Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA DI RSJ MARZOEKI MAHDI BOGOR

HARGA DIRI RENDAH KRONIS

Disusun oleh:

Sari Purboyekti

41171095000011

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SEPTEMBER 2017
A. HARGA DIRI RENDAH KRONIS
1. Pengertian harga diri rendah kronis
Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif an dipertahankan dalam waktu
lama. (Nanda, 2005) sedangkan menurut Keliat (2011), harga diri
rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiridan
kemampuan diri.
2. Etiologi harga diri rendah
a. Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilan
b. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima
c. Menjelang dewasa awal sering gagal diseolah, pekerjaan, atau
pergaulan
d. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan
dan menuntut lebih dari kemampuannya (Yoseph, 2009)
3. Manifestasi Klinis
a. Perasaan malu pada diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
penyakit.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak mau
bertemu orang lain, dan lebih suka menyendiri
e. Percaya diri kurang
f. Menederai diri dan akibat harga diri rendah disertai dengan
harapan yang suram
4. Faktor predisposisi dan presipitasi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan ,
kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk
tubuh, mengalami kegagalan, menurunnya produktivitas. Harga
diri rendah dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1) Situasional: Gangguan konsep diri: harga diri rendah yang
terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang
muncul secara tiba-tiba misalnyaharusmelakukan operasi,
mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau
menjadi narapidanasehingga harus dipenjara. Dirawat di
rumah sakit juga isa menyebabkan rendahnya harga diri
sesorang dikarernakan penyakit fisik, harapan yang tidak
tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh.
2) Kronik: Gangguan konsep diri: harga diri rendah biasana
sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum
sakit atau sebelum dirawat. Klien memiliki pikiran negatif
sebelum dirawat dan menjadi semakin negatif saat dirawat.
5. Rentang Respon
Respon harga diri rendah sepanjang sehat-sakit berisar dari status
aktualisasi diri yang paling adaptif sampai kasus kerancuan identitas
serta depersonalisasi yang lebih maladptive. Kerancuan identitas
merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak
realistis dan merasa asing dengan diri sendiri, hal ini berhubungan
dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji realistis .
individu kesulitan memberikan diri sendiri dari orang lain, dan
tubuhnya sendiri terass tidak nyata dan asing baginya.
Respon adaptif Respon maladptif

