Anda di halaman 1dari 37

Case Report session

ULKUS DEKUBITUS + LOW INTAKE + GASTRITIS + OSTEOARTRITIS

Disusun Oleh:

Gita Helvia Sari

17100701000031

Preseptor:

dr. Ali Mudiarnis, Sp. PD K-Ger

SMF / BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M. NATSIR SOLOK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

BAITURRAHMAH

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-Nya penulis

dapat menyelesaikan case dengan judul “ULKUS DEKUBITUS + LOW INTAKE

+ GASTRITIS + OSTEOARTRITIS”. Case ini dibuat sebagai salah satu tugas

dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Mengingat pengetahuan dan

pengalaman penulis serta waktu yang tersedia untuk menyusun Case ini sangat

terbatas, penulis sadar masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa,

maupun sistematika penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang

membangun sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.

Ali Mudiarnis, Sp.PD K-Ger selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu

Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok, yang telah

memberikan masukan yang berguna dalam penyusunan case ini.

Akhir kata penulis berharap kiranya case ini dapat menjadi masukan yang

berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain terkait dengan

masalah kesehatan pada umumnya, khususnya tentang ulkus dekubitus, low intake,

gastritis dan osteoartritis.

Solok, 22 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................i

Daftar Isi......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan..................................................................................................2

1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................2

1.2.2 Tujuan Khusus................................................................................................2

1.2.3 Manfat Penulisan ............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................3

2.1 Ulkus Dekubitus.....................................................................................................3

2.1.1 Definisi..........................................................................................................3

2.1.2 Epidemiologi .................................................................................................3

2.1.3 Faktor resiko.................................................................................................4

2.1.4 Patogenesis ...................................................................................................6

2.1.5 Klasifikasi .....................................................................................................8

2.1.6 Diagnosis ......................................................................................................12

2.1.7 Penatalaksanaan .............................................................................................14

2.1.8 Komplikasi.....................................................................................................18

2.2 Low Intake.............................................................................................................18

2.3 Gastritis..................................................................................................................18

2.4 Osteoartritis............................................................................................................19

ii
BAB III Laporan Kasus..............................................................................................20

KESIMPULAN...........................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ulkus dekubitus adalah suatu keadaan kerusakan kulit sampai jaringan

dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang yang disebabkan oleh

iskemia pada kulit (kutis dan subkutis) akibat adanya penekanan pada suatu area

secara terus-menerus. Ulkus dekubitus merupakan suatu hal yang serius,dengan

angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada usia lanjut serta akan menjadi

beban keluarga dengan biaya perawatan tinggi. Di Negara negara maju, prevalensi

ulkus dekubitus mencapai 11% yang terjadi dalam dua minggu pertama

perawatan.Ulkus dekubitus dapat dapat terjadi pada setiap tahapan usia, pada usia

lanjut merupakan masalah khusus akibat peurunan status fungsional atau imobilisasi

yang merupakan masalah besar pada pasien geriatri.1

Low intake merupakan suatu keadaan defisiensi, kelebihan atau

ketidakseimbagan protein energi dan nutrien lain yang dapat menyebabkan gangguan

fungsi pada tubuh. Pada lanjut usia dengan satu atau lebih masalah kesehatan, baik

akut maupun kronik pengkajian keadaan status nutrisi harus sering dilakukan dan

selanjutnya rencana asuhan nutrisi dapat diperbaiki bila diperlukan.2

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa dan submukosa lambung sebagai

mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahkan iritan

lain yang bersifat akut,kronik difus,atau lokal.3

1
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan

dengan kerusakan kartilago sendi, vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki

paling sering terkena. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan

aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih

berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat menggangu mobilitas

pasien. Prevalensi kerusakan sendi sinovial ini meningkat dengan pertambahan usia.4

1.1 Tujuan Penulisan

1.1.1 Tujuan Umum

Mengetahui dan membahas mengenai ulkus dekubitus, low intake, gastritisdan

osteoartritis yang dialami pasien.

1.1.2 Tujuan Khusus

Mengetahui dan memahami mengenai definisi, etiologi, klasifikasi,

patogenesis, penegakan diagnosa, dan penatalaksanaan ulkus dekubitus, low intake ,

gastritis dan osteoartritis .

1.3 Manfaat Penulisan

1. Sebagai sumber media informasi mengenai ulkus dekubitus, low intake,

gastritis dan osteoartritis.

2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang ulkus

dekubitus, low intake, gastritis dan osteoartritis.

3. Untuk memenuhi tugas case report session kepaniteraan klinik senior di

Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD M Natsir Solok 2021.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ulkus Dekubitus

2.1.1 Definisi

Ulkus dekubitus adalah kerusakan jaringan setempat pada kulit dan/atau

jaringan dibawahnya akibat tekanan, atau kombinasi antara tekanan dengan

pergeseran (shear), pada bagian tubuh (tulang) yang menonjol. Ulkus dekubitus

menandakan telah terjadi nekrosis jaringan lokal, sering terjadi pada bagian tubuh

yang menonjol, misalnya sakrum, tuberositas iskialgia, trokanter, tumit. Ulkus

dekubitus sering disebut sebagai ischemic ulcer, Pressure Ulcer, Pressure sore, bed

sore, decubital ulcer.1

2.1.2 Epidemiologi

Sebanyak ± 70% ulkus dekubitus terjadi pada pasien geriatri. Prevalensi

meningkat dengan bertambahnya umur, terutama umur 70-80 tahun. Secara umum

insiden ulkus dekubitus di rumah sakit berkisar 1,2%-3% dan dapat meningkat

sampai 50% pada ruang rawat akut yang berhubungan dengan mortalitas tinggi.

Kejadian ulkus dekubitus meningkat sesuai dengan dengan lama perawatan,

hospitalisasi meningkat 5 kali lipat bila pasien mengalami ulkus dekubitus.1

Sebanyak 95 % ulkus dekubitus terjadi pada bagian belakang tubuh.Daerah

predileksi yang sering terjadi ulkus dekubitus adalah sakrum, koksigeal, tuberositas

3
ischialgia dan trokanter mayor. Sakrum merupakan daerah tersering terjadi ulkus

dekubitus (36%), tumit (30%), daerah lain masing-masing 6%.1

Daerah predileksi ulkus dekubitus:

 Posisi dorsal: os. Sakrum, koksigeus, tendon achiles, os oksipital

 Posisi abdominal: os frontal, arkus kostarum , krista illiaka, genue

 Posisi Lateral: trokanter mayor, os zigomatikum, kostae lateral dan maleolus lateralis

 Posisi duduk: tuberositas iskialgia, os oksipital, tumit.

2.1.3 Faktor Resiko

Faktor Resiko Primer

Faktor resiko primer merupakan faktor resiko yang menyebabkan

menurunnya pergerakan (morbiditas) sehingga terjadi imobilisasi relative/total yaitu:2

 Gangguan neurologis dengan paralisis: stroke, hemiplegia, hemiparesis, paraplegia,

tetraplegia.

 Gangguan fungsi kognitif dan Penurunan kesadaran.

 Intervensi bedah: anestesi (premedikasi, anestesi, fase pemulihan) untuk jangka

waktu yang lama.

 Gangguan psikiatrik dan obat psikotropik: psikosis akut misalnya katatonia dan

depresi akut, obat sedasi misalnya neuroleptic, benzodiazepine nyeri hebat

Faktor Resiko Sekunder

4
Faktor resiko sekunder adalah faktor-faktor yang dapat menurunkan toleransi

jaringan. Faktor yang menurunkan tekanan intravaskuler:2

 Hipotensi arterial: syok ( hipovolemik, septik, kardiogenik), overdosis

obat antihipertensi

 Dehidrasi: pemakaian diuretic,diare, sengatan matahari.

 Faktor yang menurunkan transport oksigen ke sel:

 Anemia: hemoglobin < 9 g%

 Penyakit oklusi arteri perifer

 Mikroangiopati diabetic

 Hipotensi, Bradikardi

 Syok hipovolemik

Faktor yang meningkatkan konsumsi oksigen di sel:

 Demam 38 C

 Hipermetabolisme

 Infeksi, sitokemia

Faktor yang menyebabkan defisiensi nutrient dalam sel:

 Malnutisi: defisiensi protein, vitamin, mineral, trace elements

 Kakeksia: imobilitas karena katabolisme dan kelemahan otot

 Limfopenia yang berhubungan dengan malnutrisi: defisiensi imun, gangguan

penyembuhan luka.

5
Faktor yang melemahkan pertahanan kulit:

 Proses menua pada kulit: tipis, atrofi, dengan sedikit sel-sel imun

 Higiene kulit buruk

 Penyakit kulit: eksema, kandidiasis

 Kandungan air pada kulit berkurang, daya regang menurun integritas antara dermis

dan epidermis menurun. Kulit kering karena atrofi glandula sebaseus dan apokrin.

 Kulit menjadi halus mudah maserasi pada inkontinensia urin dan alvi karena sering

terpapar urin dan feses.

 Pemakaian obat steroid yang menyebabkan kulit atrofi, tipis, mudah luka.

Faktor resiko ulkus decubitus dapat pula dibagi menjadi factor intrinsic dan

ekstrinsik.

Faktor intrinsik adalah semua faktor yang yang berasal dari kelainan pada pasien itu

sendiri ( faktor resiko primer dan sekunder).

Faktor ekstrinsik, meliputi:


Kebersihan tempat tidur


Peralatan medis (infus, central venous pressure/CPV, ventilator) yang menyebabkan

penderita terinfeksi pada sikap tertentu


Posisi duduk salah


Perubahan posisi kurang.1

2.1.4 Patogenesis
6
Ulkus dekubitus terjadi karena tekanan dari luar yang menimbulkan iskemia

setempat. Dalam keadaan normal, tekanan intrakapiler arterial adalah ± 32 mmHg.,

tekanan ini dapat meningkat mencapai maksimal 60 mmHg pada keadaan hiperemia.

Tekanan midkapiler adalah ± 20 mmHg, sedangkan tekanan pada daerah vena adalah

13-15 mmHg.Efek destruksi jaringan yang berkaitan dengan keadaan iskemia dapat

terjadi dengan tekanan kapiler antara 32-60 mmHg yang disebut tekanan

suprakapiler. Bila keadaan suprakapiler ini tercapai, akan terjadi Penurunan darah

kapiler yang disusul iskemia setempat. Bila seseorang mengalami iskemia imobilisasi

pada tempat tidur secara pasif, maka tekanan pada daerah sakrum akan mencapai 60-

70 mmHg dan daerah tumit 30-45 mmHg. Tekanan akan menimbulkan daerah

iskemik dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit. Substansia H yang mirip

histamin dilepaskan oleh sel-sel iskemik, terjadi akumulasi metabolik seperti kalium,

adenosine dipospat (ADP), hydrogen dan asam laktat, yang diduga sebagai faktor

penyebab dilatasi pembuluh darah. Reaksi kompensasi sirkulasi akan tampak

hiperemis, reaksi tersebut masih efektif bila tekanan dihilangkan sebelum terjadi

periode krisis 1-2 jam.1

Selain faktor tekanan, ada beberapa faktor lain yang dapat memudahkan

terjadi ulkus dekubitus, yaitu:


Faktor teregangnya kulit akibat daya luncur antara tubuh dengan alas tempat

berbaring, terjadi pada penderita dengan posisi setengah berbaring.



Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang kurus dengan alas tempat tidur,

sehingga seakan-akan kulit “ tertinggal” dari daerah tubuh lainnya.

7

Kondisi suhu dan kelembaban permukaan kulit atau jaringan


Pada pasien imobilisasi dengan posisi setengah duduk dan kecendrungan tubuh

meluncur ke bawah, apalagi keadaan tubuh basah.Sering kali hal ini dicegah dengan

memberikan penghalang, misalnya bantal kecil/ balok kayu pada kedua telapak kaki.

Upaya ini hanya akan mencegah pergerakan kulit yang terfiksasi dari alas, tetapi

rangka tulang akan cenderung maju kedepan. Akibatnya terjadi garisgaris

penekanan/peregangan pada jaringan subkutan yang seakan-akan tergunting pada

tempat-tempat tertentu, dan akan terjadi penutupan arteriol akibat terlalu teregang

bahkan sampai robek. Tenaga menggunting ini disebut shering force. Pada shering

force terjadi fiksasi kulit pada permukaan alas tempat tidur akan menyebabkan terjadi

lipatanlipatan kulit, terutama terjadi pada penderita kurus dengan kulit kendur, lipatan

kulit menyebabkan distorsi dan menutup pembuluh darah.4

Decubitus bersifat kutaneous dan subkutan Lesi jaringan yang tersumbat

menjadi nekrosis ireversibel Karena tekanan terus menerus pada bagian dari Tubuh

8
tidak mampu melakukan aktivitas motor spontan Menyebabkan penyumbatan

sirkulasi darah.4

2.1.5 Klasifikasi

STADIUM LUKA DEKUBITUS

Gejala klinik yang tampak oleh penderita, biasanya berupa kulit yang

kemerahan sampai terbentuknya suatu ulkus. Kerusakan yang terjadi dapat meliputi

dermis, epidermis, jaringan otot sampai tulang. Berdasarkan gejala klinis, NPUAP

mengklasifikasikan ulkus dekubitus menjadi empat stadium, yakni

1. Stadium 1

Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit.

Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri. Stadium ini umumnya

reversible dan dapat sembuh dalam 5 - 10 hari.

2. Stadium 2

Ulserasi mengenai epidermis, dermis dan meluas sampai ke jaringan

adiposa.Terlihat eritema dan indurasi. Stadium ini dapat sembuh dalam 10 – 15 hari.

9
3. Stadium 3

Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkutis, dan otot sudah mulai

terganggu dengan adanya edema, inflamasi, infeksi dan hilangnya struktur fibril. Tepi

ulkus tidak teratur dan terlihat hiper atau hipopigmentasi dengan fibrosis. Kadang-

kadang terdapat anemia dan infeksi sistemik. Biasanya sembuh dalam 3- 8 minggu.

4. Stadium 4

Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia, otot, tulang serta sendi. Dapat

terjadi artritis septik atau osteomielitis dan sering disertai anemia. Dapat sembuh

dalam 3 - 6 bulan.

10
5.Unstageable / unsclassified

11
Lapisan atas kulit ditutupi jaringan nekrotik tebal yang berwarna kuning, abu-

abu, coklat , atau hijau. Stadium tidak dapat ditentukan walaupun jaringan nekrotik

sudah lepas.

6. Kerusakan jaringan dalam (deep tissue injury)

Pada kulit yang intak berwarna ungu atau merah maron, tampak seperti

memar yang dalam. Stadium ini cepat menjadi stadium 3/4.

Tipe ulkus dekubitus

Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dan perbedaan

temperatur ulkus dekubitus dengan kulit sekitarnya, ulkus decubitus dibagi menjadi 3

bagian:

1. Tipe normal

Beda temperatur ± 2,5 ˚C antara dareah ulkus dengan kulit sekitar akan

sembuh sekitar 6 minggu selama perawatan. Ulkus ini terjadi karena iskemia jaringan

setempat akibat tekanan namun pembuluh dan aliran darah masih baik.

2. Tipe arteriosklerotik

Beda temperatur < 1 ˚C antara daerah ulkus dengan kulit sekitar.Ulkus

dekubitus terjadi karena tekanan dan arteriosklerotik pada pembuluh darah,

penyembuhan terjadi dalam 16 minggu.

3. Tipe terminal

Terjadi pada penderita yang akan meninggal dan tidak akan sembuh.1

2.1.6 Diagnosis

12
Anamnesis geriatri lengkap dilakukan baik autoanamnesis atau aloanamnesis,

terutama sehubungan untuk mencari faktor faktor resiko (primer dan skunder )

misalnya lama terjadi imobilisasi, komorbid penyakit (DM, stroke , penyakit

pembuluh darah perifer , penurunan fungsi perifer , penurunan fungsi kognitif ) dan

riwayat ulkus decubitus sebelumnya. Pemeriksaan fisik pada kulit dilakukan dengan

teliti, terutama pada daerah predileksi (bagian yang menonjol) terjadi decubitus

(sacrum, tumit, belikat, siku).Inspeksi pada kulit melihat adanya daerah yang

eritem/lesi, luka lecet, luka dalam. Pengkajian paripurn pada pasien geritari

(P3G)/Comprehensive geriatric assessment) sangat diperlukan dalam

mengidentifikasi pasien yang beresiko ulkus decubitus. Komprehensif dalam

menetukan masalah kesehatan (Biopsikososio kultural). Serta mengetahui cadangan

fisiologi yang masih ada pada pasien usia lanjut dengan multi morbiditas. Pengkajian

paripurn pada pasien geritari mencakup pengkajian tingkat mobilitas ( memeriksa

Activity of Daily Living/ ADL Barthel), status kognitif (Mini Mental State

Examination/MMSE), status psikis (Geriatric Depression Scale/GDS). Pemeriksaan

status fungsional sebelum sakit, saat sakit, selama perawatan dilakukan untuk

evaluasi mencapai target keberhasilan mobilisasi jangka pendek, menegah dan

panjang. Setelah dilakukan pengkajian paripurna, ditentukan langkah langkah

koordinasi tatalaksana dan rencana asuhan keperawatan melalui tim terpadu geriatri.1

Pemeriksaan untuk menilai terjadinya resiko ulkus dekubitus dengan

menggunakan skala Norton yang sudah berkembang sejak tahun 1961. Nilai semakin

rendah pada skala Norton berarti resiko ulkus decubitus semakin tinggi. Skala lain

untuk meniulai resiko ulkus decubitus adalah skala Braden, skala waterlow. Skala
13
Braden terdiri dari 6 sub skala yaitu persepsi sensori, kelembaban, aktivitas,

mobilitas, nutrisi dan friction dan shear.1

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ulkus dekubitus cukup sulit dan butuh waktu lama,

sehingga pencegahan sangat penting dilakukan. Pada tatalaksana ulkus dekubitus

diperlukan tim terpadu geriatri yang bekerja secara interdisiplin, meliputi dokter

konsultan terkait, perawat,ahli gizi, bagian rehabilitasi medik, ahli farmasi klinik.

Pasien dan keluarga/ pramurawat harus diedukasi mengenai risiko timbul ulkus

dekubitus dan perburukan yang akan terjadi serta mengetahui tentang strategi

14
pencegahan dan penatalaksanaanya. Tatalaksana dapat berhasil bila disertai peran

serta keluarga terutama pramurawat (care giver).

Pencegahan

Pencegahan ulkus dekubitus adalah hal yang utama karena pengobatan ulkus

dekubitus membutuhkan waktu dan biaya yang besar.Pencegahan sudah dimulai saat

pertama kali kontak dengan pasien. Tindakan pencegahan dibagi atas:1

a. Perawatan kulit

 Bersikan kulit dengan air hangat (jangan panas)

 Oleskan lotion agar kulit tetap lembab

 Jaga pakaian dan sprei tetap kering. Hindari kulit dari keringat dan urin.

 Periksa kulit tiap hari, terutama kulit pada bagian yang menonjol, perhatikan

adanya perubahan warna kemerahan atau perubahan temperature

 Pijat kulit yang masih intake untuk membantu sirkulasi dan kenyamanan.

Hindari pijat pada bagian yang menonjol.

b. Perubahan posisi tubuh

 Usahakan pasien secara rutin dapat pindah dari tempat tidur ke kursi, berdiri dan

berjalan. Bila pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau hanya bisa duduk di

kursi roda, pasien di bantu melakukan latihan linggup gerak sendi (range of motion

exercises)

 Miring ke kanan, ke kiri dan terlentang minimal setiap 2 jam. Gunakan bantal di

bawah kaki untuk menjaga agar tumit tidak besentuhan langsung dengan kasur/matras

15
 Pada pasien yang duduk dikursi roda, lakukan pergeseran dari tumpuan berat tubuh

setiap 15 menit

 Jangan mengangkat kepala terlalu tinggi dari tempat tidur, karena badan akan

meluncur ke bawah sehingga kulit pada punggung dan bokong akan lecet.

 Gunakan bantal lunak untuk mengurangi tekanan pada daerah yang menonjol, jangan

menggunakan bantal donat

 Jangan memindahkan pasien dengan cara menarik dari tempat tidur

Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan

mencegah terjadinya komplikasi pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam

percepatan hari rawat dan mengurangi risiko karena tirah baring lama, seperti

terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan

sirkulasi darah, gangguan pernapasan dan gangguan peristaltik maupun berkemih.5

c. Alas tempat tidur

 Sprei, selimut dalam keadaan kering dengan permukaan rata/ halus

 Gunakan kasur antidekubitus

d. Nutrisi dan hidrasi

Asupan makanan dan cairan cukup, termasuk vitamin dan mineral.

Bila sudah terjadi ulkus dekubitus, tentukan stadium dan perencanaan tindakan :1

 Stadium 1

16
Terjadi reaksi peradangan terbatas pada epidermis, kulit kemerahan

dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian di pijat 2-3

kali/hari.

 Stadium 2

Perawatan luka memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik.Daerah

ulkus digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk

merangsang sirkulasi.Dapat diberikan salep topikal untuk merangsang timbulnya

jaringan muda/ granulasi.Penggantian balut dan pemberian salep jangan terlalu sering

karena dapat merusak pertumbuhan jaringan.

 Stadium 3

Luka kotor dan bernanah dibersihkan dengan larutan NaCL

fisiologis.Usahakan luka selalu bersih dan eksudat dapat mengalir keluar.Balut jangan

terlalu tebal agar oksigenasi dan penguapan baik.Kelembaban luka dijaga tetap basah,

untuk mempermudah regenerasi sel-sel kulit.Perlu pemberian antibiotika sistemik.

 Stadium 4

Perluasan ulkus sampai ke dasar tulang, sering disertai jaringan nekrotik.

Semua langkah diatas tetap dikerjakan, jaringan nekrotik yang akan menghalangi

pertumbuhan jaringan/epitelisasi dibersihkan. Rawat bersama dengan bagian bedah

jika diperlukan tindakan operatif untuk membersihkan luka dan menutup jaringan.

2.1.8 Komplikasi

17
Komplikasi sering terjadi pada stadium 3 dan 4, walaupun dapat juga terjadi

pada ulkus superfisial. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain :

1. Infeksi, sering bersifat multibakterial baik yang aerobik ataupun anaeorobik

2. Keterlibatan jaringan tulang dan sendi seperti periostitis, osteitis, osteomielitis

(38%), artritis septik.

3. Septikemia

4. Anemia

5. Hipoalbuminemia

6. Kematian dengan angka mortalitas mencapai 48%.1

2.2. Low Intake

Low intake merupakan suatu keadaan defisiensi, kelebihan atau

ketidakseimbagan protein energi dan nutrien lain yang dapat menyebabkan gangguan

fungsi pada tubuh. Pada lanjut usia dengan satu atau lebih masalah kesehatan, baik

akut maupun kronik pengkajian keadaan status nutrisi harus sering dilakukan dan

selanjutnya rencana asuhan nutrisi dapat diperbaiki bila diperlukan.2

Berbagai penelitian dengan metode yang berbeda telah mengidentifikasi

faktor-faktor risiko terjadinya low intake pada usia lanjut. Faktor-faktor risiko

tersebut di antaranya perubahan fungsi tubuh terkait usia seperti kemapuan indera

perasa sehingga bisa mempengaruhi nafsu makan, menderita penyakit kronis seperti

hipertensi,diabetes melitus, gagal jantung, hiperurisemia pola diet sesuai yang

dinjurkan dokter/ ahli gizi menyebabkan asupan kalori menurun dan meningkakan

18
resiko malnutrisi.Keadaan lain yang mempengaruhi status nutrisi pada lansia adalah

status fungsional yang rendah, kemiskinan,depresi dan demensia.2

2.3 Gastritis

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa

lambung yang bersifat kronis,difus atau lokal. Gastritis terbagi atas dua tipe yaitu

gastritis akut dan gastritis kronis. Faktor resiko gastritis ini adalah pola makan yang

tidak baik (waktu makan terlambat, jenis makanan pedas, porsi makan yang besar) ,

konsumsi obat penghilang nyeri jangka panjang, konsumsi kopi, alkohol, merokok,

stres fisik, stres psikologis, usia tua, kelainan autoimun, chrone disease, infeksi

bakteri atau parasit dan penyakit lain seperti HIV/AIDS,gagal ginjal. Gastritis yang

terjadi pada lansia akan menyebabkan terganggunya kemampuan lansia dalam

melakukan aktifitas sehari- hari sehingga dapat menggangu kualitas hidup lansia.3

2.4 Osteoartritis

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan

dengan kerusakan kartilago sendi, vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki

paling sering terkena. Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi OA

primer dan OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yang penyebabnya

tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses

perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya

kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan dan imobilisasi yang lama.

Diagnosis osteoartritis biasanya didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik

dan hasil dari pemeriksaan radiologis. Adapun gambaran radiologis yang menyokong

19
diagnosis OA adalah tampak penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris

(lebih berat pada bagian yang menanggung beban), peningkatan densitas (sclerosis)

tulang subcondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi dan perubahan struktur

anatomi sendi. Osteroartritis merupakan penyakit tersering yang menyebabkan

timbulnya nyeri dan disabilitas gerakan pada populasi usia lanjut.6

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

• Nama : Ny. N

• Umur : 81 tahun

• Jenis kelamin : Perempuan

• Alamat : Air Mati

• No. RM : 088974

• Status : Menikah

• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

• Agama : Islam

• Masuk bangsal : Jumat, 17 September 2021

II. ANAMNESA

Keluhan utama

Nyeri di punggung hingga panggul disertai luka sejak 1 minggu SMRS.

20
Riwayat perjalanan penyakit sekarang

 Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu minum obat

amlodipin bila merasa pusing saja.

 Pasien memiliki riwayat stroke ringan sejak 4 tahun yang lalu dengan keluhan

lemah pada kedua kaki (bisa berjalan lambat).

 Pasien tidur berbaring selama 1,5 tahun ini.

 Pasien mengatakan lecet timbul luka pada panggul sejak 1 bulan yang lalu dan

ada kontrol ke spesialis kulit.

 Pasien mengeluhkan tidak bisa tidur sejak 1 minggu ini karena nyeri dan gatal

pada punggung dan panggul.

 Pasien mengeluhkan nafsu makan berkurang sejak 5 hari SMRS.

 Pasien juga mengeluhkan lemas, lutut sakit dan sulit digerakkan.

 BAB dan BAK lancar.

 Pasien mengeluhkan perut terasa panas,nyeri pada ulu hati.

 Demam, batuk, nyeri dada , sesak nafas tidak ada.

Riwayat penyakit dahulu

a. Riwayat Hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, minum obat jika merasa pusing.

b. Riwayat sakit maagh sejak 2 tahun yang lalu.

c. Riwayat DM tidak ada.

d. Riwayat kolesterol tidak ada

e. Riwayat penyakit paru tidak ada

f. Riwayat penyakit jantung tidak ada

21
Riwayat penyakit keluarga

a. Riwayat hipertensi, DM tidak ada

b. Riwayat penyakit jantung tidak ada

c. Riwayat penyakit paru tidak ada

Riwayat Psikososial

Seseorang pasien perempuan berusia 81 tahun, bekerja sebagai ibu rumah

tangga. Pasien tinggal bersama anak dan cucunya. Pasien punya 9 orang anak. Pasien

tidak memiliki kebiasaan minum kopi, merokok dan alkohol.

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Kompos Mentis kooperatif

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 97 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36, 2 Cº

Tinggi badan : 158 cm

Berat badan : 60 kg

IV. Status Generalisata

Kulit : Ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), turgor kulit kembali cepat

Kepala : Normocepali, rambut sedikit beruban dan tidak mudah rontok

22
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)Pupil isokor kiri kanan,

reflek cahaya (+)

Telinga : Massa (-), bengkak pada aurikula (-) nyeri tarik daun telinga (-)

Hidung : Septum nasal simetris, sekret tidak ada

Mulut : Bentuk normal, tidak sianosis, atrofi lidah (-).

Leher : JVP 5 +2 cmH2O, Tidak ada pembesaran KGB dan tyroid

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak telihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas kanan : RIC IV linea parasternalis dextra

Batas kiri : RIC V linea midclavicularis sinistra

Batas atas : RIC II linea parasternalis sinistra

Auskultasi : Irama reguler,murmur (-), gallop (-)

Paru:

Inspeksi : Dinding dada terlihat simetris kiri dan kanan

Palpasi : Fokal fremitus simetris kiri dan kanan

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak membuncit, sikatrik (-)

Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), nyeri lepas (-), tidak ada

pembesaran hepar dan lien

Perkusi : Tympani
23
Auskultasi : Bising usus normal

Extremitas atas

Nyeri sendi tidak ada, edema tidak ada, jaringan parut tidak ada, akral hangat, CRT

<2 detik, clubbing finger (-).

Extremitas bawah

Nyeri sendi dan bengkak pada lutut sebelah kiri,edema tidak ada, jaringan parut tidak

ada, akral hangat, CRT <2 detik, clubbing finger (-).

Status lokalis

Regio Punggung

 Inspeksi : tampak eritema pada punggung, luka (-), pus (-)

Regio Sacrum

 Inspeksi: tampak luka berukuran 2×3 cm, eritema (+) dengan pinggir kehitaman,

pus (-), jaringan nekrotik (-).

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah rutin (17 September 2021)

24

Hemoglobin : 11,1 g/dl (L)


Eritrosit : 3,88 6/mm3 (L)


Hematokrit : 32,9 % (L)


MCV : 84,8 FL


MCH : 26,8 pg/cell


MCHC : 33,7 (g/dl)


RDW-CV : 14,4 %


Leukosit : 8,8 103/mm3


Trombosit : 311 103/mm3

Hitung jenis

Basofil :1%


Eosinofil :4% (H)


Neutrofil : 62 %


Limfosit : 25 %


Monosit :8%


ALC : 2200 /ul


NLR : 2,48

Kimia Klinik

Glukosa Darah : 98 mg/dl


Ureum : 25 mg/dl


Kreatinin :0,82 mg/dl

25
EKG (17 September 2021)

Kesan :

o QRS 74 ms

o QT / QtcBaz 356/442 ms

o PR 196 ms

26
o P 90 ms

o RR/PP 642/645 ms

o P/QRS/T 39/-6/67 degrees

o Normal sinus rhythm

o ST & T wave abnormality, consider inferolateral ischemia

o Abnormal ECG

Hasil Rontgen Thorax

VI. DIAGNOSIS KERJA


27
Diagnosis Primer : Ulkus dekubitus stadium 1 pada punggung, ulkus dekubitus

stadium 2 regio sacrum.

Diagnosis Sekunder : Low intake + Gastritis + Osteoartritis genu sinistra

VII. DIAGNOSIS BANDING

Ulkus dekubitus

 Luka kronik tipe yang lain (ulkus diabetes,ulkus venous)

Gastritis

 GERD

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

 Endoskopi

 Rontgen genu

IX. PENATALAKSANAAN

1. Non Farmakologis

 Perawatan kulit

 Perubahan posisi tubuh

 Nutrisi dan hidrasi

2. Farmakologis

 IVFD RL 12 jam/kolf

 Inj Ceftriaxone 1 × 2 gr

28
 Paracetamol 3 × 500 mg (PO)

 Diazepam 1 × 2 mg (PO)

 Lansoprazole 1× 1 mg (PO)

 Terapi pada dr.kulit dilanjutkan

X. PROGNOSIS

 Quo ad vitam : Dubia ad bonam

 Quo ad fungtionam : Dubia ad malam

 Quo ad Sanationam : Dubia ad malam

FOLLOW UP

Tanggal Subject Objektif Assessment Planing

22Septe Tidur sudah Ku: TSS Ulkus IVFD RL 12 jam/kolf


mber nyenyak,
2021 Kes: CMC dekubitus Inj Ceftriaxone 1 × 2 gr
Makan sudah
TD: 140/90 mmHg Low intake Paracetamol 3 × 500 mg
mau , Lutut
sakit,nyeri pada ND: 88x/ mnt Gastritis
luka di panggul Diazepam 1 × 2 mg
NF: 20x/mnt Osteoartritis

T: 36,2 C genu
Lansoprazole 1× 1 mg

29
Perawatan luka

BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan seorang pasien perempuan berusia 81 tahun dengan

diagnosis ulkus dekubitus+ low intake+ gastritis+ osteoartritis . Diagnosis ditegakkan

berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis pasien mengalami nyeri di punggung hingga panggul disertai

luka sejak 1 minggu SMRS. Pasien tidur berbaring selama 1,5 tahun ini.Pasien

mengatakan lecet timbul luka pada panggul sejak 1 bulan yang lalu dan ada kontrol

ke spesialis kulit.Pasien mengeluhkan tidak bisa tidur sejak 1 minggu ini karena nyeri

dan gatal pada punggung dan panggul.Pasien mengeluhkan nafsu makan berkurang

sejak 5 hari SMRS.Pasien juga mengeluhkan lemas, lutut sakit dan sulit digerakkan.

Keluhan juga disertai perut terasa panas,nyeri pada ulu hati.


30
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu dan minum obat

amlodipin jika terasa pusing saja. Pasien memiliki riwayat stroke ringan sejak 4 tahun

yang lalu dengan keluhan lemah pada kedua kaki ( bisa berjalan tapi lambat). Pasien

memiliki riwayat sakit maagh sejak 2 tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat

DM.

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan tanggal 21 September 2021

didapatkan tekanan darah: 130/90 mmHg, nadi: 97x/menit, pernafasan: 20 x/menit,

suhu: 36, 2 Cº, Pada mata konjugtiva tidak anemis. Pada pemeriksaan paru tidak

ditemukan adanya kelainan. Pada pemeriksaan jantung ditemukan batas jantung

normal. Pada status lokalis regio punggung tampak eritema luka (-), pus (-) , pada

regio sacrum tampak luka berukuran 2×3 cm, eritema (+) dengan pinggir kehitaman,

pus (-), jaringan nekrotik (-). Pada ekstremitas bawah lutut tampak bengkak sebelah

kiri.

Pada pemeriksaan penunjang tanggal 17 september 2021 didapatkan HB 11,1

g/dl (L), eritrosit 3,88.106/mm3(L), hematokrit 32,9 % (L), eosinofil 4 (H). Pada EKG

ditemukan adanya Normal sinus rhythm, ST & T wave abnormality, consider

inferolateral ischemia, abnormal ECG. Pada rontgen thorax tidak tampak kelainan

radiologis pada jantung dan paru. Oleh karena itu pasien di diagnosa dengan Ulkus

dekubitus stadium 1 pada punggung, ulkus dekubitus stadium 2 regio sacrum + Low

intake + Gastritis + Osteoartritis genu sinistra.

Pasien diberikan IVFD RL 12 jam/kolf , Inj Ceftriaxone 1 × 2 gr, Paracetamol

3 × 500 mg (PO),Diazepam 1 × 2 mg (PO), Lansoprazole 1× 1 mg (PO),Terapi pada

dr.kulit dilanjutkan. Edukasi untuk pasien dan keluarganya lakukan perawatan kulit,
31
melakukan perubahan posisi tubuh miring kekanan, ke kiri dan terlentang minimal

setiap 2 jam. Gunakan kasur dekubitus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi

pada tubuh pasien. Perhatikan pakaian,sprei dan selimut pasien dalam keadaan kering

dengan permukaan rata atau halus. Asupan makanan dan cairan cukup termasuk

vitamin dan mineral.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Ulkus Dekubitus

Buku ajar ilmu penyakit dalam.jilid III edisi VI . Jakarta: Internal Publishing;

2015.

2. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Malnutrisi. Buku

ajar ilmu penyakit dalam.jilid I edisi VI . Jakarta: Internal Publishing; 2014.

3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Gastritis. Buku

ajar ilmu penyakit dalam.jilid II edisi VI. Jakarta: Internal Publishing; 2014.

4. Setia,I. Ulkus dekubitus pada usia lanjut fokus pada pencegahan dan

tatalaksana. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala;2018.

5. Mahmuda, I. Pencegahan dan tatalaksana dekubitus pada geriatri.

Biomedika .2019;11(1):11-17.

32
6. AnisaI ,P. Diagnosis and treatment osteoartritis. J majority.2015;4(4):10-17.

33

Anda mungkin juga menyukai