OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat hidayah-
Nya pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Ulkus Diabetikum ” ini dengan baik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun
bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka
kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi aran dan kritik pada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah kami dikemudian hari.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar isi..............................................................................................................................
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II Pembahasan
A. Konsep Penyakit Ulkus Diabetikum Pada Diabetes Mellitus Tipe 2......................
B. Konsep Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Ulkus Diabetikum (DM 2)..................
C. Patofisiologi atau WOC penyakit Ulkus Diabetikum..............................................
BAB III
A. Konsep Askep..........................................................................................................
BAB IV Penutup
Daftar Pustaka .....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Insulin merupakan
suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, bertugas mengendalikan kadar glukosa
dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Pada penderita DM,
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas
dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Terdapat empat klasifikasi DM
menurut ADA (American Diabetes Association) tahun 2014, yaitu DM tipe 1, DM
tipe 2, DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya, serta diabetes
mellitus gestasional. Kurang lebih 90% hingga 95% penderita diabetes mellitus
mengalami DM tipe 2 yang terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin yang disebabkan
adanya kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Mayoritas penderita DM tipe 2
memiliki riwayat keluarga dengan penyakit diabetes mellitus atau masalah kesehatan
lain yang berhubungan dengan diabetes misalnya dislipidemia, hipertensi, maupun
obesitas. Faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko terjadinya DM tipe 2 adalah
konsumsi makanan yang tinggi lemak, tinggi kalori serta minimnya aktivitas fisik
(Smeltzer & Bare, 2008). Diabetes melitus (DM) dan komplikasinya masih menjadi
permasalahan serius yang dihadapi negara-negara maju maupun bekembang di
seluruh dunia karena menyebabkan sekitar 5% kematian dari seluruh total kematian di
dunia (Mu’in, 2011).
Pada tahun 2000, diseluruh dunia terdapat 171 juta penyandang diabetes, dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 300 juta jiwa pada tahun 2025, serta menjadi
366 juta pada tahun 2030 (PERKENI, 2011). Fenomena ini terjadi di hampir semua
Negara baik maju maupun berkembang. Hal ini menyebabkan DM disebut sebagai
burden baru yang menjadi ancaman epidemi gobal sehingga memerlukan penanganan
segera dari seluruh penduduk dunia untuk mengatasinya (Mu’in, 2011). Indonesia
merupakan ranking keempat dalam prevalensi DM terbanyak di seluruh dunia setelah
India, China, dan Amerika Serikat (Mu’in, 2011). Badan Kesehatan Dunia (WHO)
memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta jiwa pada
tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030, yang menunjukkan
adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030
(PERKENI, 2011). Prevalensi diabetes melitus tipe 2 penduduk lima belas tahun
keatas di daerah urban Indonesia adalah 5,98% dari total penduduk (Riskesdas, 2007
dalam Irawan, 2010). Kondisi hiperglikemia pada penderita diabetes mellitus dapat
mengakibatkan komplikasi metabolik akut seperti ketoasidosis diabetikum dan
sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis (HHNK). Hiperglikemia dalam
jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi secara mikrovaskuler yang kronis
(nefropati dan retinopati), makrovaskuler (infark miokard, stroke dan penyakit
vaskuler perifer), serta komplikasi neuropati. Salah satu komplikasi dari
hiperglikemia jangka panjang adalah terjadinya ulkus diabetik khususnya di bagian
ekstremitas bawah. Tidak seperti luka kronis lainnya, upaya penyembuhan ulkus pada
penderita diabetes cenderung lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
B. Rumusan masalah
1. Mengetahui Konsep Penyakit Ulkus Diabetikum Pada Diabetes Mellitus Tipe 2
2. Mengetahui Konsep Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Ulkus Diabetikum (DM 2)
C. Tujuan
Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan
pada pasien ulukus diabetikum.
Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan ulkus
diabetikum.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
ulkus diabetikum.
3. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan
ulkus diabetikum.
4. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien
dengan ulkus diabetikum.
BAB II
PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Ulkus Diabetikum (DM2)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian
dilakukan secara komperhensif terkait dengan adanya aspek biologis,
psikologis, sosial, maupun spiritual. Tujuan pengkajian adalah untuk
mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode utama yang
dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008). Adapun pengkajian
keperawatan pada pasien diabetes mellitus dengan ulkus diabetic menurut
(Wijaya, Andra Saferi dan Mariza Putri, 2013) :
a. Pengumpulan Data, Identitas Pasien Identitas pasien dapat meliputi identitas
pasien secara umum yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama ,alamat ,pekerjaan, status perkawinan, suku bangsa,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
1.) Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan pasien biasanya yaitu adanya
rasa kesemutan pada kaki atau tungkai bawah, rasa raba menurun, adanya
nyeri pada luka dan luka yang tidak kunjung sembuh dan berbau.
2.) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan sekarang terdiri dari kapan
luka terjadi, penyebab terjadinya luka dan upaya untuk mengatasi luka
tersebut.
3.) Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-
penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya
penyakit pancreas. Adanya obesitas, riwayat penyakit jantung, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-obatan
yang biasa digunakan penderita.
4.) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga dapat di lihat dari
genogram keluarga yang akan menunjukkan salah satu anggota keluarga
yang juga mengalami DM atau penyakit keturunan yang dapat
mengakibatkan terjadinya defisiensi insulin misalnya jantung, hipertensi dll.
5.) Riwayat psikososial Meliputi informasi prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
Aktivitas dan istirahat Lelah, kelemahan, sulit bergerak/berjalan, kram
otot, penurunan kekuatan otot dan tonus otot,
Sirkulasi Adanya riwayat AMI, klaudikasi, hipertensi, kebas, kesemutan ,
ulkus kaki dan penyembuhan lama. Selain itu menunjukkan gejala
takikardi, perubahan TD postural, penurunan atau absen nadi, disritmia
JVP, kulit yang kering, hangat dan mataa cekung.
Integritas ego Stress dan ansietas
Eliminasi Perubahan pola berkemih, polyuria, nocturia, nyeri dan panas
serta kesulitan mengosongkan kandung kemih, infeksi kandung kemih,
diare , perut lunak kembung, urin berwarna kuning pekat, polyuria
menjadi oliguria dan anuri jika terjadi hypovolemia, urin berbau keruh
(infeksi), perut kerat dan berdistensi, bising usus bekurang atau
meningkat.
Makan/ Minum Pasien DM dapat melaporkan gejala penurunan nafsu
makan, mual muntah, anoreksia , penurunan berat badan, haus dan
penggunaan deuretik.
Neurosensory Gejala yang dirasakan dapat berupa pusing, sakit kepala,
kesemutan , kebas kelemahan pada otot, parastesia, dan gangguan
penglihatan.
Nyeri/kenyamanan Pasien DM dapat merasakan nyeri pada perut dan
kembung. Tanda yang muncul yaitu ekspresi muka menyeringai saat
palpasi abdomen dan sikap melindungi.
Pernafasan Pernafasan dapat menunjukkan nafas cepat (DKA), batuk
dengan atau tanpa sputum prulen (terganggunya adanya infeksi/tidak).
Keamanan Pada pasien dm sering mengeluh gatal, kulit kering dan ulkus
pada kulit.
c. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
yaitu :
Pemeriksaan Darah 24 Pemeriksaan darah dapat meliputi
pemeriksaan glukosa darah yaitu :GDS > 200 mg/dl, dua jam post
prandial >200 mg/dl, dan gula darah puasa > 120 mg/dl
Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara benedict (reduksi). Hasil dapat
dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau (+), kuning (++),
merah (+++), dan merah bata (++++).
Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan merupakan keputusan klinik dari respon individu,
keluarga dan masyarakat terhadap kesehatannya baik secara actual atau
potensial, yang dapat dilihat dari pendidikan dan pengalamannya perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara tepat
untuk mencegah, menjaga, menurunkan, membatasi serta merubah status
kesehatan klien (Herdman, 2012). Adapun diagnosa keperawatan yang akan
diteliti pada penelitian ini yaitu Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan
dengan penurunan aliran arteri dan/atau vena ditandai dengan pengisian kapiler
>3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit
pucat, turgor kulit menurun, warna kulit pucat, edema, penyembuhan luka
lambat, indeks ankle brachial <0,90 bruit femoral, parastesia dan nyeri
ekstremitas (kludikasi intermiten), (SDKI 2016).
3. Rencana keperawatan
Perencanan merupakan petunjuk tertulis yang mencermikan secara tepat
mengenai tindakan yang akan diberikan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan. Perencanaan dapat
memberikan kesempatan kepada perawat, klien , keluarga dan orang terdekat
untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan yang tepat untuk menangani
masalah kesehatan yang dihadapi klien. Adapun rencana keperawatan pada
perfusi jaringan tidak efektif, tujuan menurut Nursing Outcome Classification
(Moorhead, Johnson, Meridean, & Swanson, 2013) dan intervensi menurut
Nursing Intervention Classification (Buluchek et al., 2013) dapat dijabarkan
dalam tabel sebagai berikut :
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1 2 3
1. Perfusi perifer tidak Selama 3 x24 NIC : Circulatory
efektif jam, perfusi Care :Arterial
2. Definisi : Perfusi jaringan perifer Insufficiency
perifer tidak efektif pasien menjadi 1.Lakukan
merupakan efektif dengan penilaian
penurunan sirkulasi kriteria hasil: komprehensif dari
darah pada level NOC : Tissue sirkulasi perifer
yang dapat Perfusion (mis : memeriksa
mengganggu Peripheral denyut nadi perifer,
metabolisme tubuh 1. Capilary refil edema, capillary
3. Batasan pada jari-jari refill, warna,dan
Karakteristik : tangan dalam suhu)
a. Pengisian kapiler batas normal (< 2 2. Evaluasi edema
>3 detik detik dtk) perifer dan denyut
b. Nadi perifer 2. Tekanan darah nadi
menurun atau sistolik dalam 3. Beri obat
tidak teraba, batas normal antiplatelet atau
c. akral teraba (<140 mm/hg) antikoagulan, jika
dingin, 3. Tekanan darah di perlukan
d. warna kulit diastolik dalam 4. Rubah posisi
pucat, batas normal (< pasien setidaknya
e. turgor kulit 90 mmHg) setiap 2 jam, jika di
menurun, 4. Tekanan nadi perlukan
f. warna kulit (dalam batas 5. Lindungi
pucat, normal (60-100 ektremitas dari
g. edema, x/mnt) cedera
h. penyembuhan 5. Tidak terjadi 6. Pertahankan
luka lambat edema pada hidrasi yang
i. indeks ankle perifer adekuat untuk
brachial <0,90 menurunkan
j. bruit femoral kekentalan darah
k. parastesia 7. Monitor status
l. nyeri ekstrimitas cairan, termasuk
asupan dan
keluaran
4. Faktor Yang Circulatory Care :
Berhubungan : Venous
a. Penurunan aliran Insufficiency
arteri dan /atau Tinggikan daerah
vena ekstremitas sebesar
b. Peningkatan 20 derajat atau
tekanan darah lebih di atas tingkat
c. Hiperglikemi jantung, jika
d. Kurang terpapar diperlukan Fluid
informasi Management
tentang 1. Monitor berat
e. proses penyakit badan harian pasien
(mis. Diabetes 2. Monitor tanda
mellitus, vital pasien
hyperlipidemia) 3. Kaji lokasi dan
f. Kurang aktivitas luasnya edema
fisik
g. Kekurangan
volume cairan
h. Kurang terpapar
informasi
mengenai factor
pemberat (mis.
Merokok, gaya
hidup
menoton,trauma,
obesitas, asupan
garam,
imobilitas)
Sumber : Intervensi Keperawatan (Buluchek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2013)
4. Implementasi
Implementasi merupakan komponen keempat dari proses keperawatan setelah
merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi merupakan suatu bentuk
dari prilaku keperawatan yang sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan diberikan. Dalam teori,
implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan
dari proses keperawatan. (Potter & Perry, 2005).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk perbandingan yang terencana dan sistematis
antara hasil akhir yang diamati dengan tujuan atau kriteria hasil yang sudah dibuat
pada perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan yang 28 melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya (Asmadi, 2008). Perumusan evaluasi keperawatan
meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data
berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (pembandingan
data dengan teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008). Hasil yang diharapkan dari
asuhan keperawatan pada pasien ulkus diabetikum dengan perfusi perifer tidak efektif
ini adalah capilary refil pada jari-jari tangan dalam batas normal (< 2 dtk) ,tekanan
darah sistolik dalam batas normal (< 90 mmhg) ,tekanan nadi (dalam batas normal
(60- 100 x/mnt) serta tidak terjadi edema pada perifer.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Insulin
merupakan suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, bertugas mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya. Pada
penderita DM, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun,
atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Terdapat empat
klasifikasi DM menurut ADA (American Diabetes Association) tahun 2014, yaitu
DM tipe 1, DM tipe 2, DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya, serta diabetes mellitus gestasional. Kurang lebih 90% hingga 95%
penderita diabetes mellitus mengalami DM tipe 2 yang terjadi akibat penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah
produksi insulin yang disebabkan adanya kombinasi faktor genetik dan
lingkungan. Mayoritas penderita DM tipe 2 memiliki riwayat keluarga dengan
penyakit diabetes mellitus atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan
diabetes misalnya dislipidemia, hipertensi, maupun obesitas. Faktor lingkungan
yang mempengaruhi risiko terjadinya DM tipe 2 adalah konsumsi makanan yang
tinggi lemak, tinggi kalori serta minimnya aktivitas fisik (Smeltzer & Bare, 2008).