RETARDASI MENTAL
Oleh:
21100707360803015
PRESEPTOR
SMF PSIKIATRI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan case report session dengan judul “Retardasi Mental”. case report session ini
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Psikiatri di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah memberikan masukan
Akhir kata penulis berharap kiranya case ini dapat menjadi masukan yangberguna dan
bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain terkait dengan masalah
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
bawah rata-rata dan ia mengalami gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan
sebelum orang berusia 18 tahun. Gangguan ini terjadi dapat dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor misalnya genetik, lingkungan dan psikososial. Selama dekade terakhir
kromosom kecil, sindrom genetika dan intoksikasi timbal subklinis dan berbagai
pemaparan toksin prenatal pada orang dengan retardasi mental ringan. Pada tahun-tahun
TR yaitu (1). Fungsi intelektual yang secara signifikan berada dibawah rata rata, IQ
kurang dari 70. (2). Kurangnya kemampuan fungsi sosial adaptif dalam minimal dua
yang terjadi selama masa perkembangan. Klasifikasi mental retardasi, berdasarkan The
(retardasi mental berat), IQ 20-34, Profound retardation (retardasi mental sangat berat)
IQ < 20.2 Retardasi mental merupakan suatu keadaan perkembangan mental yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya hambatan ketrampilan
1.2 Tujuan
Case ini disusun untuk memenuhi tugas kepanitraan klinik di bagian Ilmu Jiwa
RSUD M. Natsir dan diharapkan agar dapat menambah pengetahuan penulis serta
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
penyesuaian diri yang diekspresikan dalam konseptual diri, sosial, dan kemampuan
beradaptasi. Penderita retardasi mental mulai terlihat pada usia sebelum 18 tahun,
(IQ<70-75).3
menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III yaitu
suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama
menyeluruh.4
2.2 Epidemiologi
retardasi mental 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan,
dimana kejadian tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak usia 6 sampai 17
tahun. Menurut data Sensus Nasional Biro Pusat Statistik 2003 jumlah penyandang
cacat di Indonesia sebesar 0,7% dari jumlah penduduk Indonesia. Data dari World
sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000 pada tahun
2007. 6
2.3 Etiologi
Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh kembang seorang
anak. Seperti diketahui faktorpenentu tumbuh kembang seorang anak pada garis
tersebut dan faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan pada anak dalam
konteks tumbuh kembang adalah suasana (milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam
hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang.
Faktor resiko terjadinya retardasi mental dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Faktor ibu
• Usia Ibu sewaktu melahirkan kurang dari 16 atau lebih dari 40 tahun
• Kosanguitas atau hubungan darah yang dekat antara suami dan istri
• Pelvis sempit
• Riwayat abortus
• Adanya sianosis prematuritas, hipoksia prolaps tali pusat dan abrupsio plasenta
• Lahir sungsang
2. Faktor neonatal
Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50 sampai 69
terlambat pada berbagai tingkat, dan masalah kemampuan bicara yang mempengaruhi
kemampuan bicara untuk keprluan sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh
dalam merawat diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis dan ketrampilan rumah
tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat dari pada normal. Kesulitan
utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademik, dan banyak
IQ biasanya berada dalam rentang 35 sampai 49. Umumnya ada profil kesenjangan
(discrepancy) dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam
sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan interaksi sosial dan
IQ biasanya berada dalam rentang 20 sampai 34. Pada umumnya mirip dengan
retardasi mental sedang dalam hal:
a. Gambaran klinis
mencolok atau deficit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya kerusakan atau
penyimpanan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.
IQ biasanya dibawah 20. Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter
spasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan mencocokan mungkin dapat
dicapainya, dan dengan pengawasan dan petunjuk yang dapat penderita mungkin dapat
Gejala retardasi mental tergantung dari tipenya adalah sebagai berikut (Dinda, 2008
mereka ini termasuk dari tipe sosial-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa
kali tidak naik kelas.Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat belajar baca
tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal
hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada
umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetep membutuhkan
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu
latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektulnya hanya dapat sampai kelas
dua SD saja.Tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu. Mereka juga
kurang mampu menghadapi stress dan kurang mendiri sehingga perlu bimbingan dan
pengawasan.
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan
perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat
dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik, diagnosis dini mudah dibuat
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat
2.7 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis adanya gangguan depresi mayor pada seseorang yang
1. Non Farmakologi
meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, dan
di sekolah luar biasa. disertai juga konseling pada orang tua dengan tujuan membantu
mereka dalam mengatasi prustasi karena mempunyai anak dengan retardasi mental
2. Farmakologi
evaluasi lengkapi diagnosa pasien, dan pengobatan pasien tidak hanya untuk mengatasi
gejala tetapi juga pertimbangan pasien sebagai individu yang utuh. pengobatan terbaru
2.9. Komplikasi
Kompikasi yang dialami oleh pasien dengan retardasi mental pada awalnya adalah
kesulitan dalam interaksi sosial dan belajar dan juga sering muncul masalah
skizofrenia.
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. U
Usia : 37 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Sawahlunto
Agama : Islam
No.RM : 221425
Status Pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Masuk : 27 November 2021
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Pasien marah-marah sendiri dirumah sejak 4 hari sebelum masuk RS
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien saat ini
3. Pembicaraan
• Volume : Keras
• Bicara : Tidak spontan
• Artikulasi : Tidak jelas
4. Persepsi
• Halusinasi : Tidak ada
• Ilusi : Tidak ada
• Derealisasi : Tidak ada
• Depersonalisasi : Tidak ada
5. Pikiran
• Proses pikir : Inkoheren
• Isi pikir : Kemiskinan isi pikir
7. Daya Nilai
• Sosial : Terganggu
• Realita : Terganggu
8. Diagnosis
• Axis I : Gangguan Mental dan Perilaku
• Axis II : Retardasi mental
• Axis III : Tidak ada diagnosis
• Axis IV : Primary support group
• Axis V : GAF 50-41
9. Penatalaksanaan
• Inj lodomer 2x1 amp
• Inj dipenhidramine 2x1 amp
• Trifluoferazine (TFZ) 2X5 mg
• Triheksilpenidil (THP) 2X2 mg
• Clopromazine (CFZ) 1x100 mg
10. Prognosis
• Quo ad vitam : dubia ad malam
• Quo ad funcionam : dubia ad malam
• Quo ad sanationam : dubia ad malam
Baik Buruk
Gejala (+) Onset usia muda
Belum menikah
Support system buruk
Penyetus tidak jelas
BAB IV
Kesimpulan
Retardasi mental adalah suatu kemampuan mental yang tidak mencukupi. meskipun ada
berbagai definisi yang diungkapkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut sebagai
retardasi mental adalah suatu keadaan gangguan fungsi intelektual yang dapat diukur dengan
hal ini retardasi mental dapat dilihat dengan berbagai tingkatan IQ pasien dari tingkatan
retardasi ringan hingga retardasi mental dikatakan sangat berat dalam hal penatalaksanaan
pasien yang mengalami retardasi mental dibagi menjadi penatalaksanaan non farmakologi yang
meliputi tatalaksana primer sekunder dan tersier dan farmakologi sebagai pendukung
tatalaksana klinis yang memiliki manfaat yang sangat berguna bagi pasien penderita retardasi
1. Rianti, V, Ike FD. Efektifitas Rebt Mengatasi Kecemasan Orangtua Terhadap Masa
2. Syafrida Evi Nasution. 2020. Gambaran Anak Dengan Retardasi Mental. JP3SDM,
Vol.9. No. 2
4. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ III. Jakarta: Bagian ilmu
6. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pelayanan kesehatan anak di sekolah luar biasa
7. trianasari, Ratna. (2013). Gambaran Konsep Diri Orang Tua Yang Mempunyai Anak
Dengan Retardasi Mental Sedang Pada Siswa SD di SLB Putera Asih Kota Kediri.