Anda di halaman 1dari 12

RAHASIA

MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan


PUSAT KESEHATAN Kapuskesad
Nomor Kep / 841 /
XII / 2019
Tanggal 20
Desember 2019

PENGETAHUAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DAN HIV/AiDS

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum

a. Kesehatan adalah milik yang amat berharga bagi setiap umat manusia karunia
Tuhan yang selalu harus dijaga dan ditingkatkan nilainya bagi setiap prajurit TNI,
usaha mempertahankan dan meningkatkan nilai kesehatan merupakan usaha yang
amat penting, sebab hanya prajurit yang sehat saja yang dapat melaksanakan tugas
dengan baik.

b. HIV/AIDS adalah salah satu penyakit infeksi menular seksual yang hingga
saat ini belum di temukan obatnya, namun dapat dihindari/dicegah oleh setiap
individu yaitu dengan menghindari seks bebas/penggunaan narkoba, hati-hati pada
penggunaan transfusi darah dan penggunaan jarum suntik secara bersama salah
satu penyebab penularan. HIV/AIDS telah menjadi masalah internasional karena
penularan dan penyebaran yang sangat cepat, sehingga dalam waktu singkat telah
meluas ke berbagai negara termasuk berbagai daerah di Indonesia, yang menyerang
pada semua golongan masyarakat termasuk Prajurit, PNS, dan keluarga TNI AD dan
dampak yang ditimbulkannya sangat menghawatirkan dengan angka kematian
meningkat, dengan demikian harus ditanggulangi secara serius.

c. Penanggulangannya tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan harus


secara terpadu yang melibatkan Komandan satuan serta fungsi-fungsi yang terkait
seperti kesehatan, pembinaan mental, penerangan, hukum, pembinaan personel dan
teritorial serta unsur terkait lainnya. Oleh karena itu setiap personel kesehatan TNI
AD diharapkan mengerti dan dapat menangani masalah yang berkaitan dengan IMS,
HIV/AIDS untuk itu kepada Pasis perlu diberikan pelajaran Pengetahuan IMS dan
HIV/AIDS.

2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi Pendidikan Kecabangan Perwira Kesehatan (Dikcabpa Kes).

b. Tujuan. Agar Perwira Siswa mengerti tentang Pengetahuan IMS


dan HIV/AIDS sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas di satuan..

RAHASIA
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Naskah Sekolah tentang pengetahuan IMS dan
HIV/AIDS disusun dengan Tata urut sebagai berikut :

a. Pendahuluan
b. IMS
c. HIV/AIDS
d. Orang dengan HIV/AIDS (ODA)
e. Penanganan IMS dan HIV/AIDS di Satuan
f. Penutup

4. Pengertian.

a. Alat kelamin atau organ seksual adalah semua bagian anatomis tubuh
makhluk hidup yang terlibat dalam reproduksi seksual dan menjadi bagian dari
sistem reproduksi pada suatu organisme kompleks. Jenis alat kelamin seringkali
menjadi penentu kelamin dari suatu jenis organisme.

b. AIDS ( Accuired Immune Deficiency Syndrome ) adalah kumpulan gejala


penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Imuno Deficiency Virus) akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh, jadi bukan suatu penyakit.

c. Gejala, simptom atau simtom adalah pengindikasian keberadaan sesuatu


penyakit atau gangguan kesehatan yang tidak diinginkan,

d. HIV ( Human Imuno Deficiency Virus ) merupakan virus penyebab AIDS,


dimana sekumpulan mikro organisme yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia sehingga membuat tubuh rentan terhadap berbagai penyakit infeksi dan
kanker.

e. Konseling atau penyuluhan adalah proses pemberian bantuan yang


dilakukan oleh seorang ahli kepada individu yang mengalami sesuatu masalah yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

f. Menular adalah Penyakit  yang menular dari satu orang ke orang lain dapat
ditularkan secara langsung maupun tidak langsung

g. Penyakit infeksi  adalah  penyakit  yang disebabkan karena masuknya


bibit penyakit oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, parasit, atau jamur, dan
dapat berpindah ke orang lain yang sehat. 

h. Penyakit IMS adalah penyakit infeksi yang sebagian besar menular melalui
hubungan seksual / hubungan kelamin dengan pasangan yang sudah tertular. Dan
penyakit ini sering dijumpai serta menjadi masalah serius dunia. Hubungan seks ini
termasuk hubungan seks lewat senggama, lewat mulut atau lewat dubur.

i. Penanganan adalah suatu proses, cara, atau perbuatan menangani;


penggarapan suatu kasus.
3

BAB II
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

5. Umum. Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar ditularkan


melalui hubungan seksual, baik hubungan seks vaginal (melalui vagina), anal (anus/dubur)
atau oral (melalui mulut). Infeksi Menular Seksual biasa juga dikenal sebagai Penyakit
Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin. Alat kelamin merupakan
bagian tubuh mana yang dapat terkena IMS..Karena alat kelamin itu penting untuk
memperoleh keturunan dan sifatnya sangat pribadi, kita perlu merawatnya dengan baik.

6. Seksualitas. Mengapa kita mesti merawat Alat Kelamin Karena Alat Kelamin
merupakan milik Pribadi penting untuk reproduksi atau punya anak. Alat kelamin bagian
dalam bias rusak karena infeksi menular seksualitas atau IMS (meskipun tidak dirasakan)
sehingga bisa membuat mandul baik laki-laki maupun perempuan (sulit hamil). Bagi
perempuan hamil menderita IMS maka anaknya bisa tertular.

7. Hubungan Alat Kelamin dengan IMS. Apa hubungan Alat Kelamin dengan IMS
IMS mempengaruhi alat kelamin bagian dalam dan bagian luar, kita perlu tau alat kelamin
kita sendiri agar tahu bagai mana IMS mempengaruhi kesehatan alat kelamin dan
reproduksi kita. Kita juga jadi tahu bahwa IMS tidak bisa dilihat hanya dari penampilan alat
kelamin luar. Pada perempuan infeksi awal terjadi pada liang sanggama hingga mulut
rahim, pada laki-laki yang pertama terkena adalah saluran kencing yang bermuara di kepala
zakar. Bila IMS tidak cepat ditangani, infeksi akan menjalar semakin jauh ke dalam, dapat
mengakibatkan mandul baik laki-laki maupun perempuan.

8. Bagian tubuh yang terkena IMS. Bagian tubuh bagi perempuan dan laki-laki
yang dapat terkena IMS sebagai berikut;
a. Bagian tubuh perempuan adalah mata, kerongkongan, saluran indung telur,
Indung telur, rahim, kandung kencing, mulut rahim, liang senggama, saluran kencing
dan dubur.
b. Bagian tubuh laki-laki yang dapat terkena IMS adalah mata dan
kerongkongan, kandung kencing, saluran sperma, kelenjar prostate, penis,
epidermis, buah zakar/testis, saluran kencing, kandung buah zakar, kantung mani
dan dubur.

9. Tanda-tanda IMS. Penyakit IMS juga disebut penyakit kelamin atau penyakit kotor,
namun itu hanya menunjukkan pada penyakit yang ada dikelamin. Istilah menular seksual
lebih luas maknanya, karena menunjukkan pada cara penularannya.Tanda-tanda tidak
selalu ada di alat kelamin. Contoh nya HIV-AIDS dan Hepatitis B yang menular lewat
hubungan seks, tetapi penyakitnya tidak bisa dilihat dari alat kelaminnya. Artinya alat
kelamin tampak sehat meskipun orangnya membawa bibit penyakit. IMS seringkali
tidak menampakkan gejala, terutama pada wanita, namun ada pula IMS yang
menunjukkan gejala-gejala umum sebagai berikut :
a. Keluarnya cairan yang berbeda dari biasanya pada vagina, penis atau dari
dubur.
b. Rasa perih nyeri atau panas saat kencing atau setelah kencing, atau menjadi
sering kencing.
c. Adanya luka terbuka, luka basah disekitar kemaluan atau sekitar mulut (nyeri
atau tidak)
d. Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin.
4

e. Gatal-gatal di daerah alat kelamin.


f. Ada bengkak dilipatan paha.
g. Pada pria, kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri.
h. Sakit perut bagian bawah yang kambuhan (tetapi tidak ada hubungannya
dengan haid).
i. Keluar darah setelah hubungan seks.
j. Secara umum merasa tidak enak badan atau demam.

