Anda di halaman 1dari 23

KEGAWATDARURATAN PADA

KEHAMILAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Komplikasi Yang Bisa Terjadi Pada Kehamilan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Liberty Barokah, SSiT., M.Keb pada mata kuliah kebidanan D3. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Liberty Barokah, SSiT.,


M.Keb selaku dosen D3 kebidanan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 25 Maret 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komplikasi Kehamilan adalah gangguan kesehatan yang terjadi
selama masa kehamilan. Hal itu bisa melibatkan kesehatan ibu, kesehatan
bayi atau keduanya. Beberapa wanita hamil memiliki masalah kesehatan
yang muncul semaka kehamilan, sedangkan ada juga beberapa wanita yang
memiliki masalah kesehatan sebelum hamil yang bisa berujung pada
komplikasi selama kehamilan.
Oleh karena itu, penting bagi wanita untuk mendapatkan perawatan
kesehatan sebelum dan selama kehamilan untuk mengurangi risiko
komplikasi kehamilan. Kehamilan bisa menjadi saat yang paling
menyenangkan namun juga paling menantang dalam hidup seorang wanita.
Pengalaman memiliki seorang manusia baru tumbuh di dalam tubuh
mereka adalah suatu pengalaman yang tak ada bandingannya. Namun,
kehamilan juga merupakan saat di mana wanita paling rawan mengalami
berbagai gangguan kesehatan dan emosional. Sekeras apapun wanita
berusaha, tidak semua kehamilan berjalan dengan semestinya. Komplikasi
dapat terjadi sebelum, saat, atau setelah kehamilan. Beberapa komplikasi
hanya bersifat ringan, namun ada juga yang dapat membahayakan nyawa
ibu dan bayinya.

Karena ada banyak sekali faktor yang dapat memengaruhi kesehatan


wanita dan bayinya, kesehatan saat kehamilan bukanlah sesuatu yang bisa
dijamin. Namun, apabila ibu mengetahui faktor risiko serta tanda dan gejala
kemungkinan komplikasi, ia dapat melakukan langkah pencegahan atau
mencari pertolongan medis dan menghindari risiko kesehatan yang serius.
Komplikasi kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai faktor; mulai dari
gen wanita sampai lingkungan. Semua faktor tersebut dapat membahayakan
kesehatan fisik dan mental wanita.Komplikasi kehamilan yang paling
umum adalah tekanan darah tinggi, pre-eklamsia, kelahiran prematur,
keguguran, diabetes gestasional, anemia, dan infeksi saluran kemih.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat
memahami tentang pengertian,etiologi dan penatalaksanaan komplikasi
yang bisa terjadi selama kehamilan yaitu Abortus, Preklamsi dan Eklamsia,
Kehamilan Gnda, KET, Serviks Inkompeten dan kelainan tali pusat dan
plasenta.
C. MANFAAT
Manfaat nya adalah pembaca dapat memahami tentang
pengertian,etiologi dan penatalaksanaan komplikasi yang bisa terjadi
selama kehamilan yaitu Abortus, Preklamsi dan Eklamsia, Kehamilan
Gnda, KET, Serviks Inkompeten dan kelainan tali pusat dan plasenta.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN ABORTUS

Abortus merupakan penghentian kehamilan sebelum janin dapat


hidup di luar kandungan, pada usia kehamilan < 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram (4). Usia abortus dapat diklasifikasi menjadi 2:
abortus awal dengan usia kehamilan kurang dari 3 bulan (12 minggu) dan
abortus telat dengan usia kehamilan lebih dari 3 bulan (12 minggu sampai
20 minggu), dimana ibu yang aborsi pada trimester kedua (usia kehamilan
≥ 12 minggu) berisiko lebih tinggi, lebih mahal dan lebih sulit diakses
daripada aborsi pada kehamilan lebih awal.
B. ETIOLOGI ABORTUS
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut:
Ada beberapa faktor-faktor penyebab abortus adalah
a. Faktor pertumbuhan hasil konsespi.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian
janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan.
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1. Faktor kromosom. Gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom termasuk kromosom seks.
2. Faktor lingkungan endometrium
Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi dan Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan
terlalu pendek.
3. Pengaruh luar.
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
b) Hasil konsepsi berpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
b. Kelainan pada plasenta
1. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta
tidak dapat berfungsi. Gangguan pembuluh dara plasenta
diantaranya diabetes mellitus.
2. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran dara plasenta
sehingga menimbulkan keguguran.
c. Penyakit ibu.
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan melalui plasenta.
1. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria
dan sifilis
2. Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan gangguan peredaran
O2 menuju sirkulasi retroplasenter.

3. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal.


Penyakit hati dan penyakit diabetes mellitus kelainan yang
terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk
mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retroplefsia uteri,
serviks inkompeten, bekas operasi pada servik (kolisasi,
amputasi, serviks), robekan serviks postpartum
C. PENATALAKSANAAN ABORTUS
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk
tanda-tanda vital (nadi, tekann darah, pernapasan, suhu).

2. Pemeriksaan tanda-tanda syok (akral dingin,pucat, takikardi, tekanan


sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok.
Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap fikirkan kemungkinan tersebut
saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena
kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
3. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikut kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
a. Ampisilin 2 g lV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam.
b. Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
c. Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam d. Segerah rujuk ibu ke rumah
sakit.
4. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan
emosional dan kongseling kontrasepsi pasca keguguran.
5. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus (WHO, 2013:84).
Abortus imminiens adalah Penangananya:
a)Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
sehingga rangsang mekanik berkurang.
b) Pemberian hormon progesteron.
c) Pemeriksa ultrasonografi (USG).
D. PENGERTIAN PREKLAMSIA/EKLAMSIA
Pre-eklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama
kematian ibu di Indonesia. Penyebab kejadian pre-eklamsia pada ibu hamil
belum diketahui secara pasti, walaupun telah ada beberapa teori yang
mencoba menjelaskan tentang penyebab pre-eklampsia adalah iskemia
plasenta.Pre-eklamsia ditandai dengan timbulnya hipertensi, edema dan
proteinuria sebagai akibat dari suatu kehamilan yang timbul pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu.
E. ETIOLOGI PREKLAMSIA/EKLAMSIA
1. Usia reproduksi sehat pada seorang wanita adalah 20-35 tahun.
Kelompok umur ini mampu mengurangi risiko kematian ibu karena pre-
eklamsia maupun karena penyebab lain dari kematian ibu di Indonesia.
Umur <20 tahun dan >35 tahun termasuk usia yang berisiko untuk
bereproduksi.

2. Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang


dimiliki oleh seorang wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh terhadap
persalinan dikarenakan ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengalami gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada ibu yang
pertama kali mengalami masa kehamilan. Pre-eklamsia tidak hanya
dialami oleh primigravida/primipara, tetapi dapat terjadi juga pada ibu
multiparadan grandemultipara. 3. Hipertensi dalam kehamilan

didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau


tekanan darah diastolik ≥90 mmH g. Signifikasi setiap pengukuran
tekanan darah berhubungan dengan usia gestasi dalam kehamilan dan
umumnya semakin awal hipertensi terjadi dalam kehamilan, semakin
besar kemungkinan hipertensi tersebut menjadi kronis.
F. PENATALAKSANAAN PREKLAMSIA/EKLAMSIA
Perlu diperhatikan bahwa pemberian obat antihipertensi berpotensi
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat akibat efek negatif pada perfusi
uteroplasenta. Maka dari itu, penurunan tekanan darah dilakukan secara
bertahap dan tidak >25% penurunan tekanan arteri rata-rata dalam 1 jam.
Antihipertensi pilihan utama adalah nifedipine short-acting peroral
serta hidralazin dan labetalol parenteral. Karena hidralazin dan labetalol
parenteral tidak tersedia di Indonesia, nitrogliserin dan metildopa sebagai
alternatif dapat diberikan.
Pada pasien dengan tekanan darah sistolik ≥170 mmHg atau
diastolik ≥110 mmHg, nifedipine 10– 20 mg peroral dapat diberikan dan
diulang tiap 30 – 45 menit sampai dosis maksimal 40 mg. Selanjutnya, untuk
dosis pemeliharaan, gunakan nifedipine lepas lambat dengan dosis 20 – 60
mg, 1 – 2 kali sehari, dengan dosis maksimal 120 mg/hari. Untuk metildopa,
dosis yang direkomendasikan adalah 250 – 750 mg, 2 – 3 kali sehari, dengan
dosis maksimal 2 gram/hari.
G. PENGERTIAN KEHAMILAN GANDA
Kehamilan ganda adalah kondisi ketika ibu hamil mengandung lebih
dari satu janin. Jadi kehamilan ganda sama artinya dengan hamil kembar.
Kehamilan ganda terjadi ketika lebih dari satu sel telur dilepaskan selama
siklus menstruasi kemudian setiap telurnya dibuahi oleh sperma. Proses ini
membuat lebih dari satu embrio berimplantasi dan tumbuh di dalam rahim,
sehingga menyebabkan kehamilan kembar fraternal
Defenisi kehamilan kembar
a. Kehamilan gemeli atau kembar adalah satu kehamilan dengan dua
janin atau lebih. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita
itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya. Bahaya bagi ibu
tidak begitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar
memerlukan pengawasan dan perhatian khususnya bila diinginkan
hasil yang memuaskan. (Sarwono, 2006: 386 ).
b. Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan yang terjadi apabila dua
atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi (dizigotik) atau apabila satu
ovum yang dibuahi secara dini hingga membentuk dua embrio yang
sama pada stadium massa sel dalam atau lebih awal (monozigotik).
c. Kehamilan kembar atau ganda yaitu suatu proses fertilisasi
menghasilkan janin lebih dari satu. Kehamilan ganda mempunyai arti
yang cukup penting dalam bidang obsestri karena di samping

merupakan fenomena yang menarik, keadaan ini juga termasuk dalam


kategori tinggi dalam kehamilan dan persalinan. (Saifuddin, 2006:
311).
H. ETIOLOGI HAMIL GANDA
1. Ras/bangsa

Menurut literatur, ras yang berwarna seperti Asia dan Afrika berpeluang
lebih besar mengalami kehamilan ganda ketimbang ras yang berkulit
putih atau Eropa. Meski belum dapat dibuktikan secara empiris, tapi
banyak kasus memang terlihat kehamilan ganda lebih sering dialami
kulit berwarna dibandingkan ibu-ibu yang berkulit putih.
2. Usia
Dengan bertambahnya usia, kemungkinan terjadinya kehamilan ganda
semakin besar. Akan tetapi selepas umur 40 tahun, probabilitas akan
terjadinya kehamilan ganda kembali menurun.
3. Hereditas
Hamil kembar biasanya diwariskan secara maternal (garis keturunan
ibu). Bila dari garis keturunan ibu ada yang kembar, maka presentasi
melahirkan kehamilan kembar lebih besar. Namun tidak tertutup
kemungkinan garis keturunan ayah bisa menimbulkan kehamilan
kembar. Yang pasti, angka kejadian dari garis maternal lebih besar
dibanding dari garis paternal.
4. Paritas
Frekuensi kehamilan kembar juga meningkat dengan paritas ibu. Dari
angka 9,8 per 1000 persalinan untuk primipara frekuensi kehamilan
kembar naik sampai 18,8 per 1000 untuk oktipara/multipara.

5. Obat-obatan Ibu yang memakai obat pemicu ovulasi untuk


mematangkan sel telurnya juga ikut meningkatkan peluang terjadinya
kehamilan kembar. Hal ini disebabkan, dengan obat tersebut sel telur
yamg matang pada setiap siklus jadi lebih dari satu. Obat ini biasanya
diberikan pada pasangan yang sulit hamil dengan faktor penyebab
infertilisasi indung telur. Itulah sebabnya pada kasus-kasus pasangan
yang sulit mendapatkan anak kemudian menjalani terapi obat – obat
penyubur ini, bila akhirnya terjadi kehamilan, biasanya merupakan
kehamilan kembar.
I. PENATALAKSANAAN KEHAMILAN GANDA
1. Diet ibu hamil ganda
a. Memerlukan kalori yang lebih tinggi 300 kal/Kg.
b. Komposisi makanan sebaiknya 5 (lima) sempurna sehingga
tumbuh kembang janin menjadi lebih baik.
c. Pemberian vitamin, Fe, dan asam folat perlu mendapat perhatian
sehingga tidak menimbulkan cacat jasmani dan juga dapat
mencapai IQ yang cukup.
d. Kebutuhan protein dapat diatasi dengan tambahan satu telur setiap
hari.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan antenatal dilakukan lebih sering dengan jadwal:
1. 0-28 minggu setiap 3 minggu
2. 28-32 minggu setiap dua minggu
3. 33-40 minggu setiap minggu
b. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan lengkap saat pertama
datang sehingga terdapat gambaran umum
3. Pemeriksaan ultrasonografi
a. Dilakukan untuk kepastian hamil ganda
b. Mengikuti tumbuh kembang janin intrauteri sehingga diketahui
secara dini kemungkinan komplikasi hamil ganda
c. Berdasarkan hasilnya, dapat dilakukan sikap untuk dapat mencapai
well born baby dan well health mother.
d. Jika perlu, dilakukan pemeriksaan biofisik profil janin intrauteri.
e. Dengan USG, kedudukan masing-masing janin dapat dipastikan.
J. PENGERTIAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
Kehamilan Ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi
berimplantasi, tumbuh dan berkembang diluar endometrium kavum uteri.
Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran (abortus) maka
disebut dengan kehamilan ektopik terganggu (KET) (Chrisdiono, 2004).
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat
implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang
mencapai aterm (Wiknjosastro, 1999). Kehamilan ektopik juga ialah
kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium
kavum uteri.Hampir 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba uterine.
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau rupture apabila massa
kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya:
tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik

terganggu.Dampak lanjut dari kehamilan ektopik dapat menyebabkan


kematian ibu akibat perdarahan dimana perdarahan bertanggung jawab atas
28% kematian ibu di dunia dan perdarahan merupakan penyebab kematian
nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia.
K. ETIOLOGI KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian
besar penyebabnya tidak begitu diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan
pembuahan telur dibagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus
telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba. Menurut
Saifuddin tahun 2009 faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini
ialah sebagai berikut:

1. Faktor tuba
a. Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu.
b. Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang
berkelok-kelok panjang yang dapat menyebabkan fungsi silia tuba
tidak berfungsi dengan baik.
c. Keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan
predisposisi terjadinya kehamilan ektopik.
d. Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau
divertikel saluran tuba yang bersifat congenital
e. Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau
tumor ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk juga dapat
menjadi etiologi kehamilan ektopik terganggu.
2. Faktor abnormalitas dari zigot

Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka
zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian
berhenti dan tumbuh di saluran tuba. Faktor ovarium Bila ovarium
memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba dapat membutuhkan
konsep khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan
terjadinya kehamilan ektopik lebih besar.
3. Faktor hormonal
Pada akseptor, pil KB, yang hanya mengandung progesteron dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat. Apabila terjadi pembuahan
dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
4. Faktor lain
Termasuk disini antara lain adalah pemakaian IUD dimana proses
peradangan yang dapat timbul pada endometrium dan endosalping dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur penderita
yang sudah menua dan faktor perokok juga sering dihubungkan dengan
terjadinya kehamilan ektopik.
L. PENATALAKSANAAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
(KET)
1. Penatalaksanaan Ekspektasi
Penatalaksanaan ekspektasi dalam proses penanganan

kehamilan ektopik terganggu merupakan penatalaksanana yang


berdasarkan pada fakta bahwa sekitar 75 % pasien dengan kehamilan
ektopik akan mengalami penurunan kadar HCG. Dalam proses
penatalaksanan ekspektasi ini, kadar HCG pada ibu hamil akan terus
diobservasi untuk menentukan proses penanganan selanjutnya.
2. Penatalaksanaan Medis
Dalam proses penatalaksanan medis untuk penderita kehamilan
ektopik terganggu ini akan digunakan beberapa obat dan zat zat yang
dapat merusak integritas jaringan dan sel dari hasil konsepsi atau yang
secara umum disebut sebagai kondisi pembuahan. Zat atau bahan obat
yang dapat digunakan dalam proses medis ini diantaranya adalah
methotrexate, Acitinomycin, dan larutan glukosa hiperosmolar. Ketiga
zat tersebut diberikan secara bertahan dan bertingkat mulai dari
methotexate. Untuk memperoleh penatalaksanaan medis ini, pasien
dengan kehamilan ektopik terganggu harus memiliki beberapa syarat
seperti :
a. Kondisi hemodinamik yang stabil pada tubuh pasien
b. Tidak munculnya nyeri pada perut bagian bawah
c. Tidak ditemukannya aktivitas jantung dari janin
d. Bagian rongga abdomen dan kavum Douglas harus tidak terbebas
dari cairan Diwajibkan untuk menggunakan kontrasepsi yang efektif
selama 3-4 bulan pasca terapi medis.
3. Penatalaksanaan Bedah
Cara Penanganan terhadap kehamilan ektopik terganggu yang
paling akhir adalah prosedur bedah. Pembedahan untuk kehamilan
ektopik terpadu harus dilakukan secara cepat. Pada dasarnya,
pembedahan yang dilakukan untuk kondisi kehamilan ektopik
terganggu ini dibagi kedalam dua macam pembedahan yang befungsi
untuk menterminasi kehamilan ektopik yakni pembedahan yang
dilakukan secara konservatif, di mana kondisi dari tuba falopi akan
dipertahankan dalam keadaan normal. Pembedahan lainnya disebut
sebagai pembedahan radikal, di mana salpingektomi dilakukan.
Salpingektomi merupakan pembedahan yang dilakukan untuk

mengangkat satu atau dua tuba falopi karena kondisi yang sudah sangat
parah.
Sedangkan Pembedahan dengan jenis konservatif mencakup 2
teknik yang secara medis dikenal sebagai salpingostomi dan
salpingotomi. salpingostomi merupakan proses pengangkatan secara
langsung jaringan yang terbentuk pada kehamilan ektopik terganggu ini
namun hanya untuk yang masih berukuran dibawah 2 cm. Salpingotomi
merupakan pembedahan yang secara medis sama dengan pembedahan
salpingostomi namun dalam salpingotomi bekas insisi bedah akan
dijahit kembali.
M. PENGERTIAN SERVIKS INKOMPETENT
Menurut Norwitz dan Schorge (2008), dimana kondisi servik tidak
mampu untuk mempertahankan kehamilan hingga waktu kelahiran tiba
karena efek fungsional servik, ditandai dengan terbukannya servik tanpa
disertai rasa nyeri dan berakhir dengan pecahnya ketuban saat kehamilan
prematur sehingga meningkatkan terjadinya persalinan prematur.
(Cuninngham, 2013).
N. ETIOLOGI SERVIKS INKOMPETEN
Penyebab utama serviks inkompeten masih belum jelas sampai
sekarang. Namun, resiko mengalami serviks inkompeten akan lebih besar
apabila seorang wanita dengan keadaan :
1. Memiliki cacat pada uterus, seperti uterus bicornu
2. Riwayat pembedahan pada serviks.
3. Memiliki serviks pendek. Semakin pendek serviks seorang wanita,
maka makin besar kemungkinan seorang wanita mengalami serviks
inkompeten.
4. Riwayat robekan atau lesi pada uterus pada persalinan sebelumnya.
O. PENATALAKSANAAN SERVIKS INKOMPETEN
Perawatan dan pengobatan untuk mengatasi inkompetensi serviks :
1. Suntik hormon
Jika memiliki riwayat kelahiran prematur, dokter kemungkinan akan
menyarankan suntik hormon progesteron selama trimester kedua. Hal
ini bertujuan untuk menguatkan jaringan serviks dan rahim agar tidak
terjadi inkompetensi serviks.
2. Ikat serviks (cervix cerclage)

Jika serviks mulai terbuka atau memendek dari yang seharusnya, dokter
akan merekomendasikan prosedur lanjutan yaitu cervix cerclage.
Sebelum melakukan prosedur ini untuk inkompetensi serviks (rahim
lemah), kandungan akan dipantau oleh dokter dengan menggunakan
USG setiap pemeriksaan.
3. Istirahat di rumah

Selain perawatan melalui obat dan tindakan medis, juga akan diminta
untuk bed rest atau istirahat di rumah saat hamil. Tujuannya agar tidak
beraktivitas fisik yang terlalu memberatkan kandungan dan bisa
semakin melemahkan serviks. Ketika mengalami inkompetensi serviks
(rahim lemah), mungkin juga disarankan untuk stop berhubungan seks
dulu sementara waktu atau mungkin terus selama sisa kehamilan,
tergantung kondisi ibu.
P. PENGERTIAN KELAINAN TALI PUSAT DAN PLASENTA
1. Pengertian kelainan tali pusat/Porlaps tali pusat
Prolaps tali pusat adalah suatu kondisi di mana tali pusar atau
tali pusat bayi berada mendahului kepala bayi di leher rahim (serviks).
Bahkan, tali pusat bayi masuk sampai ke vagina Anda, padahal posisi
bayi masih berada di belakangnya. Kondisi ini adalah salah satu
komplikasi persalinan yang dapat terjadi sebelum maupun selama
proses kelahiran. Padahal normalnya, tali pusar atau tali pusat adalah
tumpuan hidup yang membantu perkembangan bayi selama berada di
dalam kandungan. Prolaps tali pusat adalah komplikasi yang sangat
jarang terjadi dan bisa muncul pada sekitar 1 dari setiap 300 kelahiran.
Kebanyakan kasus ini terjadi saat kelahiran karena di saat tersebut bayi
akan lebih banyak bergerak. Perubahan gerakan tersebut dapat
memengaruhi posisi tali pusat sehingga bisa berubah dan menutupi jalan
keluarnya bayi yang akan lahir. Hal ini dapat menyebabkan kompresi
pada tali pusat atau meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di tali
pusat bayi. Ini adalah kondisi yang kemudian menyebabkan tali pusat
maju dan menutup jalan lahir.
2. Pengertian kelainan plasenta/Retensio plasenta

Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum


lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi
lahir. Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Plasenta tersebut
harus segera dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan
dan dapat menyebabkan infeksi karena dianggap benda asing. Dalam
prakteknya bidan mempunyai kewenangan dan kompetensi untuk
melakukan prosedur plasenta manual. Bidan berwenang melakukan
tindakan plasenta manual bila terdapat tanda-tanda adanya perdarahan.
Bila setelah 30 menit plasenta tidak lepas dan tidak ada perdarahan
bidan hasrus segera merujuknya ke fasilitas kesehatan yang lebih
lengkap. Perdarahan di sini menandakan bahwa plasenta telah
mengalami pelepasan baik sudah seutuhnya maupun hanya sebagian
yang berarti menggambarkan retensio plasenta ini bukan karena
plasenta inkreta dan perkreta.
Q. ETIOLOGI KELAINAN TALI PUSAT DAN PLASENTA
1. Etiologi kelaian tali pusat/Porlaps tali pusat
Ada berbagai hal yang bisa menjadi penyebab prolaps tali pusat
mengutip dari American Pregnancy Association. Pertama, pergerakan
bayi yang terlalu berlebihan (hiperaktif) selama di dalam kandungan
bisa menimbulkan tekanan pada tali pusar ini. Selanjutnya, prolaps tali
pusat adalah kondisi yang juga bisa terjadi selama persalinan karena
adanya peregangan dan penekanan pada tali pusat bayi. Penyebab
lainnya juga bisa dikarenakan ketuban pecah dini, atau preterm
premature rupture of membranes (PPROM). PPROM adalah kondisi
ketuban yang pecah sebelum waktu kelahiran tiba sebelum usia 32
minggu. Hal ini menjadi penyebab prolaps tali pusat yang paling umum.
Kemungkinan peningkatan tekanan pada tali pusat, yang menyebabkan
tali pusat menutupi jalan lahir bisa mencapai 32-76 persen. Kantung
ketuban yang pecah sesaat sebelum bayi lahir atau sebelum kepala bayi
benar-benar berada di leher rahim dapat meningkatkan risiko prolaps tali
pusat.
Adapun penyebab dari prolaps tali pusat lainnya adalah sebagai berikut:
• Bayi lahir prematur atau lebih cepat dari usia kehamilan
seharusnya
• Sedang hamil anak kembar dua, tiga, atau lebih
• Jumlah air ketuban yang berlebih (polihidramnion)
• Bayi di dalam kandungan berada dalam posisi bayi sungsang
• Ukuran tali pusat lebih panjang dari normalnya
2. Etiologi kelainan plasenta/Retensio Plasenta
a. Sebab fungsional
• Faktor maternal
1) Usia lanjut
2) Multiparitas
• Faktor uterus
1) Bekas SC (sering plasenta tertanam pada jaringan cicatrix uterus)
2) Bekas pembedahan uterus
3) Anomali uterus
4) His yang kurang adekuat (penyebab utama)
5) Pembentukan contraction ring (lingkaran kontraksi pada bagian
bawah perut)
6) Bekas kuretase (yang terutama dilakukan setelah abortus)
7) Bekas pengeluaran plasenta secara manual
8) Bekas endometritis
• Tempat melekatnya yang kurang baik/implantasi cornual (contoh: di
sudut
tuba)

• Kelainan bentuk plasenta (ukuran plasenta terlalu kecil)


b. Sebab patologi anatomi (perlekatan plasenta yang abnormal)
• Plasent a belum lepas dari dinding uterus
1) Plasenta akreta
2) Plasenta inkreta
3) Plasenta perkreta
• Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian
bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio
plasenta).
R. PENATALAKSANAAN KELAINAN TALI PUSAT DAN PLASENTA
Beberapa pilihan cara untuk menangani prolaps tali pusat adalah sebagai
berikut:
1. Mengubah posisi bayi dan tali pusarnya
Sebagai solusi, dokter biasanya akan berusaha mengubah posisi bayi
dan tali pusarnya. Dengan begitu, kemungkinan bayi mengalami
kekurangan oksigen akibat prolaps tali pusat bisa diminimalisasi. Hal
ini juga berlaku ketika tekanan pada tali pusar bayi tidak terlalu besar.
Dokter mungkin akan meningkatkan pemberian oksigen bagi ibu
sehingga dapat membantu melancarkan aliran darah bayi.
2. Amnioinfusi

Selain itu, salah satu tindakan yang bisa dilakukan dalam kasus prolaps
tali pusat adalah dengan amnioinfusi. Amnioinfusi adalah tindakan
untuk mengatasi prolaps tali pusat dengan cara memasukkan larutan
salin ke dalam rahim selama proses persalinan berlangsung. Cara ini
dilakukan dengen tujuan untuk mengurangi potensi tekanan pada tali
pusat semakin besar.
3. Pemberian oksigen untuk ibu

Lain halnya ketika tekanan atau prolaps pada tali pusat tergolong ringan,
penanganan yang diberikan oleh dokter adalah meningkatkan oksigen
ibu. Tujuannya agar terjadi peningkatan aliran darah melalui plasenta.
Sementara untuk kasus yang lebih parah, kondisi prolaps tali pusat
sebelum proses kelahiran tiba adalah kondisi yang harus selalu dipantau
oleh dokter dan tim medis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya
risiko masalah pada tali pusat bayi. Jadi, ketika ditemukan adanya
gangguan tertentu yang berbahaya, seperti prolaps tali pusat, dokter bisa
memberikan penanganan untuk menyelamatkan Anda dan bayi.
Beberapa cara penatalaksanaan pada Retensio Plasenta
Pada kondisi Retensio plasenta dengan perdarahan > 500 cc, maka perlu
langsung melakukan plasenta manual.
a. Persiapan
1) Memasang infus

2) Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9 % atau
Ringer Laktat dengan kecepatan tetesan 60 tetes/menit dan 10 unit oksitosin
IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9 %
atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti
3) Menjelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan
4) Melakukan anastesi verbal/analgesik per rektal
5) Menyiapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi
b. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri
1) Memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
2) Menjepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan
dengan satu tangan sejajar lantai
3) Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap
ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat
4) Setelah mencapai pembukaan servik, minta seseorang asisten/penolong
lain untuk menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan keluar
untuk menahan fundus uteri
5) Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum
uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
6) Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu
jari
merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat)
c. Melepas plasenta dari dinding uterus
1) Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah
2) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap di sebelah
atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus
dimana punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu)
3) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat
dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus
dimana punggung tangan menghadap ke atas (anterior ibu)

4) Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus,


maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan
dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial) hingga semua perlekatan
plasenta terlepas dari dinding uterus.
d. Mengeluarkan plasenta
1) Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi
untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal
2) Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen
bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/penolong untuk menarik tali
pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari terjadinya
percikan darah)
3) Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan supra simpisis) uterus
ke arah dorso kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di
dalam wadah yang telah disediakan
e. Pencegahan infeksi pasca tindakan
1) Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain
yang digunakan
2) Lepaskan dan rendam sarung tangan serta peralatan lainnya di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
3) Cuci tangan
4) Keringkan tangan dengan handuk bersih
f. Pemantauan pasca tindakan
1) Periksa kembali tanda vital ibu
2) Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan
3) Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dan
asuhan lanjutan
4) Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
5) Lanjutkan pemantauan pada ibu hingga 2 jam pasca tindakan
g. Bila retensio plasenta tanpa perdarahan segera berikan rujukan
BAB III

KESIMPULAN

Komplikasi Kehamilan adalah gangguan kesehatan yang terjadi


selama masa kehamilan. Hal itu bisa melibatkan kesehatan ibu, kesehatan
bayi atau keduanya. Beberapa wanita hamil memiliki masalah kesehatan
yang muncul semaka kehamilan, sedangkan ada juga beberapa wanita yang
memiliki masalah kesehatan sebelum hamil yang bisa berujung pada
komplikasi selama kehamilan. Karena ada banyak sekali faktor yang dapat
memengaruhi kesehatan wanita dan bayinya, kesehatan saat kehamilan
bukanlah sesuatu yang bisa dijamin. Namun, apabila ibu mengetahui faktor
risiko serta tanda dan gejala kemungkinan komplikasi, ia dapat melakukan
langkah pencegahan atau mencari pertolongan medis dan menghindari
risiko kesehatan yang serius. Komplikasi kehamilan dapat disebabkan oleh
berbagai faktor; mulai dari gen wanita sampai lingkungan. Semua faktor
tersebut dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental wanita.
DAFTAR PUSTAKA

Ani Kristianingsih, A. H. (Januari 2018). HUBUNGAN KETERPAPARAN ASAP ROKOK


DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN EKTOPIK DI RSIA ANUGERAH MEDICAL CENTER
KOTA METRO TAHUN 2018. Jurnal Kebidanan , Vol 4, No 1, 30-33.

HIDAYATI, L. (2016). AKTOR RISIKO TERJADINYA PERSALINAN PREMATUR MENGANCAM


DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA.

Paulina Ika D.R Bere, M. S. (Juni, 2017). FAKTOR RISIKO KEJADIAN PRE-EKLAMSIA PADA
IBU HAMIL DI KABUPATEN BELU. JURNAL MKMI .

ROSMANENGSI. (2017, Agustus Rabu). MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL


DENGAN ABORTUS INKOMPLIT DI RSUD SYEKH YUSUF GOWA TAHUN 2017.
Karya Tulis Ilmiah , pp. 20,24,32.

Anda mungkin juga menyukai