Oleh :
Muhammad Aldito Rivaldi
131821180001
Pembimbing :
Dr. dr. Ferry Safriadi, SpU(K)
Oleh :
Muhammad Aldito Rivaldi
131821180001
Dipresentasikan di:
10th Uro Oncology Update, Solo 14-16 Februari 2019
Mengetahui,
Dr. dr. Bambang S. Noegroho, dr., Dr. dr. Tjahjodjati, dr., SpB., SpU(K)
SpB., SpU(K) Kepala SMF Urologi
Ketua Program Studi Urologi FKUP/ RSUP Dr. Hasan Sadikin
FKUP/ RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Bandung
DAFTAR IS
I
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
2.2.1 Prevalensi.........................................................................................................9
2.2.3 Patogenesis.....................................................................................................11
2.2.4 Klasifikasi.......................................................................................................12
i
ii
2.2.6 Tatalaksana.....................................................................................................19
2.2.7 Prognosis........................................................................................................21
4.2 Pembahasan......................................................................................................32
BAB V KESIMPULAN..................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................37
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3 Perbedaan proporsi jenis kelamin pada usia ≤40 tahun dan >40 tahun ......... 28
Tabel 4.1 Distribusi penderita kanker kandung kemih berdasarkan usia dan jenis
kelamin............................................................................................................................ 30
Tabel 4.3 Jumlah penderita kanker kandung kemih berdasarkan grading .................... 32
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Lokasi kandung kemih pada pelvis (inset) dan permukaan kandung kemih.6
Gambar 2.3 Histologi kandung kemih. Mukosa terdiri dari sel transisional dan
submukosa yang terdiri dari jaringan ikat. Otot detrusor terdiri dari bundle otot polos
Introduction. Bladder cancers (BC) are among the most frequently diagnosed
malignancies, usually seen in older patients. Bladder cancer in younger patients is a rare
entity, in previous large database from National cancer database, the incidence of
bladder cancer patients <40 years old was approximately 1.1% of all patients with
bladder cancer. In this study, we aim to provide a database for bladder cancer patient in
young patients in Indonesia.
Methods. We retrospectively identified 692 patients diagnosed with BC from 2008 to
2017. We compared demographic, clinical and pathologic information between those
younger and older than 40 years.
Result. There were 56 patients (8%) were 40 or younger with median age of 34 (2-40)
years. Male patients predominate over females (43 vs 13; 76.7% vs 23.3%). Urothelial
carcinoma of the bladder is the most common histopathologic findings in 41 patients
(73.2%), 3 patients with PUNLMP (5.4%), 6 patients (10.7%) adenocarcinoma, 3 patients
(5.4%) with squamous cell carcinoma, 2 patient with rhabdomyosarcoma (3.6%) and 1
patient with hemangioendothelioma (1.8%). Some the patients (7; 12.5%) diagnosed as
tumor metastasis, patients (14; 25%) came with muscle invasive disease, while the most
(35; 62.5%) patients with non muscle invasive disease. Compared to patients above 40
years old, younger patient has slightly larger distribution for female patients (1:3.3 vs
1:6.1), there were difference in histopathological finding distribution, where in patient <40
years, the prevalence of atypical histologic findings (adenocarcinoma, squamous cell
carcinoma, sarcoma) is higher.
Conclusions: Younger patients with BC were more commonly men, although the
proportion for female patients was slightly larger than patients above 40 years old.
Urothelial cell carcinoma is the most common pathologic finding in younger patients,
although the distribution of atypical histological findings was higher than older population.
Younger patient most commonly came with non muscle invasive disease at the time of
diagnosis. Further exploration in this younger patient cohort is needed to better characterize
the optimal oncologic management for these patients.
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker kandung kemih merupakan tumor yang sering terjadi pada saluran kemih.
Laki-laki memiliki probabilitas mengalami kanker kandung kemih 3 kali lebih besar
pertambahan usia dengan rata-rata usia 65 tahun dan hanya terjadi sekitar 1% pada usia
kurang dari 40 tahun. Angka kematian terjadinya kanker kandung kemih di dunia
sebanyak 100.000 orang/tahun dengan presentase 9% pada laki-laki dan 2,2% pada
perempuan.1 Sedangkan untuk angka kematian pada tahun 2012 diperkirakan sebesar
100.000 orang/tahun dengan presentase 3,2% laki-laki dan 0,9% perempuan, hal ini
menyebabkan kanker kandung kemih menempati peringkat ke-9 di dunia untuk kanker
yang paling sering terjadi.2 Pada tahun 2002 kasus kanker kandung kemih sekitar
kemih berbeda di setiap negara dikarenakan beragamnya paparan faktor risiko, cara
Kanker kandung kemih jarang terjadi pada pasien usia muda, menurut Kurz, et al.
prevalensi kanker kandung kemih pada kelompok usia kurang dari 40 tahun sebesar
0,8% yang dimana 60% diantaranya merupakan karsinoma urothelial dengan tipe non
Tipe tumor pada kanker kandung kemih yang terjadi di negara maju seperti
Amerika, Italia dan Perancis, 90% merupakan karsinoma urotelial, merokok dan
paparan zat kimia (golongan anilin, aromatin amin) ditempat kerja merupakan faktor
risiko terbesar yang menyebabkan kanker kandung kemih. Di daerah seperti Eropa
Timur dan Utara, Afrika dan Asia, prevalensi tertinggi tipe tumor pada kanker kandung
kemih ditempati oleh sel karsinoma skuamosa yang sebagian besar dikarenakan
tipe kanker kandung kemih pada 6 dan 5 dekade terakhir dan diikuti sel karsinoma
Di Indonesia, insidensi kanker kandung kemih mencapai 3,2 per 100.000 dan
cenderung meningkat 15% per tahun pada decade terakhir. Berdasarkan data Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung dari tahun 2015-
2017 menunjukkan kanker kandung kemih menempati peringkat ke-10 sebagai kanker
Hanya ada sedikit data yang mempublikasikan tentang prevalensi kanker kandung
kemih pada usia muda di Indonesia dan lebih khusus lagi karakteristik histopatologis
dari kanker kandung kemih. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran
karakteristik kanker kandung kemih pada usia muda di Indonesia dan untuk
Bagaimana gambaran karakteristik pasien kanker kandung kemih pada usia muda
di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin periode 2008 sampai 2017?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien usia muda
yang menderita kanker kandung kemih di RSUP Hasan Sadikin periode 2008-2017.
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
kesehatan mengenai angka kejadian dan gambaran karakteristik pasien kanker kandung
kemih pada usia muda (<40 tahun) di RSUP Hasan Sadikin periode 2008-2017
berdasarkan jenis kelamin, jenis histopatologi dan staging kanker kandung kemih.
kanker kandung kemih pada usia muda untuk menentukan tatalaksana yang tepat
TINJAUAN PUSTAKA
bagian posterior dari simpisis pubis. Lapisan dinding jaringannya terdiri dari otot
yang ukuran, bentuk, posisi dan hubungan dengan organ sekitar sesui dengan
balon yang tidak berisi udara dan berada di superior pelvis bagian bawah dan
posterior dari tulang pubis. Kandung kemih dipisahkan dari tulang pubis oleh
ruang retropubic (Retzius) dan berada inferior dari peritoneal, anterior dari tulang
pubis, symphysis pubis dan prostat (pada laki-laki) dan berada di posterior dari
5
6
berbentuk tetrahedral dan terbagi menjadi apeks, badan, fundus dan leher.
Permukaannya pun terbagi menjadi empat bagian yakni superior, dua inferolateral
dan posterior. Saat kandung kemih dalam keadaan kosong, bagian apeks
apeks, bagian badan (yang mayoritas menjadi bagian kandung kemih) berada
diantara apeks dan fundus, sedangkan bagian fundus dam permukaan inferolateral
Dinding kandung kemih mayoritas terdiri dari otot detrusor. Pada laki-laki,
serat otot pada bagian leher kandung kemih membentuk involuntary internal
mencegah reflux semen ke kandung kemih saat terjadinya ejakulasi. Serat otot ini
Gambar 2.2 Lokasi kandung kemih pada pelvis (inset) dan permukaan kandung kemih
7
Vaskularisasi arteri kandung kemih terdiri dari beberapa sumber yakni arteri
vesika, obturator, gluteal inferior, dan iliaca interna. Cabang vaskularisasi dari
uterus dan vagina juga memiliki peran dalam aliran darah kandung kemih pada
adalah proses pengosongan kandung kemih yang telah terisi. Proses ini terjadi
secara dua tahap yakni, pertama kandung kemih mengisi secara progresif sampai
tekanan dalam kandung kemih meningkat sampai ambang batas, hal ini memicu
mengosongkan isi kandung kemih. Proses ini akan merangsang perasaan secara
sadar keinginan untuk berkemih. Meskipun reflex berkemih adalah proses otonom
spinal, proses ini dapat dihambat atau di fasilitasi oleh sistem saraf pusat di
Bagian mukosa kandung kemih terdiri dari epitel transisional yang berfungsi
ketika kandung kemih mengembang saat diisi urin dapat mengembang tanpa
menyebabkan robekan. Untuk lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat dan
elastis. Diluar submukosa terdapat sel otot yang disebut detrusor, yang terbentuk
8
dari campuran serabut otot polos yang tersusun acak secara longitudinal, sirkular
dan spiral. Otot detrusor terdiri dari tiga lapisan yakni, longitudinal bagian dalam,
Gambar 2.3 Histologi kandung kemih. Mukosa terdiri dari sel transisional dan submukosa yang
terdiri dari jaringan ikat. Otot detrusor terdiri dari bundle otot polos longitudinal, sirkular dan
spiral
2.2.1 Prevalensi
Kanker kandung kemih merupakan tumor tertinggi kedua yang paling sering
terjadi pada traktus urinari. Kasus baru terjadi pada 7% pria dan 2% wanita.
Angka insidensi terjadinya kanker kandung kemih meningkat pada ras putih
dibandingkan ras Afrika. Usia rata-rata terdiagnosa kanker kandung kemih sekitar
usia 65 tahun dan pada saat itu kurang lebih 75% kanker kandung kemih
terlokalisir di kandung kemih dan 25% lainnya telah menyebar ke kelenjar getah
orang/tahun) adalah 3, 2 untuk laki-laki dan 0,9 untuk wanita di tahun 2012.
Kejadian kanker kandung kemih dan angka kematian bervariasi di setiap negara.
Hal ini disebabkan perbedaan faktor risiko, deteksi dan praktik diagnostik, dan
penyebab. Sekitar 75% pasien dengan kanker kandung kemih terjadi dengan
penyakit yang terbatas pada mukosa (stadium Ta, karsinoma in situ [CIS]) atau
submucosa (T1). Pada pasien yang lebih muda (<40) persentase ini bahkan lebih
tinggi. Pasien dengan Ta, T1 dan CIS memiliki prevalensi yang tinggi karena
kelangsungan hidup jangka panjang dalam banyak kasus dan risiko yang lebih
rendah kematian spesifik kanker dibandingkan tumor T2-4. Selain itu, pada pasien
adanya mikrometastasis pada saat awal pemeriksaan yang pada akhirnya dapat
memperburuk prognosis.7
sebesar 50% pada pria dan 31% pada wanita (Wynder dan Goldsmith, 1977).
kandung kemih sebanyak dua kali dibandingkan yang tidak merokok (Thompson
Faktor risiko lain selain merokok yang dapat menyebabkan kanker kandung
kemih yakni riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih, mutasi genetik
GSTM1 null phenotype), paparan pekerjaan dari zat-zat kimia seperti cat, metal,
pada pelvis lainnya untuk pengobatan keganasan lain, paparan terhadap zat
karinogenesis. 8
2.2.3 Patogenesis
kemudian berikatan dengan komponen sel seperti protein dan asam nukleat
menduga bahwa DNA merupakan target utama dari agen ini. Substansi yang
berasal dari rokok dapat merusak DNA secara langsung, sehingga kebiasaan
merokok dapat dijadikan kunci utama untuk mendiagnosis kanker kandung kemih.
secara bebas di dalam darah dan diekskresikan melalui urin. Karena bersifat
tahap ini.9
kemih. hal ini masih menjadi perdebatan karena peran genetik biasanya tidak
Namun, penelitian yang dilakukan oleh Bos dkk pada tahun 1998 membuktikan
bahwa beberapa gen seperti HRAS dan p53 mengalami mutasi pada pasien
dengan kanker kandung kemih. mutasi pada kedua gen ini menyebabkan sel
menjadi immortal dan terus membelah secara abnormal sehingga menjadi lesi
kanker.9
terbukti secara bersamaan pada fase awal patogenesis transitional cell carcinoma.
delesi pada kromosom 9 sering ditemukan pada tahap awal. Terdapat korelasi
12
2.2.4 Klasifikasi
Normalnya histologi dari urothelium terdiri dari 3-7 sel epitel transisional
yang terletak di membran dasar yang terdiri dari ekstraselular matriks (kolagen,
glikoprotein dan glikosaminoglikan). Sel basal terdiri dari sel-sel yang aktif
terpenting yang terdiri dari sel berbentuk seperti payung yang berikatan satu sama
Ketika terjadi kanker kandung kemih maka struktur jaringan yang normal
undifferentiated.11
2.2.4.1 Skuamosa
Jenis skuamosa (epitel pipih) merupakan jenis yang paling sering terjadi diantara
tipe kanker kandung kemih lainnya yakni sekitar 16,8% dari total kasus 22,1%.
Faktor risiko terjadinya kanker epiptel pipih yaitu inflamasi kronis (contoh
13
jenis ini sering terjadi pada fase akhir yang sudah parah karena memiliki
prognosis yang buruk. Berdasarkan penelitian, kanker tipe epitel pipih memiliki
angka tingkat kelangsungan hidup selama dua tahun sebesar 32,8% dan 43%
2.2.4.2 Glandular
insidensinya sekitar 16%. Pasien dengan tipe glandular lebih tepat disebut juga
adenokarsinoma tidak spesifik, signet ring cell, musin, clear cell, hepatoid atau
campuran. Jika terjadi ekspresi dari signet ring cell pada adenokarsinoma maka
yang tinggi dan tingkat kelangsungan hidup selama lima tahun sebesar 46%
sampai 55%. 11
Memiliki persamaan dengan von Brunn nests atau cystitis cystic. Menurut
tumor ovarium papillary serous. Pasien dengan tipe ini memiliki tingkat
14
kelangsungan hidup selama lima tahun sebesar 54% dan sepuluh tahun sebesar
radikal kistektomi. 11
Pada kanker kandung kemih dengan tipe ini dapat dilakukan operasi
tersebut. 11
Terapi pada jenis kanker ini lebih direkomendasikan untuk dilakukan sistektomi
2.2.4.7 Rabdomiosarkoma
terbentuk saat embrio dan paling banyak tipe batroid. Predileksi terjadinya kanker
tipe ini pada pria dan wanita yaitu 2:1. Rabdomiosarkoma terdiri dari sel- sel biru
kecil dengan tingginya rasio sitoplasma dan nukleus, dapat bermitosis dengan
cepat dan jarang terjadi apoptosis. Rabdomiosarkoma yang terjadi pada orang
dewasa digolongkan sebagai tipe yang alveolar, embryonal, pleomorfik dan tidak
spesifik. 12
15
2.2.4.8 Campuran
4%-6% dari seluruh kasus kanker kandung kemih. Gambaran histopatologi dari
undifferentiated akan tetapi komponen paling besar yaitu tipe transisional dan
skuamosa (Murphy, 1989). Sebagian besar kanker tipe ini besar dan menginfiltrasi
Cancer (MIBC). NMIBC terjadi sekitar 70% dari total seluruh kasus kanker
kandung kemih dan angka kelangsungan hidup selama 5 tahun mencapai lebih
dari 88%. Namun, sekitar 70% dari total kasus, NMIBC dapat kambuh setelah
Cancer and Union for International Cancer Control. Tumor yang termasuk dalam
NMIBC yaitu carcinoma in situ (CIS), papillary (Ta) atau invasif sampai lamina
propia (T1) sedangkan untuk MIBC adalah ketika tumor sudah menginvasi
16
muskularis propia (T2) atau seluruh muskularis propia (T3 dan T4) sudah
terkena.14
Terapi untuk tipe NMIBC yaitu melakukan kemoterapi intravesika dosis tunggal
papillary) sedangkan grup tumor risiko tinggi (CIS atau T1) dilakukan
Klasifikasi TNM tumor ganas (Tabel 2.1) adalah salah satu metode yang
Network (NCCN). 15
T- Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ditemukan tumor primer
Ta Karsinoma papilari non-invasif
Tis Karsinoma in situ: “flat tumor”
T1 Tumor menginvasi jaringan ikat subepitel
T2 Tumor menginvasi otot
T2a Tumor menginvasi otot superfisial (1/2 luar)
T2b Tumor menginvasi otot dalam (1/2 dalam)
T3 Tumor menginvasi jaringan perivesika
T3a Secara mikroskopis
T3b Secara makroskopis (massa ekstravesika)
