.
Mata: hiperemis, ikterik, gangguan penglihatan.
Leher: pembesaran KGB.
Telinga dan hidung: sinusitis, berdengung.
Rongga mulut: candidiasis.
Paru: sesak nafas, efusi pleura.
Jantung: kardiomegali.
Abdomen: asites, distensi abdomen, hepatomegali.
2
0
E. DIABETES MELITUS
PENYEBAB
Kondisi tingginya gula darah selama masa kehamilan dan biasanya hilang
setelah melahirkan. Meski Mama tidak memiliki riwayat diabetes gestasional, namun
jika mempunyai gula darah tinggi di masa kehamilan, bukan tidak mungkin bisa
terdampak.Sebagaimana jenis diabetes lainnya, diabetes gestasional ini mengganggu
kinerja produksi insulin di dalam tubuh. Itulah sebabnya, penyakit ini menyebabkan
gula darah tinggi yang sangat mempengaruhi kesehatan bayi dan ibunya.
TANDA GEJALA
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa minggu, bahkan
beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2, banyak penderitanya yang tidak
2
1
Beberapa gejala juga bisa menjadi tanda bahwa seseorang mengalami diabetes, antara
lain:
Mulut kering.
Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki.
Gatal-gatal.
Disfungsi ereksi
Mudah tersinggung.
Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu hipoglikemia yang terjadi beberapa jam
setelah makan akibat produksi insulin yang berlebihan.
Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar leher, ketiak, dan selangkangan,
sebagai tanda terjadinya resistensi insulin.
sebagai diabetes. Seseorang yang menderita prediabetes dapat menderita diabetes tipe
2 jika tidak ditangani dengan baik.
Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk
mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan
menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan
merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan
metode tertentu
Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain:
Tes gula darah sewaktu. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa
darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk
berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan
kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita
diabetes.
Tes gula darah puasa. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa
darah pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih
dahulu selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah
2
3
untuk diukur kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang
menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL menunjukkan kadar
gula darah normal. Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL
menunjukkan pasien menderita prediabetes. Sedangkan hasil tes gula darah
puasa 126 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.
Tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk
berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan
menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan,
pasien akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula
darah akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes
toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL menunjukkan kadar gula darah
normal. Hasil tes tes toleransi glukosa dengan kadar gula antara 140-199
mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa
dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita
diabetes.
Tes HbA1C (glycated haemoglobin test). Tes ini bertujuan untuk
mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang.
Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin,
yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes
HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes
HbA1C di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal. Hasil tes HbA1C di
antara 5,7-6,4% menunjukkan pasien mengalami kondisi prediabetes.
Hasil tes HbA1C di atas 6,5% menunjukkan pasien menderita diabetes.
Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada
pasien. Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-
langkah pengobatan yang akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita
diabetes tipe 1, dokter akan merekomendasikan tes autoantibodi untuk memastikan
apakah pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pankreas.
2
4
Pengobatan Diabetes
Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur
gula darah sehari-hari. Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan untuk
menjalani terapi insulin untuk mengatur gula darah. Insulin tambahan tersebut akan
diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum. Dokter akan mengatur
jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu cara menyuntiknya.
Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi
pencangkokan (transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang mengalami
kerusakan. Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi tersebut tidak lagi
memerlukan terapi insulin, namun harus mengonsumsi obat imunosupresif secara
rutin.
Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya
adalah metformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi glukosa
dari hati. Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan cara menjaga kadar glukosa
dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah pasien makan, juga dapat diberikan.
Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola
makan sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal. Selain
mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan jadwal untuk
menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir.
2
5
Komplikasi Diabetes
Sejumlah komplikasi yang akan muncul pada diabetes 1 dan diabetes 2 adalah:
Penyakit Jantung
Stroke
Gagal ginjal kronis
Neuropati Diabetik
Gangguan penglihatan
Depresi
Demensia
Gangguan pendengaran
Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh
Kerusakan kulit akibat infeksi bakteri dan jamur
Diabetes akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi.
