Disusun Oleh:
17100701000031
Preseptor:
BAITURRAHMAH
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya penulis
pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun Case ini sangat
terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa,
maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah
Akhir kata penulis berharap kiranya case ini dapat menjadi masukan yang
berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain terkait dengan
masalah kesehatan pada umumnya, khususnya tentang ulkus dekubitus, low intake,
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
2.1.1 Definisi..........................................................................................................3
2.1.8 Komplikasi.....................................................................................................18
2.3 Gastritis..................................................................................................................18
2.4 Osteoartritis............................................................................................................19
ii
BAB III Laporan Kasus..............................................................................................20
KESIMPULAN...........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang yang disebabkan oleh
iskemia pada kulit (kutis dan subkutis) akibat adanya penekanan pada suatu area
angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada usia lanjut serta akan menjadi
beban keluarga dengan biaya perawatan tinggi. Di Negara negara maju, prevalensi
ulkus dekubitus mencapai 11% yang terjadi dalam dua minggu pertama
perawatan.Ulkus dekubitus dapat dapat terjadi pada setiap tahapan usia, pada usia
lanjut merupakan masalah khusus akibat peurunan status fungsional atau imobilisasi
ketidakseimbagan protein energi dan nutrien lain yang dapat menyebabkan gangguan
fungsi pada tubuh. Pada lanjut usia dengan satu atau lebih masalah kesehatan, baik
akut maupun kronik pengkajian keadaan status nutrisi harus sering dilakukan dan
mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahkan iritan
1
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi, vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki
paling sering terkena. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan
aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih
berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat menggangu mobilitas
pasien. Prevalensi kerusakan sendi sinovial ini meningkat dengan pertambahan usia.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
pergeseran (shear), pada bagian tubuh (tulang) yang menonjol. Ulkus dekubitus
menandakan telah terjadi nekrosis jaringan lokal, sering terjadi pada bagian tubuh
dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, Pressure Ulcer, Pressure sore, bed
2.1.2 Epidemiologi
meningkat dengan bertambahnya umur, terutama umur 70-80 tahun. Secara umum
insiden ulkus dekubitus di rumah sakit berkisar 1,2%-3% dan dapat meningkat
sampai 50% pada ruang rawat akut yang berhubungan dengan mortalitas tinggi.
predileksi yang sering terjadi ulkus dekubitus adalah sakrum, koksigeal, tuberositas
3
ischialgia dan trokanter mayor. Sakrum merupakan daerah tersering terjadi ulkus
Posisi Lateral: trokanter mayor, os zigomatikum, kostae lateral dan maleolus lateralis
tetraplegia.
Gangguan psikiatrik dan obat psikotropik: psikosis akut misalnya katatonia dan
4
Faktor resiko sekunder adalah faktor-faktor yang dapat menurunkan toleransi
obat antihipertensi
Mikroangiopati diabetic
Hipotensi, Bradikardi
Syok hipovolemik
Demam 38 C
Hipermetabolisme
Infeksi, sitokemia
penyembuhan luka.
5
Faktor yang melemahkan pertahanan kulit:
Proses menua pada kulit: tipis, atrofi, dengan sedikit sel-sel imun
Kandungan air pada kulit berkurang, daya regang menurun integritas antara dermis
dan epidermis menurun. Kulit kering karena atrofi glandula sebaseus dan apokrin.
Kulit menjadi halus mudah maserasi pada inkontinensia urin dan alvi karena sering
Pemakaian obat steroid yang menyebabkan kulit atrofi, tipis, mudah luka.
Faktor resiko ulkus decubitus dapat pula dibagi menjadi factor intrinsic dan
ekstrinsik.
Faktor intrinsik adalah semua faktor yang yang berasal dari kelainan pada pasien itu
Kebersihan tempat tidur
Peralatan medis (infus, central venous pressure/CPV, ventilator) yang menyebabkan
Posisi duduk salah
Perubahan posisi kurang.1
2.1.4 Patogenesis
6
Ulkus dekubitus terjadi karena tekanan dari luar yang menimbulkan iskemia
tekanan ini dapat meningkat mencapai maksimal 60 mmHg pada keadaan hiperemia.
Tekanan midkapiler adalah ± 20 mmHg, sedangkan tekanan pada daerah vena adalah
13-15 mmHg.Efek destruksi jaringan yang berkaitan dengan keadaan iskemia dapat
terjadi dengan tekanan kapiler antara 32-60 mmHg yang disebut tekanan
suprakapiler. Bila keadaan suprakapiler ini tercapai, akan terjadi Penurunan darah
kapiler yang disusul iskemia setempat. Bila seseorang mengalami iskemia imobilisasi
pada tempat tidur secara pasif, maka tekanan pada daerah sakrum akan mencapai 60-
70 mmHg dan daerah tumit 30-45 mmHg. Tekanan akan menimbulkan daerah
iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit. Substansia H yang mirip
histamin dilepaskan oleh sel-sel iskemik, terjadi akumulasi metabolik seperti kalium,
adenosine dipospat (ADP), hydrogen dan asam laktat, yang diduga sebagai faktor
hiperemis, reaksi tersebut masih efektif bila tekanan dihilangkan sebelum terjadi
Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor lain yang dapat memudahkan
Faktor teregangnya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas tempat
7
Kondisi suhu dan kelembaban permukaan kulit atau jaringan
Pada pasien imobilisasi dengan posisi setengah duduk dan kecendrungan tubuh
meluncur ke bawah, apalagi keadaan tubuh basah.Sering kali hal ini dicegah dengan
memberikan penghalang, misalnya bantal kecil/ balok kayu pada kedua telapak kaki.
Upaya ini hanya akan mencegah pergerakan kulit yang terfiksasi dari alas, tetapi
tempat-tempat tertentu, dan akan terjadi penutupan arteriol akibat terlalu teregang
bahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini disebut shering force. Pada shering
force terjadi fiksasi kulit pada permukaan alas tempat tidur akan menyebabkan terjadi
lipatanlipatan kulit, terutama terjadi pada penderita kurus dengan kulit kendur, lipatan
menjadi nekrosis ireversibel Karena tekanan terus menerus pada bagian dari Tubuh
8
tidak mampu melakukan aktivitas motor spontan Menyebabkan penyumbatan
sirkulasi darah.4
2.1.5 Klasifikasi
Gejala klinik yang tampak oleh penderita, biasanya berupa kulit yang
kemerahan sampai terbentuknya suatu ulkus. Kerusakan yang terjadi dapat meliputi
dermis, epidermis, jaringan otot sampai tulang. Berdasarkan gejala klinis, NPUAP
1. Stadium 1
Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit.
Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Stadium ini umumnya
2. Stadium 2
adiposa.Terlihat eritema dan indurasi. Stadium ini dapat sembuh dalam 10 – 15 hari.
9
3. Stadium 3
Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkutis, dan otot sudah mulai
terganggu dengan adanya edema, inflamasi, infeksi dan hilangnya struktur fibril. Tepi
ulkus tidak teratur dan terlihat hiper atau hipopigmentasi dengan fibrosis. Kadang-
kadang terdapat anemia dan infeksi sistemik. Biasanya sembuh dalam 3- 8 minggu.
4. Stadium 4
Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot, tulang serta sendi. Dapat
terjadi artritis septik atau osteomielitis dan sering disertai anemia. Dapat sembuh
dalam 3 - 6 bulan.
10
5.Unstageable / unsclassified
11
Lapisan atas kulit ditutupi jaringan nekrotik tebal yang berwarna kuning, abu-
abu, coklat , atau hijau. Stadium tidak dapat ditentukan walaupun jaringan nekrotik
sudah lepas.
Pada kulit yang intak berwarna ungu atau merah maron, tampak seperti
temperatur ulkus dekubitus dengan kulit sekitarnya, ulkus decubitus dibagi menjadi 3
bagian:
1. Tipe normal
Beda temperatur ± 2,5 ˚C antara dareah ulkus dengan kulit sekitar akan
sembuh sekitar 6 minggu selama perawatan. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan
setempat akibat tekanan namun pembuluh dan aliran darah masih baik.
2. Tipe arteriosklerotik
3. Tipe terminal
Terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak akan sembuh.1
2.1.6 Diagnosis
12
Anamnesis geriatri lengkap dilakukan baik autoanamnesis atau aloanamnesis,
terutama sehubungan untuk mencari faktor faktor resiko (primer dan skunder )
pembuluh darah perifer , penurunan fungsi perifer , penurunan fungsi kognitif ) dan
riwayat ulkus decubitus sebelumnya. Pemeriksaan fisik pada kulit dilakukan dengan
teliti, terutama pada daerah predileksi (bagian yang menonjol) terjadi decubitus
(sacrum, tumit, belikat, siku).Inspeksi pada kulit melihat adanya daerah yang
eritem/lesi, luka lecet, luka dalam. Pengkajian paripurn pada pasien geritari
fisiologi yang masih ada pada pasien usia lanjut dengan multi morbiditas. Pengkajian
Activity of Daily Living/ ADL Barthel), status kognitif (Mini Mental State
status fungsional sebelum sakit, saat sakit, selama perawatan dilakukan untuk
koordinasi tatalaksana dan rencana asuhan keperawatan melalui tim terpadu geriatri.1
menggunakan skala Norton yang sudah berkembang sejak tahun 1961. Nilai semakin
rendah pada skala Norton berarti resiko ulkus decubitus semakin tinggi. Skala lain
untuk meniulai resiko ulkus decubitus adalah skala Braden, skala waterlow. Skala
13
Braden terdiri dari 6 sub skala yaitu persepsi sensori, kelembaban, aktivitas,
2.1.7 Penatalaksanaan
diperlukan tim terpadu geriatri yang bekerja secara interdisiplin, meliputi dokter
konsultan terkait, perawat,ahli gizi, bagian rehabilitasi medik, ahli farmasi klinik.
Pasien dan keluarga/ pramurawat harus diedukasi mengenai risiko timbul ulkus
dekubitus dan perburukan yang akan terjadi serta mengetahui tentang strategi
14
pencegahan dan penatalaksanaanya. Tatalaksana dapat berhasil bila disertai peran
Pencegahan
Pencegahan ulkus dekubitus adalah hal yang utama karena pengobatan ulkus
dekubitus membutuhkan waktu dan biaya yang besar.Pencegahan sudah dimulai saat
a. Perawatan kulit
Jaga pakaian dan sprei tetap kering. Hindari kulit dari keringat dan urin.
Periksa kulit tiap hari, terutama kulit pada bagian yang menonjol, perhatikan
Pijat kulit yang masih intake untuk membantu sirkulasi dan kenyamanan.
Usahakan pasien secara rutin dapat pindah dari tempat tidur ke kursi, berdiri dan
berjalan. Bila pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau hanya bisa duduk di
kursi roda, pasien di bantu melakukan latihan linggup gerak sendi (range of motion
exercises)
Miring ke kanan, ke kiri dan terlentang minimal setiap 2 jam. Gunakan bantal di
bawah kaki untuk menjaga agar tumit tidak besentuhan langsung dengan kasur/matras
15
Pada pasien yang duduk dikursi roda, lakukan pergeseran dari tumpuan berat tubuh
setiap 15 menit
Jangan mengangkat kepala terlalu tinggi dari tempat tidur, karena badan akan
meluncur ke bawah sehingga kulit pada punggung dan bokong akan lecet.
Gunakan bantal lunak untuk mengurangi tekanan pada daerah yang menonjol, jangan
percepatan hari rawat dan mengurangi risiko karena tirah baring lama, seperti
Bila sudah terjadi ulkus dekubitus, tentukan stadium dan perencanaan tindakan :1
Stadium 1
16
Terjadi reaksi peradangan terbatas pada epidermis, kulit kemerahan
dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian di pijat 2-3
kali/hari.
Stadium 2
ulkus digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk
jaringan muda/ granulasi.Penggantian balut dan pemberian salep jangan terlalu sering
Stadium 3
fisiologis.Usahakan luka selalu bersih dan eksudat dapat mengalir keluar.Balut jangan
terlalu tebal agar oksigenasi dan penguapan baik.Kelembaban luka dijaga tetap basah,
Stadium 4
Semua langkah diatas tetap dikerjakan, jaringan nekrotik yang akan menghalangi
jika diperlukan tindakan operatif untuk membersihkan luka dan menutup jaringan.
2.1.8 Komplikasi
17
Komplikasi sering terjadi pada stadium 3 dan 4, walaupun dapat juga terjadi
3. Septikemia
4. Anemia
5. Hipoalbuminemia
ketidakseimbagan protein energi dan nutrien lain yang dapat menyebabkan gangguan
fungsi pada tubuh. Pada lanjut usia dengan satu atau lebih masalah kesehatan, baik
akut maupun kronik pengkajian keadaan status nutrisi harus sering dilakukan dan
faktor-faktor risiko terjadinya low intake pada usia lanjut. Faktor-faktor risiko
tersebut di antaranya perubahan fungsi tubuh terkait usia seperti kemapuan indera
perasa sehingga bisa mempengaruhi nafsu makan, menderita penyakit kronis seperti
dinjurkan dokter/ ahli gizi menyebabkan asupan kalori menurun dan meningkakan
18
resiko malnutrisi.Keadaan lain yang mempengaruhi status nutrisi pada lansia adalah
2.3 Gastritis
lambung yang bersifat kronis,difus atau lokal. Gastritis terbagi atas dua tipe yaitu
gastritis akut dan gastritis kronis. Faktor resiko gastritis ini adalah pola makan yang
tidak baik (waktu makan terlambat, jenis makanan pedas, porsi makan yang besar) ,
konsumsi obat penghilang nyeri jangka panjang, konsumsi kopi, alkohol, merokok,
stres fisik, stres psikologis, usia tua, kelainan autoimun, chrone disease, infeksi
bakteri atau parasit dan penyakit lain seperti HIV/AIDS,gagal ginjal. Gastritis yang
melakukan aktifitas sehari- hari sehingga dapat menggangu kualitas hidup lansia.3
2.4 Osteoartritis
dengan kerusakan kartilago sendi, vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki
tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya
dan hasil dari pemeriksaan radiologis. Adapun gambaran radiologis yang menyokong
19
diagnosis OA adalah tampak penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris
(lebih berat pada bagian yang menanggung beban), peningkatan densitas (sclerosis)
tulang subcondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi dan perubahan struktur
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. N
• Umur : 81 tahun
• No. RM : 088974
• Status : Menikah
• Agama : Islam
II. ANAMNESA
Keluhan utama
20
Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu minum obat
Pasien memiliki riwayat stroke ringan sejak 4 tahun yang lalu dengan keluhan
Pasien mengatakan lecet timbul luka pada panggul sejak 1 bulan yang lalu dan
Pasien mengeluhkan tidak bisa tidur sejak 1 minggu ini karena nyeri dan gatal
a. Riwayat Hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, minum obat jika merasa pusing.
21
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat Psikososial
tangga. Pasien tinggal bersama anak dan cucunya. Pasien punya 9 orang anak. Pasien
Nadi : 97 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36, 2 Cº
Berat badan : 60 kg
Kulit : Ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), turgor kulit kembali cepat
22
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)Pupil isokor kiri kanan,
Telinga : Massa (-), bengkak pada aurikula (-) nyeri tarik daun telinga (-)
Jantung
Paru:
Abdomen
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri lepas (-), tidak ada
Perkusi : Tympani
23
Auskultasi : Bising usus normal
Extremitas atas
Nyeri sendi tidak ada, edema tidak ada, jaringan parut tidak ada, akral hangat, CRT
Extremitas bawah
Nyeri sendi dan bengkak pada lutut sebelah kiri,edema tidak ada, jaringan parut tidak
Status lokalis
Regio Punggung
Regio Sacrum
Inspeksi: tampak luka berukuran 2×3 cm, eritema (+) dengan pinggir kehitaman,
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
24
Hemoglobin : 11,1 g/dl (L)
Eritrosit : 3,88 6/mm3 (L)
Hematokrit : 32,9 % (L)
MCV : 84,8 FL
MCH : 26,8 pg/cell
MCHC : 33,7 (g/dl)
RDW-CV : 14,4 %
Leukosit : 8,8 103/mm3
Trombosit : 311 103/mm3
Hitung jenis
Basofil :1%
Eosinofil :4% (H)
Neutrofil : 62 %
Limfosit : 25 %
Monosit :8%
ALC : 2200 /ul
NLR : 2,48
Kimia Klinik
Glukosa Darah : 98 mg/dl
Ureum : 25 mg/dl
Kreatinin :0,82 mg/dl
25
EKG (17 September 2021)
Kesan :
o QRS 74 ms
o QT / QtcBaz 356/442 ms
o PR 196 ms
26
o P 90 ms
o RR/PP 642/645 ms
o Abnormal ECG
Ulkus dekubitus
Gastritis
GERD
Endoskopi
Rontgen genu
IX. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologis
Perawatan kulit
2. Farmakologis
IVFD RL 12 jam/kolf
Inj Ceftriaxone 1 × 2 gr
28
Paracetamol 3 × 500 mg (PO)
Diazepam 1 × 2 mg (PO)
Lansoprazole 1× 1 mg (PO)
X. PROGNOSIS
FOLLOW UP
T: 36,2 C genu
Lansoprazole 1× 1 mg
29
Perawatan luka
BAB IV
KESIMPULAN
luka sejak 1 minggu SMRS. Pasien tidur berbaring selama 1,5 tahun ini.Pasien
mengatakan lecet timbul luka pada panggul sejak 1 bulan yang lalu dan ada kontrol
ke spesialis kulit.Pasien mengeluhkan tidak bisa tidur sejak 1 minggu ini karena nyeri
dan gatal pada punggung dan panggul.Pasien mengeluhkan nafsu makan berkurang
sejak 5 hari SMRS.Pasien juga mengeluhkan lemas, lutut sakit dan sulit digerakkan.
amlodipin jika terasa pusing saja. Pasien memiliki riwayat stroke ringan sejak 4 tahun
yang lalu dengan keluhan lemah pada kedua kaki ( bisa berjalan tapi lambat). Pasien
memiliki riwayat sakit maagh sejak 2 tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat
DM.
suhu: 36, 2 Cº, Pada mata konjugtiva tidak anemis. Pada pemeriksaan paru tidak
normal. Pada status lokalis regio punggung tampak eritema luka (-), pus (-) , pada
regio sacrum tampak luka berukuran 2×3 cm, eritema (+) dengan pinggir kehitaman,
pus (-), jaringan nekrotik (-). Pada ekstremitas bawah lutut tampak bengkak sebelah
kiri.
g/dl (L), eritrosit 3,88.106/mm3(L), hematokrit 32,9 % (L), eosinofil 4 (H). Pada EKG
inferolateral ischemia, abnormal ECG. Pada rontgen thorax tidak tampak kelainan
radiologis pada jantung dan paru. Oleh karena itu pasien di diagnosa dengan Ulkus
dekubitus stadium 1 pada punggung, ulkus dekubitus stadium 2 regio sacrum + Low
dr.kulit dilanjutkan. Edukasi untuk pasien dan keluarganya lakukan perawatan kulit,
31
melakukan perubahan posisi tubuh miring kekanan, ke kiri dan terlentang minimal
setiap 2 jam. Gunakan kasur dekubitus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi
pada tubuh pasien. Perhatikan pakaian,sprei dan selimut pasien dalam keadaan kering
dengan permukaan rata atau halus. Asupan makanan dan cairan cukup termasuk
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar ilmu penyakit dalam.jilid III edisi VI . Jakarta: Internal Publishing;
2015.
ajar ilmu penyakit dalam.jilid II edisi VI. Jakarta: Internal Publishing; 2014.
4. Setia,I. Ulkus dekubitus pada usia lanjut fokus pada pencegahan dan
Biomedika .2019;11(1):11-17.
32
6. AnisaI ,P. Diagnosis and treatment osteoartritis. J majority.2015;4(4):10-17.
33