10. Jenis-jenis IMS : Ada banyak jenis dari penyakit IMS diantaranya paling penting
diketahui adalah :

a. GO atau kencing nanah.


b. Sifilis atau raja singa.
c. Klamidia.
d. Herpes pada alat kelamin
e. Jengger ayam ( Kondiloma )
f. Ulkus mole / Chancroid.
g. Hepatitis B /C.
h. HIV /AIDS.

11. Cara Penularan IMS. Penularan penyakit IMS melalui hubungan seks yang
tidak aman. ( bukan dengan pasangan yang sah ) kuman IMS terutama ada dalam darah
dan cairan kelamin. Hubungan seks yang tidak aman dan penularan IMS cara lain adalah :

a. IMS melalui hubungan seks yang tidak aman, antara lain:

1) Hubungan seks lewat vaginal tanpa kondom dengan orang yang


terkena IMS.
2) Hubungan seks lewat anal tanpa kondom dengan orang yang terkena
IMS.
3) Seks oral (mulut ke kelamin) tanpa kondom dengan orang yang terkena
IMS.

b. Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara :

1) Melalui darah (transfusi darah, saling bertukar jarum suntik pada


pemakaian obat bius, menindik telinga atau tato dengan jarum yang sudah
digunakan oleh penderita IMS).
2) Dari ibu hamil kepada janin (saat hamil, saat melahirkan atau pada
masa menyusui) melalui ASI.

12. Komplikasi IMS. IMS dapat berakibat fatal terhadap orang yang sudah terjangkit
antara lain :
a. Nyeri perut bagian bawah kronik dan kemandulan pada wanita.
b. Pada bayi dapat berakibat kebutaan atau radang paru.
c. Kematian akibat sepsis, kehamilan diluar kandungan, kangker mulut rahim.
d. Keguguran spontan.
e. Penyempitan saluran kemih pada pria.
f. Kemandulan pada pria.
g. Dampak sosial pertengkaran suami istri sampai perceraian akibat
kemandulan.
5

13. Mitos tentang IMS. Perlu penjelasan yang terinci terhadap penderita IMS sehingga
terhindar dari mitos yang ada antara lain :
a. Mitos / pandangan umum yang salah tentang IMS.
b. Orang yang memiliki pengertian tentang penyebab IMS yang tidak akurat,
biasanya akan mempunyai perasaan yang aman semu, sehingga berpeluang besar
untuk terkena infeksi.
c. Beberapa pandangan umum /mitos yang salah tentang IMS seperti :
1) Wanita yang sudah menikah, wanita / pria muda atau pasangan yang
bersih biasanya bebas dari infeksi.
2) Membuang air kencing, mencuci atau menyemprot vagina setelah
berhubungan seks akan terhindar dari IMS.
3) Menganggap bukan kelompok berisiko jika bukan pekerja seks.

BAB III
HIV/AIDS

14. Umum. Penyakit HIV dan AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah


virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel
CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah,
sehingga rentan diserang berbagai penyakit dan pada bab ini menjelaskan tentang,
penularan, gejala klinis, indikasi, pemeriksaan darah, pencegahan dan universal vercaution
bagi tenaga kesehatan.

15. Penularan. HIV dapat ditemukan dalam berbagai cairan tubuh seperti air mani,
darah, cairan vagina, ASI, air mata, air liur, air seni, air ketuban dan cairan serebrospinal,
tetapi media penularan utama adalah ASI, melalui darah, cairan sperma, cairan vagina.
a. Penularan HIV/AIDS dapat terjadi melalui :
1) Hubungan seksual, apabila melakukan hubungan seksual dengan
orang yang terinveksi HIV/AIDS, baik homo maupun hetero seksual.
2) Darah, penularan melalui darah dapat terjadi apabila :
a) Mendapat transfusi darah yang mengandung HIV.
b) Memakai alat suntik atau alat tusuk lainnya (akufuntur, tato,
tindik, pengguna Napsa dsb) yang tercemar HIV.
c) Penerimaan jaringan / organ tubuh yang terinveksi HIV.
3) Perinatal, penularan dari ibu yang terinveksi HIV ke bayi yang
dikandungnya, atau terjadi sewaktu proses persalinan, dapat juga tertular
melalui air susu ibu.