Contoh komplikasi pada ibu hamil adalah preeklamsia. Sedangkan contoh komplikasi
yang dapat muncul pada bayi adalah:
PENANGANAN
Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui. Sedangkan,
diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan pola hidup sehat.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes, di antaranya adalah:
2
6
TATA LAKSANA
1. Jumlah kalori yang dianjurkan adalah 3 kkal/berat badan ideal sebelum hamil.
2. Sasaran glukosa plasma puasa ≥105 mg/dl dan dua jam setelah makan ≤130
mg/dl. Apabila sasaran tidak tercapai dapat diberikan terpai insulin
Terapi Insulin
1. Jenis insulin yang dipakai adalah insulin manusia.
4. Pada umumnya insulin dihentikan pada saat pasien bersalin untuk mencegah
hipoglikemia.
Preeklampsi
Cacat bawaan
Hipoglikemia
Hiperbilirubinemia
Polisitemia hiperviskositas
Hipertensi kronk terjadi pada 1 dari 10 ibu hamil dengan Diabetes Melitus
Gestasional. Preeklamsia terjadi lebih sering pada wanita dengan diabetes melitus
(mencapai 12%) dibandingkan pada wanita yang tidak mengidap diabetes melitus.
Preeklamsia rentan terjadi pada pasien dengan kontrol glikemik yang buruk.
Jika glukosa darah puasa < 105 mg/dL preeklamsia terjadi pada 7,8%.
Sedangkan glukosa darah puasa > 105 mg/dL preeklamsia terjadi pada 13.8%. Risiko
abortus dalam kehamilan terjadi pada 9-14% kasus. Malformasi terjadi pada 13.3%
dari 105 wanita hamil dengan diabetes melitus, sedangkan risiko bayi lahir dengan
besar usia gestasi terjadi pada 30% kasus.
F. HIV/ AIDS
Human Imunodefisiensi Virus. HIV adalah virus yang membunuh SDP (CD4)
di dalam tubuh , SDP berfungsi membantu melawan infeksi dan penyakit yang masuk
kedalam tubuh. Apa Itu AIDS Terjadi setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh
seseorang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh Ketika sistem kekebalan tubuh
seseorang rusak,maka tubuh akan mudah terserang penyakit.
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh
Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama
2
8
` Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan
bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian
RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein.
Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120
berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus
(lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap
pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan
berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya,
tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar
tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan
otak.
Pemeriksaan
yang berusia 18 bulan keatas. Pemeriksaan ELISA harus menunjukkan hasil positif 2
kali (reaktif) dari 3 tes yang dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
konfirmasi yang biasanya dengan memakai metode Western Blot. Penggabungan
tes ELISA yang sangat sensitif dan Western Blot yang sangat spesifik mutlak
dilakukan untuk menentukan apakah seseorang positif AIDS.
5) Foto toraks
6) Pemeriksaan fisik
Penampilan umum tampak sakit sedang, berat.
Tanda vital.
Kulit: rush, Steven Jhonson.
Mata: hiperemis, ikterik, gangguan penglihatan.
Leher: pembesaran KGB.
Telinga dan hidung: sinusitis, berdengung.
Rongga mulut: candidiasis.
Paru: sesak nafas, efusi pleura.
Jantung: kardiomegali.
Abdomen: asites, distensi abdomen, hepatomegali.
Genetalia dan rektum: herpes.
Neurologi: kejang, gangguan memori, neuropati
7) Mantoux test
8) Pemeriksaan laboratorium darah (Kadar CD4, Hepatitis, Paps smear,
Toxoplasma, Virus load.
G. TORCH
TORCH adalah suatu infeksi protozoa yang disebabkan oleh parasit intrasel
Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii mempunyai tiga fase dalam hidupnya. Dua
fase yang pertama menyebabkan infeksi dalam tubuh pejamunya-hewan dan manusia
3
0
yang menelannya. Infeksi TORCH yang terjadi saat masa kehamilan dapat
menyebabkan kecacatan janin, seperti kelainan pada saraf, mata, kelainan otak, paru-
paru, telinga, dan fungsi matorik lainnya. Menjalani masa kehamilan dengan s ehat dan
normal adalah harapan setiap ibu.Selama menjalani fase kehamilan, ibu perlu
memperhatikan hal-hal yang berpotensi mengganggu kesehatan janin, yaitu infeksi
TORCH.
PENYEBAB TORCH
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh patrasit toxoplasma gondi. Penyakit ini
menular dari daging yang terinfeksi tidak dimasak dengan matang, buah/sayur tidak
dicuci dengan bersih, tanah dengan feses kucing yang mengandung parasite, hingga
melalui infeksi konganital dari ibu ke janin melalui plalsenta 3. Risiko janin ini tertular
pada Trimester I sekitar 5-25% sedangkan pada Trimester III sekitar 60-90%, dampak
terbesar berbalik pada janin, terutama pada trimester I. Gejala lainnya bias berupa
anemia, kejang, pembengkakan kelenjar air liur, bisul-bisul di kulit, radang paru-paru,
pengapuran dalam otak dan demam. Gejala ini tampak setelah bayi berusia satu tahun
atau lebih. Jika tidak ditangani lebih lanjut dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan perkembangan fisik pada bayi tersebut.
Ikatan pada lengan kemudian dilepaskan dan darah akan mengalir dengan
sendirinya ke dalam tabung sampel. Setelah dirasa cukup, dokter akan mencabut jarum
dan memasang perban pada titik tusukan jarum agar tidak mengalami perdarahan
berlebihan. Sampel darah akan dibawa ke laboratorium untuk dicek antibodi spesifik
terhadap mikroba penyebab penyakit TORCH.
PENANGANAN TORCH
Bagi bidan, aspek terpenting yang perlu diperhatikan untuk menangani kasus
TORCH (Toxoplasmosis) adalah pengkajian riwayat secara menyeluruh dan upaya
pencegahan melalui penyuluhan tentang perencanaan kehamilan dan keperawatan
kehamilan bagi mereka yang sudah hamil. Kebanyakan individu yang terinfeksi
TORCH tidak menunjukan gejala pada wanita hamil samar-samar.
3
3
TATA LAKSANA
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena infeksi
toksoplasmosis, yaitu :
H.HEPATITIS
Hepatitis viral sebenernya adalah kelompok virus patogenik, dikenal dari huruf
A sampai G. Sementara hepatitis A biasanya disebarkan oleh rute fekal-oral yang
3
4
lainnya disebarkan melalui kontak dengan darah dan cairan tubuh sehingga dapat
ditularkan secara seksual. Masalah yang harus dipertimbangkan oleh bidan adalah
kapan menguji hepatitis, apakah faktor risiko dan gejalanya, dan strategi
penatalaksanaan nya. Hepatitis adalah suatu kondisi yang memerlukan rujukan dan
kolaborasi dengan konsultasi medis lainnya.
PENYEBAB HEPATITIS A
Hepatitis A yang dulu dikenal ( hepatitis infeksius) yaitu hpatitis yang paling
dikenal di dunia dan umumnya lebih sering terjadi pada populasi miskin, dimana sulit
mempertahankan praktik hygine yang baik. Konstaminasi dan bahan makanan (
biasanya kerang) merupakan sumber umum infeksi virus hepatitis A (HAV). Perkiraan
15 sampai 30 persen kasus yang dilaporkan terjadi aiantara anak-anak dan karyawan
pusat perawatan anak dan anggota rumah mereka. Penularan HAV dalam produk darah
yang jarang telah diketahui selama fase viremik atau prodromal.
TANDA GEJALA
Tanda gejala Hepatitis A mirip flu dan termasuk awitan anoreksia tiba-tiba,
malaise, keletihan, kelemahan, mual, dan demam derajat rendah. Tanda gejala yang
jarang seperti urtikaria, artritis, atralgia, dan mialga mungkin terjadi. Ikterus mungkin
ada, bersamaan dengan nyeri epigrastik atau kuadran kanan atas, hati yang membesar
dan nyeri tertekan, nyeri otot, kehilangan berat badan. Hepatitis A memiliki fase akut
hingga sampai 10 sampai 15 hari dengan gejala yang mereda dalam 2 bulan walaupun
10 sampai 15 persen orang simtomatik penyakitnya memanjang atau kambuh yang
berlangsung sampai 6 bulan. Penyakit tidak berakibat pada keadaan kronis atau karier.
Jika berkontraksi selama kehamilan milan, tidak diketahui risiko pada bayi baru lahir
Dalam rangka mendiagnosis virus hepatitis A akut, ikut uji serelogi dengan
temuan antibodi imunoglobulin M (lgM) dibutuhkan untuk memastikan infeksi. IgM
anti-HAV biasanya terdeteksi 5 sampai 10 hari sebelum awitan gejala dan dapat
berlangsung sampai 6 bulan setelah infeksi. Imunoglobiun G (IgG) anti-HAV muncul
3
5
PENANGANAN
PENCEGAHAN
Anggota keluarga dekat dengan serumah, kontak perorangan dan kontak yang
memenuhi kriteria individu berisiko tinggi hepatitis A sebaiknya menerima immune
serum globulin (ISG) untuk profilaksis setelah pajanan potensial atau yang diketahui.
Penapisan hepatitis tidak diperlukan sebelum mendapatkan ISG.
3
6
HEPATITIS B
PENYEBAB HEPATITIS B
PENANGANAN
Wanita yang telah di uji negatif harus diberi vaksinasi jika sebelumnya mereka
belum pernah divaksinasj. Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk vaksin
hepatitis B atau HBIG. Jika wanita rentan belum pernah divaksinasi untuk hepatitis A
/ B maka harus diberikan dalam jadwal 3 dosis yang akan memberikan imunitas kepada
kedua virus tersebut.
4. Personil keamanan publik dan personil perawatan kesehatan dalam obstetrik, bedah,
ruang gawat darurat, laboratorium dan pemeliharaan rumah
5. Pasien-pasien hemodialisis
HEPATITIS C
PENYEBAB
Periode inkubasi rata-rata untuk hepatitis C biasanya 6-7 minggu dengan rentan
2-26minggu. Hepatitis C berbeda dengan hepatitis A dan B dalam fase akut infeksi
sering tak tergejala dan tanpa ikterus. Hanya sampai 30-40 persen pasien akan
menunjukan tanda klinis khas hepatitis. Laporan perkembangan infeksi kronis berkisar
sampai 70-80% dengan gejala sisa jangka panjang termasuk sirosis dan karsinoma
hepatoselular. Gagal hati dari hepatitiss kronis merupakan indikasi utama atau
transplasi hati.
PENANGANAN
Tidak ada vaksin untuk mencegah hepatitis C. Pencegahan ini berfokus pada
pendidikan dan penghindaran pilihan gaya hidup yang akan menempatkan seseorang
pada risiko terpajan hepatitis C.
3
9
1. Riwayat
D. Penggunaan obat intravena, walaupun satu episode, walaupun pada masa lalu
G. Tanda-tanda klinis hepatitis ; Anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen kuadran atas,
nyeri epigastrik, malaise, kelemahan dan keletihan, artralgia, artritis, urtikaria,
mialgia.
H. Pemeriksaan Fisik : Hati yang membesar, nyeri tekan, limpa yang membesar, dan
sklera seluruh tubuh
4
0
I. Uji Laboratorium : Uji penapisan hepatitis positif atau identifikasi antigen hepatitis
spesifik dan antibodi.
H. ASMA
Diperkirakan satu hingga empat persen wanita hamil menderita asma. Selama
kehamilan, perkembangan klinis asma tidak dapat diperkirakan. Wanita yang memiliki
asma berat sebelum hamil terbukti akan terus mengalaminya dan akan menjadi semakin
buruk selama masa kehamilannya. Umumnya, wanita tersebut akan kembali pada
tingkat keparahan semula sebelum hamil pada bulan ketiga pascapartum. Asma adalah
gangguan inflamasi kronik saluran napas yang mengenai sekitar 3-4% populasi umum.
Tanda gejala awal asma yaitu obstruksi saluran nafas akibat otot polos bronkus,
hipersekresi dan edema mukosa.
PENYEBAB ASMA
Akibatnya, akan terjadi gagal napas pada pasien yang mengenai keparahan
asma sering tidak berkorelasi dengan fungsi saluran nafas atau ventilasi. Pemeriksaan
klinis juga tidak akurat untuk memperkirakan keparahan, tetapi tanda-tanda yang
bermanfaat untuk diperhatikan adalah sulit bernafas, takikardi, ekspirasi memanjang,
dan pemakaian otot-otot pernafasan tambahan. Tanda-tanda kemungkinan serangan
mematikan adalah sianosis sentral dan perubahan tingkat kesadaran
TANDA GEJALA
4
2
Gejala utama asma meliputi sulit bernapas (terkadang bisa membuat penderita
megap-megap), batuk-batuk, dada yang terasa sesak, dan mengi (suara yang dihasilkan
ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit). Apabila gejala ini
kumat, sering kali penderita asma menjadi sulit tidur.
Tingkat keparahan gejala asma bervariasi, mulai dari yang ringan hingga parah.
Memburuknya gejala biasanya terjadi pada malam hari atau dini hari. Sering kali hal
ini membuat penderita asma menjadi sulit tidur dan kebutuhan akan inhaler
semakin sering. Selain itu, memburuknya gejala juga bisa dipicu oleh reaksi alergi atau
aktivitas fisik.
Selain sulit bernapas, sesak dada, dan mengi yang memburuk secara signifikan,
tanda-tanda lain serangan asma parah dapat meliputi:
PROSEDUR PEMERIKSAAN
contoh, pada wanita hamil Pco2 yang lebih dari 35 mm Hg dengan pH kurang dari 7,35
konsisten dengan hiperventilasi dan retensi CO2.
Uji fungsi paru telah menjadi hal rutin dalam penatalaksanaan penyakit asma.
Pengukuran sekuensial volume ekspirasi paksa dalam satu detik ( FEV ) dari ekspirasi
maksimum merupakan satu-satunya pengukuran terbaik untuk mencerminkan
keparahan penyakit. Laju aliran ekspirasi puncak ( peak expiratory flow rate, PEFR )
berkolerasi dengan baik dan parameter ini dapat diukur dengan handal menggunakan
alat ukur portabel berharga murah.
Berikut ini adalah beberapa penanganan asma yang bisa kamu lakukan selama hamil:
Kunci utama mengontrol asma saat hamil adalah dengan tetap rutin
mengonsumsi obat asma. Kamu tidak perlu khawatir, karena sebagian besar obat asma
hirup atau inhaler yang berisi terbutaline, albuterol, prednisone,
dan theophilyine aman dikonsumsi saat hamil.
Namun hati-hati, obat asma yang dikonsumsi dengan cara diminum (obat oral)
dikhawatirkan berisiko bagi janin.Untuk memastikan obat asma yang aman dikonsumsi
ketika hamil, sebaiknya konsultasikan ke dokter kandungan sejak awal kehamilan.
Informasikan secara rinci kepada dokter, mengenai riwayat penyakit asma yang
diderita dan obat yang pernah kamu konsumsi.
4
4
Bagi penderita asma yang sedang hamil, menghindari faktor pemicu serangan
asma merupakan langkah yang sangat penting. Langkah ini bisa dilakukan dengan
beberapa cara berikut ini:
Hindari alergen pemicu asma, misalnya debu, asap, dan bulu binatang.
indari berdekatan dengan orang yang sedang menderita infeksi pernafasan.
Jangan merokok, dan jauhi asap rokok.
Rajin berolahraga, misalnya berenang, senam hamil, yoga, atau olahraga
lain yang dianjurkan dokter.
Jika memiliki penyakit refleks asam lambung (gastroesophageal reflux
disease/GERD), segera tangani dengan berobat ke dokter. GERD dapat
memperburuk gejala asma saat hamil.
Jika pilek, tanyakan kepada dokter mengenai obat antihistamin yang aman
untuk dikonsumsi.
Vaksinasi flu direkomendasikan untuk dijalani oleh semua ibu hamil, apalagi
ibu hamil dengan asma. Vaksin ini memberimu perlindungan ekstra terhadap serangan
flu berat.
