Anda di halaman 1dari 55

Retardasi Mental

Miranti Nisrina N 1610711092


Pengertian

Reterdasi mental adalah keadaan yg penting secara klinis maupun sosial.


Kelainan ini ditandai oleh keterbatasan kemampuan yang diakibatkan oleh
gangguan yang bermakna dalam intelegensi terukur dan perilaku penyesuaian diri
(adaptif). Reterdasi mental juga mencakup status sosial, hal ini dapat lebih
menyebabkan kecacatan daripada cacat khusus itu sendiri. (sumber: Buku Ajar
Pediatri RUDOLPH)
Klasifikasi

Berdasarkan The ICD-10 Classification of Mentaland Behavioural Disorders, WHO,


Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
1. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69
2. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
3. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34
4. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20
Mild retardation (retardasi mental
ringan), IQ 50-69
 Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi mental. Pada umunya anak-
anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut
menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
 Mulai tampak gejala pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas,
selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau
mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi
 Anak dapat menyelesaikan pendidikan dasar (tamat SD)
 Bisa mencapai kemampuan membaca sampai kelas 4-6. Meskipun memiliki
kesulitan membaca, tetapi mereka dapat mempelajari kemampuan
pendidikan dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
 Mereka memerlukan pengawasan dan bimbingan serta pendidikan dan
pelatihan khusus
 Biasanya tidak ditemukan kelainan fisik, tetapi mereka bisa menderita
epilepsi.
 Mereka seringkali tidak dewasa dan kapasitas perkembangan interaksi
sosialnya kurang.
 Mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan keadaan yang
baru dan mungkin memiliki penilaian yang buruk. Mereka jarang melakukan
penyerangan yang serius, tetapi bisa melakukan kejahatan impulsif.
Moderate retardation (retardasi mental
sedang), IQ 35-49
 Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi mental.
 Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam
perkembangan, misalnya perkembangan bicara atau perkembangan fisik
lainnya
 Anak hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri
 Pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya
 Dengan latihan dan dukungan dari lingkungannya, mereka dapat hidup dengan
tingkat kemandirian tertentu.
Severe retardation (retardasi mental
berat), IQ 20-34
 Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi mental.
 Sudah tampak sejak anak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan
kemampuan bicara yang sangat minim
 Dapat dilatih meskipun agak lebih susah dibandingkan dengan RM moderat
 Hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk
pemeliharaan tubuh dasar
 Sudah tampak sejak anak lahir, biasanya tidak dapat belajar berjalan,
berbicara atau memahami.
Profound retardation (retardasi mental
sangat berat), IQ <20
 Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena retardasi mental.
 Sudah tampak sejak anak lahir, biasanya tidak dapat belajar berjalan,
berbicara atau memahami.
Etiologi
Etiologi retardasi mental tipe klinis atau biological dapat dibagi dalam:
 Penyebab Prenatal:
1. Kelainan Kromosom
2. Kelainan Genetik / Herediter
3. Gangguan Metabolic
4. Sindrom dismorfik
5. Infeksi intrauterine
6. Intoksikasi
 Penyebab Perinatal
1. Prematuritas
2. Asfiksia
3. Kernikterus
4. Hipoglikemia
5. Meningitis
6. Hidrosefalus
7. Perdarahan intraventricular
 Penyebab Postnatal
1. Infeksi (meningitis, ensefalitis)
2. Trauma
3. Kejang lama
4. Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
Manifestasi Klinis

a. keterlambatan berbahasa
b. gangguan gerakan motorik halus dan gangguan adaptasi (toileting,
kemampuan bermain)
c. keterlambatan perkembangan motorik kasar, jarang ditemui, kecuali kalau
RM disertai dengan kondisi lain, seperti palsi serebral
d. gangguan perilaku, antara lain agresi, menyakiti diri sendiri, deviasi
perilaku, inatensi, hiperaktifitas, kecemasan, depresi, gangguan tidur dan
gerakan sterotipik.
Patofisiologi

