Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PREMATURITAS

OLEH:

KELOMPOK I

1. FLORIDA I. MANEHAT (21201227)


2. ELVIDIANA ETI (21201228)
3. MARIA Y. GANUL (21201229)
4. KATARINA SNAE (21201230)
5. MELANIA E.DONI (21201231)
6. CHAMPHIDELI R.S. SALEMAN (21201255)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

1
2023

BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi
Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The
American Academy of Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk
menyebut prematur. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dibawah 37
minggu atau berat bayi kurang dari 2.500 gram (Manuaba, 2008). Bayi
prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama
dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Wong, 2008).

Bayi prematur adalah bayi yang lahir setelah 24 minggu dan sebelum
37 minggu kehamilan, dengan berat badan 2500 gram atau kurang saat lahir,
terlepas dari usia kehamilan tepat atau di bawah 37 minggu (Broker, 2008).
Secara patofisiologis menurut Nelson (2010), bayi BBLR ini berhubungan
dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu
juga disebabkan dismaturitas. Bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.

Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara


bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat
lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan
mortalitas bayi. Problem klinis terjadi lebih sering pada bayi prematur

2
dibandingkan dengan pada bayi lahir normal. Prematuritas menimbulkan
imaturitas perkembangan dan fungsi sistem, membatasi kemampuan bayi
untuk melakukan koping terhadap masalah penyakit. Bayi prematur dapat
bertahan hidup tergantung pada berat badannya, umur kehamilan, dan
penyakit atau abnormalitas. Prematur menyumbangkan 75% - 80% angka
kesakitan dan kematian neonatus.

B. ETIOLOGI

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor


ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti
penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga
merupakan penyebab terjadinya BBLR yaitu :
1. Faktor ibu.
a. Penyakit, seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan
lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilanyang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran
preterm.
c. Usia Ibu dan paritas, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia.
d. Faktor kebiasaan ibu yang berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
2. Faktor Janin
Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian premature adalah
hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
3. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi,
radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui
Secara jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur
terjadi pada ibu Yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini
dengan kekurangan perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan

3
antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat
selama kehamila, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain
merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia
yang masih muda,mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi
alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa
menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi
untuk keluar sebelum waktunya.karena bayi lahir sebelum masa gestasi
yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir
prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk
memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.
Persalinan prematur dapat diperkirakan dengan mencari faktor
resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai
demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu,
riwayat pielonefritis, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus
pada trimester l lebih dari 2 kali. Faktor resiko mayor adalah kehamilan
multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1cm
pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang
dari 1cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II
lebih dari l kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi
abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan
iritabilitas uterus.
D. MANIFESTASI KLINIK

Prematuritas adalah kondisi ketika bayi lahir sebelum usia kehamilan


37 minggu. Manifestasi klinis dari prematuritas dapat bervariasi
tergantung pada tingkat kematangan bayi dan seberapa dini kelahirannya.
Beberapa manifestasi klinis yang mungkin terjadi pada bayi prematur
antara lain:

 Berat badan rendah: Bayi prematur sering memiliki berat badan yang
rendah, karena mereka tidak sempat mengalami pertumbuhan selama
periode kehamilan yang cukup lama.
 Respirasi yang tidak adekuat: Bayi prematur mungkin memiliki kesulitan
bernapas atau memerlukan bantuan alat bantu pernapasan seperti oksigen
atau mesin ventilator.

4
 Suhu tubuh tidak stabil: Bayi prematur mungkin sulit untuk
mempertahankan suhu tubuh yang stabil, sehingga perlu dirawat di
inkubator atau diberi selimut khusus untuk menjaga suhu tubuhnya.
 Masalah pencernaan: Bayi prematur mungkin memiliki masalah
pencernaan, seperti kesulitan dalam menyerap nutrisi atau mengalami
gangguan pencernaan.
 Gangguan neurologis: Bayi prematur berisiko mengalami gangguan
neurologis, seperti perdarahan otak atau kerusakan saraf, karena otak
mereka belum sepenuhnya matang.
 Infeksi: Bayi prematur rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan
tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang.
 Masalah penglihatan: Bayi prematur dapat mengalami masalah
penglihatan seperti retinopati prematur, yaitu kondisi di mana pembuluh
darah di retina bayi tumbuh abnormal.
 Masalah perkembangan: Bayi prematur mungkin memerlukan intervensi
terapi atau perawatan yang lebih intensif untuk membantu perkembangan
fisik dan mental mereka.
Penting untuk diingat bahwa manifestasi klinis prematuritas dapat
bervariasi pada setiap bayi prematur dan penanganannya harus dilakukan
secara individual dan tergantung pada kebutuhan masing-masing bayi

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Prematuritas atau kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu


dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada bayi, seperti masalah
pernapasan, infeksi, dan gangguan neurologis. Oleh karena itu,
pemeriksaan diagnostik untuk memantau kehamilan dan memprediksi
risiko kelahiran prematur sangat penting. Beberapa pemeriksaan
diagnostik yang dapat dilakukan antara lain:

 Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

5
Pemeriksaan USG dapat digunakan untuk memperkirakan usia
kehamilan dan memantau pertumbuhan dan perkembangan janin. USG
juga dapat digunakan untuk mendeteksi masalah medis pada janin atau
plasenta yang dapat menyebabkan kelahiran prematur.
 Pemeriksaan cervix
Pemeriksaan cervix atau serviks dilakukan untuk mengevaluasi panjang
dan ketebalan leher rahim. Serviks yang lemah atau terbuka dapat
meningkatkan risiko kelahiran prematur. Pemeriksaan cervix dilakukan
dengan menggunakan alat khusus yang disebut spekulum dan kemudian
dokter akan memeriksa leher rahim dengan tangan atau USG
transvaginal.
 Pemeriksaan kultur bakteri
Pemeriksaan kultur bakteri dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi
bakteri pada vagina atau serviks yang dapat menyebabkan kelahiran
prematur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel lendir
dari vagina dan serviks dan kemudian dianalisis di laboratorium.
 Test kebersihan vaginal
Pemeriksaan kebersihan vaginal (vaginal fluid swab) dilakukan untuk
memeriksa tingkat keasaman atau pH dalam vagina dan mendeteksi
keberadaan bakteri atau infeksi. Tingkat pH yang tinggi atau adanya
bakteri atau infeksi dapat menunjukkan risiko kelahiran prematur.
 Pemeriksaan tes kematangan paru-paru
Pemeriksaan tes kematangan paru-paru (lung maturity test) dilakukan
untuk menilai kesiapan paru-paru bayi untuk bernapas setelah kelahiran.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel cairan dari rahim
dan dianalisis di laboratorium. Hasil tes ini dapat membantu dokter
dalam memutuskan apakah bayi harus lahir prematur atau ditunda
kelahirannya.
 Monitoring kontraksi

6
Monitoring kontraksi dilakukan untuk mengukur frekuensi dan kekuatan
kontraksi rahim pada ibu hamil. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter
untuk memantau risiko kelahiran prematur dan menentukan perawatan
yang diperlukan.
F. KOMPLIKASI

Menurut Proverawati & Sulistyorini (2010), terdapat beberapa


masalah yang dapat terjadi pada bayi prematur baik dalam jangka panjang
maupun jangka pendek.
Masalah jangka pendeknya antara lain; gangguan metabolik, gangguan
imunitas, gangguan pernafasan, gangguan system peredaran darah, serta
gangguan cairan dan elektrolit. Sedangkan komplikasi jangka panjang sendiri
antara lain, gangguan pertumbuhan dan perkembangan, gangguan neurologi
dan kognisi, gangguan atensi dan hiperaktif, serta masalak fisik lainnya.

7
BAB 2

PATOFLOW DIAGRAM ATAU WOC

E. PATHWAY
Etiologi

Faktor Janin
Faktor Ibu
Faktor Plasenta

BBLR

Jaringan lemak Prematuritas Fungsi organ-organ


Permukaan tubuh
subkutan lebih tipis belum baik
relatif lebih luas

Penurunan daya
Penguapan Kekurangann tahan
Pemaparan dgn suhuKehilangan
berlebih cadangan Reflex reflex bayi
luar panas
energi belum baik dan lemah
melalui kulit
Risiko infeksi
Kehilangan
cairan Kehilangan
panas Malnutrisi

Dehidrasi Resiko aspirasi


Hipoglikemia
hipovolemia Hipotermia

Hati Usus
Paru Ginjal Otak Mata Kulit
Konjugasi Dinding Peristaltik
bilirubin blm lambung belum Halus mudah
sempurna lunak sempurna Pertumbuh Imaturitas Imaturitas lensa lecet
an ddng Imaturitas sentrum2 vital mata sekunder efek
ginjal CO2
dada blm
Mudah sempurna
kembung 8 Risiko
Vesikel Regulasi
Pengosongan infeksi
paru imatur pernafasan Retrolentral
lambung belum Sekunder pioderma
fibroplasma l
sempurna terapi
Insufisiensi
Retinopati Sepsis
pernafasan
Refleks menelan
Pernafasan biot belum sempurna
Penyakit
membran
hialin Pola nafas tidak
efektif Deficit nutrisi

hiperbilirubin

BAB 3
Ikterus
Neonatus Disfungsi motilitas
gastrointestinal
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Fokus
1. Pengkajian
a. Biodata
a) Identitas bayi: Nama, jenis kelamin, BB, TB, LK, LD.
b) Identitas orang tua: Nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
c) Keluhan utama: BB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, hipotermi.
d) Riwayat penyakit sekarang.
e) Riwayat penyakit keluarga.
f) Riwayat penyakit dahulu.
b. Pemeriksaan Fisik Ibu
a) Riwayat kehamilan dan umur kehamilan.
b) Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan yang dahulu
dan sekarang.
c) Riwayat fisik dan kesehatan ibu saat pengkajian.
d) Riwayat penyakit ibu.
e) Psikososial dan spiritual ibu.
f) Riwayat perkawinan.
c. Pemeriksaan Fisik Bayi
a) Keadaan bayi saat lahir; BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LK 33 cm, LD
< 30 cm.
b) Inspeksi

9
1) Kepala lebih besar daripada badan, ubun-ubun dan sutura
lebar.
2) Lanugo banyak terdapat pada dahi, pelipis, telinga dan tangan.
3) Kulit tipis, transparan dan mengkilap.
4) Rambut halus, tipis dan alis tidak ada.
5) Garis telapak kaki sedikit.
6) Retraksi sternum dengan iga
7) Kulit menggantung dalam lipatan (tidak ada lemak sub kutan).
c) Palpasi
1) Hati mudah dipalpasi.
2) Tulang teraba lunak.
3) Limpa mudah teraba ujungnya.
4) Ginjal dapat dipalpasi.
5) Daya isap lemah.
6) Retraksi tonus – leher lemah, refleks Moro (+).
d) Perkusi
e) Auskultasi
1) Nadi lemah.
2) Denyut jantung 140 – 150 x/menit, respirasi 60 x/menit.

3.5 Analisa Data

Masalah penyebab
Ketidakefektifan pola nafas Pernapasan biot
Ketidakadekuatan pemberian ASI hiperbilirubin
b/d prematuritas
Disfungsi motalitas gastrointestinal Usus

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot -otot
pernafasan dan penurunan ekspansi paru.

10
b. Ketidakadekuatan pemberian ASI b/d prematuritas.
c. Disfungsi motalitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas
peristaltik di dalam sistem gastrointestinal.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan menerima nutrisi.
e. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b/d penurunan jaringan lemak
subkutan.
3. Intervensi Keperawatan
N Diognosa TUJUAN DAN INTERVENSI
o KRITERIA
HASIL
1. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan a. Monitor pernafasan
asuhan keperawatan
berhubungan dengan (kedalaman, irama,
selama 1x24 jam
imaturitas otot -otot jalan nafas dalam frekuensi )
kondisi bebas atau
pernafasan dan penurunan b. Atur posisi kepala lebih
paten dan pola
ekspansi paru nafas mejadi tinggi
efektif.
c. Monitor keefektifan
Kriteria Hasil :
1) Suara nafas jalan nafas, kalau kerlu
bersih, tidak ada lakukan suction.
sianosis, tidak d. Lakukan auskultasi
ada dispneu, bunyi nafas tiap 4 jam
bayi mampu e. Perthankan pemberian
bernapas O2
dengan mudah. f. Pertahankan bayi pada
2) Irama nafas inkubator dengan
teratur, penghangat
frekuensi Kolaborasii untuk X foto
pernafasan thorax
dalam batas
normal (30-40

11
kali/menit pada
bayi), tidak ada
suara nafas
abnormal.
Tanda-tanda vital
dalam batas normal
2. Ketidakadekuatan pemberian Setelah dilakukan a. Pertahankan
asuhan keperawatan
ASI b/d prematuritas bayi pada
selama 1x24 jam
bayi dapat inkubator
diberikan minum
dengan
ASI dengan efektif.
Kriteria Hasil: kehangatan
1) Tetap
37oC
mempertahanka
b. Beri popok
n laktasi.
dan selimut
2) Perkembangan
sesuai
dan
kondisi
pertumbuhan
c. Ganti segera
bayi dalam
popok yang
batas normal.
basah oleh
Kemampuan
urine atau
penyedia perawatan
faeces
dalam melakukan
d. Hindarkan
penghangatkan,
untuk sering
pencairan, dan
membuka
Setelah dilakukan
penutup
asuhan keperawatan
selama 1x24 jam karena akan
bayi dapat
menyebabkan
diberikan minum
ASI dengan efektif. fluktuasi
Kriteria Hasil:
suhu dan
1) Tetap
peningkatan
mempertahanka

12
n laktasi. laju
2) Perkembangan metabolisme
dan e. Atur suhu
pertumbuhan ruangan
bayi dalam dengan panas
batas normal. yang stabil.
3) Kemampuan
penyedia
perawatan
dalam
melakukan
penghangatkan,
pencairan, dan
penyimpanan
ASI secara
aman.
4) Berat badan
bayi bertambah
20-30
gram/hari.
5) Tidak ada
respon alergi
sistemik pada
bayi.
6) Status respirasi
seperti jalan
napas,
pertukaran gas,
dan ventilasi
napas bayi

13
adekuat.
3. a. Disfungsi Setelah mendapat a. Monitor
tindakan
motalitas tanda-tanda
keperawatan 3x24
gastrointestinal jam tidak terjadi infeksi
infeksi
b/d (tumor,
Kriteria Hasil :
ketidakadekuat a. Tidak ada tanda- dolor,
an aktivitas tanda infeksi rubor,
peristaltik di (tumor, dolor, calor,
dalam sistem rubor, calor, fungsiolaes
gastrointestinal fungsiolaesa) a)
. b. Suhu tubuh b. Lakukan
normal (36,5- cuci tangan
37oC)
sebelum
dan
sesudah
kontak
dengan
bayi
c. Anjurkan
kepada ibu
bayi untuk
memakai
jas saat
masuk
ruang bayi
dan
sebelum
dan/sesuda
h kontak
cuci tangan

14
d. Barikan
gizi
(ASI/PASI)
secara
adekuat
e. Pastikan
alat yang
kontak
dengan
bayi
bersih/steril
f. Berikan
antibiotika
sesuai
program
Lakukan perawatan tali
pusat setiap hari

REFERENSI

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit (Edisi 2). Jakarta : EGC.


Nurarif dan Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan.
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Mediaction: Yogyakarta
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.

15
Proverawati, A & Sulistyorini, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Dilengkapi Dengan Asuhan Pada Bblr Dan Pijat Bayi. Nuha Medika:
Yogyakarta
Rukiyah, Yulianti. 2012. Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV. Trans Info
MediA.

16

Anda mungkin juga menyukai