Oleh :
14420192129
2019/2021
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social
B. Etiologi
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal,
perinatal dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan
lebih dari 1000 macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak
diantaranya yang dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung
dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
• Tampak sejak lahir atau usia dini
• Secara fisis tampak berkelainan/aneh
• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun
postnatal
• Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
• Biasanya merupakan retardasi mental ringan
• Diketahui pada usia sekolah
• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
• Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah
masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan
bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-
kultural.
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi
dalam:
a. Faktor organik
Faktor Prakonsepsi
1) Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolic,kelainan
neurocutaneos)
2) Kelainan kromosom (X-linked,translokasi,fragile-X) – sindrom
polygenic familial
b. faktor pranatal
1) Gangguan pertumbuhan otak trimester I
2) Kelainan kromosom (trisomi,mosaic)
3) Infeksi intrauterine,misalnya TORCH,HIV (Human
Immunodeficiency virus )
4) Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi,kokain,logam berat)
5) Disfungsi plasenta
6) Kelainan congenital dari otak (idiopatik)
7) Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III
8) Ibu:diabetes mellitus,PKU(Phenylketonuria)
9) Toksemia gravidarum
10) Ibu malnutrisi
c. Penyebab perinatal
1) Sangat premature
2) Asfiksia neonatorum
3) Trauma lahir : Perdarahan Intakranial
4) Meningitis
5) Kelainan metabolic : Hipoglikemia,Hiperbilirubinemia
d. Penyebab postnatal
1) Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
2) Neuro toksin,misalnya logam berat
3) CVA (Cerebrovascular accident)
4) Anoksia,misalnya tenggelam
5) Metabolic
6) Gizi buruk
7) Kelainan hormonal,misalnya hipotiroid,pseudohipoparatirid
8) Aminoaciduria,misalnya PKU (phenyl ketonuria)
9) Kelainan metabolism karbohidrat,galaktosemia
10) Polisakaridosis,misalnya sindrom Hurler
11) Cerebral lipidosis (Tay Sachs),dengan hepatomegali (Gaucher)
12) Penyakit degeneratif /metabolic lainnya
13) Infeksi
14) Meningitis,ensefalitis
15) Subakut sklerosing panesefalitis
e. Penyebab non organik
1) Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
2) Sosial cultural
3) Interaksi anak kurang
4) Penelantaran anak
C. Manisfestasi Klinik
a. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
b. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
d. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih
besar atau lebih kecil dari ukuran normal )
e. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
f. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
g. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
h. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
D. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup
sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau
ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak
( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di
bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan
berbahasa, kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumah tanggaan,
ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan
diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan
bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal,
perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara
dini pada masa kanak-kanak.
3. Kelainan kulit
3.1. Bintik café-au-lait
a. Ataksia – telengiektasia
b. Sindrom Bloom
c. Neurofibromatosis
d. Tuberous sclerosis
4. Kelainan rambut
4.1. Rambut rontok
a. Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopatik
4.2. Rambut cepat memutih
a. Atrofi progresif serebral hemisfer
b. Ataksia telangiektasia
c. Sindrom malabsorbsi methionin
4.3. Rambut halus
a. Hipotiroid
b. Malnutrisi
5. Kepala
a. Mikrosefali
b. Makrosefali
c. Hidrosefalus
d. Mucopolisakaridase
e. Efusi subdural
6. Perawakan pendek
a. Kretin
b. Sindrom Prader-wili
7. Distonia
a. Sindrom Hallervorden-spaz
Dibawah ini sekilas tentang perubahan perilaku terkait usia pada anak
dengan keterbelakangan mental :
1. Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)
Anak prasekolah (0-5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata dalam
berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat sambil
lalu tidak melihat keterbelakangan ini.
Usia sekolah (6- 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-
pemahaman dan kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga
sampai kelas enam oleh remaja tahap ini, dapat belajar untuk
menyesuaikan diri secara sosial.
Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial
dan kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan
bimbingan dan bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit
atau stress sosial.
2. Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35-49)
Anak prasekolah (0-5 tahun): sebagian besar perkembangan
kelihatan dengan jelas terlambat.
Usia sekolah (6 -21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat
kesehatan dasar dan kebutuhan keamanan.
Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan
atau semi terampil sederhana pada kondisi yang diawasi,
berpartisipasi pada permainan sederhana dan melakukan perjalanan
sendiri di tempat yang dikenal, mampu merawat diri sendiri.
3. Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20- 34)
Anak prasekolah (0-5 tahun): perkembangan motorik sangat
tertunda, sedikit atau tidak berbicara, mendapat mamfaat dari
pelatihan mengerjakan sendiri (misalnya makan sendiri).
Usia sekolah (6-21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat
ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan merespon
pembicaraan, dapat mengambil mamfaat dari pelatihan mengenai
kesehatan dan kebiasaan lain yang dapat diterima.
Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari
dan memperbesar perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan
pengawasan ketat dalam lingkungan yang dapat dikendalikan.
4. Keterbelakangan Mental Sangat Berat (IQ dibawah 20)
Anak prasekolah (0-5 tahun): keterbelakangan ekstrem disemua
bidang, kemampuan sensorik minimal, membutuhkan bantuan
perawatan diri.
Usia sekolah (6-21 tahun): semua bidang perkembangan tampak
jelas tertunda, respon berupa emosi dasar dan mendapatkan
manfaat dari pelatihan dalam penggunaan anggota badan dan
mulut, harus diawasi dengan ketat.
Dewasa (21 tahun keatas): barangkali dapat berjalan dan berbicara
dengan cara primitive, mendapatkan mamfaat dari aktivitas fisik
regular, tidak dapat merawat diri sendiri, tetapi membutuhkan
bantuan perawatan diri.
F. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang
menderita retardasi mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance
Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
b. Kejang lokal
c. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
2. Petechie pada periode neonatal
3. Chorioretinitis
4. Mikroptalmia
5. Kalsifikasi intrakranial
6. Mikrosefali
5. Serum asam urat (uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik
Beberapa uji tumbuh kembang:
Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley
Scales of infant development )
Uji perkembangan seperti DDST II
Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour
scales, Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour,
School edition of the adaptive behaviour scales ).
G. Pathway
1. Keturunan,pengaruh
1. Gangguan 1. Prematuritas 1. Infeksi 1. Kemiskinan lingkungan dan kelainan
metabolisme 2. Asfiksia (meningitis, dan keluarga mental lain
2. Kelainan 3. Kernikterus ensefalitis) tidak 2. Retardasi mental dapat
Kromosom 4. Hipoglikemia 2. Trauma fisik harmonis juga disebabkan oleh
3. Infeksi maternal 3. Kejang lama 2. Sosial cultural gangguan psikiatris
selama kehamilan 4. Intoksikasi 3. Interaksi anak berat dengan deviasi
4. Komplikasi (timah hitam, kurang psikososial atau
kehamilan merkuri) lingkungan (Ilmu
Kesehatan Anak FKUI,
Jakarta )
perkembangan
keluarga
Hubungan
sosial Defisit
Gangguan perawatan diri
Gangguan Gangguan
proses keluarga
komunikasi pertumbuhan
verbal dan
Gangguan perkembangan
interaksi Risiko cedera
sosial
H. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,
perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan
kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan
persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun
dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
2. Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat
dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak
menolong).
3. Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya
disekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah,
hiperaktif atau dektrukstif. Konseling kepada orang tua dilakukan secara
fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka
dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan Retardasi
mental.
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi
dan sangat individual oleh sebab itu sebaiknya :
a. Dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara
individual untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal
mungkin
b. Melibatkan psikolog untuk menilai perkembangan mental anak
terutama kemampuan kognitifnya,dokter anak untuk memeriksa fisik
anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan
yang mungkin ada,pekerja social diperlukan untuk menilai situasi
keluarganya.
c. Melibatkan ahli saraf bila anak juga menderita epilepsi,cerebral palsy
d. Melibatkan psikiater bila anak menunjukkan kelainan tingkah laku
atau bila orangtuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga
e. Melibatkan ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk merangsang
perkembangan motorik dan sensoriknya
f. Melibatkan ahli terapi wicara untuk memperbaiki gangguan bicaranya
atau untuk merangsang perkembangan bicaranya serta diperlukan guru
pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental.
g. Bagi orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai
keadaan anaknya dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang
diberikan serta diperlukan kerjasama yang baik antara guru dengan
orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi
penanganan anak di sekolah dan di rumah,anggota keluarga lainnya
juga harus diberi pengertian agar anak tidak diejek atau dikucilkan
h. Masyarakat perlu diberikan penerangan tentang retardasi mental agar
mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar
i. Diberikan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan taraf IQ-nya
mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi
mental ringan dan yang mampu dilatih untuk anak dengan retardasi
mental sedang,
j. Sekolah khusus untuk anak retardasi mental adalah SLB-C di sekolah
ini diajarkan juga keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka
dapat mandiri dikemudian hari diajarkan pula tentang baik buruknya
suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak melakukan
tindakan yang tidak terpuji sperti mencuri,merampas,kejahatan
seksual
k. Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan
seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring
terhadap tumbuh kembangnya.
l. Masalah nutrisi juga perlu mendapat perhatian
Salah satu peran yang penting dan paling utama yang dilakukan dokter
mencakup sintesis awal dan penyajian temuan – temuan diagnostik
kepada keluarga penderita. Proses ini melibatkan interaksi sensitif yang
rinciannya sering diingat dan diceritakan kata demi kata oleh para orang
tua selama bertahun – tahun kemudian. Klinis yang terampil memberikan
informasi lengkap dan akurat mengenai apa saja yang diketahui
menyangkut sifat dan kemungkinan penyebab kecacatan anak,
mengidentifikasi daerah kemampuan relatif dan perilaku adaptif,
memberikan dukungan emosional, bekerja sama dengan keluarga untuk
menentukan tujuan dan sasaran tertentu dan merumuskan strategi untuk
menajemen lebih lanjut, memberikan cukup kesempatan pada orangtua
untuk mengenali kebutuhan-kebutuhannya sendiri terhadap informasi
yang lebih lanjut, dan berespon secara jujur terhadap pertayaan-pertayaan
yang tidak dapat dijawab. Bila ditangani dengan baik, wawancara awal
yang penuh informasi dapat memberikan dasar yang kuat untuk kerja
sama terus menerus antara orangtua dan para ahli.
J. Komplikasi
1. Serebral palcy
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
5. Defisit komunikasi
6. Konstipasi
K. Perencanan Pulang dan Perawatan di Rumah
a) Rujuk anak dan keluarga ke lembaga dan ahki yang dapat memberi
bantuan khusus sehubungan dengan perawatan anak serta perawatan
dan hygene gigi
b) Rujuk keluarga ke lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk konseling
genetik, bantuan keuangan, peralatan adaptif, dan layanan-layanan
pendukung
c) Bekerja sama dengan kelurga dalam membentuk dan
mengimplementasikan renacana perbaikan perilaku
d) Fasilitas pembelajaran keterampilan yang benar dalam hal sosial,
kemasyarakatan, komunikasi, keamamanaan masyarakat, dan
menghindari orang asing ,serta perkembangan minat berhubungan
dengan kelompok sebaya dan bersantai dan berekreasi.
e) Fasilitas keikutsertaan anak dalam program sekolah, program rekreasi,
dan lingkungan masyarakat.
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses
pikir), Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal
melewati tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas
atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil
dari ukuran normal ), lambatnya pertumbuhan, tonus otot
abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan
terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit
kromosom Trisomi 21 ( Sindrom Down), Sindrom Fragile X,
Gangguan Sindrom (distrofi otot Duchene ), neurofibromatosis
( tipe 1), Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ),
Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature,
Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan
intracranial, Cedera kepala, Infeksi, Gangguan degenerative.
c. Riwayat prenatal
d. Riwayat perinatal
e. Riwayat post natal
f. Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami
penyakit yang serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya
retardasi mental, terutama dari ibu tersebut.
g. Riwayat sosial
4. Pengkajian pola fungsional gordon
a. Persepsi dan pola manajemen kesehatan
1) status kesehatan anak sejak lahir
2) pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi
3) Penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah
4) Praktek pencegahan kesehatan ( pakaian, menukar popok, dll)
5) Apakah orang tua merokok ?, didekat anak ?
6) Mainan anak/bayi (aman?) keamanan kendaraan ?
7) Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga,
menyimpan obat-obatan , dll)
b. Nutrisi – Pola Metabolic
1) Pemberian ASI/PASI, perkiraan jumlah minum, kekuatan
menghisap ( bagi yang masih bayi )
2) Selera makan, makanan tidak disukai/disukai
3) Masukan makanan selama 24 jam ? makanan tambahan ?
vitamin ?
4) Kebiasaan makan
5) Alat makan yang digunakan
6) Berat badan lahir? Berat badan saat ini?
7) Masalah kulit : rash, lesi, dll
Orang tua
- status nutrisi orang tua/keluarga? Masalah?
c. Pola Eliminasi
1) Pola defekasi (gambarkan: frekuensi, kesulitan, kebiasaan ada
darah/tidak)
2) Mengganti pakaian dalam/diapers ( bagi bayi )
3) Pola eliminasi urin (gambarkan : berapa kali popok basah/hari,
perkiraan jumlah , kekuatan keluarnya urin, bau, warna)
Orang tua
- Pola eliminasi ? masalah ?
d. Aktivitas – Pola Latihan
1) Rutin mandi ? ( kapan, bagaimana, dimana, menggunakan
sabun apa?)
2) Kebersihan rutin ( pakaian, dll)
3) Aktivitas sehari-hari dirumah, bermain, tipe mainan yang
digunakan, teman bermain, penampilan anak saat bermain, dll)
4) Level aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans
5) Persepsi anak terhadap kekuatan ( kuat atau lemah )
6) Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan, toileting,
berpakaian, dll )
Orang tua
- Aktivitas/pola latihan, pemeliharaan anak, pemeliharaan
rumah ?
e. Pola Istirahat – Tidur
1) Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam, dll
2) Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia ?
3) Posisi tidur anak? Gerakan tubuh ?
f. Pola Kognitif – Persepsi
1) Responsive anak secara umum
2) Respons anak untuk berbicara, suara, object, sentuhan?
3) Apakah anak mengikuti object dengan matanya ? respon untuk
meraih mainan
4) Vokal suara, pola bicara, mainan, dsb
5) Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat,
nomor telepon, dsb
6) Kemampuan anak untuk mengatakan kebutuhan : lapar, haus,
nyeri, tidak nyaman ?
Orang tua
- Kesulitan membuat keputusan, judgments ?
g. Persepsi Diri – Pola Konsep Diri
1) status mood bayi/anak ( iritabilitas )
2) Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetyensi,dll
Anak/Bayi :
a. Status mood?
b. Banyak teman / seperti yang lainnya /
c. Persepsi diri (”baik” umumnya waktu, sulit untuk menjadi
”baik” )
d. Kesepian ?
e. Takut ?
Orang tua
- Persepsi diri sebagai orang tua
h. Pola Peran – Hubungan
1) struktur keluarga
2) Masalah / Stressor keluarga
3) Interaksi antara anggota keluarga dan anak
4) Respon anak/bayi terhadap perpisahan
5) Anak : ketergantungan?
6) Anak : pola bermain /
7) Anak : temper tantrum ? masalah disiplin / penyesuaian
sekolah ?
Orang tua :
- Peran ikatan ? kepuasan ?
- Pekerjaan/ sosial / hubungan perkawinan ?
i. Sexualitas
j. Koping – Pola Toleransi Stress
1) Apa yang menyebabkan stress pada anak? Level
stress? Toleransi ?
2) Pola penanganan masalah, support system ?
k. Nilai – Pola Keyakinan
1) Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen /
2) Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
Orang tua
- sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality)
semangat untuk masa depan ?
- Keyakianan akan kesembuhan, dampak penyakit dan
tujuan ?
5. Pemeriksaan fisik
1. Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala
tdk simetris)
2. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus,
mudah putus dan cepat berubah
3. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
4. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar,
ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll
5. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas,
langit-langit lebar/melengkung tinggi
6. Geligi : odontogenesis yang tdk normal
7. Telinga : keduanya letak rendah; dll
8. Muka : panjang filtrum yang bertambah,
hipoplasia
9. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak
sempurna
10. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang
kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
11. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
12. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
13. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang &
tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Kromosom
b. Pemeriksaan urin,scrum atau titer virus
c. Test Diagnostik seperti :EEG,CT Scan untuk identifikasi
abnormalitas perkembangan jaringan otak,injury jaringan otak
atau trauma yang mengakibatkan perubahan.
B. Diagnosa Keperawatan
no Diagnosa keperawatan kode
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan D.0106
kelainan fungsi kognitif
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evalusi Keperawatan
1. Proses (sumatif)
Fokus tipe ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan sesudah
perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien
pada akhir tindakan keperawatan klien
DAFTAR PUSTAKA
Titi Sunarwati Sularyo, M. K.2000. Retardasi Mental. Sari Pediatri, II, 170- 177.
SDKI, DPP & PPNI, 2016. Sandar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi
dan indicator diagnostik Edisi 1. Jakarta : DPPPPNI