Nafas terasa berat saat hamil belum tentu menandakan asma. Ini normal terjadi
di masa kehamilan, terutama pada trimester terakhir. Sedangkan gejala asma yang
harus kamu waspadai dan memerlukan penanganan dokter segera adalah:
Sesak napas
Batuk yang bertambah parah pada malam dan pagi hari
Batuk saat melakukan aktivitas fisik
Mengi
Dada terasa tertekan
Kulit tampak pucat
Lemas
Bibir dan jari tangan tampak kebiruan
Bila asma tidak terkontrol dengan baik selama kehamilan, kamu berisiko
mengalami kondisi-kondisi berikut ini:
Morning sickness
Preeklamsia
Perdarahan lewat vagina.
Komplikasi persalinan.
Hambatan pertumbuhan janin.
Melahirkan bayi prematur atau dengan berat badan lahir.
Pada asma yang berat, dapat terjadi kompikasi yang berakibat fatal, baik bagi
ibu hamil maupun janin dalam kandungannya.
Tes lainnya
Selain spirometri dan tes kadar arus ekspirasi puncak, beberapa tes lainnya
mungkin dibutuhkan pasien untuk memperkuat dugaan asma atau membantu
mendeteksi penyakit-penyakit selain asma. Contoh-contoh tes tersebut adalah:
Tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran napas. Dalam tes
ini, dokter akan mengukur kadar oksida nitrat dalam napas ketika pasien
bernapas. Jika kadar zat tersebut tinggi, maka bisa jadi merupakan tanda-
tanda peradangan pada saluran pernapasan. Selain oksida nitrat, dokter
juga akan mengambil sampel dahak untuk mengecek apakah paru-paru
pasien mengalami radang.
Tes responsivitas saluran napas (uji provokasi bronkus). Tes ini
digunakan untuk memastikan bagaimana saluran pernapasan pasien
bereaksi ketika terpapar salah satu pemicu asma. Dalam tes ini, pasien
biasanya akan diminta menghirup serbuk kering (mannitol). Setelah itu
pasien akan diminta untuk menghembuskan napas ke dalam spirometer
untuk mengukur seberapa tinggi tingkat perubahan FEV1 dan FVC setelah
4
7
terkena pemicu. Jika hasilnya turun drastis, maka dapat diperkirakan pasien
mengidap asma. Pada anak-anak, selain mannitol, media yang bisa dipakai
untuk memicu asma adalah olah raga.
Pemeriksaan status alergi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
apakah gejala-gejala asma yang dirasakan oleh pasien disebabkan
oleh alergi. Misalnya alergi pada makanan, tungau, debu, serbuk sari, atau
gigitan serangga.
CT Scan. Pemeriksaan ini bisa dilakukan oleh dokter apabila mencurigai
bahwa gejala sesak napas pada diri pasien bukan disebabkan oleh asma,
melainkan infeksi di dalam paru-paru atau kelainan struktur rongga hidung.
Pemeriksaan rontgen. Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini sama seperti
pemeriksaan CT Scan, yaitu untuk melihat apakah gangguan
pernapasandisebabkan oleh kondisi lain.
PENANGANAN
Salah satu obat asma yang tergolong aman untuk ibu hamil
adalah inhaler dengan kombinasi pelega napas dan anti pembengkakan
(inflamasi). Ibu dapat menghirup inhaler untuk mendapatkan suplai
oksigen. Baru setelah pernapasan sudah lebih membaik, ibu dapat segera
pergi ke dokter sambil tetap membawa inhaler.
Ibu juga bisa membicarakan kondisi asma kepada dokter kandungan dan
mengonsumsi obat asma sesuai anjuran dokter tersebut. Obat-obat yang
biasa diberikan dokter untuk mengatasi asma adalah albuterol,
metaprotenol, salmeterol,dan formoterol.
Selain dengan rutin mengonsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter, ibu juga
perlu melakukan tips-tips berikut untuk mencegah asma kambuh:
Ibu hamil perlu mengetahui alergi yang bisa menjadi pemicu asma kambuh,
misalnya seperti debu, bulu binatang, serbuk sari bunga, udara dingin, dan lain-lain.
Hindarilah alergi yang ibu miliki tersebut. Selain itu, usahakan juga untuk menghindari
asap rokok dan asap kendaraan.
Vaksin Flu
Lindungi diri ibu dari serangan penyakit flu yang bisa mengganggu pernapasan
dengan mendapatkan vaksinasi flu, baik ketika trimester satu, dua maupun tiga. Vaksin
flu aman bagi kehamilan dan dianjurkan untuk setiap ibu hamil.
Terapi rawat jalan bergantung pada keparahan penyakit. Untuk asma ringan
diagnosis yang diberikan melalui inhalasi sesuai kebutuhan biasanya yang sudah
memadai.Inhalasi diberikan 3 sampai 4 hari sehari sesuai dengan kebutuhan. Tujuan
pengobatan adalah untuk mengurangi pemakaian B-agnosis untuk menghilangkan
gejala. Natrium kromolin ( kategori B ) dan neodokromil menghambat degranulasi sel
mast. Keduanya tidak efektif untuk asma akut dan diberikan bagi asma kronik sebagai
pecegahan.
5
0
Terapi asama akut selama kehamilan serupa dengan terapi yang diberikan
kepada penderita asma yang tidak hamil, kecualian adalah ambang untuk rawat-inap
yang jauh lebih rendah bagi wanita hamil. Sebagian besar pasien memperoleh manfaat
dari dehidrasi intravena untuk membantu membersihkan sekresi paru. Oksigen
suplemen diberikan dengan masker setelah dilakukan pengambilan sampel gas darah.
Tujuan pengobatan ini untuk mempertahankan PO2 lebih besar dari 60mm Hg dan
lebih baik lagi jika normal, serta saturasi oksigen 95 persen. Pemeriksaan fungsi paru
dasar mencakup FEV, PEFR. Biasanya diindikasikan foto toraks.
I. Demam Tipoid
TANDA GEJALA
Saat fagositosis kuman salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator
inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistematik
seperti demam,malaise,myalgia,sakit kepala,sakit perut, gangguan vaskular,mental dan
koagulasi.
5
2
A. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan rutin, pada pemeriksaan darah perifer lengkap ditemukan
leukopenia,dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau leoukositosis, leukositosis
dapat terjadi walapun tanpa di sertai infeksi sekunder
1. Uji widal, dilakukan untuk mendeteksi kuman S. typhi. Pada uji widal terjadi
suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan antibodi
yang disebut agglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspense salmonella yang sudah di matikan dan di olah di laboratorium.
Tujuan dari uji widal yaitu menentukan adanya agglutinin dalam serum
penderita tersangka demam tipoid
2. Uji typhidot, untuk dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat
pada protein membrane luar salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot di
dapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik
antibody IgM dan IgG terhadap antigen S.typhi seberat 50 Kd, yang terdapat
pada strip nitroselulosa.
3. Uji IgM Dipsrick, secara khusus mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap
S.typhi pada spesimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang
mengandung antigen lipopolisakarida (LPS) S.typhoid dan anti IgM (sebagai
kontrol), reagen deteksi yang mengandung antibodi anti IgM yang dilekati
5
3
4. Kultur darah, hasil biakan darah yang positif memastikan demam tipoid,akan
tetapi hasil negative tidak menyingkirkan demam tipoid, karena
mungkin disebabkan beberapa hal seperti berikut:
TATA LAKSANA
PENGOBATAN
Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester ke-3 kehamilan karena
dikhawatirkan dapat terjadi partus prematur,kematian fetus intrauterine, dan grey
syndrome pada neonatus, tiamfenikol tidak dianjurkan digunakan pada trimester
pertama kehamilan karena kemungkinan efek teratogenik terhadap fetus pada manusia
belum dapat disingkirkan. Demikian juga obat golongan fluorokuinolon maupun
5
5
kotrimoksazol tidak boleh digunakan untuk mengobati demam tifoid, obat yang
dianjurkan adalah ampisilin,amoksilin, dan sefriakson.
Sebagai suatu penyakit sistematik maka hampir semua organ tubuh dapat
diserang dan berbagai komplikasi serius dapat terjadi. Beberapa komplikasi yang dapat
terjadi pada demam tifoid yaitu:
PENYEBAB
a. Faktor genetik
Kejadian SLE yang lebih tinggi pada kembar monozigotik (25%) dibandingkan
dengan kembar dizigotik (3%), peningkatan frekuensi SLE pada keluarga
penderita SLE dibandingkan dengan kontrol sehat dan peningkatan prevalensi
SLE pada kelompok etnik tertentu, menguatkan dugaan bahwa faktor genetik
berperan dalam pathogenesis SLE.
Elemen genetik yang paling banyak di teliti kontribusinya terhadap SLE pada
manusia adalah gen dari kompleks histokompatibilitas mayor (MHC).
b. Faktor hormonal
Hormone seks, SLE adalah penyakit yang lebih banyak menyerang wanita.
Serangan pertama kali SLE jarang terjadi pada usia prepubertas dan setelah
manapouse.predileksi perempuan menjadi kurang nyata diluar rentang usia produktif.
Selain itu penderita sindrom klinefelter’s dengan karakteristik hypergonadotrophic
hypogonadism cenderung akan berkembang menjadi SLE. Hal ini menunjukan
adanya peran hormon sex endogen dalam predisposisi penyakit.
- Hormone sel lemak, hormon dari sel lemak yang diduga terlibat dalam
pathogenesis SLE adalah leptin.penelitian konsentrasi leptin serum pada penderita SLE
5
7
Disfungsi imun
a. Autoantibodi
Gangguan imunologis utama pada penderita SLE adalah produksi autoantibodi.
Antibodi ini ditunjukan kepada self molecules yang terdapat pada
nukleus,sitoplasma,permukaan sel,dan juga terhadap molekul terlarut seperti
IgG dan faktor koagulasi. Antibodi antinuclear (ANA) adalah antibodi yang
paling banyak ditemukan pada penderita SLE (lebih dari 95%).
Beberapa autoantibodi seperti antinuclear,anti-Ro, anti-La dan
antifosfolipid pada umumnya sudah terbentuk beberapa tahun sebelum
timbulnya gejala SLE.
Ada 3 fase perkembangan autoantibodi pada SLE, yaitu
a. Fase normal, yaitu orang tanpa gejala (asimptomatik) dan tidak
mempunyai autoantibodi untuk SLE.
b. Fase autoimunitas benign, yaitu sudah ditemukan autoantibodi
seperti antinuclear,anti-Ro anti-La dan antifosfolipid antibodi tanpa
adanya manifastasi klinik.
c. Fase autoimunitas patogenik yaitu sudah terbentuk autoantibodi
yang lebih buruk seperti anti-dsDNA, anti-Sm, dan anti nuklear
ribonukleoprotein antibodi dan sudah ada manifestasi klinik.
5
8
SLE ditandai oleh banyaknya gangguan dalam sistem imun yang meliputi sel
B, sel T, dan turunan dari sel-sel monositik, yang mengakibatkan aktivitas sel B
poliklonial,peningkatan jumlah sel yang memproduksi
antibodi,hipergamaglobulinemia,produksi autoantibodi dan pembentukan kompleks
imun.
Apoptosis
Selama proses apoptosis,protein DNA dan RNA akan dipecah oleh protease,caspase
dan endonuclease auotantigen nuklear (kromatin) yang merupakan target SLE,
membentuk cluster dalam blebs pada permukaan sel apoptosis. Dalam keadaan
normal,sel-sel apoptosis dan blebs akan segera dibersihkan oleh fagosit, sebelum
sempat mengeluarkan modified content.
Faktor lingkungan
Inisiasi penyakit ini diduga merupakan hasil beberapa faktor eksogen dan
lingkungan. Agen infeksi seperti virus Epsteinbarr (EBV) mungkin menginduksi
respon spesifik melalui kemiripan molekuler dan gangguan terhadap regulasi imun,
diet mempengaruhi produksi mediator inflamasi, toksin/obat-obatan memodifikasi
respons selular dan imunogenisitas dari self antigen dan agen fisik/kimia seperti sinar
ultraviolet (uv) dapat menyebabkan inflamasi, memicu apoptosis sel dan menyebabkan
kerusakan jaringan.
6
0
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31516051/PENYAKIT_JANTUNG_PADA_KEHAMILA
N