a. keterlambatan berbahasa
b. gangguan gerakan motorik halus dan gangguan adaptasi (toileting,
kemampuan bermain)
c. keterlambatan perkembangan motorik kasar, jarang ditemui, kecuali kalau
RM disertai dengan kondisi lain, seperti palsi serebral
d. gangguan perilaku, antara lain agresi, menyakiti diri sendiri, deviasi
perilaku, inatensi, hiperaktifitas, kecemasan, depresi, gangguan tidur dan
gerakan sterotipik.
Patofisiologi
a. Anamnesis
Data anamnesis penting dalam mengevaluasi anak reterdasi mental
Kehamilan
• Durasi
• Penambahan berat badan
• Aktivitas fetus
• Pemajanan terhadap obat, teratogen, penyakit serius
• Pil keluarga berencana
• Demam, sakit, toksemia, diabetes, abortus iminens, masalah-masalah lain
Kelahiran
• Presentasi
• Berat badan, panjang badan, lingkar badan, lingkar kepala dan dada
• Uraian mengenai plasenta, tali pusat, cairan amnion
• Masalah-masalah (plasenta previa, hiperbillirubinemia, hipoksia, persalinan
lama, hipoglikemia, persalinan yang cepat)
Postnatal
Pertumbuhan, termasuk pengukuran fisik serial
Peristiwa penting:
• Menahan kepala tegak
• Tengkurap
• Duduk sendiri
• Berjalan tanpa bantuan
• Kata-kata, kalimat
• Prestasi di sekolah
b. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga merupakan keterangan penting dalam mempertimbangkan
gangguan keluarga oleh sebab apapun, apakah monogenic, kromosomal, atau
multifactorial atau mungking teratogenik. Suatu silsisah sistemik dan lengkap
harus diperoleh dan perhatian difokuskan pada data mengenai riwayat abortus
spontan, lahir mati, dan kematian yang tidak terjelaskan.
c. Data Silsilah
Data silsilah seperti etnisitas dan konsanguinitas (perkawinan sedarah) dapat
memiliki kepentingan diagnostik yang nyata serta kritis untuk merumuskan risiko
perulangan. Usia orang tua dapat membantu karna usia ibu yang lebih tua
berhubungan dengan peningkatan risiko nondisjungsi kromosom, dan usia ayah
yang lebih tua dapat membawa kecenderungan mutasi dominan autosom.
Riwayat kehamilan dan kelahiran yang sistematik harus dibuat, serta juga
gambar kasar mengenai parameter pertumbuhan postnatal dan titik-titik
perkembangan yang penting. Hal ini berkaitan secara langsung dengan penentuan
waktu awitan, progresi, serta pola penyakit.
d. Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan neurologik dan perkembangan secara lengkap, pengukuran parameter
pertumbuhan yang tepat, dan pemeriksaan umum menyuluruh terhadap sistem lain harus dilakukan.
• Temuan fisik tertentu berkaitan dengan gangguan yang menyebabkan reterdasi harus
diperhatikan, seperti gambaran wajah yang kasar pada penyakit penyimpanan dan bintik makula
merah-buah ceri pada slingo lipidosis.
• Pemeriksaan mata merupakan pemeriksaan paling penting karena fundus merupakan daerah
tempat jaringan saraf dapat langsung diamati. Selain itu, dislokasia lensa, kekeruhan kornea,
katarak, dan temuan mata lain merupakan indicator diagnostik yang berguna
• Perubahan kulit seperti perubahan elastisitas, tekstur, pigmentasi atau pola
garis tangan, serta lesi tertentu seperti bitnik café-au-lait dan adenoma
sebaseum, harus diperhatikan.
• Kelainan pigmentasi, distribusi, tekstur, atau struktur rambut memerlukan
perhatian yang cermat, juga anomaly sistem di luar sistem saraf merupakan
defek primer atau akibat defek neurologic (misalnya, deformitas posisional
tangan atau kaki sekunder)
Penatalaksanaan Medis
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif
yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai
sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang
perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Tujuan tahap
evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai,
meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan
lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan adalah melihat apakah
masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.
AUTISME
IRFANI RIZQI DWI ARIFIANI
1610711099
DEFINISI
Menurut Wong (volume 1) ADHD adalah derajat kurang perhatian, impulsif dan
hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan perkembangan.
Menurut Rudolph (volume 1) Sekelompok masalah yang berkenaan dengan
perhatian, konsentrasi, impulsivitas dan overaktivitas yang timbul selama awal
masa kanak-kanak dan muncul pada berbagai keadaan menandai suatu sindrom
tingkah laku yang disebut gangguan hiperaktivitas defisit-perhatian (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder).
Jadi kesimpulannya ADHD adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) adalah suatu gangguan perkembangan pada anak yang ditandai dengan
rendahnya konsentrasi dan aktivitas anak yang berlebihan.
Klasifikasi ADHD
Bagi sebagian besar anak yang menderita ADHD,tidak ada penyebab yang
ditemukan. Studi longitudinal mengalami kegagalan dalam mendukung konsep
bahwa kerusakan neurologik selama periode pra atau perinatal merupakan
penyebab utama defisit perhatian. Walaupun adanya “tanda neurologic ringan”
diantara anak ADHD yang disebutkan menunjukkan keterlambatan maturase SSP,
temuan seperti itu juga dijumpai diantara anak normal serta anak yang
mengalami gangguan tingkah laku. Bukti dari penelitian di keluarga mendukung
adanya factor genetik untuk paling sedikit satu subgroup anak dengan ADHD;
peningkatan prevalensi alkoholisme,sosiopati dan hysteria di antara oeang tua
anak yang menderita ADHD menunjukkan adanya peran serta yang potensial, baik
dari lingkungan dan genetic. Beberapa data menunjukkan hubungan diantara
ADHD dan disfungsi neurotransmitter katekolamin dopamine serta norepinefrin,
tetapi diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan keterkaitan ini.
Manifestasi klinis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Contoh-contoh meliputi postur distonik pada ekstremitas atas disertai
berjalan di atas tumit, gerakan cermin yang nyata pada tangan yang berlawanan
disertai dengan oposisi cepat pada ibu jari dan jari telunjuk, serta gerakan lidah
yang menjulur ketika anak tersebut disuruh menulis namanya.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan neurologic rutin (misalnya pemindaian CT, pencitraan resonansi
magnetic) atau pemeriksaan neuropsikologik (misalnya EEG, neuormetrik dan pemetaan
aktivitas listrik otak) tidak berperan pada anak yang mengalami defisit perhatian.
Tes performa dan Pengukuran Langsung Aktivitas Motorik. Berbagai tes telah
dikembangkan untuk mengukur kemampuan anak dalam mempertahankan perhatian. Tes
kewaspadaan (misalnya Children’s Checking Task) menilai kapasitas anak untuk
mempertahankan konsentrasi pada waktu tertentu sementara menjalankan tugas yang
monoton. Impulsivitas dapat diukur dengan alat, seperti Matching Familiar Figures Test.
Alat-alat computer (misalnya sistem Diagnostik Gordon) meliputi penundaan tugas
pada anak untuk menghambat respons pencapaian titik tertentu, tugas kewaspadaan,
misalnya Continous Performance Task dan tugas yang dapat dialihkan, misalnya Continous
Performance Task dengan pengganggu visual.
Patofisiologi
1. Pengobatan
dekstroamfetamin sulfat (Dexedrine) atau metilfenidat hidroklorida (Ritalin)
2. Manipulasi lingkungan
3. Pendidikan di kelas
4. Prognosis
Asuhan keperawatan
1. Anamnesa
a) Identitas pasien.
b) Keluhan utama
c) Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat psikososial
Diagnosa
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak
efektif