Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterbelakangan mental ( Retardasi Mental, RM ) atau disebut juga
oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental, maka
dari itu reterdasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan umum yang dibawah rata-rata disertai dengan kekurangan
kemampuannya untuk menyesuaikan diri (berperilaku adaptif), yang mulai timbul
sebelum usia 18 tahun atau keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal)
sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan,
tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Pembatasan ini akan
menyebabkan anak belajar dan berkembang dengan lambat daripada anak lain.
Anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk berbicara,
berjalan, dan menjaga kebutuhan personalnya seperti memakai baju dan makan.
Mereka punya masalah belajar disekolah, mereka akan belajar tetapi itu akan
makan waktu lebih lama dan ada beberapa hal yang mereka tidak bisa pelajari.
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar
terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental
berat sekitar 0,3 % dari seluruh populasi dan hampir 3 % mempunyai IQ dibawah
70. Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena
0,1 % dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan
sepanjang hidupnya.
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di Indonesia 1-3
% penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena
retardasi mental kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan
dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak
sekolah dengan puncak umur 10-14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali
lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Sehingga retardasi
mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar medis dan suhan keperawatan pada anak
dengan reterdasi mental.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui landasan teori dari anak dengan retardasi mental (pengertian,
etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang,
prognosis, komplikasi, dan penatalaksanaan).
2) Mengetahui WOC pada anak dengan retardasi mental.
3) Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental secara
efisien dan tepat dengan peka budaya serta menghargai sumber-sumber
etnik, agama, atau faktor lain dari setiap klien yang unik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Medis
1. Defenisi Reterdasi Mental
American Association on Mental Deficiency(AAMD) membuat definisi
retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu
penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa
perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal
penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi
intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan.
Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti
atau tidak lengkap, yang terutama ditandai dengan ada rendahnya (impairment)
keterampilan, kecakapan, skill selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh terhadap intelegensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik
dan sosial.
Retardasi Mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal
terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih
gangguan dari:
a. Maturasi
b. Proses belajar
c. Penyesuaian diri secara social

2. Etiologi
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal
dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000
macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang
dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas
penyebab biologis dan psikososial.
Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat
• Tampak sejak lahir atau usia dini
• Secara fisis tampak berkelainan/aneh
• Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun
postnatal
• Tidak berhubungan dengan kelas sosial
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
• Biasanya merupakan retardasi mental ringan
• Diketahui pada usia sekolah
• Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
• Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah)
• Ada hubungan dengan kelas sosial
Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah
masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa
retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural.
Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam:
Kelainan ini dapat digolongkan menjadi :
a. Penyebab Organik
Faktor Prakonsepsi
1) Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolic,kelainan
neurocutaneos)
2) Kelainan kromosom (X-linked,translokasi,fragile-X) – sindrom
polygenic familial
b. Faktor prenatal :
 Penyakit kromosom (Trisomi 21 ( Sindrom Down)
 Kelainan genetik/herediter
 Intoksikasi
 Gangguan metabolisme sejak lahir (Fenilketonuria)
 Infeksi intrauterine, misalnya TORCH, HIV (Human
Immunodenficiency virus)
 Zat- zat teratogen (alcohol, radiasi, kokian, logam berat)
 Disfungsi plasenta
 Toksemia gravidarum
 Ibu malnutrisi
c. Faktor Perinatal :
 Abrupsio plasenta
 Diabetes maternal
 Kelahiran premature
 Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial
 Meningitis
 Asfiksia neonatorum
 Kelainan metabolic : Hipoglikemia, Hiperbilirubinemia
d. Faktor Pasca natal :
 Cedera kepala, trauma berat pada kepala/ susunan saraf pusat
 Neuro toksin, misalnya logam berat
 Gangguan degenerative
 CVA (Cerebrovascular accident)
 Anoksia, misalnya tenggelam
 Metabolic
 Gizi buruk
 Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
 Aminoaciduria,misalnya PKU (phenyl ketonuria)
 Kelainan metabolisme karbohidrat,galaktosemia
 Polisakaridosis,misalnya sindrom Hurler
 Cerebral lipidosis (Tay Sachs),dengan hepatomegali (Gaucher)
 Infeksi
 Penyakit degenerative/ metabolic lainnya
 Meningitis, ensefalitis
 Subakut sklerosing panesefalitis
e. Penyebab non organik
 Kemiskinan dan keluarga tidak harmonis
 Sosial cultural
 Interaksi anak kurang
 Penelantaran anak
f. Penyebab lain :
Keturunan, pengaruh lingkungan dan kelainan mental lain, retardasi mental
dapat juga disebabkan oleh gangguan psikiatris berat dengan deviasi
psikososial atau lingkungan.

3. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidak mampuan kognitif yang
muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan
fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif :
berbicara dan berbahasa, kemampuan/ketrampilan, merawat diri, kerumah
tanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan
diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan
pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-
kanak.
4. Penyimpangan KDM
Prenatal
Reterdasi Mental Perinatal
Pasca natal

Ketidakmampuan
kognitif (IQ <70-75

Berbicara Berbahasa Keterampilan


merawat

Gangguan Gangguan Kurang


pertumbuhan dan Komunikasi perawatan diri
perkembangan

5. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala reterdasi mental yaitu :
 Gangguan kognitif ( pola, proses pikir)
 Lambatnya keterampilan ekspresi dan resepsi bahasa
 Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
 Lingkar kepala diatas atau dibawah normal
 Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
 Kemungkinan tonus otot abnormal
 Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
 Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
6. Komplikasi
 Serebral palcy
 Gangguan kejang
 Gangguan kejiwaan
 Gangguan konsentrasi /hiperaktif
 Defisit komunikasi
 Konstipasi

7. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental, yaitu dengan :
1) Kromosomal Kariotipe.
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2) EEG (Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3) CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sclerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang local
e. Dicurigai adanya tumor intracranial
4) Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intracranial
g. Mikrosefali
5) Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6) Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolic
b. Kejang mioklonik
Beberapa uji tumbuh kembang:
 Uji intelegensi standar (stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development).
 Uji perkembangan seperti DDST II
 Pengukuran fungsi adaktif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-
Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive
behaviour scales ).

8. Penatalaksanaan/ terapi pengobatan


1) Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu
bergerak, konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang
sering digunakan dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk
menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya :
 Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari.
 Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas
dapat menimbulkan convulsi.
 Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala
hyperkinetik
Obat-obatan untuk konvulsi :
 Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala
hyperkinetik, gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
 Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik).
 Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetic.
Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
 Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
 Glutamic acid.
 Gamma amino butyric acid (Gammalon).
 Pabenol
 Nootropil.
 Amphetamin dsb.
2) Non Farmakologi
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang
tuanya. Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual,
psikoterapi kelompok dan manipulasi lingkungan (merubah lingkungan anak
yang tidak menguntungkan bagi anak tersebut).
Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi
dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakanperubahan sikap, tingkah
laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya
ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari pihak terapis (yang
mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat
koreksikoreksi terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat
diperlukan juga ketekunan dan kesadaran dalam merawatanak-anak dengan
retardasi mental serta melaporkan kepada dokter bila dalam observasi
terdapattingkah laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak
tersebut maupun lingkungannya(teman-teman disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat
hubungan anak dengan orang tua, saudara-saudaranya maupun dengan
masyarakat sekitarnya. Tugas utamanya mencari data-data anak dan orang tua
serta hubungan anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orangtua
anak dengan retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga)
untuk mengubah sikap orang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap
penderita. Dapat diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu.
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya
untuk mengurangi sikap rendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena
ternyata banyak ibu lain yang mengalami nasib serupa, mempunyai anak
dengan retardasi mental. Dengan demikian ibu dapat bersikap lebih realistik
dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat merencanakan program yang
baik bagi anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas memberi terapi
kelompok untuk ibu-ibu tersebut di atas.

9. Prognosis
1) Pencegahan primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan
keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran
(umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik,
kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan
peradangan otak pada anak-anak).\
2) Pencegahan sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan
subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka
dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).
3) Pencegahan tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah
luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif. Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan
pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi
frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental.
10. Klasifikasi
Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders ,
WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69
Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu
menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.
Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen
(makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung
kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran
normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah,
dan banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks
sosiokultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak
ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan
terlihat bahwa mereka mengalami gangguan, misal tidak mampu menguasai
masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri
dengan tradisi budaya.
b. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat
dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan per
kembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya
terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan keterampilan
motorik juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya
membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas,
sebagian masih bisa belajar dasar-dasar membaca, menulis dan berhitung.
c. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental
sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan
yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya
mengalami kerusakan motorik yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental
sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan
yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya
mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.
d. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ < 20
Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas
kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi.
Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada
bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.

Tabel Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan

Usia Prasekolah Usia Sekolah (0-21 Usia Dewasa (>


RM IQ
(0-5 tahun) tahun) 21 tahun)
Sangat < 20 Reterdasi jelas Beberapa Perkembangan
berat perkembangan motoric motorik dan bicara
dapat merespon namun sangat terbatas
terbatas
Berat 20-30 Perkembangan Dapat bicara atau Dapat berperan
motorik yang miskin berkomunikasi namun sebagian dalam
latihan kejujuran tidak pemeliharaan diri
bermanfaat sendiri dibawah
pengawasan ketat
Sedang 35-49 Dapat berbicara atau Latihan dalam Dapat bekerja
belajar keterampilan social sendiri tanpa
berkomunikasi , dan pekerjaan dapat dilatih namun
ditangani dengan bermanfaat, dapat perlu pengawasan
pengawasan sedang pergi sendiri ketempat terutama jika
yang telah dikenal berada dalam
stress
Ringan 50-69 Dapat Dapat belajar Biasanya dapat
mengembangkan keterampilan akademik mencapai
keterampilan social sampai ± kelas 6 SD keterampilan
dan komunikasi, social dan
reterdasi minimal kejujuran namun
perlu bantuan
terutama bila
stress

11. Perencanaan pulang dan perawatan di rumah


a. Rujuk anak dan keluarga ke lembaga dan ahli yang dapat memberi bantuan
khusus sehubungan dengan perawatan anak serta perawatan dan hygene gigi.
b. Rujuk keluarga ke lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk konseling genetik,
bantuan keuangan, peralatan adaptif, dan layanan-layanan pendukung.
c. Bekerja sama dengan kelurga dalam membentuk dan mengimplementasikan
renacana perbaikan perilaku.
d. Fasilitas pembelajaran keterampilan yang benar dalam hal sosial,
kemasyarakatan, komunikasi, keamamanaan masyarakat, dan menghindari
orang asing, serta perkembangan minat berhubungan dengan kelompok sebaya,
bersantai dan berekreasi.
e. Fasilitas keikutsertaan anak dalam program sekolah, program rekreasi, dan
lingkungan masyarakat.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan
kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi,
perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat
pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional,
pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif (pola, proses pikir),
Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati
tahap perkembangan yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah
normal (kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran
normal), lambatnya pertumbuhan, tonus otot abnormal ( lebih sering
tonus otot lemah), ciri-ciri dismorfik, dan terlambatnya
perkembangan motoris halus dan kasar.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit
kromosom Trisomi 21 (Sindrom Down), Sindrom Fragile X,
Gangguan Sindrom (distrofi otot Duchene), neurofibromatosis (tipe
1), Gangguan metabolisme sejak lahir (Fenilketonuria), Abrupsio
plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature, Kondisi neonatal
termasuk meningitis dan perdarahan intracranial, Cedera kepala,
Infeksi, Gangguan degenerative.
c. Riwayat prenatal
d. Riwayat perinatal
e. Riwayat post natal
f. Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit
yang serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi
mental, terutama dari ibu tersebut.
g. Riwayat sosial
1. Pengkajian pola fungsional gordon
a. Persepsi dan pola manajemen kesehatan
1) status kesehatan anak sejak lahir
2) pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi
3) Penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah
4) Praktek pencegahan kesehatan ( pakaian, menukar popok, dll)
5) Apakah orang tua merokok ?, didekat anak ?
6) Mainan anak/bayi (aman?) keamanan kendaraan ?
7) Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan
obat-obatan , dll)
b. Nutrisi – Pola Metabolic
1) Pemberian ASI/PASI, perkiraan jumlah minum, kekuatan
menghisap (bagi yang masih bayi )
2) Selera makan, makanan tidak disukai/disukai
3) Masukan makanan selama 24 jam? makanan tambahan ? vitamin?
4) Kebiasaan makan
5) Alat makan yang digunakan
6) Berat badan lahir? Berat badan saat ini?
7) Masalah kulit : rash, lesi, dll
Orang tua
- status nutrisi orang tua/keluarga? Masalah?
c. Pola Eliminasi
1) Pola defekasi (gambarkan: frekuensi, kesulitan, kebiasaan ada
darah/tidak)
2) Mengganti pakaian dalam/diapers ( bagi bayi )
3) Pola eliminasi urin (gambarkan : berapa kali popok basah/hari,
perkiraan jumlah , kekuatan keluarnya urin, bau, warna)
Orang tua
- Pola eliminasi ? masalah ?
d. Aktivitas – Pola Latihan
1) Rutin mandi ? ( kapan, bagaimana, dimana, menggunakan sabun
apa?)
2) Kebersihan rutin ( pakaian, dll)
3) Aktivitas sehari-hari dirumah, bermain, tipe mainan yang
digunakan, teman bermain, penampilan anak saat bermain, dll)
4) Level aktivitas anak/bayi secara umum, tolerans
5) Persepsi anak terhadap kekuatan ( kuat atau lemah )
6) Kemampuan kemandirian anak ( mandi, makan, toileting,
berpakaian, dll )
Orang tua
- Aktivitas/pola latihan, pemeliharaan anak, pemeliharaan rumah ?
e. Pola Istirahat – Tidur
1) Pola istirahat/tidur anak, perkiraan jam, dll
2) Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia ?
3) Posisi tidur anak? Gerakan tubuh ?
f. Pola Kognitif – Persepsi
1) Responsive anak secara umum
2) Respons anak untuk berbicara, suara, object, sentuhan?
3) Apakah anak mengikuti object dengan matanya ? respon untuk
meraih mainan
4) Vokal suara, pola bicara, mainan, dsb
5) Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor
telepon, dsb
6) Kemampuan anak untuk mengatakan kebutuhan : lapar, haus,
nyeri, tidak nyaman ?
Orang tua
- Kesulitan membuat keputusan, judgments ?
g. Persepsi Diri – Pola Konsep Diri
1) status mood bayi/anak ( iritabilitas )
2) Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetyensi,dll
Anak/Bayi :
a. Status mood?
b. Banyak teman / seperti yang lainnya /
c. Persepsi diri (”baik” umumnya waktu, sulit untuk menjadi ”baik” )
d. Kesepian ?
e. Takut ?
Orang tua
- Persepsi diri sebagai orang tua
h. Pola Peran – Hubungan
1) struktur keluarga
2) Masalah / Stressor keluarga
3) Interaksi antara anggota keluarga dan anak
4) Respon anak/bayi terhadap perpisahan
5) Anak : ketergantungan?
6) Anak : pola bermain /
7) Anak : temper tantrum ? masalah disiplin / penyesuaian sekolah ?
Orang tua :
- Peran ikatan ? kepuasan ?
- Pekerjaan/ sosial / hubungan perkawinan ?
i. Sexualitas
j. Koping – Pola Toleransi Stress
1) Apa yang menyebabkan stress pada anak?Level stress? Toleransi ?
2) Pola penanganan masalah, support system ?
k. Nilai – Pola Keyakinan
1) Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku, komitmen /
2) Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama
Orang tua
- sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality) semangat
untuk masa depan ?
- Keyakianan akan kesembuhan, dampak penyakit dan tujuan ?

2. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
2. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus
dan cepat berubah
3. Mata       : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
4. Hidung   : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas, dll
5. Mulut     : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
6. Geligi      : odontogenesis yang tdk normal
7. Telinga    : keduanya letak rendah, dll
8. Muka       : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
9. Leher       : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
10. Tangan   : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu
jari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
11. Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
12. Genitalia  : mikropenis, testis tidak turun, dll
13. Kaki          : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang
kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk.
3. Pengkajian perkembangan anak (Penilaian berdasarkan format
DDST/Denver II ) bagi anak usia 0 – 6 tahun
a. kemandirian dan bergaul
b. Motorik halus
c. Kognitif dan bahasa
d. Motorik kasar
Bagi anak diatas 6 tahun, maka ditanyakan tumbuh kembang secara umum
sbb:
1) Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun dan saat ini
2) Pertumbuhan gigi
- usia tumbuh gigi
- jumlah
- masalah dengan pertumbuhan gigi
e. Usia mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama
f. Perkembangan sekolah, lancar ? masalah apa ?
g. Interaksi dengan peers dan orang dewasa
h. Partisipasi dengan kegiatan organisasi ( kesenia, Olahraga, dsb)
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Kromosom
b. Pemeriksaan urin,scrum atau titer virus
c. Test Diagnostik seperti : EEG, CT Scan untuk identifikasi
abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau
trauma yang mengakibatkan perubahan.
B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan kode
1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan D.0106
kelainan fungsi kognitif
2. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan D.0120
perubahan status kesehatan anggota keluarga
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan D.0119
dengan lambatnya keterampilan ekspresi dan
resepsi bahasa
4. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan D.0118
kesulitan bicara/kesulitan adaptasi social.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan D.0109
perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan
perkembangan
6. Risiko cedera berhubungan dengan dengan D.0136
perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik
C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Gangguan tumbuh Tidak mengalami kegagalan 1. Kaji tingkat 1. Informasi data dalam
kembang berhubungan tumbang. perkembangan anak. menentukan intervensi.
dengan kelainan fungsi Kriteria hasil : 2. Dorong / libatkan anak 2. Melatih kemampuan
kognitif a. Tidak ada kemunduran dalam melakukan meningkatkan harga diri.
mental aktivitas. 3. Menstimulasi
b. Anak mampu melakukan 3. Berikan aktivitas kemampuan fisik,
kegiatan sesuai sesuai dengan kognitif anak.
kemampuan secara kemampuan anak. 4. Meningkatkan
optimal 4. Ajarkan hal-hal yang kemampuan.
perlu diketahui anak 5. Mengetahui kemajuan /
(aktivitas dasar). perkembangan anak
5. Pantau tingkat
perkembangan anak
2. Gangguan interaksi sosial Anak mampu mengisolasi 1. Kaji factor penyebab 1. Informasi data dlm
berhubungan dengan diri gangguan menentukan intervensi.
kesulitan bicara/kesulitan perkembangan dan 2. Melatih anak dalam
adaptasi social. Kriteria hasil : isolasi social berkomunikasi.
a. Anak tidak mengisolasi 2. Tinktkan komunikasi 3. Meningkatkan
diri verbal kemampuan dalam
b. Anak mampu bergaul 3. Dorong anak bersosialisasi.
dengan lingkungan melakukan sosialisasi 4. Meningkatkan harga diri
dengan kelompok anak.
4. Beri reinforcement 5. Meningkatkan
yang positif atas hasil kemampuan dalam
yang dicapai anak bersosialisasi
5. Ajarkan anak untuk
bermain bersama
teman kelompoknya
3. Defisit perawatan diri Perawatan diri terpenuhi 1. Kaji tingkat 1. Untuk menentukan
berhubungan dengan Kriteria hasil : kemampuan anak. intervensi.
perubahan mobilitas a. Anak tampak bersih 2. Pantau anak dalam 2. Kebutuhan sehari-hari
fisik/kurangnya b. Anak mampu berperan memenuhi terpenuhi.
kematangan dalam perawatan dirinya kebutuhannya. 3. Meningkatkan
perkembangan 3. Libatkan anak dalam kemampuan dan harga
memenuhi diri anak.
kebutuhannya. 4. Meningkatkan
4. Jelaskan secara pemahaman anak ttg
berulang-ulang tentang perawatan diri.
perawatan diri. 5. Meningkatkan motivasi
5. Beri dorongan anak anak.
untuk merawat dirinya
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan,mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan
tersebut diterapkan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan dan hasil yang di harapakan. Tindakan keperawatan harus mendetail.
Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan kondisi
pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi berfokus pada ketepatan perawatan yang
diberikan dan kemajuan pasien atau kemunduran pasien terhadap hasil yang
diharapkan. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinu karena
setiap tindakan keperawatan dilakukan, respon klien dicatat dan dievaluasi
dalam hubungannya dengan hasil yang yang diharapkan. Kemudian
berdasarkan respon klien, direvisi intervensi keperawatan atau hasil yang
diperlukan. Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan computer
keperawatan, yaitu :
1. Proses (sumatif)
Fokus tipe ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan
sesudah perencanaan keperawatan, dilaksanakan untuk membantu
keefektifan terhadap tindakan.
2. Hasil (formatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan keperawatan klien.
DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association.1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders, 4th Edition. Washington, DC : American Psychiatric Association.

Butcher,Howard;Bulechek,Gloria; Dochtherman,Joanne McCloskey.2012. Nursing


Intervention Clasification (NIC) 6th Editions. US: Elsevier.
Crocker, dan Nelson, 1983, Developmental Behavioral Pediatrics, 1st ed.,
Philadelphia, WB Saunders.

Moorhead,Sue; Johnson, Marion; Maas Meridean. 2012. Nursing Outcomes


Classification (NOC) 5th Edition. US: Elsevier.
Nelson. 1994. Ilmu kesehatan anak, Jilid I. Jakarta: EGC.
Swaiman, K.F., 1989. Mental Retardation, Pediatric Neurology: Principles And
Practice, 1st ed, Mosby, St.Louis, h. 67.

SDKI, DPP & PPNI, 2016. Sandar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan
indicator diagnostik Edisi 1. Jakarta : DPPPPNI.

Titi Sunarwati Sularyo, M. K.2000. Retardasi Mental. Sari Pediatri, II, 170- 177.

Anda mungkin juga menyukai