Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL

OLEH KELOMPOK I;

1. FLORIDA IFONIA MANEHAT


2. ARNOLDUS WARSI
3. ERASASMUS ANDRIANO
4. OKTAVIANA NARTI
5. ELISABET JULITA TRINI
6. YASINTUS MEOT
7. YUSTINA NIRMA
8. FIKTORIUS RONALDO DARJO
9. MARIA E.S. BARONG

PROGRAM STUDI KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2023
BAB I:

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi retardasi
mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi
intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan
dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam
definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
Penurunan fungsi intelektual secara umum menurut definisi Rick Heber diukur
berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit satu deviasi standar (1 SD) di bawah
rata-rata. Periode perkembangan mental menurut definisi ini adalah mulai dari lahir
sampai umur 16 tahun. Gangguan adaptasi sosial dalam definisi ini dihubungkan dengan
adanya penurunan fungsi intelektual. Menurut definisi ini tidak ada kriteria bahwa
retardasi mental tidak dapat diperbaiki seperti definisi retardasi mental sebelumnya.
Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang menyeluruh secara
bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi sosial, dan
bermanifestasi selama masa perkembangan.
 Klasifikasi
Anak Retardasi Mental Anak retardasi mental diklasifikasikan berdasarkan
tingkat IQ dan kemampuan dalam kehidupan sehari-hari. Anak keterbelakangan secara
mental dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu: retardasi mental berat,
retardasi mental sedang, dan retardasi mental ringan. 1. Retardasi Mental Berat dan
Sangat Berat Termasuk di dalam kelompok ini adalah mereka yang tidak mampu dilatih
untuk kepentingan ekonomi, tidak dapat berpartisipasi secara social, dan kesulitan
mengurus diri sendiri. klasifikasi berat memiliki IQ antara 32-20 menurut skala Binet,
dan 39-25 menurut skala Wechler. Retardasi mental sangat berat memiliki IQ di bawah 19
skala Binet dan di bawah 24 untuk skala Wechler. Retardasi mental berat dan sangat berat
memnutuhkan pengawasan dan perawatan sempurna selama hidup, mereka tidak dapat
melindungi dirinya atau berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Klasifikasi
kelompok ini sering disebut dengan idiot atau anak yang bergatung secara keseluruhan. 2.
Retardasi Mental Sedang Kelompok ini sering disebut dengan anak Embisil atau anak
mampu latih. Tingkat IQ klasifikasi ini adalah 51-36 berdasarkan skala Binet dan 54-40
berdasrkan skala Wechler. Anak Embisil masih dapat dididik, mengurus diri sendiri,
melindungi diri sendiri dari bahaya, seperti menghindari kebakaran, berjalan di jalan
raya, berlindung dari hujan, dan sebagainya. Anak embisil dapat diajak berbicara dan
mengerti, serta dapat melakukan tugas-tugas rutin dengan pengawasan ketat. Anak-anak
embisil tidak dapat membaca dan menulis dengan baik. Jurnal Movement and Education
ISSN 2808-5205 Volume 2 nomor 1, Juli 2021 78 3. Retardasi Mental Ringan Kelompok
ini sering disebut sebagai anak Moron atau Debil (Soemantri, 2007). Kelompok ini
memiliki IQ antara 68-52 menurut skala Binet, dan 69-55 menurut skala Wechsler.
Mereka masih dapat membaca dan menulis dalam tataran yang sederhana, tetapi memiliki
kemampuan mental yang dibawah rata-rata kemempuan anak pada umumnya. Anak
Moron dan Debil ini mampu menguasai kemampuan akademik dasar, serta memiliki
kemampuan beradaptasi secara intelektual dan social jika diberikan straegi dan teknik
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan intelektualnya. Namun klasifikasi yang
digunakan di Indonesia saat ini menurut (Apriyanto, 2012) sesuai dengan PP 72 tahun
1991 adalah tunagrahita ringan memiliki IQ 50-70, tunagrahita sedang memiliki IQ 30-
50, tunagrahita berat dan sangat berat memiliki IQ kurang dari 30
B. Etiologi
Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh kembang seorang
anak. Seperti diketahui faktor penentu tumbuh kembang seorang anak pada garis
besarnya adalah 3,4,5 faktor genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat
bawaan anak tersebut dan faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan pada
anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana (milieu) dimana anak tersebut
berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
untuk tumbuh kembang. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang ini secara
garis besar dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:
 Kebutuhan fisis-biomedis (asuh) - Pangan (gizi, merupakan kebutuhan
paling penting) - Perawatan kesehatan dasar (Imunisasi, ASI,
penimbangan bayi secara teratur, pengobatan sederhana, dan lain lain) -
Papan (pemukiman yang layak) - Higiene, sanitasi - Sandang - Kesegaran
jasmani, rekreasi
 Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih). Pada tahuntahun pertama
kehidupan hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu dan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin suatu proses tumbuh kembang
yang selaras, baik fisis, mental maupun sosial.
 Kebutuhan akan stimulasi mental (asah). Merupakan cikal bakal proses
pembelajaran (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini
membantu perkembangan mental- 173 Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3,
Desember 2000 psikososial (kecerdasan, ketrampilan, kemandirian,
kreativitas, kepribadian, moral-etika dan sebagainya). Perkembangan ini
pada usia balita disebut sebagai perkembangan psikomotor.
Etiologi retardasi mental dapat terjadi mulai dari pranatal,
perinatal dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan
lebih dari 1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak
diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung
dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososia.
C. Patofisiologi
Retardasi mental menunjukan pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-
hari.retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidak mampuan kognitif yang
muncul pada anak masa kanak-kanak (sebbelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan
fungsi kecerdasan dibawah normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang dan disertai
keterbatasan -keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif.berbicara dan
berbahasa.kemampuan keterampilan merawat diri ,kerumahtanggaan.keterampilan
sosial, penggunaan sara-sarana komunitas,pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan,akademik fungsional,bersantai dan bekerja.penyebab retasdasi mental bisa
digolongkan dalam penaal,penatal dan pasca natal.
D. Manifestasi Klinis
 Gangguan kognitif
 Lambatnya keterampilan dan bahasa
 Gagal melewati tahap perkembangan utama
 Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
 Terlambatnya perkemngan motorikhalus dan kasar
E. Penatalaksanaan
Penantalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat
individual.tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin
merupakan jalan yang baik.sebaliknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan
bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut
seoptimal mungkin.untuk itu perlu melibatkan psikolog untuk menilai
perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya,dokte anak perlu
memeriksa fisik anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau
kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran pekerja sosial kadang kadang
diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi
terapi.sering kali melibatkan lebih banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila anak
juga menderita epilepsi,palsiserebral.psikiater,bila anaknya menunjukan kelainan
tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga.ahli
rehabilitas,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan
sensoriknya.ahli terapi wicara,untuk memprbaiki gangguan bicaranya atau untuk
merangsang perkembangan bicaranya.serta diperlukan buruh pendidikan ,uar
biasa untuk anak -anak yang retardasi mental.
Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan
anaknya,dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan.kadang-kadang
diperlukan waktu yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan
anknya,maka perlu konsultasi pula dengan psikolog dan psikiater.disamping
itu,diperlukan kerja sama yang baik antara guru dengan orang tuanya agar tidak
terjadi kesimpang siurandalam strategi penanganan anak dirumah dan sekolah.
Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian.
Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah
SLBC.Disekolah ini diajarkan keterampilan -keterampilan dengan harapan
mereka dapat mandiri dikemudian hari.
F. Pemeriksaan diagnostik
Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunakan
DDST(Denver Developmental Sereening Test).maka diognosis ini dapat segera
dibuat.demikian pula anamnesis yang baik dari orangg tuanya,pengasuh atau
gurunya,sangat membantu dalam diognosis kelainan ini.setelah anak eumu 6
tahun dapat dilakukan test IQ.sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak
dapat diambil kesimpulan.pada kasus seperti ini,apabila tidak ada kelainan pada
system susunan saraf pusat.perlu anamnesi yang teliti apakah ada keluarga yang
cacat,mencari masalah lingkungan/faktor nonorganik lainnya dimana diperkirakan
mempengaruhi kelainan pada otak anak.
G. Komplikasi
 Serebral palcy
 Gangguan kejang
 Gangguan kejiwaan
 Gangguan kosentrasi/hiperaktif
 Defisit komunikasi
 Konstipasi
BAB II

PATHWAY

Prenatal

Retardasi mental Prinatal

Pasca natal

Ketidak mampuan kognitif

(IQ> 70 -75)

Berbicara berbahasa keterampilan merawat

Gangguan tumbuhan kembangan

Gangguan integrasi sosial kurang perawatan


BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1) Penkajian
 Kaji apakah menemukan kelianan dalam struktur kranium,misalnya
klasifikasi atau peningkatan tekanan darah
 Kaji apakah Ekoesefalogrfi dapat memperliahatkan tumor dan
hamotoma
 Kaji apakah biopsi otak hanyan berguna pada jumlah kecil anak
sekalipun kaena diangap ua unuk menerima pengambilan jaringan otak
dalam jumlah kecil diagnap menambah kerusakan otak yang memang
tidak adekuat.
 Kaji apakah motorik dan kognitifnya berfungsi dengan baik
 Kaji apakah ada infeksi maternal prenatal
 Kaji apakh umbuh kembang anak normal
2) Pemeiksaan penunjang
Dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunakan
DDST(Denver Developmental Sereening Test).maka diognosis ini dapat segera
dibuat.demikian pula anamnesis yang baik dari orangg tuanya,pengasuh atau
gurunya,sangat membantu dalam diognosis kelainan ini.setelah anak eumu 6
tahun dapat dilakukan test IQ.sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak
dapat diambil kesimpulan.pada kasus sepei ini,apabila tidak ada kelainan pada
system susunan saraf pusat.perlu anamnesi yang teliti apakah ada keluarga yang
cacat,mencari masalah lingkungan/faktor nonorganik lainnya dimana diperkirakan
mempengaruhi kelainan pada otak anak.
3) Analisa data

N Diognosa Masalah
o
1 Gangguan tumbuh Efek ketidak mampuan fisik
kembangan
2 Gangguan Retardadi mental
interaksi sosial
3 Defisit perawatan perubahan status mental
diri

Diagnosis Keperawatan (sesuai manifestasi klinis dan WOC)

No Diognosa keperawatan
1 Gangguan tumbuh kembangan berhubungan dengan Efek ketidak mampuan fisik
2 Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan retardasi mental
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan status mental

Intervensi Keperawatan
N Diognosa Kriterail hasil Intervensi keperawatan
o
1 Gangguan Setelah dilakukan asuhan Perawatan perkembangan
tumbuh keperawatan selama 2x24 jam Observasi:
kembangan pasien diharapakan membbaik  Idenifikasi pencapaian
berhubungan dengan kriterail hasil: tugas perkembangan anak
dengan efek  Keterampilan/perilaku  Identifikasi isyarat perilaku
ketidak meningkat dan fisiologis yang
mampuan  Kemampuan untuk ditunjukkan bayi
fisik melakukan perawatan diri
membaik Terapeutik:
 Respon sosial meningkat  Pertahankan sentuhan
 Kontak mata meningkat seminimal mungkin pada
 Kemarahan regresi bayi prematur
menurun  Berikan sentuhan yang
 Afek pola tidur membaik. bersifat gentle dan tidak
ragu-ragu
 Minimalkan kebisingan
ruangan
 Pertahanakan lingkungan
yang mendukung
perkembangan optimal
 Motivasi anak berinteraksi
dengan anak lain.
 Sediakan aktivitas yang
memotifasi anak untuk
berinteraksi dengan anak
lainnya.
 Fasilitasi anak berbagi dan
bergantian/bergilir
Edukasi :
 Jelaskna orang tua dan
pengasuh tentang mllestone
perkembangan anak dn
perilaku anak
 Anjurkan orang tua
menyentuh dan
menggendong bayinya
 Anjurkan orang tua untuk
beriteraksi dengan anaknya
 Ajarkan anak ketarampilan
beriteraksi
 Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi :
 Rujuk untuk konseling,jika
perlu
2 Gangguan Seelah dilakukan asuhan Modifikasi perilaku keterampilan
interaksi keperawatan selama 2x24 jam sosial
sosial pasien diharapkan membaik Observasi :
berhubungan dengan kriterial hasil;  Identifikasi penyebab
dengan  Perasaan nyaman dengan kurangnya keterampilan
retadasi situasi sosial meningkat sosial
mental  Responsif terhadap orang  Identifikasi fokus pelatihan
lain membaik keterampilan sosial
 Perasaan tertarik pada Terapeutik
orang lain menurun  Motivasi untuk berlatih
 Minat melakukan kontak keterampilan sosil
emosi membaik  Beri umpan balik
 Kontak mata membaik positif(misalnya;pujian,atau
 Ekspresi wajah responsif penghargaan)terhadap
membaik kemampuan sosialisasi
 Koopreatif dalam bermain  Liatkan keluarga selama
dengan sebaya meningkat latihan keterampilan
 Kooperatif dengan teman sosial,jika perlu
sebaya membaik Edukasi :
 Perilaku sesuai usia  Jelaskan tujuan melatih
meningkat keterampilan sosial
 Jelaskan respon dan
konsekuensi keterampilan
sosial
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan akibat masalah
yang dialami
 Anjurkan mengevaluasi
pencapain setiap interaksi
 Edukasi keluarga untuk
dukungan keterampilan
sosial
 Latih keterampilan sosial
secara bertahap

3 Defisit Seelah dilakukan asuhan Dukungan perawatan diri


perawatan diri keperawatan selama 2x 24 jam Observasi :
berhubungan pasien diharapkan membaik  Identifikasi kebiasaan
dengan dengan kriterial hasil: aktivitas perawatan diri
perubahan  Kemampuan mandi sesuai usia
status mental meningkat  Monitor tingkat
 Kemampuan makan kemandirian
meningkat  Identifikasi kebutuhan alat
 Minat melakukan bantu kebersihan
perawatan diri meningkat diri,berpakaian,berhias,dan
makan
Terapeutik ;
 Sediakan lingkungan yang
terapeutik
 Siapakan keperluan pribadi
 Dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri
 Fasilitas untuk menerima
keadaan ketergantngan
 Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
Edukasi ;
 Anjurkan
melakukanperawatan diri
secara konsisten sesuai
kemampuan
REFERENSI

1. Valente M, Tarjan G. Etiology factors in mental retardation. Psychiatric Ann Repr


1974:8-14.
2. Dionosa dan intervensi buku SDIK DAN SIKI
3. Patton, J.R., and Smith, M.B., 1986. Metal Retardation: Second Edition.
Colombus: Charles E. Merrill Publishing Company
4. MLA: Caesaria, Diah, et al. "Gambaran Umum Pola Asuh pada Anak Retardasi
Mental di RSUD DR. Soetomo." Jurnal Keperawatan Jiwa 1.2 (2019): 57-63.

Anda mungkin juga menyukai