ULKUS DIABETIKUM
Oleh:
Pendamping:
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Ulkus Diabetikum”. Penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Internsip Dokter Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk laporan kasus ini. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Halaman
Halaman Judul....................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................................
Daftar Isi............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
2.1. Definisi................................................................................................................
2.2. Etiologi................................................................................................................
2.3. Patofisiologi.........................................................................................................
2.4. Klasifikasi............................................................................................................
2.5. Diagnosis...........................................................................................................
2.6. Tatalaksana........................................................................................................
BAB III LAPORAN KASUS.........................................................................................
3.1. Identitas Penderita.............................................................................................
3.2. Anamnesis.........................................................................................................
3.3. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................
3.4. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................
3.5. Diagnosis Kerja.................................................................................................
3.6. Terapi................................................................................................................
BAB IV FOLLOW UP....................................................................................................
BAB V KESIMPULAN.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM II) telah menjadi salah satu masalah di belahan dunia
ini, tingginya kadar gula darah akan mempengaruhi metabolisme dan dapat
menjadi
toksik bagi jaringan normal tubuh, merupakan salah satu penyakit seumur hidup
yang diderita oleh pasien. Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya diabetes
yang dapat mengganggu fungsi normal dari jaringan tubuh. Terkadang masyarakat
tidak menyadari penyakit ini, pasien datang untuk berobat sudah dalam fase
komplikasi dari diabetes mellitus itu sendiri.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Ulkus diabetikum adalah luka yang terjadi pada bagian tubuh penderita
diabetes yang kejadian lukanya dipicu dan diperburuk oleh penyakit diabetes yang
diderita.2
2.2 Etiologi
2.3 Patogenesis
Ulkus diabetikum terdiri dari adanya kavitas sentral dan biasanya lebih
besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi oleh kalus keras dan tebal. Awalnya
pembentukan ulkus berhubungan dengan adanya hiperglikemia yang memberikan
dampak terhadap saraf perifer, keratin, kolagen dan suplai vaskuler. Dengan
adanya tekanan mekanik terbentuk keratin yang keras pada daerah kaki yang
mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer dapat menyebabkan
terjadinya trauma berulang yang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan
area kalus. selanjutnya dapat menyebabkan terbentuknya kavitas yang membesar
dan akhirnya ruptur yang melus sampai ke permukaan kulit dan menimbulkan
terjadinya ulkus. Adanya iskemia dan penyembuha luka abnormal menghalangi
resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini.
Drainase yang inadekuat menimbulkan close space infection. Akhirnya sebagai
konsekuensi system imun yang abnormal, bakteri sulit dibersihkan, dan infeksi
menyebar ke jaringan sekitarnya (Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri, 2013).
Penyakit neuropati dan vaskuler adalah factor utama yang mengkontribusi
terjadinya luka. Terjadinya masalah luka pada pasien diabetik terkait erat dengan
pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki dan biasanya dikenal dengan
neuropati perifer.
2.4 Klasifikasi
2. Klasifikasi Texas
3. Klasifikasi PEDIS
a. Pemeriksaan Neurologis
10 G (Semmes-Weinstein) Monofilament
Pemeriksaan yang sering dilakukan pada kebanyakan pasien
untuk menilai ada tidaknya neuropati. Penilaian positif
didapatkan pada ketidakmampuan merasakan monofilament
yang ditekan pada daerah ulkus sampai dapat membengkokan
monofilament tersebut.
c. Infeksi
Primary Survey
Tanda dan Gejala Kesimpulan Penanganan Hasil
A (airway) Bebas Airway clear
Snoring (-) SaO2: 99%
Gurgling (-)
Stridor (-)
Crowing (-)
Ronchi (-)
B (breathing) Spontaneous RR: 22 x/menit
Inspeksi
Napas spontan
Toraks simetris, tidak
terlihat ketinggalan
bernapas
Palpasi
Tidak dilakukan
Perkusi
Tidak dilakukan
Auskultasi
- SP/ST: Ronchi (-)
Vesikular/ -
- RR: 24x/menit
C (circulation) Pasang IV line, dan CRT < 2 detik
CRT < 2 detik pemberian cairan - Akral H/M/K
Akral H/M/K - Suhu: 37,3 ºC
Suhu: 37,3 ºC - T/V: cukup
T/V: cukup - TD:141/88 mmHg
TD: 141/88 mmHg - HR: 103 x/menit,
HR: 103 x/menit Regular
D (disability) GCS 15 Mempertahankan Kesadaran Compos
Kesadaran: A-B-C tetap lancar mentis
AVPU: Alert
GCS 15 (E4M6V5)
Ø pupil: 2 mm / 2 mm,
isokor
RC: +/+
E (exposure) - - -
Lanjutan:
Fluid : IVFD Ringer Laktat 20gtt/i (makro)
Antipiretik : Inj. Norages 200mg (IGD)
Obat lain : Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Antibiotik : Inj. Cefixime 1g/12 jam
Inj. Metronidazole 500mg/12 jam
Test : Cek Darah Rutin, KGD ad Random, Rapid Test COVID-19,
Tubex test, Foto Thorax PA
RPT : DM tipe II
RPO : Tidak jelas
3.2. Anamnesis
Keluhan Utama : Luka borok pada perut
Telaah : Luka borok dirasakan pasien sejak beberapa bulan sebelum
masuk rumah sakit. Luka borok terdapat pada daerah perut
bagian bawah, yang dirasakan gatal, baal, berdenyut dan
terkadang nyeri. Pada luka borok tampak nanah mengalir ke
bagian bawah perut. Luka awalnya berukuran kecil dan
terlokalisir, kemudian semakin lama semakin membesar dan
mengeras serta warnanya menghitam.
RPT : DM tipe II
RPO : Tidak jelas
Riwayat Alergi : Tidak ada
Thoraks
Inspeksi : Simetris fusiformis, tidak ada ketinggalan bernafas
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : SP: Vesikuler
ST: Ronchi -/- Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak membesar.
(+) luka borok pada perut bagian bawah yang menjalar
sepanjang lipatan perut. Pus (+).
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), H/L/R tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Genitalia : Perempuan
Ekstremitas : Akral hangat, petekie (-), edem pretibial (-/-)
3.5 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
Pemeriksaan Nilai Nilai Rujukan Remarks Satuan
Leukosit 19.090 4.000-10.000 Tinggi /mm3
Eritrosit 4,93 3,50-5,50 Normal Juta/mm3
Kadar Hb 14,5 12,0-16,0 Normal g/dl
Ht 45,3 35,0-50,0 Normal %
Trombosit 559.000 150-450 Tinggi Ribu/mm3
MCV 92,0 80,0-100,0 Normal um3
MCH 29,4 27,0-34,0 Normal Pg
MCHC 33,1 32,0-36,0 Normal gr/dl
GolDar A,B,AB,O
Glukosa ad random 391 <200 Tinggi mg/dL
Anti COVID-19 Negatif Negatif
3.6 Diagnosis Kerja
Ulkus Diabetikum + DM tipe II
3.7 Terapi
1. Tirah Baring
2. IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i (makro)
3. Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam
4. Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam (kalua nyeri)
5. Inj. Cefixime 1g/ 12 jam
6. Inj. Metronidazole 500mg/ 12 jam
3.8 Rencana
1. Debridement bila KGD <200 mg/dl.
BAB IV
FOLLOW UP
12 Juni 2022
S Nyeri pada luka borok di perut bagian bawah
O TD: 130/90 mmHg
HR: 84x/i
RR: 24x/i
T: 37,0 oC
Pemfis: Thorax: SP: vesikuler, ST: ronchi (-/-)
Lab: KGD ad random: 435 mg/dl
HbA1c: 14,8%
Ureum: 31 mg/dl
Kreatinin: 0,9 mg/dl
Elektrolit: K:4,32 Na:127 Cl:88
A Ulkus Diabetikum + Abses + DM tipe II
P 1. Tirah Baring
2. IVFD Ringer Laktat 20gtt/i (makro)
3. Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
4. Inj. Ceftriaxone 1 g/12 jam
5. Inj. Metronidazole 500 mg/12 jam
6. Inj. Ketorolac 30 mg jika nyeri
7. Apidra 3 x 14 U
8. Lantus 1 x 14 U
9. Diet MB, tinggi protein
10. Rencana debridement pada tanggal 13 Juni 2022
13 Juni 2022
S Nyeri pada luka post-op di daerah perut
O TD: 130/80 mmHg
HR: 88x/i
RR: 24x/i
T: 36,6 oC
Pemfis: Thorax: SP: vesikuler, ST: ronchi (-/-)
Lab: KGD puasa: 258 mg/dl
Elektrolit: K:4,22 Na:132 Cl: 93
A Ulkus Diabetikum + Abses + DM tipe II
P 1. Tirah Baring
2. IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i (makro)
3. Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
4. Inj. Ceftriaxone 1 g/12 jam
5. Inj. Metronidazole 500 mg/12 jam
6. Inj. Ketorolac 30 mg jika nyeri
7. Apidra 3 x 16 U
8. Lantus 1 x 16 U
9. Ganti tampon luka setiap hari
10. Diet MB, tinggi protein
14 Juni 2022
S Nyeri pada luka post-op di daerah perut
O TD: 130/90 mmHg
HR: 92x/i
RR: 20x/i
T: 36,9 oC
Pemfis: Thorax: SP: vesikuler, ST: ronchi (-/-)
Lab: KGD puasa: 179 mg/dl
KGD 2 jam PP: 220 mg/dl
KESIMPULAN
Ulkus diabetikum adalah luka yang terjadi pada bagian tubuh penderita
diabetes yang kejadian lukanya dipicu dan diperburuk oleh penyakit diabetes yang
diderita. Diagnosa umumnya ditegakkan berdasarkan anamnesa, dan pemeriksaan
fisik.
Pada kasus ini, pasien datang dengan adanya luka borok pada daerah perut
bagian bawah yang terasa gatal dan terkadang nyeri. Luka awalnya merah,
kemudian lama kelamaan melebar dan warna menghitam disertai keluarnya
nanah. Dilakukan pemeriksaan KGD dan HbA1c untuk menunjang diagnosis
ulkus diabetik dengan hasil yang mendukung. Terapi yang diberikan yaitu terapi
operatif berupa debridement dan terapi farmakologis berupa antibiotik dan insulin.
Evaluasi dilakukan setiap hari dengan memantau tanda vital, KGD puasa dan 2
jam PP, serta elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA