Anda di halaman 1dari 24

Putra Achsanal H

NIM G4A017027

Pembimbing : dr. Tri Rini Budi Setyaningsih, Sp. KJ

SMF ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNSOED
RSUD PROF. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2018
 Retardasi mental adalah suatu perkembangan jiwa
yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama
ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan
selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh
terhadap tingkat kecerdasan menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.
 Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya (APA,
2013).
1. Penyebab prenatal
a. Kelainan kromosom
b. Kelainan genetik/herediter
c. Gangguan metabolik
d. Sindrom dismorfik
e. Infeksi intrauterine
f. Intoksikasi
2. Penyebab perinatal
a. Prematuritas
b. Asfiksia
c. Kernikterus
d. Hipoglikemia
e. Meningitis
f. Hidrosefalus
g. Perdarahan intraventrikular
3. Penyebab postnatal
a. Infeksi (meningitis, ensefalitis)
b. Trauma
c. Kejang lama
d. Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
Berdasarkan PPDGJ III dan DSM-5 Retardasi Mental
dibagi menjadi:
1. Retardasi mental ringan
2. Retardasi mental sedang
3. Retardasi mental berat
4. Retardasi mental sangat berat
5. Retardasi mental lainnya
6. Retardasi mental YTT
 IQ berkisar anatra 50-69
 Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung
terlambat, dan masalah kemampuan berbicara yang
mempengaruhi perkembangan kemandirian dapat
menetap sampai dewasa.
 Sebagian besar dapat mencapai kemampuan
berbicara untuk keperluan sehari-hari.
 Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam
merawat diri sendiri dan mencapai keterampilan
praktis dan keterampilan rumah tangga, walaupun
tingkat perkembangannya agak lambat daripada
normal.
 Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan
sekolah yang bersifat akademik, dan banyak
masalah khusus dalam membaca dan menulis
 Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada
sebagian kecil penderita
 IQ berkisar antara 35-49
 Umumnya ada profil kesenjangan (discrepancy) dari
kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang
lebih tinggi dalam keterampilan visuo-spasial dari
pada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa,
sedangkan yang lainnya sangat canggung namun
dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan
sederhana.
 Tingkat perkembangan bahasa bervariasi: ada yang
dapat mengikuti percakapan sederhana, sedangkan
yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya
untuk kebutuhan dasar mereka
 Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada
kebanyakan penyandang retardasi mental sedang.
 Autisme masa kanak atau gangguan perkembangan
pervasive lainnya terdapat pada sebagian kecil
kasus, dan mempunyai pengaruh besar pada
gambaran klinis dan tipe penatalaksanaan yang
dibutuhkan.
 Epilepsi, disabilitas neurologik dan fisik juga lazim
ditemukan meskipun kebanyakan penyandang
retardasi mental sedang dapat berjalan tanpa
bantuan. Kadang-kadang didapatkan gangguan jiwa
lain, tetapi karena tingkat perkembangan bahasanya
yang terbatas sehingga sulit menegakkan diagnosis
dan harus tergantung dari informasi orang lain yang
mengenalnya. Setiap gangguan penyerta harus
diberi kode diagnosis tersendiri.
 IQ berkisar antara 20-34
 Pada umumnya mirip dengan retardasi mental
sedang dalam hal:
Gambaran klinis
Terdapat etiologi organik, dan
Kondisi yang menyertainya
Tingkat presentasi yang rendah
 Kebanyakan penyandang retardasi mental berat
menderita gangguan motorik yang mencolok atau
defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya
kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang
bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.
 IQ biasanya di bawah 20
 Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas,
paling maksimal mengerti perintah dasar dan
mengajukan permohonan sederhana
 Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan
sederhana tentang memilih dan mencocokan
mungkin dapat dicapainya, dan petunjuk yang tepat
penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan
tugas praktis dan rumah tangga
 Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada
sebagian besar kasus
 Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain
yang berat yang mempengaruhi mobilitas, seperti
epilepsy dan hendaya daya lihat dan daya dengar.
Sering ada gangguan perkembangan pervasive
dalam bentuk sangat berat khususnya autism yang
tidak khas (atypical autism), terutama pada
penderita yang dapat bergerak
 Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari
tingkat retardasi mental dengan memakai prosedur
biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan
karena adanya gangguan sensorik atau fisik,
misalnya buta, bisu, tuli, dan penderita yang
terganggu berat atau fisiknya tidak mampu
 Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada
informasi yang cukup untuk menggolongkannya
dalam salah satu kategori tersebut di atas
 Menurut PPDGJ 3:
- Inteligensi bukan merupakan karakteristik yg
berdiri sendiri, melainkan harus dinilai berdasarkan
sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda.
- Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan
semua informasi yg tersedia, termasuk temuan
klinis, perilaku adaptif, dan hasil tes psikometrik.
- Untuk diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat
kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya
kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari
lingkungan sosial sehari-hari
- Gangguan jiwa dan fisik yang menyertai retardasi
mental, mempunyai pengaruh besar pada gambaran
klinis dan penggunaan dari semua keterampilannya
- Penilaian diagnostik adalah terhadap kemampuan
umum bukan terhadap suatu area tertentu yang
spesifik dari hendaya atau keterampilan
 Menurut DSM V:
- Gangguan fungsi intelektual, seperti pemikiran,
pemecahan masalah, perencanaan, pemikiran abstrak,
pertimbangan, pembelajaran akademik, dan belajar dari
pengalaman, yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan
inteligensi tersandarisasi klinis dan individual.
- Kekurangan atau gangguan dalam perilaku adaptif dalam
1 hal atau lebih yaitu: komunikasi, self-care, kehidupan
rumah tangga, keterampilan sosial/interpersonal,
menggunakan sarana komunitas, mengarahkan diri
sendiri, keterampilan akademis fungsional, pekerjaan,
waktu senggang, kesehatan dan keamanan
- Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun.
1. Medis  terutama untuk menekan gejala-gejala
hiperkinetik.
a) Metilfenidat(ritalin) : dapat memperbaiki
keseimbangan emosi dan fungsi kognitif
b) Clorpromazin: menurunkan perilaku stimulasi diri
yang berulang
c) Buspiron : baik utk gangguan cemas dgn
manifestasi self injury behaviour. Dosis sekitar 15-
45mg/hari
2. RS / panti khusus
perlu dipertimbangkan atas dasar: kedudukan
sosial keluarga, sikap dan perasaan orangtua thd
anak, derajat retardasi mental, pandangan orangtua
mengenai prognosis anak, fasilitas perawatan dlm
masyarakat, dan fasilitas untuk membimbing orangtua
dan sosialisasi anak.
(-) : kurngnya stimulasi mental krn kurangnya kontak
dgn orang lain dan kurangnya variasi lingkungan yg
memberikan kebutuhan dasar bagi anak.
3. Psikoterapi
dapat diberikan kepada anak retardasi mental
maupun orangtuanya. Walaupun tidak dapat
menyembuhkan, tetapi dgn psikoterapi dan obat-
obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah
laku, dan adaptasi sosialnya.
4. Konseling
Tujuan: menentukan ada atau tidak retardasi mental
dan derajatnya, evaluasi mengenai sistem
kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada
keluarga, kemungkinan penempatan di panti khusus.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai