KEHAMILAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Komplikasi Yang Bisa Terjadi Pada Kehamilan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Liberty Barokah, SSiT., M.Keb pada mata kuliah kebidanan D3. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komplikasi Kehamilan adalah gangguan kesehatan yang terjadi
selama masa kehamilan. Hal itu bisa melibatkan kesehatan ibu, kesehatan
bayi atau keduanya. Beberapa wanita hamil memiliki masalah kesehatan
yang muncul semaka kehamilan, sedangkan ada juga beberapa wanita yang
memiliki masalah kesehatan sebelum hamil yang bisa berujung pada
komplikasi selama kehamilan.
Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk mendapatkan perawatan
kesehatan sebelum dan selama kehamilan untuk mengurangi risiko
komplikasi kehamilan. Kehamilan bisa menjadi saat yang paling
menyenangkan namun juga paling menantang dalam hidup seorang wanita.
Pengalaman memiliki seorang manusia baru tumbuh di dalam tubuh
mereka adalah suatu pengalaman yang tak ada bandingannya. Namun,
kehamilan juga merupakan saat di mana wanita paling rawan mengalami
berbagai gangguan kesehatan dan emosional. Sekeras apapun wanita
berusaha, tidak semua kehamilan berjalan dengan semestinya. Komplikasi
dapat terjadi sebelum, saat, atau setelah kehamilan. Beberapa komplikasi
hanya bersifat ringan, namun ada juga yang dapat membahayakan nyawa
ibu dan bayinya.
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN ABORTUS
Menurut literatur, ras yang berwarna seperti Asia dan Afrika berpeluang
lebih besar mengalami kehamilan ganda ketimbang ras yang berkulit
putih atau Eropa. Meski belum dapat dibuktikan secara empiris, tapi
banyak kasus memang terlihat kehamilan ganda lebih sering dialami
kulit berwarna dibandingkan ibu-ibu yang berkulit putih.
2. Usia
Dengan bertambahnya usia, kemungkinan terjadinya kehamilan ganda
semakin besar. Akan tetapi selepas umur 40 tahun, probabilitas akan
terjadinya kehamilan ganda kembali menurun.
3. Hereditas
Hamil kembar biasanya diwariskan secara maternal (garis keturunan
ibu). Bila dari garis keturunan ibu ada yang kembar, maka presentasi
melahirkan kehamilan kembar lebih besar. Namun tidak tertutup
kemungkinan garis keturunan ayah bisa menimbulkan kehamilan
kembar. Yang pasti, angka kejadian dari garis maternal lebih besar
dibanding dari garis paternal.
4. Paritas
Frekuensi kehamilan kembar juga meningkat dengan paritas ibu. Dari
angka 9,8 per 1000 persalinan untuk primipara frekuensi kehamilan
kembar naik sampai 18,8 per 1000 untuk oktipara/multipara.
1. Faktor tuba
a. Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu.
b. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang
berkelok-kelok panjang yang dapat menyebabkan fungsi silia tuba
tidak berfungsi dengan baik.
c. Keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan
predisposisi terjadinya kehamilan ektopik.
d. Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau
divertikel saluran tuba yang bersifat congenital
e. Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau
tumor ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk juga dapat
menjadi etiologi kehamilan ektopik terganggu.
2. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian
berhenti dan tumbuh di saluran tuba. Faktor ovarium Bila ovarium
memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba dapat membutuhkan
konsep khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
3. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB, yang hanya mengandung progesteron dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan
dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
4. Faktor lain
Termasuk disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana proses
peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur penderita
yang sudah menua dan faktor perokok juga sering dihubungkan dengan
terjadinya kehamilan ektopik.
L. PENATALAKSANAAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
(KET)
1. Penatalaksanaan Ekspektasi
Penatalaksanaan ekspektasi dalam proses penanganan
mengangkat satu atau dua tuba falopi karena kondisi yang sudah sangat
parah.
Sedangkan Pembedahan dengan jenis konservatif mencakup 2
teknik yang secara medis dikenal sebagai salpingostomi dan
salpingotomi. salpingostomi merupakan proses pengangkatan secara
langsung jaringan yang terbentuk pada kehamilan ektopik terganggu ini
namun hanya untuk yang masih berukuran dibawah 2 cm. Salpingotomi
merupakan pembedahan yang secara medis sama dengan pembedahan
salpingostomi namun dalam salpingotomi bekas insisi bedah akan
dijahit kembali.
M. PENGERTIAN SERVIKS INKOMPETENT
Menurut Norwitz dan Schorge (2008), dimana kondisi servik tidak
mampu untuk mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran tiba
karena efek fungsional servik, ditandai dengan terbukannya servik tanpa
disertai rasa nyeri dan berakhir dengan pecahnya ketuban saat kehamilan
prematur sehingga meningkatkan terjadinya persalinan prematur.
(Cuninngham, 2013).
N. ETIOLOGI SERVIKS INKOMPETEN
Penyebab utama serviks inkompeten masih belum jelas sampai
sekarang. Namun, resiko mengalami serviks inkompeten akan lebih besar
apabila seorang wanita dengan keadaan :
1. Memiliki cacat pada uterus, seperti uterus bicornu
2. Riwayat pembedahan pada serviks.
3. Memiliki serviks pendek. Semakin pendek serviks seorang wanita,
maka makin besar kemungkinan seorang wanita mengalami serviks
inkompeten.
4. Riwayat robekan atau lesi pada uterus pada persalinan sebelumnya.
O. PENATALAKSANAAN SERVIKS INKOMPETEN
Perawatan dan pengobatan untuk mengatasi inkompetensi serviks :
1. Suntik hormon
Jika memiliki riwayat kelahiran prematur, dokter kemungkinan akan
menyarankan suntik hormon progesteron selama trimester kedua. Hal
ini bertujuan untuk menguatkan jaringan serviks dan rahim agar tidak
terjadi inkompetensi serviks.
2. Ikat serviks (cervix cerclage)
Jika serviks mulai terbuka atau memendek dari yang seharusnya, dokter
akan merekomendasikan prosedur lanjutan yaitu cervix cerclage.
Sebelum melakukan prosedur ini untuk inkompetensi serviks (rahim
lemah), kandungan akan dipantau oleh dokter dengan menggunakan
USG setiap pemeriksaan.
3. Istirahat di rumah
Selain perawatan melalui obat dan tindakan medis, juga akan diminta
untuk bed rest atau istirahat di rumah saat hamil. Tujuannya agar tidak
beraktivitas fisik yang terlalu memberatkan kandungan dan bisa
semakin melemahkan serviks. Ketika mengalami inkompetensi serviks
(rahim lemah), mungkin juga disarankan untuk stop berhubungan seks
dulu sementara waktu atau mungkin terus selama sisa kehamilan,
tergantung kondisi ibu.
P. PENGERTIAN KELAINAN TALI PUSAT DAN PLASENTA
1. Pengertian kelainan tali pusat/Porlaps tali pusat
Prolaps tali pusat adalah suatu kondisi di mana tali pusar atau
tali pusat bayi berada mendahului kepala bayi di leher rahim (serviks).
Bahkan, tali pusat bayi masuk sampai ke vagina Anda, padahal posisi
bayi masih berada di belakangnya. Kondisi ini adalah salah satu
komplikasi persalinan yang dapat terjadi sebelum maupun selama
proses kelahiran. Padahal normalnya, tali pusar atau tali pusat adalah
tumpuan hidup yang membantu perkembangan bayi selama berada di
dalam kandungan. Prolaps tali pusat adalah komplikasi yang sangat
jarang terjadi dan bisa muncul pada sekitar 1 dari setiap 300 kelahiran.
Kebanyakan kasus ini terjadi saat kelahiran karena di saat tersebut bayi
akan lebih banyak bergerak. Perubahan gerakan tersebut dapat
memengaruhi posisi tali pusat sehingga bisa berubah dan menutupi jalan
keluarnya bayi yang akan lahir. Hal ini dapat menyebabkan kompresi
pada tali pusat atau meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di tali
pusat bayi. Ini adalah kondisi yang kemudian menyebabkan tali pusat
maju dan menutup jalan lahir.
2. Pengertian kelainan plasenta/Retensio plasenta
Selain itu, salah satu tindakan yang bisa dilakukan dalam kasus prolaps
tali pusat adalah dengan amnioinfusi. Amnioinfusi adalah tindakan
untuk mengatasi prolaps tali pusat dengan cara memasukkan larutan
salin ke dalam rahim selama proses persalinan berlangsung. Cara ini
dilakukan dengen tujuan untuk mengurangi potensi tekanan pada tali
pusat semakin besar.
3. Pemberian oksigen untuk ibu
Lain halnya ketika tekanan atau prolaps pada tali pusat tergolong ringan,
penanganan yang diberikan oleh dokter adalah meningkatkan oksigen
ibu. Tujuannya agar terjadi peningkatan aliran darah melalui plasenta.
Sementara untuk kasus yang lebih parah, kondisi prolaps tali pusat
sebelum proses kelahiran tiba adalah kondisi yang harus selalu dipantau
oleh dokter dan tim medis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya
risiko masalah pada tali pusat bayi. Jadi, ketika ditemukan adanya
gangguan tertentu yang berbahaya, seperti prolaps tali pusat, dokter bisa
memberikan penanganan untuk menyelamatkan Anda dan bayi.
Beberapa cara penatalaksanaan pada Retensio Plasenta
Pada kondisi Retensio plasenta dengan perdarahan > 500 cc, maka perlu
langsung melakukan plasenta manual.
a. Persiapan
1) Memasang infus
2) Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9 % atau
Ringer Laktat dengan kecepatan tetesan 60 tetes/menit dan 10 unit oksitosin
IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9 %
atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti
3) Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
4) Melakukan anastesi verbal/analgesik per rektal
5) Menyiapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
1) Memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
2) Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan
dengan satu tangan sejajar lantai
3) Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap
ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
4) Setelah mencapai pembukaan servik, minta seseorang asisten/penolong
lain untuk menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan keluar
untuk menahan fundus uteri
5) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
6) Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu
jari
merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat)
c. Melepas plasenta dari dinding uterus
1) Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah
2) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah
atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus
dimana punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu)
3) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat
dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus
dimana punggung tangan menghadap ke atas (anterior ibu)
KESIMPULAN
Paulina Ika D.R Bere, M. S. (Juni, 2017). FAKTOR RISIKO KEJADIAN PRE-EKLAMSIA PADA
IBU HAMIL DI KABUPATEN BELU. JURNAL MKMI .