b. HIV/AIDS tidak menular melalui :


1) Kegiatan makan bersama orang yang terinveksi HIV (menggunakan
peralatan makan bersama).
2) Tinggal bersama orang yang terinveksi HIV.
3) Penggunaan kamar mandi (WC) bersama atau berenang bersama.
4) Bersin/batuk.
5) Berolah raga bersama (keringat).
6) Bekerja bersama orang yang terinveksi HIV.
7) Gigitan nyamuk atau serangga lain.
8) Berpegangan tangan/saling berpelukan.
6

16. Gejala Klinis. Gejala klinis pada penderita HIV/AIDS antara lain demam yang
cukup lama 3 bulan disertai batuk yang tidak sembuh lebih dar 3 bulan, diare yang tidak
henti-hentinya lebih dari 1 bulan, adanya infeksi pada mulut dan kerongkongan,
pembengkakan pada kelenjar getah bening yang menetap, penurunan berat badan lebih
dari 10% dalam 3 bulan dan munculnya herpes zoster berulang, bercak-bercak gatal
diseluruh tubuh. Hal ini dapat dilihat pada gambar Klinis stadium AIDS dibawah :

Gejala Klinis pada Stadium AIDS

Batuk kronis selama


lebih dari 1 bulan
Demam berkepanjangan
lebih dari 3 bulan inveksi pada mulut dan
tenggorokan disebabkan
oleh jamur Candi
dealbicens
Diare kronis lebih dari 1
bulan berulang maupun Pembengkakam
terus menerus kelenjar getah bening
yang memetap di
seluruh tubuh
Penurunan berat badan
lebih dari 10 % dlm 3 bln Munculnya Herpes
zoster berulang
bercak-bercak gatal
diseluruh tubuh

17. Indikasi Pemeriksaan Darah. Pemeriksaan darah dilakukan apabila :

a. Adanya kecurigaan oleh petugas kesehatan terhadap prajurit TNI yang


menunjukkan gejala-gejala immuno difisiensi ( khas infeksi HIV ) seorang penderita
TBC paru yang seharusnya sudah menunjukkan perubahan/ penyembuhan dengan
regimen pengobatan yang biasa tetapi malah bertambah parah, harus segera
diwaspadai dan diambil tindakan. Prajurit TNI yang berperilaku resiko tinggi antara
lain seperti sering berganti-ganti pasangan seks.

b. Prajurit TNI yang berperilaku resiko tinggi, seperti sering berganti-ganti


pasangan seks.

c. Persyaratan penugasan yang memerlukan pemeriksaan AIDS ( kembali dari


daerah operasi pemeriksaan dilakukan berturut-turut setelah 2 bulan, 4 bulan, 6
bulan) pemeriksaan kesehatan calon TNI dan PNS dan pengambilan darah secara
massal oleh PMI.
7

BAB IV
ORANG DENGAN HIV – AIDS (ODHA)

18. Umum. ODHA merupakan singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS. Apabila


seseorang telah dinyatakan mengidap HIV/AIDS maka bukan hanya fisik yang menurun,
namun juga psikis dan sosialnya turut terpengaruh Tatalaksana pada penderita ODHA
meliputi konseling dan lanjutan tindakan medis’

19. Empat (4) Masalah Komplek Penderita ODHA


a. Masalah imunitas (kesehatan fisik)

1) Sistem kesehatan tubuh ODHA perlahan-lahan menurun seiring


dengan perjalanan virus menuju fase AIDS.
2) Timbul infeksi oportunitas Imunitas menurun.
3) ODHA harus dapat dukungan yang baik dalam hal :Gizi, sanitasi, aspek
psikologis, sehingga progresivitas virus dapat di tahan dan infeksi oportunitis
dapat dicegah.

b. Masalah Psikologi

1) Konseling pretes dan post tes sangat penting dalam menyiapkan


mental mereka dengan menggali dan mengkaji factor resiko.
2) Melaksanakan konseling sesuai prosedur.
3) Ada yang bersikap cuek, merasa dendam, depresi atau bunuh diri.
4) Luapan emosi tergantung kesiapan mereka menerima status sebagai
ODHA.
c. Masalah Lingkungan.
1) Lingkungan alam seperti Life Support (penopang hidup) yaitu udara, air,
makanan dan papan.
2) Lingkungan sosial dukungan dari keluarga dan sesame ODHA.
d. Masalah Ekonomi.
1) Merupakan pilar penyangga bagi faktor lainnya.
2) Kondisi ekonomi yang baik bukan menjadi alasan untuk memulai
pengobatan ARV secepat mungkin karena pengobatan dengan ARV harus
kontinyu dan tidak boleh putus.
3) Masalah gizi, biaya perawatan dan pengobatan akan terdukung dengan
baik bila kondisi ekonomi ODHA cukup baik

e. Mitos dalam masyrakat. Adanya mitos–mitos yang berkembang dimasyarakat


dan bersikap diskriminatif terhadap ODHA, seperti ODHA itu orang nakal,
berkelakuan menyimpang, orang yang menganut faham seks bebas HIV itu penyakit
bule gay, jungkies dan pekerja seks.

20. Dukungan terhadap ODHA.

a. Sebagai anggota masyarakat harus peduli dalam penanggulangan epidemic


AIDS.
b. Beri dukungan dalam hal :
8
1) Kewajiban moral terhadap ODHA.
2) Melawan Diskriminasi.
3) Peduli terhadap ODHA yang sering mendapat penolakan dari orang lain
yang takut tertular
4) ODHA dapat meninggal pada usia produktif
5) ODHA yang diasingkan oleh keluarga dan teman-teman nya.

c. Dukungan yang dapat diberikan masyarakat kepada ODHA yaitu : dukungan


emosi dan dukungan fisik.

BAB V
PENANGANAN IMS DAN HIV/AIDS DISATUAN

21. Umum. Satuan merupakan suatu organisasi yang ada dan pendiriannya atas dasar
tujuan yang nantinya akan langsung berhubungan dengan TNI dan masyarakat oleh
karena itu Satuan turut bertanggung jawab dalam penanganan suatu proses, cara, atau
perbuatan menangani; penggarapan suatu penyakit IMS dan HIV/AIDS

22. Pencegahan dan Penanganan IMS

a. Cara mencegah IMS pada orang dewasa terutama adalah dengan tidak
membiarkan darah atau cairan kelamin orang lain masuk kedalam tubuh kita. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara;

1) Absen dari seks, tidak berhubungan seks sama sekali sehingga tidak
ada cairan kelamin yang masuk kedalam tubuh. Ini sama dengan pantang
seks atau puasa seks saat jauh dari pasangan.
2) Berlaku saling setia, atau berhubungan hanya dengan seseorang yang
dapat dipastikan kalau sudah menikah atau berpantang seks.
3) Cegah infeksi dengan menggunakan kondom sewaktu berhubungan
seks. Bila kita tidak dapat memastikan kesetiaan pasangan kita, atau tidak
tahu apakah ia pernah menerima transfusi darah, tato, suntikan dengan jarum
yang tidak steril. Bila tidak bisa setia kepada pasangan kita gunakan kondom.

4) Cara mencegah IMS Lainnya.


a) Do not inject drug = jangan pakai Napsa
b) Education, berikan edukasi dan meningkatkan pengetahuan
tentang perilaku seksual yang aman.

5) IMS Tidak dapat dicegah dengan

a) Minum minuman beralkohol, seperti bir, tuak dll.

b) Minum obat-obatan sebelum dan sesudah berhubungan seks,


tidak ada obat satupun yang bisa membunuh semua jenis kuman IMS,
tetapi semakin sulit untuk menyembuhkan IMS.
9

c) Mendapat suntikan teratur, jika berhubungan dengan pasangan


yang terjangkit IMS, suntikan antibiotik tidak dapat mencegah
masuknya IMS ke tubuh kita.

d) Memilih pasangan seks berdasarkan penampilan luar (misal


yang berkulit bersih) usia (misal yang masih muda). Penyakit ini tidak
memilih umur dan penampilan anak-anak dapat terkena dan mengidap
IMS.

e) Membersihkan/mencuci alat kelamin bagian luar (dengan cuka,


air soda, alkohol, air jahe dll) segera setelah berhubungan seks.
Mencuci dengan bahan-bahan tersebut menyebabkan dinding
senggama yang halus rusak dan IMS lebih mudah masuk.

b. Penanganan IMS yang benar. Langkah penanganan yang harus dipatuhi


adalah :

1) Segera ke dokter untuk diobati, jangan mengobatinya sendiri.


2) Ikuti saran dokter dan habiskan semua obat yang diberikan, meskipun
sakit atau gejalanya sudah hilang.
3) Jangan melakukan hubungan seks selama dalam pengobatan IMS.
4) Ajak atau anjurkan pasangan seks anda untuk juga berobat ke Dokter.

23. Akses Pengobatan IMS. Dalam penanganan IMS harus patuh terhadap beberapa
hal antara lain :

a. Prinsip dasar pengobatan IMS

1) Setiap jenis IMS berbeda-beda obatnya.


2) Cegah dan sampai tuntas.
3) Menggunakan jalur medis, bukan ke dukun atau mengobati sendiri.
4) Antibiotik bukan untuk mencegah IMS.
5) Selama menjalani pengobatan , agar tidak berhubungan seks.

b. Akses pengobatan dilingkungan TNI

1) Manfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.


2) Tidak perlu malu.
3) Tidak dihubungkan dengan kondite
4) Ada akses rujukan.

24. Faktor perlunya Pencegahan HIV/AIDS. Sampai saat ini belum ditemukan
obat yang dapat menyembuhkan AIDS maupun Vaksin yang evektif HIV – AIDS. Penularan
dapat dicegah melalui perilaku yang sehat dan bertanggung jawab.

a. Penderita HIV – AIDS merupakan sumber penularan HIV.


b. HIV – AIDS memerlukan cara pemeriksaan yang spesifik dan mahal.
c. Penderita mudah terinfeksi oleh penyakit-penyakit lain (oportunistik) karena
adanya defisiensi immunitas (rusaknya sistem kekebalan tubuh).
10

d. Obat penyembuhan AIDS sampai saat ini belum ada, sehingga semua
penderita diperkirakan 100 % fatal dan biaya serta pengobatan penderita AIDS
sangat mahal.
e. Gejala khas tidak dapat diketahui dengan pasti.
f. Persentase tertinggi ditemukan pada usia produktif (golongan usia 20 – 39
tahun )

25. Pencegahan Penularan HIV/AIDS. Pencegahan penularan HIV - AIDS


dilakukan melaui upaya :

a. Skrining terhadap calon personel TNI dan calon PNS .


b. Pemeriksaan terhadap personel yang berisiko tinggi.
c. Pengobatan segera terhadap personel yang terkena infeksi menular seksual.
d. Menanamkan perilaku yang bertanggung jawab pada setiap Pribadi prajurit.
1) Tidak melakukan hubungan seks diluar nikah.
2) Tidak berganti-ganti pasangan seks (monogamy) dan saling setia.
3) Tidak melakukan hubungan seks beresiko (harus selalu menggunakan
kondom)
4) Tidak selalu bertukar-tukar jarum suntik (atau alat-alat lain yang kontak
dengan cairan tubuh) dengan orang lain.
5) Semua alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik, jarum tato
atau pisau cukur) harus disterilisasi dengan cara yang benar.

e. Menerapkan kewaspadaan universal precaution.


1) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan.
2) Pergunakan alat pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan seperti
sarung tangan, baju pelindung, masker, kaca mata pelindung untuk setiap
kontak langsung dengan cairan tubuh.
3) Pengelolaan alat tajam dengan hati-hati.
4) Pengelolaan limbah yang tercemar oleh darah dan cairan tubuh
lainnya, dengan tujuan : mencegah terjadinya penyebaran infeksi dari :
a) Pasien kepada tenaga kesehatan.
b) Tenaga kesehatan kepada pasien.
c) Pasien kepada pasien lainnya.

f. Pendidikan kesehatan, pembinaan mental terhadap seluruh personel TNI yang


dilaksanakan secara rutin dan berlanjut dengan melibatkan Komandan Satuan.

26. Ketentuan yang berlaku di TNI AD. Penanganan pengidap HIV atau penderita
AIDS, secara individual dan tertutup.

a. Anggota TNI, PNS dan anggota keluarga.

1) Pengidap HIV
2) Pengawasan fisik meliputi pembatasan kegiatan fisik dan mencegah
tertular penyakit lain.
3) Menggunakan kondom pada setiap hubungan seksual.
4) Tidak ada halangan untuk bergaul dalam masyarakat.
5) Tidak boleh menjadi donor darah, donor organ / jaringan tubuh untuk
transplantasi
11

6) Konsultasi dengan tim terpadu di satuan masing-masing secara teratur


dan berlanjut.

b. Penderita AIDS
1) Perawatan kesehatan penderita perlu lebih cermat, kegiatan fisik di
batasi karena kondisi fisik makin menurun dan mencegah tertular infeksi lain.
2) Konseling dan bantuan rohaniawan diintensifkan agar moril meningkat.

c. Keluarga pengidap HIV / penderita AIDS

1) Diberikan informasi yang benar dan jelas tentang masalah AIDS


2) Dibantu menyelesaikan masalah keluarga yang mungkin dihadapi,
seperti memberikan saran / jalan pemecahannya.
3) Dapat bergaul bebas dengan lingkungannya (masyarakat setempat).

d. Kesatuan TNI yang anggotanya mengidap HIV/penderita AIDS.

1) Berikan penyuluhan masalah HIV/AIDS oleh petugas kesehatan dan


petugas terkait lainnya disatuan.
2) Tidak perlu mengisolasi anggota yang terinfeksi HIV.
3) Kerahasiaan perlu diutamakan dalam upaya mencegah timbulnya
dampak negatif.

27. Penanggulangan dampak yang timbul. Ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan oleh komandan satuan yaitu :

a. Tetap dipekerjakan dalam dinas aktif tetapi tidak pada satuan tempur/banpur.

b. Penugasan dalam lingkup daerah yang dekat dengan fasilitas kesehatan


TNI /dekat dengan keluarga.

c. Berikan pengayoman, pendekatan serta menjaga kerahasiaan

d. Anggota pengidap HIV atau penderita AIDS yang akan menikah dan calon istri
harus dapat rekomendasi dari tim konseling.

e. Anggota penderita HIV atau penderita AIDS dapat mengakhiri masa dinasnya
atas permintaan sendiri dan dilaksanakan pada saat rikes berkala.

f. Menumbuhkan dan mengembangkan jiwa serta semangat non diskriminasi


dan saling membantu terhadap mereka yang hidup dengan AIDS dalam lingkungan
yang terdekat baik istri/suami, keluarga dekat teman kerja serta sepergaulan.

g. Dukungan secara intensif dengan membentuk tim konseling terpadu yang


terdiri dari : Dokter umum, Psikologi, Psikiater, Penyuluh lapangan, Pembina mental.

h. Tujuan konseling antara lain :


1) Memberikan pengertian dan informasi yang benar tentang HIV/AIDS.
RAHASIA

12

2) Mengindentifikasi masalah dan memberikan jalan keluarnya.


3) Memberikan kesadaran berperilaku sehat dan bertanggung jawab
dalam kehidupan bermasarakat.
4) Memberikan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah dan
memberikan rasa aman.

BAB VI
PENUTUP

28. Penutup. Demikian Naskah Sekolah tentang Pengetahuan IMS dan HIV/AIDS ini
disusun sebagai pedoman bagi Gadik dan Pasis dalam proses belajar mengajar pada
Pendidikan Perwira TNI AD.

Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat,

Dr. dr. Tugas Ratmono, Sp.S., M.A.R.S., M.H.


Mayor Jenderal TNI

Anda mungkin juga menyukai