Retardasi Mental termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang


muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan
fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70-75 atau kurang) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan sedikitnya dua area fungsi adaptif yaitu berbicara dan
berbahasa, ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial,
penggunaan sarana prasarana komunitas, pengarahan diri kesehatan dan
keamanan akademik fungsional bersantai dan bekerja.
Pada Retardasi Mental terjadi kerusakan muskuloskeletal. Kerusakan neurologis
itu meliputi: kerusakan otak, kelainan kongenital dan mikrosefal. Sedangkan
kerusakan muskuloskeletal meliputi: anomali ekstremitas konganital, masukan
kalori/nutrisi tidak mencukupi, distorsi muskular. Kerusakan neurologis dan
kerusakan muskuloskeletal akan menyebabkan terjadinya kurang kesadaran
tentang bahaya dan kerusakan fungsi motorik dari otot sehingga akan muncul
berbagai masalah dalam keperawatan.
Pemeriksaan Penunjang

a. Anamnesis
Data anamnesis penting dalam mengevaluasi anak reterdasi mental
Kehamilan
• Durasi
• Penambahan berat badan
• Aktivitas fetus
• Pemajanan terhadap obat, teratogen, penyakit serius
• Pil keluarga berencana
• Demam, sakit, toksemia, diabetes, abortus iminens, masalah-masalah lain
Kelahiran
• Presentasi
• Berat badan, panjang badan, lingkar badan, lingkar kepala dan dada
• Uraian mengenai plasenta, tali pusat, cairan amnion
• Masalah-masalah (plasenta previa, hiperbillirubinemia, hipoksia, persalinan
lama, hipoglikemia, persalinan yang cepat)
Postnatal
Pertumbuhan, termasuk pengukuran fisik serial
Peristiwa penting:
• Menahan kepala tegak
• Tengkurap
• Duduk sendiri
• Berjalan tanpa bantuan
• Kata-kata, kalimat
• Prestasi di sekolah
b. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga merupakan keterangan penting dalam mempertimbangkan
gangguan keluarga oleh sebab apapun, apakah monogenic, kromosomal, atau
multifactorial atau mungking teratogenik. Suatu silsisah sistemik dan lengkap
harus diperoleh dan perhatian difokuskan pada data mengenai riwayat abortus
spontan, lahir mati, dan kematian yang tidak terjelaskan.
c. Data Silsilah
Data silsilah seperti etnisitas dan konsanguinitas (perkawinan sedarah) dapat
memiliki kepentingan diagnostik yang nyata serta kritis untuk merumuskan risiko
perulangan. Usia orang tua dapat membantu karna usia ibu yang lebih tua
berhubungan dengan peningkatan risiko nondisjungsi kromosom, dan usia ayah
yang lebih tua dapat membawa kecenderungan mutasi dominan autosom.
Riwayat kehamilan dan kelahiran yang sistematik harus dibuat, serta juga
gambar kasar mengenai parameter pertumbuhan postnatal dan titik-titik
perkembangan yang penting. Hal ini berkaitan secara langsung dengan penentuan
waktu awitan, progresi, serta pola penyakit.
d. Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan neurologik dan perkembangan secara lengkap, pengukuran parameter
pertumbuhan yang tepat, dan pemeriksaan umum menyuluruh terhadap sistem lain harus dilakukan.
• Temuan fisik tertentu berkaitan dengan gangguan yang menyebabkan reterdasi harus
diperhatikan, seperti gambaran wajah yang kasar pada penyakit penyimpanan dan bintik makula
merah-buah ceri pada slingo lipidosis.
• Pemeriksaan mata merupakan pemeriksaan paling penting karena fundus merupakan daerah
tempat jaringan saraf dapat langsung diamati. Selain itu, dislokasia lensa, kekeruhan kornea,
katarak, dan temuan mata lain merupakan indicator diagnostik yang berguna
• Perubahan kulit seperti perubahan elastisitas, tekstur, pigmentasi atau pola
garis tangan, serta lesi tertentu seperti bitnik café-au-lait dan adenoma
sebaseum, harus diperhatikan.
• Kelainan pigmentasi, distribusi, tekstur, atau struktur rambut memerlukan
perhatian yang cermat, juga anomaly sistem di luar sistem saraf merupakan
defek primer atau akibat defek neurologic (misalnya, deformitas posisional
tangan atau kaki sekunder)
Penatalaksanaan Medis

a. Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental adalah


terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik. Metilfenidat (ritalin)
dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif. Imipramin,
dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang
dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar
pada umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin,
asam glutamat, gamma aminobutyric acid.
b. Rumah Sakit / Panti Khusus
Penempatan di panti-panti khusus perlu dipertimbangkan atas dasar: kedudukan
sosial keluarga, sikap dan perasaan orangtua terhadap anak, derajat retardasi
mental, pandangan orangtua mengenai prognosis anak, fasilitas perawatan dalam
masyarakat, dan fasilitas untuk membimbing orangtua dan sosialisasi anak.
Kerugian penempatan di panti khusus bagi anak retardasi mental adalah
kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak dengan orang lain dan
kurangnya variasi lingkungan yang memberikan kebutuhan dasar bagi anak.
c. Psikoterapi
Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada
orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental
tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap,
tingkah laku dan adaptasi sosialnya.
d. Konseling
Tujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada atau
tidaknya retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi mengenai
sistem kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada keluarga, kemungkinan
penempatan di panti khusus, konseling pranikah dan pranatal.
e. Pendidikan
Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun bagaimana
mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini. Terdapat
empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental:
• Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa
• Sekolah luar biasa C
• Panti khusus
• Pusat latihan kerja (sheltered workshop)
Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
Pengakajian dapat dilakukan melalui:
a. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya klasifikasi atau
peningkatan tekanan intrakranial.
b. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
c. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak mudah bagi
orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah kecil sekalipun karena dianggap
menambah kerusakan otak yang memang tidak adekuat.
d. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang diketahui
mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar atau kecil, misalnya
hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen pada otot dan neuron, deposit lemak
dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi. Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:
1. Lakukan pengkajian fisik.
2. Lakukan pengkajian perkembangan.
3. Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan herediter dimana
retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama.
4. Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal,
perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.
5. Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.
6. Nutrisi tidak adekuat.
7. Penyimpangan lingkungan.
8. Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).
9. Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak) atau suhu
tubuh tinggi.
10. Abnormalitas kromosom.
11. Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik, radiografi,
tomografi, elektro ersafalografi.
12. Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence, Scale,
American Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.
13. Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:
• Tidak responsive terhadap kontak.~Kontak mata buruk selama menyusui.
• Penurunan aktivitas spontan
• Penurunan kesadaran terhadap suara getaran
• Peka rangsang.
• Menyusui lambat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi
mental.
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs. Kognitif
4. Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif
5. Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik 6
6. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial
7. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM
8. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan perkembangan
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf.
Intervensi keperawatan / rasional :
a. Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii untuk membantu
memaksimalkan perkembangan anak.
b. Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang terperinci untuk
membedakan perubahan fungsi samar sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai
kebutuhan.
c. Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk mendorong keberhasilan
pencapaian sasaran dan harga diri.
d. Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak karena
hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran.
e. Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah anak
mencapai kesiapan.
f. Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal.
g. Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan sehari dan
kelas-kelas pendidikan segera.
h. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak lain.
i. Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua tentang
maturasi fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga.
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi
mental. Intervensi keperawatan / rasional.
a. Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran.
b. Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian informasi.
c. Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang kondisii anak.
d. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah, beri
kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua alternatif residensial sebelum membuat
keputusan.
e. Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama
sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan.
f. Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu keluarga melihat anak sebagai individu
dengan kekuatan serta kelemahannya masing-masing.
g. Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran karena hal itu
merupakan bagian dari proses adaptasi.
PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI

Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan


pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik
yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu - ilmu keperawatan dan ilmu - ilmu
lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat
terlaksana dengan baik. Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
rencana asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-
hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai
acuan penulis dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan
oleh perawat ruangan tidak lengkap sehingga sulit untuk mengetahui
perkembangan klien dari mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan
fisik atau fasilitas rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis di
ruang tempat klien di rawat terbatas.
EVALUASI

Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif
yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai
sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang
perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Tujuan tahap
evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai,
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan
lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan adalah melihat apakah
masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.
AUTISME
IRFANI RIZQI DWI ARIFIANI
1610711099
DEFINISI

Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks pada fungsi otak yang


disertai dengan defisit intelektual dan perilaku dalam rentang dan keparahan
yang luas.
ETIOLOGI

Penyebab autisme adalah spekulatif. Sebab – sebab genetik telah dilibatkan.


Ada 80% angka persesuaian untuk kembar monozigot dan 20% angka persesuaian
untuk kembar dizigot. (nelson ilmu keehatan anak, behrman kliegman arvin
edisi 15 vol.1)
Etiolog autisme tidak diketahui. Akan tetapi, terdapat bukti kuat yang
menyokong penyebab biologis multipel. Individu penderita autisme dapat
memiliki elektroensfalogram abnormal, kejang epiletik, keterlambatan
perkembangan dominasi tangan, refleks primitif menetap, abnormalitas
metabolik (serotin darah meningkat), hipoplasia vermal sereberal (bagian otak
yang terlibat dalam regulasi gerakan dan beberapa aspek memori). (rapin 1997 )
MENIFESTASI KLINIK
Adapun penderita autisme memperlihatkan berbagai karateristikkhas dan sering tampat aneh,
terutama dalam interaksi sosial, komunikasi, dan prilaku. manifestasi klinis lainyang paling khas
terlihat pada anak penderita autisme
1. HUBUNGAN SOSIAL DAN PERILAKU
2. PERKEMBANGAN
3. BAHASA
4. PROSES SENSORI / PERSEPSI
PATOFISIOLOGIS
Menurut handojo (2004: 15) menyatakan penyebab autisme bisa terjadi pada saat kehamilan.
Pada tri semester pertama, faktor pemicu biasanya terdiri dari: infeksi (toksoplasmosis, rubella,
candida,dsb), keracunan logam berat, zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), maupun obat-obatan
lainnya. Selain itu, tumbuhnya jamur berlebihan diusus anak sebagai akibat pemakaian antibiotika
yang berlebihan, dapat menyebabkan kebocoran usus dan tidak sempurnanya pencernaan kasein
dan gluten.
Secara neurobiologis diduga terdapat tiga tempat yang berbedadengan mekanisme yang
berbeda yang dapat menyebabkan autisme yaitu :
1. Gangguan fungsi mekanisme kortikal menyeleksi atensi, akibat adanya kelainan pada proyeksi
asending dari serebelium dan batang otak.
2. Gangguan fungsi mekanisme limbic untuk mendapatkan informasi, misalnya daya ingat.
3. Gangguan pada proses informasi oleh kortekas asosiasi dan jaringan pendistribusiannya
(handojo,2004: 14)
Sedang pendapat lain menurut widyawati dalam sebuah simposium autisme pada tanggal 30
agustus 1997, mengemukakan beberapa teori penyebab autisme antara lain:
1. Teori psikososial
2. Teori biologis
3. Teori imonologi
4. Infeksi virus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang autisme ialah melalui diagnosis klinis atau hanya berdasarkan
pengamatan langsung dan tidak langsung (melalui wawancara orang tua atau anamnesa).
Sehingga dalam penegakan diagnosis autis sebenarnya tidak harus menggunakan pemeriksaan
laboratorium yang sangat banyak dan sangat mahal. Tidak ada satu pun pemeriksaan medis
yang dapat memastikan suatu diagnosis autis pada anak. Tetapi terdapat beberapa
pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis yang dapat digunakan sebagai dasar intervensi
dan strategi pengobatan. Sehingga pemeriksaan penunjang laboratotium hanyak untuk
kepentingan strategi penatalaksanaan semata dan bukan sebagai alat diagnosis.
Bila terdapat gangguan pendengaran harus dilakukan beberapa pemeriksaan audiogram
and typanogram. EEG untuk memeriksa gelombang otak yang menunjukan gangguan kejang,
diindikasikan pada kelainan tumor dan gangguan otak. Pemeriksaan lain ialah screening
gangguan metabolik, dengan melakukan pemeriksaan darah dan urin untuk melihat
metabolime makanan di dalam tubuh dan pengaruhnya pada tumbuh kembang anak.
Beberapa spektum autis dapat disembuhkan dengan diet khusus. MRI (magnetic resonance
imaging) dan CAT scans (computer assited axial tomography) sangat menolong untuk
mendiagnosis kelainan struktur otak, karena dapat melihat struktur otak secara lebih detail.
Menurut widodo deteksi dini autisme dapat dilakukan dengan tahap sebagai berikut:
1. Deteksi dini sejak dalam kandungan dapat di lakukan dengan pemeriksaan biomolekular pada
janin bayi untuk mendeteksi autis, namu pemeriksaan ini masih dalam batas kebutuhan untuk
penelitian.
2. Deteksi dini sejak lahir hingga usia 5 tahun, ada beberapa gejala yang harus di waspadai
terlihat sejak bayi atau anak usia
3. Deteksi autis dengan skrenning
4. Deteksi autis sengan CHAT
PENATALAKSANAAN MEDIS
Noviza (2004:9)mengungkap kan bahwa metode yang dapat di gunakan terhadap penderita autisme akibat dari
kesalahan bentuk prilaku sosial dapat dilakukan dengan metode terapi:
1. Metode terapi Applied Behavioral Analysis (ABA) adalah jenis terapi yang telah lama di pakai, telah
dilakukan penelitian dan didesain khusus anak-anak penyandang autisme. Metode yang di pakai dalam
terapi ini adalah dengan memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcemet
(hadiah/pujian)
2. Metode terapi TEACCH adalah Treatment and education of autisticand related communication handicapped
children, yaitu suatu metode yang dilakukan untuk mendidik anak autis dengan menggunakan kekuatan
relatifnya pada hal terstruktur dan kesenangannya pada ritinitas dan halhal yang dapat diperkirakan dan
relatif mampu berhasil pada lingkungan yang visual dibanding yang auditori (Noviza, 2005: 42)
3. Sedangkan menurut Dr. Handojo (2004: 9) penanganan terpadu yang dilakukan pada penderita autisme
dapat dilakukan dengan menggunakan terapi:

1. Terapi perilaku 7. Terapi visual


2. Terapi Biomedik 8. Terapi musik
3. Terapi Fisik 9. Terapi obat
4. Terapi sosial 10.Terapi Lumba-lumba
5. Terapi bermain 11. Sosialisasi ke sekolah
6. Terapi perkembangan Reguler
12.Sekolah Pendidikan
ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
Maya suryawanti
1610711112
Pengertian

Menurut Wong (volume 1) ADHD adalah derajat kurang perhatian, impulsif dan
hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan perkembangan.
Menurut Rudolph (volume 1) Sekelompok masalah yang berkenaan dengan
perhatian, konsentrasi, impulsivitas dan overaktivitas yang timbul selama awal
masa kanak-kanak dan muncul pada berbagai keadaan menandai suatu sindrom
tingkah laku yang disebut gangguan hiperaktivitas defisit-perhatian (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder).
Jadi kesimpulannya ADHD adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) adalah suatu gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan
rendahnya konsentrasi dan aktivitas anak yang berlebihan.
Klasifikasi ADHD

 ADHD diklasifikasikan menjadi gangguan dalam pemusatan perhatian


(inatensi), hiperaktifitas dan impulsifitas (kontrol perilaku yang kurang), serta
kombinasi dari keduanya.
 Berdasarkan tipe dari gejala, terdapat tiga jenis ADHD yang dapat timbul:
1. Tipe Kombinasi: Jika memenuhi gejala dari kedua kriteria inatensi dan
hiperaktifimpulsif terlihat pada 6 bulan terakhir.
2. Tipe predominan Inatensi: Jika memenuhi gejala dari kriteria inatensi,
namun tidak pada hiperaktif-impulsif pada 6 bulan terakhir.
3. Tipe predominan hiperaktif-impulsif: Jika memenuhi gejala dari kriteria
hiperaktif impulsif namun tidak pada inatensi pada 6 bulan terakhir.
Etiologi

Bagi sebagian besar anak yang menderita ADHD,tidak ada penyebab yang
ditemukan. Studi longitudinal mengalami kegagalan dalam mendukung konsep
bahwa kerusakan neurologik selama periode pra atau perinatal merupakan
penyebab utama defisit perhatian. Walaupun adanya “tanda neurologic ringan”
diantara anak ADHD yang disebutkan menunjukkan keterlambatan maturase SSP,
temuan seperti itu juga dijumpai diantara anak normal serta anak yang
mengalami gangguan tingkah laku. Bukti dari penelitian di keluarga mendukung
adanya factor genetik untuk paling sedikit satu subgroup anak dengan ADHD;
peningkatan prevalensi alkoholisme,sosiopati dan hysteria di antara oeang tua
anak yang menderita ADHD menunjukkan adanya peran serta yang potensial, baik
dari lingkungan dan genetic. Beberapa data menunjukkan hubungan diantara
ADHD dan disfungsi neurotransmitter katekolamin dopamine serta norepinefrin,
tetapi diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan keterkaitan ini.
Manifestasi klinis

 Inatansi dan perhatian mudah di alihkan


 Impulsivitas. Anak ini bertindak secara cepat dan tanpa mempertimbangkan
konsekuensi tindakan mereka.
 Kelelahan motoric dan hiperaktivitas
 Kesulitan merencanakan dan mengatur tugas
 Labilitas emosional. Tingkah laku yang tidak diinginkan secara social, seperti
ledakan emosi, berkelahi dan kegembiraan yang berlebihan
Pemeriksaan Penunjang

 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
Contoh-contoh meliputi postur distonik pada ekstremitas atas disertai
berjalan di atas tumit, gerakan cermin yang nyata pada tangan yang berlawanan
disertai dengan oposisi cepat pada ibu jari dan jari telunjuk, serta gerakan lidah
yang menjulur ketika anak tersebut disuruh menulis namanya.
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan neurologic rutin (misalnya pemindaian CT, pencitraan resonansi
magnetic) atau pemeriksaan neuropsikologik (misalnya EEG, neuormetrik dan pemetaan
aktivitas listrik otak) tidak berperan pada anak yang mengalami defisit perhatian.
Tes performa dan Pengukuran Langsung Aktivitas Motorik. Berbagai tes telah
dikembangkan untuk mengukur kemampuan anak dalam mempertahankan perhatian. Tes
kewaspadaan (misalnya Children’s Checking Task) menilai kapasitas anak untuk
mempertahankan konsentrasi pada waktu tertentu sementara menjalankan tugas yang
monoton. Impulsivitas dapat diukur dengan alat, seperti Matching Familiar Figures Test.
Alat-alat computer (misalnya sistem Diagnostik Gordon) meliputi penundaan tugas
pada anak untuk menghambat respons pencapaian titik tertentu, tugas kewaspadaan,
misalnya Continous Performance Task dan tugas yang dapat dialihkan, misalnya Continous
Performance Task dengan pengganggu visual.
Patofisiologi

Pada pasien dengan ADHD pada sebuah penelitian mengindikasikan kurang


aktifnya bagian ini dengan melemahkan hubungan dengan bagian otak yang lain.
Seperti pasien ADHD, pasien yang memiliki lesi pada bagian PFC sering kali
merasa kebingungan, kesulitan berkonsentrasi dan mengorganisir. PFC
dihubungkan dengan sel piramid, yang juga diperantarai oleh noradrenalin
katekolamin (NA) atau dopamin (DA). NA dan DA dikeluarkan bergantung dengan
arahan dari PFC; terlalu rendah (dalam keadaan lelah atau bosan) atau terlalu
banyak (dalam keadaan stres) terkait dengan fungsi PFC. Dengan kadar yang
optimal apabila dalam keadaan penuh perhatian atau berjaga-jaga. Efek NA
timbul karena adanya alpha (2A)-receptors pada dendritik dalam sel piramida
PFC. Pada pasien dengan ADHD, terdapat kelainan genetik yang menyebabkan
perubahan pada sintesis NA (DA beta-hydroxylase) yang dikaitkan dengan
penurunan kemampuan PFC.
Penatalaksanaan Medis

1. Pengobatan
dekstroamfetamin sulfat (Dexedrine) atau metilfenidat hidroklorida (Ritalin)
2. Manipulasi lingkungan
3. Pendidikan di kelas
4. Prognosis
Asuhan keperawatan

1. Anamnesa
a) Identitas pasien.
b) Keluhan utama
c) Riwayat penyakit
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat psikososial
 Diagnosa
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak
efektif

2. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.


3. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kelainan fungsi dari
sistem keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan
dan penelantaran anak.
Keperawatan Dan Kriteria Hasil
1 Harga diri rendah Tujuan : Mandiri : Mandiri
situasional Anak memperlihatkan 1. Hal ini penting untuk
berhubungan dengan perasaan-perasaan nilai diri 1. Pastikan bahwa sasaran- pasien untuk mencapai
koping individu tidak yang meningkat saat sasaran yang akan dicapai adalah sesuatu, maka rencana untuk
efektif pulang, dengan criteria realistis. aktivitas-aktivitas di mana
hasil : kemungkinan untuk sukse
2. Sampaikan perhatian
1. Ekspresi verbal dari adalah mungkin dan kesuksesan
tanpa persyaratan untuk pasien.
aspek-aspek positif tentang ini dapat meningkatkan harga
3. Sediakan waktu bersama
diri, pencapaian masalalu diri anak.
anak, keduanya pada satu ke
dan prospek-prospek masa 2. Komunikasi dari pada
satu basis dan pada aktivitas-
depan penerimaan Anda terhadap
aktivitas kelompok.
2. Mampu anak sebagai makhluk hidup
4. Menemani anak dalam
mengungkapkan persepsi yang berguna dapat
mengidentifikasi aspek-aspek
yang positif tentang diri meningkatkan harga diri.
positif dari diri anak.
3. Anak berpartisipasi 3. Hal ini untuk
5. Bantu anak mengurangi
dalam aktivitas-aktivitas menyampaikan pada anak
penggunaan penyangkalan
baru tanpa memperlihatkan sebagai bahwa Anda merasa bahwa dia
suatu mekanisme
rasa takut yang ektrim berharga untuk waktu Anda.
bersikap membela.
terhadap kegagalan. 4. Aspek positif yang dimiliki
anak dapat mengembangkan
rencana-rencana untuk
merubah karakteristik yang
dilihatnya sebagai hal yang
negatif.
5. Memberikan bantuan yang

Anda mungkin juga menyukai