Aktualisasi diri konsep harga diri kerancuan depersonalisasi


diri positif rendah identitas

6. Mekanisme Koping
Mekanisme kopingtermasuk pertahanan koping jangka pendek atau
jangka panjang serta pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri
dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan
a. Pertahanan jangka pendek:
1) Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari kirisis
identitas diri. Misalnya: konser musik, menonton tv, bekerja
keras, dll)
2) Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara,
misalnya: ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, dll.
3) Aktifitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan
diri yang tidak menentu, misalnya: olah raga yang kompetitif,
prestasi akademik, dll.
4) Aktifitas yang merupakan upaya jangka pendekuntuk membuat
identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini,
misalnya: penyalahgunaan obat.
b. Pertahanan jangka panjang:
1) Penutupan identitas-adopsi identitas prematur yang dinginkan
oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi
atau potensi diri individu
2) Identitas negatif, asumsi identitas yang tidka sesuai dengan nilai
dan harapan yang diterima masyarakat (Stuart & Gail, 2007)
B. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Diagnosa keperawatan
Harga diri rendah kronis
2. Data yang perlu dikaji
Data yang harus dikaji pada pasien dengan harga diri rendah kronis
(Damaiyanti, 2012), yaitu:
a. Faktor prediposisi
a. Faktor yang memperngaruhi harga diri, termasuk
penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistik
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu
peran yang sesuai dengan enis kelamin, peran dalam
pekerjaan dan peran yang sesuai dengan
kebudayaan
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu
orang tua yang tidak percaya pada anak, tekanan
teman sebaya dan kultur sosial yang berubah
(Deden, 2012).
b. Faktor presipitasi
1) Faktor presipiasi daat disebabkan oleh faktor dari dalam atau
faktor dari luar individu yang dibagi 5 kategori:
a) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan
dengan frustasi yang dialami individu dalam proses atau
posiis yang diharapakan
b) Konflik peran: ketidaksesuaian peran antara yang
dijalankan dengan yang diingkan
c) Peran yang tidak jelas: kurang pengetahuan individu
tentang peran yang dilakukannya
d) Peran berlebihan: kurang seumber yang adekuat untk
menamilkan seperangkat peran yang kompleks
e) Perkembangan transisi: yaitu perubahan norma yang
berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri
2) Situasi transisi peran, adalah bertambahn atau berkurangnya
orang penting dalam kehiduan individu melalui kelahiran atau
kematian orang yang berarti
3) Transisi peran sehat-sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh
keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini dapat
disebabkan: kehilangn bagin tubuh, perubahan ukuran dan
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan, prosedur
pengobatan dan perawatan, serta ancaman fisik seperti
pemakaian oksigen, kelelahan ketidakseimbangan biokimia,
ganguan penggunaan zat alkohol dan zat (Deden, 2012).
c. Perilaku
Menurut Stuart dan Sundeen (2007) perilaku yang berhubungan
dengan harga diri rendah yaitu:
1) Perilaku harga diri rendah: mengkritik diri sendiri atau orang
lain, produktifitas menurun, dekstrutif pada orang lain,
gangguan berhubungan, merasa diri lebih penting, merasa
tidak layak, rasa bersalah, mudah marah dan tersinggung,
perasaan negatif terhadap diri sendiri.
2) Perilaku dengan identitas kacau: tidak mengindahkan moral,
mengurangi hubungan interpersonal, perasaan kosong,
perasaan yang berubah-ubah, kekacauan identitas seksual,
kecemasan yang tinggi, kurang kyakinan dir.
3) Perilaku dengan depersonalisasi
a) Afek: identitas hilang, asing dengan diri sendiri, perasaan
tidak aman, rendah diri, takut, malu, dan perasaan tidak
realistik.
b) Persepsi: dapat menimbulkan halusinasi, sukar
membedakan diri dengan orang lain
c) Kognitif: kacau, disorientasu waktu penyimpangan
pikiran, daya ingat terganggu, dan daya penenilaian
terganggu
d) Perilaku: afek tumpul, pasif, dan tidak ada respon emosi,
komunikasi selaras, tidak dapat mengontro perasaan, tidak
ada inisiatif, dan kurang bersemangat
D. RENCANA TINDAK KEPERAWATAN
Rencana tindak keperawatan klien dengan gangguan konsep diri: harga
diri rendah kronis (Lilik, 2011)
1. Tujuan umum: pasien dapat melakukan hubungan sosial secara
bertahap
2. Tujuan khusus 1: pasien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi:
a. Pasien dapat megungkapkan persaannya
b. Ekspresi wajah bersahabt
c. Ada kontak mata
d. Menunjukkan rasa senang
e. Mau berjabat tangan
f. Mau menjawab salam
g. Pasien mau duduk berdampingan
h. Pasein mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Intervensi:
a. Bina hubungan saling ercaya
1) Sapa pasien dengan ramah, baik secara verbal maupun
nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggialan yang
disukai pasien
4) Tunjukan sikap emapti dan menerima pasien apa adanya
5) Beri perhatian pada pasien
b. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang
penyakit yang dideritanya
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien
d. Katakan pada pasien bahawa ia adalah seorang yang berharga
dan bertanggung jawab sert mamp mendorong dirinya sendiri.
3. Tujuan khusus 2: pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimilki
Kriteria evaluasi:
Pasien mampu mempertahankan aspek yang positif
Intervensi:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilki pasien
dan beri pujian atas kemampuan mengungkapkan perasaanya
b. Saat bertemu pasien, hindari memberi penilaian negatif,
utamakan memberikan pujian yang realistk
4. Tujuan khusus 3: pasien dapat menilai kemampuan yang dapa
digunakan
Kriteria evaluasi:
a. Kebutuhan pasien terpenuhi
b. Pasien dapat melakukan aktivitas terarah
Intervensi:
a. Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
selama sakit
b. Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjukan
penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti.
5. Tujuan khusus 4: pasien dapat menetapkan dan merencanakan
kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilki.
Kriteria evaluasi:
a. Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
b. Pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok
Intervensi:
a. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan: kegiatan mandiri, kegiatan
dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan
6. Tujuan khusus 5: pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi
sakit dan kemapuannya
Kriteria evaluasi: pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi:
a. Beri kesemaptan pasien untuk mencoba kegiatan yang
direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan pasien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
7. Tujuan khusus 6; pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung
yang ada
Kriteria evaluasi: pasien mampu melakukan apa yang diajarkan
Inntervensi:
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
pasien harga diri rendah
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama pasien dirawat
c. Bantu keluarga manyiapkan lingkungan di rumah
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Mukhripah dan Iskandar. 202. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:


Refika Aditama

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka
Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publising

Keliat, Budi Ana. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Lilik, Marifatul. 2011. Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Yogyakarta:


Graha Ilmu

NANDA, 2005. Panduan Diagnosa NANDA 2005-2006 Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta:EGC

Stuart, G.W. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed.5. Jakarta: EGC

Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai