Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KONSEP DIRI


RSJ SAMBANG LIHUM BANJAR MASIN

DISUSUN OLEH :
WILLI RAHMADHANI PRATAMA
NIM PO.62.20.1.20.145

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
2022
I. Pengertian
Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya juga
didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai cara
memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan
spiritual. Penting diingat bahwa konsep diri ini bukan pandangan orang lain pada kita
melainkan pandangan kita sendiri atas diri kita yang diukur dengan standar penilaian
orang lain. (Muhith, 2016)

Diri merupakan bagian paling kompleks dari semua kualitas manusia. Diri adalah
kerangka acuan dimana seseorang mempersepsi dan mengevaluasi dunia. Konsep diri
terdiri semua nilai-nilai, keyakinan dan ide-ide yang berkonstribusi terhadap
pengetahuan diri dan memengaruhi hubungan seseorang tentang karakteristik dan
kemampuan pribadi serta tujuan dan cita-cita seseorang (Stuart,2016:213)

II. Rentang Respon


Respon adaptif Respon maladaptif

aktualisasi diri konsep diri harga diri rendah kerancuan depersonalisasi


positif kronis identitas

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial,
secara umum yang berlaku di masyarakat terdiri dari :
1. Aktualisasi diri
Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman
yang sukses.

2. Konsep diri positif.


Klien mempunyai pengalaman yang dalam perwujudan dirinya dapat
mengidentifikasikan kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai
masalah sesuai norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat jika
menyimpang, hal ini merupakan respon maladaptif. Yang termasuk didalamnya
adalah
3. Harga diri rendah
Transisi antara respon adaptif dan maladaptif sehingga individu cenderung
berpikir ke arah negatif.

4. Keranuan identitas
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke
dalam kematangan psikologis dan kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.

5. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan dan tidak dapat membedakan dirinya dengan orang
lain sehingga mereka tidak mengenal dirinya sendiri.

III. Faktor Predisposisi


Terjadinya karena penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri
yang tidak realistis. Adapun faktor predisposisi antara lain:
1. Biologi
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat
atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti : suhu dingin atau panas,
suara bising, rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yg tidak memadai
dan pencemaran (polusi) udara atau zat kimia.
2. Psikologi Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah konflik,
tekanan, krisis dan kegagalan.
3. Sosio kultural Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran
budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
4. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a) Kehilangan / kerusakan bagian tubuh.
b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh.
c) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi
tubuh.
d) Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi, kemoterapi
5. Faktor predisposisi gangguan harga diri
a) Penolakan dari orang lain.
b) Kurang penghargaan.
c) Pola asuh yang salah
d) Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
e) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
6. Faktor predisposisi gangguan peran
a) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi
dan keadaan sehat – sakit.
b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan
secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
c) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran
yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.

d) Peran yang terlalu banyak.


7. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a) Ketidakpercayaan orang tua pada anak.
b) Tekanan dari teman sebaya.
c) Perubahan struktur sosial
(Stuart,2016 : 221)

IV. Faktor Presitipasi


a. Situasional
Disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi,
mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana
sehingga harus masuk penjara.
b. Kronik
Berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau dirawat. Klien
mempunyai pikiran negative sebelum dirawat dan meningkat saat dirawat

V. Manifestasi Klinis/tanda dan gejala


1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. Selera makan berkurang
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunduk
12. Bicara lambat dengan nada suara lemah

VI. Pohon Masalah

Isolasi sosial menarik diri

Gangguan Konsep diri

Tidak efektifnya koping


individu
(Wijayaningsih, 2016:3)

VII. PROSES KEPERAWATAN


6.1 Pengkajian
1) Identitas klien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, suku/bangsa, status pernikahan, agama,
pekerjaan, diagnose medik, nomer RM, tanggal masuk, serta penanggung
jawab.
2) Keluhan utama
Menanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah dan perkembangan yang akan dicapai.
3) Faktor Prepitasi dan Predisposisi
Menanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami,
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dll.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan :
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
c. Sosial budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien
e. Aspek psikososial
 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang
dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang
terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri
 Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai dan tidak disukai
 Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai
laki-laki / perempuan.
 Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.
 Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
 Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga
diri rendah.
 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status Mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi dan berhitung
g. Kebutuhan persiapan pulang
 Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
 Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
 Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam
dan diluar rumah
 Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
h. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya
pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter. Terapi yang diterima klien
bisa berupa terapi farmakologi, psikomotor, TAK, dan rehabilitasi

6.2 Diagnosa Keperawatan


Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Daftar Pustaka
Muhith, Abdul. 2016. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Jakarta: ANDI
Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2018. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha
Medika Press.
Stuart, G.W. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart Edisi 3, Jakarta : EGC.
Wijayaningsih, K. s. (2016). Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.
LEMBAR PENGESAHAN

Yang membuat Laporan Pendahuluan,


Nama Mahasiswa : Willi Rahmadhani Pratama
NIM : PO 62.20.1.20.145
Tingkat/ Semester : Semester V
Program Studi : Sarjana Terapan Keperawatan
Tahun Akademik : 2022

Yang menyetujui Laporan Pendahuluan,


Pembimbing Klinik : Bakhtiar, S.Kep., Ns
Pembimbing Institusi : Dr. Yeyentimalla, S.Kep., Ns., M.Psi

Palangka Raya,
Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

(Bakhtiar, S.Kep., Ns) (Dr. Yeyentimalla, S.Kep., Ns., M.Psi)

Anda mungkin juga menyukai