Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KOMPLIKASI DAN PENGAKIT KEHAMILAN

Disusun oleh :
Waldi : M.20.02.056
Wandasari : M.20.02.057
Wirahasjuni : M.20.02.058
Wanda Uli : M.20.02.059

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah

Komplikasi Dan Pengakit Kehamilan.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Komplikasi

Dan Pengakit Kehamilan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen  yang telah memberikan tugas ini

sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya

tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian

pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Wanda Uli
BAB I

PENDAHUUAN

A. Latar Belakang

Komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan yang

penting, jika tidak ditanggulangi bisa menyebabkan kematian ibu yang tinggi.tragedi yang

mencemaskan dalam proses reproduksi salah satunya kematian yang terjadi pada ibu.

Keberadaan seorang ibu adalah tonggak untuk keluarga sejahtera. Untuk itu Indonesia

mempunyai target pencapaian kesehatan melalui Millennium Development Goals (MDGs)

sehingga tercapai pembangunan masyarakat sejahtera. MDGs adalah hasil kesepakatan negara-

negara yang bertujuan mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat yang berisi

8 tujuan.MDGs ke-5 bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan Angka

Kematian Ibu (AKI) sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 dan 2015 (Depkes, 2013).

Setiap kehamilan memiliki risiko komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi

sehingga WHO (World Health Organization) menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan di

fasilitas kesehatan minimal empat kali yaitu satu kali kunjungan pada trimester I sebelum usia

kehamilan 14 minggu, satu kali pada trimester II usia kehamilan 14-28 minggu, dua kali pada

trimester III usia kehamilan 28-36 minggu (Marmi, 2011). Risiko yang dapat terjadi dalam

kehamilan salah satunya yaitu terlalu muda untuk hamil, terlalu tua untuk hamil > 35 tahun,

terlalu dekat atau jauh jarak kehamilan dan terlalu banyak anak atau sering di kenal dengan 4

Terlalu (Sari dkk, 2014). Umur ibu yang terlalu tua dapat berdampak pada kehamilan, persalinan

dan bayi. Ibu hamil usia di atas 35 tahun dapat menimbulkan penyakit penyerta seperti diabetes,

jantung dan tekanan darah tinggi. Komplikasi tersebut dapat meningkatkan kemungkinan terjadi
cacat kromosom seperti down syndrome pada bayi, menyebabkan kematian bagi ibu dan bayi

(Rusli dkk, 2011). Usia yang terlalu tua dan jarak kehamilan yang terlalu jauh menimbulkan

risiko pada saat persalinan yaitu perdarahan post partum yang disebabkan otot-otot rahim yang

lentur sehingga pada saat kembali mengkerut dapat terjadi gangguan yang berisiko terjadi

Hemorargi Post Partum (HPP) dan persalinan menjadi lama. Terjadi masalah psikis yang

disebabkan karena terlalu jauh jarak persalinan yang dialami ibu sehingga lupa bagaimana cara

menghadapi kehamilan, persalinan dan dapat menimbulkan stress baru bagi ibu (Moedjiarto,

2015).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, tentang Komplikasi dan pengakit kehamilan maka

rmusan masalahnya apa itu kompilkasi dan penyakit kehamilan ?

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui apa itu kompilkasi dan penyakit kehamilan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Komplikasi dan penyakit kehamilan

Komplikasi kehamilan adalah gangguan kesehatan yang terjadi selama masa kehamilan.

Hal itu bisa melibatkan kesehatan ibu, kesehatan bayi atau keduanya. Beberapa wanita hamil

memiliki masalah kesehatan yang muncul semaka kehamilan, sedangkan ada juga beberapa

wanita yang memiliki masalah kesehatan sebelum hamil yang bisa berujung pada komplikasi

selama kehamilan. 

Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk mendapatkan perawatan kesehatan sebelum

dan selama kehamilan untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan.

1. Berbagai Komplikasi Kehamilan yang Umum

Berikut ini komplikasi paling umum yang dialami wanita selama kehamilan:

a. Anemia

Anemia  merupakan kondisi ketika tubuh memiliki jumlah sel darah merah sehat

yang lebih rendah dari jumlah normal. Wanita hamil yang mengalami anemia mungkin

akan merasa lelah dan lemah. Namun, kondisi tersebut bisa diatasi dengan mengobati

penyebabnya, serta dibantu dengan mengonsumsi suplemen zat besi dan asam folat. 

b. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi terjadi ketika arteri yang membawa darah dari jantung ke organ

dan plasenta menyempit. Kondisi tersebut bisa menempatkan ibu dan bayinya pada risiko

berbagai masalah kesehatan. Kondisi tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya


banyak komplikasi kehamilan lain, seperti preeklamsia, solusio plasenta, dan diabetes

gestasional.

Wanita hamil dengan tekanan darah tinggi juga berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi

sebelum waktunya atau persalinan prematur, melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah,

dan kematian bayi. 

Oleh karena itu, penting untuk membicarakan masalah tekanan darah dengan dokter

kandungan ibu sebelum hamil, sehingga tindakan penanganan dan kontrol yang tepat terhadap

tekanan darah ibu bisa dilakukan sebelum kehamilan. Mengonsumsi obat untuk tekanan darah

tinggi penting untuk dilakukan sebelum, selama, dan setelah kehamilan.

c. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional  terjadi ketika seorang wanita yang tidak mengidap diabetes sebelum

kehamilan, mengembangkan kondisi tersebut selama kehamilan. Perubahan hormon akibat

kehamilan menyebabkan tubuh tidak menghasilkan cukup insulin untuk menjaga kadar gula

darah tetap stabil, atau tidak menggunakannya secara normal. Akibatnya, glukosa bisa

menumpuk di darah dan menyebabkan diabetes selama kehamilan.

Menerapkan pola makan yang sehat dan mengikuti rencana perawatan yang dianjurkan oleh

dokter kandungan adalah cara terbaik untuk mengurangi atau mencegah masalah yang terkait

dengan diabetes selama kehamilan. Pasalnya, bila tidak dikontrol, diabetes gestasional bisa

menyebabkan preeklamsia dan melahirkan bayi yang besar yang meningkatkan risiko kelahiran

sesar.

d. Preeklamsia
Preeklamsia adalah komplikasi serius yang bisa mengakibatkan kelahiran prematur dan

kematian. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa wanita yang berisiko

lebih tinggi untuk mengalaminya, seperti wanita yang berusia 35 tahun ke atas, memiliki riwayat

preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, memiliki kondisi medis tertentu (diabetes, tekanan

darah tinggi, dan penyakit ginjal), hamil dua atau lebih anak.

e. Persalinan Prematur

Persalinan prematur terjadi ketika seorang wanita melahirkan sebelum minggu ke-37

kehamilan. Persalinan tersebut terjadi sebelum organ bayi, seperti paru-paru dan otak, selesai

berkembang. Obat-obatan tertentu bisa menghentikan persalinan. Dokter biasanya juga

menganjurkan ibu untuk beristirahat total di tempat tidur agar bayi tidak lahir terlalu dini.

f. Keguguran

Keguguran adalah kematian janin yang terjadi selama 20 minggu pertama kehamilan.

Menurut American Pregnancy Association (APA), hampir sebanyak 20 persen kehamilan di

antara wanita sehat akan berakhir dengan keguguran. Terkadang, hal ini bisa terjadi bahkan

sebelum seorang wanita menyadari kehamilannya. Dalam kebanyakan kasus, keguguran tidak

bisa dicegah.

Kehilangan kehamilan setelah minggu ke-20 kehamilan disebut lahir mati. Sering kali

penyebabnya tidak diketahui. Masalah yang bisa menyebabkan bayi lahir mati, antara lain

adanya masalah dengan plasenta, masalah kesehatan kronis pada ibu, dan infeksi.

g. Infeksi
Selama kehamilan, bayi dalam perut ibu terlindungi dari banyak penyakit, seperti flu biasa

atau sakit perut. Namun, beberapa infeksi bisa berbahaya bagi ibu, bayi, atau keduanya. Infeksi

HIV, virus hepatitis, penyakit menular seksual dan tuberkulosis bisa berdampak buruk pada

kehamilan dan mungkin memberikan konsekuensi serius bagi ibu, hasil kehamilannya dan

bayinya.

Oleh karena itu, melakukan skrining dan mengobati infeksi tersebut sedini mungkin dan

mendapatkan vaksinasi terhadap virus, seperti hepatitis B dan human papillomavirus penting

untuk mencegah dampak buruk yang tidak diinginkan pada kehamilan.

B. Prinsip Deteksi Dini Terhadap Kelainan, Komplikasi Dan Penyulit Pada Ibu Hamil

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial

di dalam keluarga. Seorang ahli medis menghadapi suatu tugas yang tidak biasa dalam

memberikan dukungan pada ibu dan keluarganya dalam merencanakan penyambutan anggota

keluarga yang baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang dialami ibu serta

tumbuh kembang janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap kondisi yang tidak normal.

Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama

kehamilannya. Oleh karena itu, pelayanan/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk

memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi kehamilan. Setiap kehamilan

dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil

memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Kebijakan teknis yang dilaksanakan adalah :

a. Mengupayakan kehamilan yang sehat

b. melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila

diperlukan.

c. persiapan persalinan yang bersih dan aman


d. perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi

komplikasi.

1. Pemeriksaan Kehamilan Dini (Early Anc Detection)

Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan / dokter sedini mungkin semenjak ia

merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal. Ketika seorang ibu mulai

mendapatkan tanda presumtif hamil seperti, amenorhe mual dan muntah mengidam pingsan

pembesaran payudara dan lain-lain.

Atau ketika dia menemukan tanda mungkin hamil seperti : pembesaran perut tes kehamilan

positif, tanda hegar tanda piscazek tanda pembesaran uterus dan lain-lain diharapkan ibu tersebut

segera memeriksakan diri ke tenaga kesehatan baik itu bidan maupun dokter.

a. Pemeriksaan Kehamilan Dini (Early ANC Detection)

Idealnya wanita yang merasa hamil bersedia untuk memeriksakan diri ketika haidnya

terlambat sekurang-kurangnya 1 bulan. Dengan demikian, jika terdapat kelainan pada

kehamilannya tersebut akan lekas diketahui dan segea dapat diatasi. Oleh karena itu,

setiap wanita hamil sebaiknya melakukan kunjungan antenatal sedikitnya 1 kali pada

trimester 1 ( sebelum minggu ke 14 ). Pemeriksaan yang dilakukan pada kehamilan dini,

yaitu :

a. Anamnesa

Anamnesa adalah tanya jawab antara penderita dan pemeriksa. Dari anamnesa ini

banyak keterangan yang diperoleh guna membantu menegakkan diagnosa dan

prognosa kehamilan.

1) Anamnesa Sosial ( biodata dan latar belakang sosial )

2) Anamnesa Keluarga
3) Anamnesa Medik

4) Anamnesa Haid

5) Anamnesa Kebidanan

b. Pemeriksaan Umum

1) Tinggi badan Pada wanita hamil yang pertama kali memeriksakan perlu diukur

tinggi badannya. Seorang wanita hamil yang terlalu pendek, yang tinggi badannya

kurang dari 145 cm tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar persalinan

berlangsung kurang lancar. Perbandingan tinggi dan berat badan memberi

gambaran mengenai keadaan gizi dan balita.

2) Berat badan Pada tiap pemeriksaan wanita hamil baik yang pertama kali atau

ulangan, berat badan perlu ditimbang. Kenaikan berat badan yang mendadak

dapat merupakan tanda bahaya komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi. Dalam

trimester I berat badan wanita hamil biasanya belum naik bahkan biasanya

menurunkarena kekurangan nafsu makan. Dalam trimester terakhit terutama

karena pertumbuhan janin dan uri berat badan naik sehingga pada akhir

kehamilan berat badan wanita hamil bertambah kurang lebih 11 kg dibanding

sebelum hamil. Pada trimester terakhir berat badan kurang lebih 0.5 kg seminggu,

bila penambahan berat badan tiap minggu lebih dari 0.5 kg harus diperhatikan

kemungkinan preeklampsi.

3) Tanda-tanda vital Dalam keadaan normal tekanan darah daloam kehamilan

trimester terakhir sistolik tidak melebihi 140 mmHg, dan diastolik tidak melebihi

90 mmHg. Bila terdapat tekanan darah melebihi diatas maka kemungkinan

adanya preeklampsi.
4) Pemeriksaan kepala dan leher Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan

pemeriksaan inspeksi. Pemeriksaan ini meliputi seluruh bagian kepala dan leher.

Jika pada pemeriiksaan mata sklera ikterik dan konjungtiva anemis maka

kemungkinan anemia.

5) Pemeriksaan payudara Pada wanita hamil payudara terlihat besar dan tegang serta

sedikit nyeri. Hal ini karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang

duktus dan alveoli payudara. Pemeriksan payudara dengan cara palpasi meliputi

bentuk dan ukuran payudara, putting susu menonjol atau tidak, adanya retraksi,

masa dan pembesaran pembuluh limfe.

6) Pemeriksaan jantung, paru dan organ dalam tubuh lainnya

7) Pemeriksaan abdominal Pemeriksaan abdominal dilakukan dengan palpasi. Dari

pemeriksaan ini diperoleh mengenai ukuran dan bentuk uterus.

8) Pemeriksan genetalia Untuk memeriksa genetalia biasanya dengan pemeriksaan

ginekologi. Pada pemeriksaan ini vulva, vagina dan porsio diperiksa dan dilihat

inspekulo.

9) Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah Pemeriksaan ini dilakukan untuk

mengetahui adanya varises dan oedema.

c. Pemeriksaan laboratorium Test laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil.

Pemeriksan ini ditujukan untuk memeriksa golongan darah, Hb, protein urine, dan

glukosa urine. Pemeriksaan urine pada awal kehamilan bertujuan untuk mengetahui

adanya kehamilan. Selain itu pemeriksaan urin juga bertujuan untuk mengetahui

adanya protein urine dan glukosa urine. Protein dalam urine merupakan hasil

kontaminasi dair vagina atau dari infeksi saluran kencing atau penyakit ginjal. Pada
saat hamil jika dihubungkan dengan hipertensi dan oedem, hal ini akan menjadi tanda

serius dari preeklampsi. Untuk glukosa urin berhubungan dengan diabetes.

C. Skrining untuk deteksi

Tujuan tes skrining adalah deteksi dini untuk mengurangi risiko penyakit atau memutuskan

metode pengobatan yang paling efektif. Tes ini tidak masuk dalam kategori diagnostik, tetapi

digunakan untuk mengidentifikasi populasi yang diharuskan untuk menjalani tes tambahan untuk

menentukan ada atau tidaknya penyakit.

Tes skrining akan dapat dilakukan dan dipertimbangkan jika terdapat adanya penyakit yang

tinggi dengan potensi konsekuensi yang serius, kondisi penyakit memiliki riwayat alami dengan

tahap laten dengan tanpa adanya gejala. Tidak lupa, pendeteksian bisa bermanfaat dalam

meningkatkan kemungkinan hasil kesehatan yang menguntungkan dalam hal menurunkan angka

morbiditas atau mortalitas suatu penyakit.

1. Pelaksanaan Skrining

Skrining adalah sebuah prosedur tes untuk mengetahui potensi atau gangguan kesehatan pada

seseorang. Melakukan tes skrining pada orang-orang yang berada dalam kondisi sehat untuk

mengambil sampel penyakit tanpa gejala dapat bermanfaat jika dilakukan pencegahan dini untuk

meningkatkan prognosisnya. Tes ini juga bermanfaat bagi masyarakat luas jika identifikasi

mengarah pada pencegahan primer dan sekunder.

Lalu, kapan tes skrining ini dapat dilakukan? Berikut beberapa kondisi yang bisa menjadi

acuan kapan seseorang dapat melakukan tes skrining.

 Mengalami kondisi kesehatan yang serius.

 Bertujuan untuk melakukan pemeriksaan praklinis.


 Telah ada pemeriksaan skrining yang sesuai dan dapat diterima.

 Ada pengobatan lanjutan yang mungkin bermanfaat.

 Tersedia fasilitas untuk melakukan pemeriksaan dan diagnosis.

 Telah disetujui oleh pasien untuk melakukan pemeriksaan.

Perlu diketahui, bahwa tes skrining ini harus dapat diterima oleh publik, sederhana, mudah

diterapkan, dan memiliki hasil yang akurat serta dapat dipertanggujawabkan. Dalam kaitannya

dengan diagnosis, penyakit harus dapat diobati dengan perawatan yang tersedia. Tak boleh lupa,

pengobatan sejak dini yang dilakukan harus memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan

dengan pengobatan pasien yang memiliki gejala terhadap penyakit yang diidapnya.

Jika diperlukan, kelak ada pemeriksaan skrining lanjutan. Pasalnya skrining satu kali

disinyalir memiliki hasil yang terbatas, karena hanya sebagian kecil - seringkali mereka yang

berisiko yang dilakukan pemeriksaan. Skrining dapat mengambil sampel orang-orang dalam

populasi yang baru saja terindikasi penyakit pada waktu tertentu untuk memeriksa kondisi lebih

lanjut.

Pemeriksaan lanjutan pada interval yang ditentukan memiliki keuntungan yang lebih besar,

karena mencakup lebih banyak populasi yang berisiko, termasuk pula orang-orang yang

mengidap penyakit baru yang akan turut diperiksa ulang

2. Jenis Skrining

Setidaknya, ada dua jenis skrining yang dapat dilakukan untuk mengetahui potensi atau

gangguan penyakit pada seseorang, yaitu:

a. Skrining untuk Preventif Primer - skrining riwayat kesehatan merupakan bentuk deteksi

dini untuk penyakit yang berdampak biaya besar dan menjadi fokus pengendalian

contohnya, yaitu diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi.


b. Skrining untuk preventif sekunder selektif (penyakit kronis berdasarkan hasil skrining

riwayat kesehatan dan deteksi kanker) deteksi kanker merupakan bentuk deteksi dini

untuk penyakit

3. Cara Kerja Skrining

Pemeriksaan kesehatan atau skrining dilakukan mencakup pemeriksaan darah,

pemeriksaan urin (air seni), pemeriksaan tinja, dan pemeriksaan tekanan darah. Jika dokter

curiga bahwa Anda telah terjangkit suatu penyakit, maka pemeriksaan lanjutan untuk

memastikan diagnosis tersebut akan dilakukan.

Bagi Anda yang memilih untuk diperiksa terhadap kemungkinan berbagai jenis penyakit

yang sering terjadi, pemeriksaan dapat berlangsung selama sehari penuh. Dokter yang telah

menegakkan diagnosa akan mendiskusikan hasil tersebut dengan Anda dalam konsultasi lanjutan

(follow-up consultation)

4. Kategori Skrining

Skrining adalah serangkaian tes untuk mengetahui potensi dan gangguan kesehatan

seseorang. Pada dasarnya, skrining memiliki tiga kategori pemeriksaan yang perlu diketahui, di

antaranya adalah:

a. Cocok untuk Skrining Tingkat Populasi Tes ini dilakukan jika ada bukti yang kuat bahwa

skrining terbukti efektif secara klinis dan hemat biaya untuk digunakan untuk

pemeriksaan dalam tingkatan populasi. Biasanya, kategori ini hanya berlaku untuk

rentang usia yang ditentukan.

b. Cocok untuk Keputusan Tingkat Individu Tes ini dilakukan jika manfaat yang diberikan

tidak melebihi risiko ada tingkatan populasi, tetapi tes bermanfaat untuk populasi yang
berisiko tinggi. Selain itu, bisa juga karena beberapa bukti bahwa tes skrining efektif,

tetapi efektivitas biayanya belum dievaluasi atau rasionya tidak menguntungkan.

c. Tidak Direkomendasikan untuk Dilakukan Tes skrining tidak direkomendasikan untuk

dilakukan jika tidak ada bukti yang cukup kuat untuk membuat keputusan yang berkaitan

dengan kegunaan tes tersebut. Selain itu, bisa juga ada bukti kuat yang menyatakan

bahwa tes skrining tidak efektif, atau bahwa tes ini akan merugikan jika dilakukan.

D. Komplikasi Dan Penyulit Kehamilan Trimester I, II dan III

1. Komplikasi Kehamilan pada Trimester 1

Kehamilan merupakan masa-masa yang sangat membahagiakan. Dalam sembilan bulan ke

depan, anggota baru yang mungil akan menambah semarak suasana keluarga. Saat ibu mulai

hamil, gangguan kesehatan saat kehamilan dapat terjadi, maka waspadalah terhadap komplikasi

kehamilan pada trimester 1.

Komplikasi atau gangguan yang terjadi pada masa kehamilan tiga bulan pertama adalah:

a. Abortus

Abortus adalah keluarnya janin dengan tidak disengaja, sebelum masa melahirkan. Dalam

bahasa awam, abortus biasa dikenal dengan sebutan keguguran. Keguguran dapat terjadi

karena adanya kelainan kromosom sel telur. Tanda-tanda keguguran adalah adanya bercak

darah. Jika hal ini terjadi, hendaknya calon ibu cepat-cepat memeriksakan diri ke dokter atau

rumah sakit terdekat.

b. Hiperemesis Gravidium

Yaitu keadaan dimana ibu hamil muda mengalami mual dan muntah secara berlebihan.

Penyebabnya adalah terjadi perubahan metabolisme tubuh pada ibu, berkaitan dengan
kehamilan tersebut. Kelainan ini juga disebabkan oleh faktor psikologis. Misalnya, takut

menghadapi proses persalinan, masalah hubungan yang kurang harmonis dengan pasangan,

atau rasa takut memikul tanggung jawab dengan hadirnya buah hati. Gejala kelainan ini

adalah mual dan muntah yang terus menerus. Napsu makan sangat rendah, sehingga ibu

hamil sangat lemah. Bahkan, sampai harus rawat inap di rumah sakit untuk mendapatkan

perawatan yang intensif.

c. Mola Hidatidosa

Komplikasi kehamilan pada trimester 1 yang selanjutnya adalah mola hidatidosa. Dalam

bahasa awam disebut hamil anggur. Pada kelainan ini, ibu mengalami gejala yang sama

dengan hamil biasa. Mual, muntah, dan napsu makan berkurang. Namun, bila dicek, di dalam

rahim tidak terdapat janin. Karena itu, detak jantung janin juga tidak terdengar. Sesuai

dengan namanya, mola (anggur), yang terdapat di janin hanya gelembung-gelembung kecil

yang menyerupai anggur.

Tanda-tanda kelainan pada kehamilan ini adalah pendarahan yang terjadi secara terus

menerus. Gelembung-gelembung ini harus dikeluarkan. Dan, penderita harus dalam

pengawasan dokter hingga dinyatakan benar-benar sehat kembali. Sebab, mola hidatidosa

dapat memicu terbentuknya kanker.

d. Kehamilan Ektopik

Disebut juga dengan kehamilan di luar kandungan. Pada kelainan ini, sel telur yang sudah

dibuahi tidak melekat di tempat seharusnya yaitu di rahim, tetapi melekat di tempat lain.

Misalnya, di saluran telur, leher rahim, atau di rongga perut. Kehamilan ektopik ini
disebabkan karena adanya infeksi di saluran falopi. Gejalanya adalah, ibu mengalami sakit

pada panggul, pendarahan yang tidak biasa, hingga pingsan.

Itulah komplikasi kehamilan pada trimester 1 yang mungkin terjadi, Namun, ibu hamil

tidak perlu khawatir banyak tips kehamilan yang bisa didapatkan untuk informasi. Jika rutin

memeriksakan diri ke dokter, komplikasi tersebut dapat dicegah. Ketika mengalami gejala

yang sama, segera hubungi dokter kandungan untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

2. Komplikasi Kehamilan Pada Trimester 2

Trimester kedua dimulai saat kehamilan memasuki usia 13 minggu. Masa ini dikenal

sebagai masa yang paling nyaman bagi ibu hamil. Rasa mual sudah berkurang. Ibu pun dapat

melakukan aktivitas dengan baik. Namun, ada komplikasi kehamilan pada trimester 2 yang

harus diwaspadai. Contohnya:

a. Hiperemesis Gravidium

Yaitu mual dan muntah secara berlebihan. Pada umumnya, gejala mual dan muntah sudah

berangsur reda saat kehamilan memasuki trimester 2. Namun, ketika hal ini masih terjadi,

berarti ibu hamil mengalami komplikasi kehamilan.

Hiperemesis gravidium pada trimester 2 dapat meningkatkan risiko keracunan kehamilan

(preeklamsia). Selain itu juga rentan mengalami gangguan berupa plasenta yang lepas

dari dinding rahim. Jika komplikasi ini terjadi, ibu hamil harus menjalani perawatan

medis untuk mengurangi rasa mual dan muntah.

b. Gingivitis

Komplikasi kehamilan pada trimester 2 lainnya adalah gingivitis atau radang gusi.
Kelainan ini dapat terjadi pada ibu hamil disebabkan karena kadar hormon progesteron

yang mengalami peningkatan. Dalam keadaan ini, gusi menjadi lebih sensitif ketika

terkontaminasi bakteri. Selain gusi yang lebih sensitif, perdarahan juga akan terjadi,

terutama jika rongga mulut mendapat suplai darah yang lebih banyak.

c. Diabetes Gestasional

Ibu hamil rentan terkena diabetes gestasional. Tandanya adalah ibu sering lapar, haus,

sering buang air kecil, tetapi berat badan cenderung menurun. Bila menemui tanda-tanda

itu, segera periksa kadar gula dalam darah. Pandangan kabur dan gatal-gatal juga menjadi

salah satu tandanya.

d. Stretch Mark

Tanda ini berupa garis-garis yang terdapat pada tubuh. Ibu hamil akan mengalami

gangguan stretch mark pada kulit, dan biasanya membuatnya risih karena mengurangi

kemulusan kulit. Parahnya, stretch mark akan semakin jelas ketika rahim semakin besar.

Warna garis-garis pada kulit ini berbeda-beda, tergantung warna kulit masing-masing.

Namun, biasanya, pasca persalinan, garis-garis tersebut berubah menjadi putih.

e. Tekanan Darah Tinggi.

Ibu hamil biasanya mengalami kenaikan tekanan darah. Sebenarnya, hal ini terjadi karena

jantung bekerja lebih keras untuk memberikan oksigen pada janin. Namun, kelainan ini

wajib diwaspadai agar tidak terjadi secara berlarut-larut.

Bagaimama pun, komplikasi kehamilan pada trimester 2 dapat diatasi. Asalkan, ibu hamil

dapat melihat tanda-tandanya dan segera memeriksakan diri ke dokter.


3. Komplikasi Kehamilan Pada Trimester 3

Pada usia kehamilan mencapai 28 minggu, ibu hamil tiba pada trimester tiga. Di masa ini, ibu

hamil sudah harus menyiapkan segala keperluan persalinan. Selain itu, tentu saja ibu hamil tetap

harus berhati-hati menjaga kehamilannya. Tujuannya agar tidak mengalami komplikasi

kehamilan pada trimester 3.

a. Plasenta Previa

Komplikasi kehamilan ini dapat terjadi pada ibu hamil di trimester ketiga. Plasenta previa

adalah posisi plasenta yang menghalangi jalan lahir. Bila ini terjadi, ibu hamil akan

mengalami perdarahan. Perdarahan tersebut ada yang terjadi secara perlahan-lahan, ada

juga yang secara tiba-tiba. Karena itu, ibu hamil bisa langsung shock dan lemas.

b. Sakit Kepala Hebat

Umumnya, ibu hamil biasa mengalami sakit kepala. Rasa sakit itu terjadi karena ibu

hamil terlalu lelah dan kurang istirahat. Biasanya, sakit kepala tersebut hilang dengan

sendirinya setelah beristirahat. Namun, ada kelainan yang dapat terjadi pada ibu hamil di

trimeseter ketiga, berupa sakit kepala yang sangat hebat. Rasa sakit ini tidak hilang

meskipun ibu hamil telah beristirahat. Gejala ini adalah tanda preeklamsia.

c. Anggota Tubuh Bengkak

Komplikasi kehamilan pada trimester 3 yang mungkin terjadi adalah bengkaknya anggota

tubuh. Sama seperti sakit kepala, tubuh bengkak juga biasa terjadi pada ibu hamil. Namun,

waspadalah jika pembengkakan tersebut tidak hilang setelah beristirahat. Pembengkakan

atau dalam bahasa medisnya disebut edema, adalah penimbunan cairan yang berlebihan di
dalam tubuh. Pembengkakan pada wajah dan tangan yang tak hilang-hilang inilah yang

menunjukkan tanda-tanda serius bahwa ibu hamil mungkin terkena gagal jantung atau

anemia.

d. Ketuban Pecah

Ketuban yang pecah sebelum waktunya, dapat terjadi pada ibu yang sedang hamil tua.

Kelainan ini ditandai dengan keluarnya cairan pervaginam. Pecahnya ketuban dapat

disertai dengan keluarnya anggota tubuh janin, seperti tangan, kaki, atau plasenta.

Ibu hamil yang belum cukup bulan untuk melahirkan, bila mengalami kejadian ini, harus

segera pergi ke rumah sakit. Terlebih, cairan ketuban sangat penting dalam proses

persalinan. Ketuban yang pecah sebelum waktunya, disebabkan karena berbagai hal.

Pertama, karena selaput ketuban kurang kuat. Kedua, adanya infeksi dari mulut rahim atau

vagina.

Ketika usia kehamilan memasuki trimester ketiga, sebaiknya ibu hamil lebih waspada.

Sebab, komplikasi kehamilan pada trimester 3 dapat menghambat proses persalinan.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komplikasi masa kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan yang

penting, jika tidak ditanggulangi bisa menyebabkan kematian ibu yang tinggi.

Komplikasi kehamilan adalah gangguan kesehatan yang terjadi selama masa kehamilan.

Hal itu bisa melibatkan kesehatan ibu, kesehatan bayi atau keduanya. Beberapa wanita hamil

memiliki masalah kesehatan yang muncul semaka kehamilan, sedangkan ada juga beberapa

wanita yang memiliki masalah kesehatan sebelum hamil yang bisa berujung pada komplikasi

selama kehamilan. 

Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk mendapatkan perawatan kesehatan sebelum dan

selama kehamilan untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan

B. Saran

Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan / dokter sedini mungkin semenjak ia

merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal. Ketika seorang ibu mulai

mendapatkan tanda presumtif hamil seperti, amenorhe mual dan muntah mengidam pingsan

pembesaran payudara dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai