PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterbelakangan mental ( Retardasi Mental, RM ) atau disebut juga
oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental, maka
dari itu reterdasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan umum yang dibawah rata-rata disertai dengan kekurangan
kemampuannya untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif), yang mulai timbul
sebelum usia 18 tahun atau keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal)
sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Pembatasan ini akan
menyebabkan anak belajar dan berkembang dengan lambat daripada anak lain.
Anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk berbicara,
berjalan, dan menjaga kebutuhan personalnya seperti memakai baju dan makan.
Mereka punya masalah belajar disekolah, mereka akan belajar tetapi itu akan
makan waktu lebih lama dan ada beberapa hal yang mereka tidak bisa pelajari.
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar
terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental
berat sekitar 0,3 % dari seluruh populasi dan hampir 3 % mempunyai IQ dibawah
70. Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena
0,1 % dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan
sepanjang hidupnya.
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di Indonesia 1-3
% penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena
retardasi mental kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan
dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak
sekolah dengan puncak umur 10-14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali
lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Sehingga retardasi
mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar medis dan suhan keperawatan pada anak
dengan reterdasi mental.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui landasan teori dari anak dengan retardasi mental (pengertian,
etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,
prognosis, komplikasi, dan penatalaksanaan).
2) Mengetahui WOC pada anak dengan retardasi mental.
3) Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental secara
efisien dan tepat dengan peka budaya serta menghargai sumber-sumber
etnik, agama, atau faktor lain dari setiap klien yang unik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Defenisi Reterdasi Mental
American Association on Mental Deficiency(AAMD) membuat definisi
retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu
penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal
penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan ada rendahnya (impairment)
keterampilan, kecakapan, skill selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh terhadap intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik
dan sosial.
Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal
terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih
gangguan dari:
a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social
2. Etiologi
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal
dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000
macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang
dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas
penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
• Tampak sejak lahir atau usia dini
• Secara fisis tampak berkelainan/aneh
• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun
postnatal
• Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
• Biasanya merupakan retardasi mental ringan
• Diketahui pada usia sekolah
• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
• Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah
masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa
retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :
a. Penyebab Organik
Faktor Prakonsepsi
1) Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolic,kelainan
neurocutaneos)
2) Kelainan kromosom (X-linked,translokasi,fragile-X) – sindrom
polygenic familial
b. Faktor prenatal :
Penyakit kromosom (Trisomi 21 ( Sindrom Down)
Kelainan genetik/herediter
Intoksikasi
Gangguan metabolisme sejak lahir (Fenilketonuria)
Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV (Human
Immunodenficiency virus)
Zat- zat teratogen (alcohol, radiasi, kokian, logam berat)
Disfungsi plasenta
Toksemia gravidarum
Ibu malnutrisi
c. Faktor Perinatal :
Abrupsio plasenta
Diabetes maternal
Kelahiran premature
Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial
Meningitis
Asfiksia neonatorum
Kelainan metabolic : Hipoglikemia, Hiperbilirubinemia
d. Faktor Pasca natal :
Cedera kepala, trauma berat pada kepala/ susunan saraf pusat
Neuro toksin, misalnya logam berat
Gangguan degenerative
CVA (Cerebrovascular accident)
Anoksia, misalnya tenggelam
Metabolic
Gizi buruk
Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
Aminoaciduria,misalnya PKU (phenyl ketonuria)
Kelainan metabolisme karbohidrat,galaktosemia
Polisakaridosis,misalnya sindrom Hurler
Cerebral lipidosis (Tay Sachs),dengan hepatomegali (Gaucher)
Infeksi
Penyakit degenerative/ metabolic lainnya
Meningitis, ensefalitis
Subakut sklerosing panesefalitis
e. Penyebab non organik
Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
Sosial cultural
Interaksi anak kurang
Penelantaran anak
f. Penyebab lain :
Keturunan, pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain, retardasi mental
dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris berat dengan deviasi
psikososial atau lingkungan.
3. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidak mampuan kognitif yang
muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan
fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif :
berbicara dan berbahasa, kemampuan/ketrampilan, merawat diri, kerumah
tanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan
diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan
pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-
kanak.
4. Penyimpangan KDM
Prenatal
Reterdasi Mental Perinatal
Pasca natal
Ketidakmampuan
kognitif (IQ <70-75
5. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala reterdasi mental yaitu :
Gangguan kognitif ( pola, proses pikir)
Lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa
Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
Lingkar kepala diatas atau dibawah normal
Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
Kemungkinan tonus otot abnormal
Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
6. Komplikasi
Serebral palcy
Gangguan kejang
Gangguan kejiwaan
Gangguan konsentrasi /hiperaktif
Defisit komunikasi
Konstipasi
7. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental, yaitu dengan :
1) Kromosomal Kariotipe.
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2) EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3) CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sclerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang local
e. Dicurigai adanya tumor intracranial
4) Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intracranial
g. Mikrosefali
5) Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6) Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolic
b. Kejang mioklonik
Beberapa uji tumbuh kembang:
Uji intelegensi standar (stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development).
Uji perkembangan seperti DDST II
Pengukuran fungsi adaktif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-
Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive
behaviour scales ).
9. Prognosis
1) Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran
(umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik,
kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan
peradangan otak pada anak-anak).\
2) Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka
dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
3) Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah
luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif. Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan
pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi
frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental.
10. Klasifikasi
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders ,
WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu
menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.
Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen
(makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung
kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran
normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah,
dan banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks
sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak
ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan
terlihat bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai
masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri
dengan tradisi budaya.
b. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan per
kembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya
terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan keterampilan
motorik juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya
membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas,
sebagian masih bisa belajar dasar-dasar membaca, menulis dan berhitung.
c. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental
sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan
yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya
mengalami kerusakan motorik yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental
sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan
yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya
mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
d. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ < 20
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.
Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada
bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.
2. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
2. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus
dan cepat berubah
3. Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
4. Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas, dll
5. Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
6. Geligi : odontogenesis yang tdk normal
7. Telinga : keduanya letak rendah, dll
8. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
9. Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
10. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu
jari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
11. Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
12. Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
13. Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang
kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.
3. Pengkajian perkembangan anak (Penilaian berdasarkan format
DDST/Denver II ) bagi anak usia 0 – 6 tahun
a. kemandirian dan bergaul
b. Motorik halus
c. Kognitif dan bahasa
d. Motorik kasar
Bagi anak diatas 6 tahun, maka ditanyakan tumbuh kembang secara umum
sbb:
1) Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini
2) Pertumbuhan gigi
- usia tumbuh gigi
- jumlah
- masalah dengan pertumbuhan gigi
e. Usia mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama
f. Perkembangan sekolah, lancar ? masalah apa ?
g. Interaksi dengan peers dan orang dewasa
h. Partisipasi dengan kegiatan organisasi ( kesenia, Olahraga, dsb)
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Kromosom
b. Pemeriksaan urin,scrum atau titer virus
c. Test Diagnostik seperti : EEG, CT Scan untuk identifikasi
abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau
trauma yang mengakibatkan perubahan.
B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan kode
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan D.0106
kelainan fungsi kognitif
2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan D.0120
perubahan status kesehatan anggota keluarga
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan D.0119
dengan lambatnya keterampilan ekspresi dan
resepsi bahasa
4. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan D.0118
kesulitan bicara/kesulitan adaptasi social.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan D.0109
perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan
perkembangan
6. Risiko cedera berhubungan dengan dengan D.0136
perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik
C. Intervensi
SDKI, DPP & PPNI, 2016. Sandar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indicator diagnostik Edisi 1. Jakarta : DPPPPNI.
Titi Sunarwati Sularyo, M. K.2000. Retardasi Mental. Sari Pediatri, II, 170- 177.