T4 Tumor menginvasi salah satu dari: prostat, uterus, vagina, dinding pelvis,
17
dinding abdomen
T4a Tumor menginvasi prostat, uterus, atau vagina
T4b Tumor menginvasi dinding pelvik atau dinding abdomen
N-Kelenjar limfe
Nx Kelenjar linfa regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ditemukan metastasis kelenjar limfe regional
N1 Metastasis ke satu kelenjar limfe regional di true pelvis (hipogastrik,
obturator, iliaka eksternal, atau presakral)
N2 Metastasis ke kelenjar limfe regional multipel (hipogastrik, obturator, iliaka
eksternal, atau presakral)
N3 Metastasis ke kelenjar limfe di iliaka komunis
M- Metastasis
Mx Metastasis tidak dapat dinilai
M0 Tidak ada metastasis
M1 Ditemukan metastasis
pada tahun 1998 dan diterbitkan oleh WHO pada tahun 2004 (Tabel 2.2).
Kontribusi utamanya adalah deskripsi histologis rinci dari berbagai kelas dengan
2.2.6 Tatalaksana
TURB dapat menghilangkan tumor TaT1 akan tetapi rumor tersebut dapat
terapi adjuvant pada seluruh pasien salah satunya dengan Single Instillation (SI)
yang nantinya akan mengurangi kekambuhan dengan hipotesis (1) residu tumor
yang tersisa akan terbunuh dan (2) mengeliminasi sel kanker yang bertebaran
ditempat yang berbeda dari tempat awal terjadinya tumor. Agen terapi yang
diikuti BCG selama 6 minggu ditambah 1 sampai 3 tahun untuk pemeliharan dan
mencegah kekambuhan. 14
Pemberian intravesika BCG setelah TURB pada pasien dengan risiko tinggi
tumor kandung kemih mengurangi risiko kekambuhan tumor dan terapi tersebut
kemoterapi intravesika. Agar BCG bekerja maksimal maka harus diberikan sesuai
jadwal yang ditentukan. Menurut Bohle et al. pemberian BCG yang dibutuhkan
untuk mengurangi progresifitas dan kekambuhan tumor yaitu selama tiga tahun,
kekambuhan tumor akan tetapi pemberian terapi kombinasi memiliki efek yang
lebih toksik apabila dibandingkan dengan terapi tunggal BCG. Pada penelitian uji
(1) sebagian besar pasien NMIBC berkembang menjadi MIBC dan (2) pasien
atau CIS memiliki risiko terjadinya progresifitas menjadi lebih buruk sehingga
2.2.7 Prognosis
a. Grading
sebesar 95% untuk TaG1, 845 untuk TaG3, 78% untuk T1G2 dan 50% untuk
T1G32-4.16
b. Staging
Definisi tumor Ta adalah tumor dengan membran dasar yang tidak berhubungan
kematian. Staging patologis penting untuk menilai risiko dan menentukan terapi
kedepannya. 16
Pada kanker kandung kemih dengan Carcinoma in situ memiliki risiko tinggi
pada 73% pasien dengan displasia/ CIS dan 43% pada pasien tanpa CIS. Beberapa
atau imunoterapi dapat memprediksi prognosis dan kematian dari kanker kandung
kemih. 16
d. Jumlah tumor
Presentase terjadinya kekambuhan tumor kandung kemih yang soliter sekitar 18%
e. Ukuran
Ukuran tumor dapat menjadi faktor penentu prognosis pada kanker kandung
tumor invasi ke otot terdapat pada 35% pasien dengan ukuran superficial tumor
lebih dari 5cm dan 9% pada pasien dengan tumor ukuran kecil. Penelitian lain
22
menyatakan bahwa ukuran tumor hanya memengaruhi staging tapi tidak untuk
progresivitas. 16
f. Faktor lainnya
Waktu rekurensi pertama kali pada kanker kandung kemih juga penting, Pada
grup dengan 414Ta tumor, dilaporkan jika tidak ada rekurensi pada pemantauan
sitoskopi, maka 79% tidak ada rekurensi lebih jauh selama pemantauan
maka hanya ada 10% yang tidak terkena rekurensi untuk follow up selanjutnya
sampai selesai. Sebagai tambahan, adanya invasi ke pembuluh darah dan limfatik
memiliki prognosis yang buruk dan risiko terjadinya kematian sebesar 70%. 16
BAB III
METODE PENELITIAN
temuan klinis, dan hasil temuan patologis pada pasien kanker kandung kemih
observatif.
Populasi target penelitian ini adalah pasien kanker kandung kemih. Populasi
terjangkau penelitian ini adalah pasien kanker kandung kemih di Poli Bedah
23
24
Data pasien yang mendapatkan diagnosis kanker kandung kemih pada usia kurang
dari 40 tahun.
Data pasien yang mendapatkan diagnosis kanker kandung kemih pada usia lebih
dari 40 tahun.
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel yang didapatkan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rekam medik
pasien yang mendapatkan diagnosis kanker kandung kemih di Poli Bedah Urologi
Rumah Sakit dr Hasan Sadikit Bandung pada tahun 2008-2017. Rekam medis
tersebut terdiri dari identitas pasien, hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
Pemeriksaan histopatologis
yang digunakan merupakan data sekunder berupa rekam medik pasien yang
berobat di Poli Bedah Urologi Rumah Sakit dr Hasan Sadikin Bandung pada
tahun 2008-2017.
berikut:
1. Distribusi pasien kanker kandung kemih berdasarkan usia dan jenis kelamin.
histopatologis.
2. Beneficience (bermanfaat)
4. Justice (adil)
hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu, serta peneliti
28
memperlakukan subjek secara adil tanpa melihat faktor sosial dan ekonomi.
BAB IV
Sebanyak 692 pasien yang menderita kanker kandung kemih pada rentang
tahun 2008-2017 kami analisis. Diantara 692 populasi tersebut, hanya 56 pasien
(8%) yang berusia dibawah 40 tahun. Diantara pasien dengan umur dibawah 40
merupakan perempuan. Jumlah populasi berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat
Tabel 4.1 Distribusi penderita kanker kandung kemih berdasarkan usia dan jenis kelamin
Laki-laki 43 76,70%
<40 tahun
Perempuan 13 23,20%
dengan perempuan dengan perbandingan 1:3,3 pada usia <40 tahun dan 1:7 pada
usia >40 tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
patogenesis.
29
30
%) menderita kanker kandung kemih tipe urothelial carcinoma. Tipe lain yang
kami temukan pada penelitian ini antara lain Adenocarcinoma sebanyak 6 pasien
(10,7%), Squamus cell carcinoma sebanyak 3 pasien (5,3 %), PUNLMP sebanyak
paling banyak, baik pada pasien dibawah 40 tahun maupun pada pasien diatas 40
tahun diikuti dengan adenocarcinoma dan squamus cell carcinoma. sementara itu
hemangioendothelioma.
kemih dengan usia dibawah 40 tahun berdasarkan grading. Dari ketiga tipe yang
disebutkan diatas, tipe non-muscle invasive merupakan tipe yang tersering pada
4.2 Pembahasan
ditemukan pada usia muda.10 Pada umumnya, lesi tumor baru muncul setelah
penderita mencapi umur 40 tahun, walaupun penentuan usia ini masih menjadi
perdebatan.10 Beberapa hal yang menjadi karakteristik pada penelitian ini antara
ditemukan pada usia diatas 40 tahun.10 Pada penelitian ini ditemukan bahwa dari
672 populasi, hanya 56 pasien (8%) yang berasal dari kalangan umur 40 tahun
kebawah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya oleh
Bulent Gunlusoy dkk bahwa kanker kandung kemih pada dewasa muda tergolong
jarang.
32
urothelial carcinoma tetap menjadi tipe kanker kandung kemih utama yang
diderita baik pasien dengan umur diatas 40 tahun maupun pasien dibawah 40
tahun. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Hal ini mungkin dapat menjadi
dasar penelitian selanjutnya mengenai hubungan tipe lesi terhadap faktor risiko
terjadinya kanker kandung kemih.17 Pada penelitian yang dilakukan oleh Melisa
dkk, tipe lesi yang paling banyak ditemukan pada penelitian tersebut juga
reseptor androgen yang diekspresikan oleh sel epitel glandular pada kandung
kemih.10 Selain itu sel urotelium merupakan sel yang paling sering terpapar oleh
diekskresikan melalui urin pada perokok yang diduga menjadi karsinogen utama
pada kanker kandung kemih.6 Penelitian yang dilakukan oleh Eva dkk juga
kedua hal ini dapat menjadi faktor yang menentukan tipe lesi pada kanker
Selain tipe sel kanker, kami juga menemukan bahwa pada penderita kanker
kandung kemih dengan usia dibawah 40 tahun merupakan tipe yang bersifat nom-
muscle invasive (62,5%). Sementara itu tipe muscle invasive hanya 25%,
sementara 12,5 % lainnya telah metastasis. Jumlah dan persentase pasien dengan
muscle invasive disease dan non-muscle invasive disease dapat dilihat pada Tabel
3. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Eva dkk juga menunjukkan bahwa non-
muscle invasive adalah tipe yang sering ditemukan pada penderita kanker kandung
Karakteristik lainnya yang kami temukan pada penelitian ini adalah bahwa
gender merupakan faktor yang sangat penting sebagai faktor risiko kanker
kandung kemih pada laki-laki lebih banyak dari wanita (1 : 3). Untuk lebih
dengan kanker kandung kemih baik pasien dengan umur diatas 40 tahun dan
erat dengan jenis, serta durasi paparan karsinogen seperti asap rokok, inhalasi zat
kimia di tempat kerja, dan sebagainya. 18 Paparan asap rokok telah terbukti
menjadi faktor risiko utama dalam patogenesis kanker kandung kemih. Dengan
34
kelamin, bahwa prevalensi perokok di indonesia sebagian besar adalah pria, maka
kandung kemih lebih besar dibandingkan dengan wanita dapat dsimpulkan bahwa
gender dan faktor risiko sangat berhubungan erat dengan faktor risiko terjadinya
risiko terhadap jenis kelamin pada kanker kandun kemih dibutuhkan untuk
dibawah 40 tahun dengan yang berusia diatas 40 tahun, maka sangat jelas bahwa
terdapat peningkatan proporsi pada pasien dengan jenis kelamin perempuan.19 Hal
ini mungkin terjadi akibat gejala pada kanker kandung kemih yang tidak spesifik
ultrasonografi dan cystoscopy sehingga lesi akan lebih cepat untuk diidentifikasi.19
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kanker kandung kemih pada usia
muda tergolong jarang. Dari seluruh penderita kanker kandung kemih di usia
tergolong jarang namun terdapat peningkatan proporsi pada pasien dengan usia
muncul pada pasien dengan usia muda merupakan tipe urothelial carcinoma,
grading, tipe non-muscle invasive merupakan tipe yang paling banyak muncul
seperti tatalaksana pada kanker usia muda sehingga dapat memberikan prognosis
https://uroweb.org/guideline/non-muscle-invasive-bladder-cancer/
3. Takure AO, Odubanjo MO, Adebayo SA, Oluwasola O, Shittu OB, Okeke
42.
5. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Moore Clinically Oriented Anatomy.
2006;17(9):1360–9.
37
38
Histopathol. 2003;18(1):259–74.
10. Telli O, Sarici H, Ozgur BC, Doluoglu OG, Sunay MM, Bozkurt S, et al.
2014;30(9):466–70.
11. Chalasani V, Chin JL, Izawa JI. Histologic variants of urothelial bladder
13. Rayn KN, Hale GR, Agarwal PK. New therapies in nonmuscle invasive
CALMETTE – GUERIN.
14. Matulay JT, Kamat AM. Advances in risk stratification of bladder cancer to
39
Status : 2018;7(0):1–13.
15. Flaig TW, Spiess PE, Agarwal N, Bangs R, Boorjian SA, Buyyounouski
Netw. 2018;16(9):1041–53.
17. Knowles MA. Molecular pathogenesis of bladder cancer. Int J Clin Oncol.
2008;13(4):287–97.
8579(08)00107-1