Oleh:
KELOMPOK 4
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Asuhan keperawatan kelompok kami.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Tidak luput pula
kami mengucapkan terimakasih kepada perceptor yang membimbing kami dalam
penyusunan Asuhan Keperawatan kelompok ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah (ACS) Acute Coronary Syndrome
NSTEMI ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
ii
2.4 Etiologi ................................................................................................................. 20
2.5 Patofisiologi ......................................................................................................... 22
2.6 Manifestasi Klinis ................................................................................................ 26
2.7 Komplikasi ........................................................................................................... 27
2.8 Diagnosa .............................................................................................................. 27
2.9 Pengobatan ........................................................................................................... 28
2.10 Faktor Resiko .................................................................................................... 31
2.11 Pencegahan ........................................................................................................ 31
2.12 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 31
2.13 Penatalaksanaan ................................................................................................ 33
iii
BAB V PENUTUP.................................................................................................... 74
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 74
5.2 Saran .................................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Jantung adalah pusat fungsi tubuh yang fungsional karena peranannya sebagai
pemompa darah agar dapat mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah arteri
dan vena (Susilawati, 2014). Penyakit jantung sendiri merupakan penyakit pembunuh
nomor satu didunia terutama pada kalangan dewasa dan yang berusia tua. Menurut
catatan WHO di tahun 2015, angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh
darah diperkirakan akan meningkat menjadi 20 juta jiwa dan ditahun 2030 akan
meningkat kembali hingga mencapai angka 23,6 juta jiwa penduduk. Penyakit jantung
koroner merupakan sebuah penyakit kompleks yang disebabkan oleh menurunnya atau
terhambatnya aliran darah pada satu atau lebih arteri yang mengelilingi dan mengsuplai
darah ke jantung (Nor, 2011).
Berdasarkan latar belakang yang sudah di ungkapkan di atas terdapat masalah yang
perlu dipecahkan sebagai berikut:
1
1.1.6 Bagaimana asusuhan keperawatan pada paseien dengan ACS NSTEMI di
Ruang ICCU?
1.2 Tujuan
Makalah ini disusun dengan pertimbangan adanya beberapa tujuan yang ingin
dicapai. Beberapa tujuan makalah ini sebagai berikut:
1.2.1 Sebagai bentuk pemenuhan penugasan mata kuliah Kardiovaskuler.
1.2.2 Mendiskripsikan definisi penyakit acute coronary syndrom.
1.2.3 Mendiskripsikan etiologi penyakit acute coronary syndrom.
1.2.4 Mendiskripsikan patofisiologi penyakit acute coronary syndrom.
1.2.5 Mendiskripsikan manifestasi klinis penyakit acute coronary syndrom.
1.2.6 Mendiskripsikan pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan penyakit acute
coronary syndrom.
1.2.7 Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan ACS NSTEMI di Ruang ICCU.
1.3 Manfaat
Setelah membaca makalah tentang acute coronary syndrom ini diharapkan dapat
memberikan manfaat :
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar.1 Arteri Koroner
2.2 Definisi
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah kejadian kegawatan yang diakibatkan
oleh gangguan pada pembuluh darah Koroner yang bersifat progresif, terjadi
perubahan secara tiba-tiba dari stabil menjadi tidak stabil. (Susilo., 2013;
Oktavianus & Sari., 2014).
Sindrom Koroner Akut adalah suatu kadaan gawat darurat jantung dengan
manifestasi klinik brupa perasaan tidak enak didada atau gejala- gejala lain
sehingga akibat dari iskemia miokard. Sindrom Koroner Akut adalah istilah untuk
tanda-tanda klinis dan gejala iskemia miokard: angina tidak stabil, non ST segmen
elevasi infark miokard, dan elevasi ST segmen infark myocard. Sindrom Koroner
Akut merupakan satu dari tiga penyakit pembuluh darah arteri koroner, yaitu:
STEMI, non STEMIdan unstable angina pectoris. (mulyadi., 2015)
Suatu spektrum penyakit dengan etiologi bermacam-macam, terdapat
ketidakseimbangan antara pemberian dan kebutuhan oksigen miokardium
Meliputi STEMI, non-STEMI, dan angina tak stabil. (Widya., 2014).
Acute coronary syndrome (ACS) mengacu pada spektrum presentasi klinis
mulai dari ST-I sampai elevasi miokard ST-segmen sampai presentasi yang
ditemukan pada infark miokard elevasi non-ST-segmen (NSTEMI) atau angina
yang tidak stabil. Dalam hal patologi, ACS hampir selalu dikaitkan dengan ruptur
4
plak aterosklerotik dan trombosis parsial atau lengkap dari arteri terkait infark.
Namun, dalam beberapa kasus, penyakit arteri koroner yang stabil dapat
mengakibatkan ACS jika tidak ada ruptur plak dan trombosis, ketika stres
fisiologis (misalnya trauma, kehilangan darah, anemia, infeksi, takiaritmia)
meningkatkan tuntutan pada jantung. Diagnosis infark miokard akut dalam setting
ini memerlukan temuan kenaikan dan penurunan penanda biokimia nekrosis
miokard selain minimal 1 dari yang berikut:
a. Gejala iskemik
b. Perkembangan gelombang Q patologis pada elektrokardiogram (EKG)
c. Perubahan ST-segment-T wave (ST-T) yang signifikan atau blok cabang
bundel kiri yang baru (LBBB)
d. Bukti pencitraan hilangnya miokardium baru yang baru atau kelainan gerak
dinding regional yang baru
e. Trombus introsoroner diidentifikasi dengan angiografi atau otopsi
(Sumber: Coven. 2016)
5
menjadi cabang epikardial yang memperdarahi epikard dan bagian luar
dari miokard dan cabang profunda yang memperdarahi endokard dan
miokard bagian dalam. (Oktavianus & Sari., 2014)
Infark miokardium menunjukan terbentuknya suatu daerah
nekrosis miokardium akibat iskemia total. Infark miokardium akut
yang dikenal sebagai “serangan jantung”, merupakan penyebab tunggal
tersering kematian diindustri dan merupakan salah satu diagnosis rawat
inap tersering di negara maju.
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun
secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak arterosklerosik yang
sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang
secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya
banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri
koroner terjadi secara cepat pada lokasi injurivaskular, dimanainjuri ini
di cetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi dan
akumulasi lipid. (Muliadi. 2015).
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian
otot jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner
oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor
dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST
elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh
darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya
benar-benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-
oksigen dan mati. (Putra. 2012)
STEMI adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen
akibat trombus arteri koroner. Terjadinya trombus disebabkan oleh
ruptor plak yang kemudian di ikuti oleh pembentukan trombus oleh
trombosit. STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun
secara mendadak. Infark mokard akut dengan elevasi ST (ST elevation
myiocardinal infrarction = STEMI) merupakan bagian dari spektrum
6
koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina pektoris tak stabil, IMA
tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST (Masturah.2012).
Elevasi segmen ST, Kondisi ini disebut ACS elevasi ST dan
umumnya refleksi Oklusi koroner total akut. Sebagian besar pasien
pada akhirnya Kembangkan ST-Elevation myocardial infarction
(STEMI). Itu Pengobatan utama pada pasien ini adalah reperfusi segera
Dengan angioplasti primer atau terapi brinolitik. (Roffi. 2016)
7
b. Etiologi
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat
pada lokasi injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor
seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
a. Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
b. Penyempitan aterorosklerotik
c. Trombus
d. Plak aterosklerotik
e. Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
f. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
g. Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
h. Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
i. Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.
(Putra. 2012)
c. Patofisiologi
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun
secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang
sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang
berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI karena
berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika
trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis
mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau
sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada
lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian
histology menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture
jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich
core). (Putra. 2012)
8
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat
mengenai endokardium sampai epikardium, disebut infark transmural,
namun bisa juga hanya mengenai daerah subendokardial, disebut infark
subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan, infark sudah
dapat terjadi pada subendokardium, dan bila berlanjut terus rata-rata
dalam 4 jam telah terjadi infark transmural.
Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium
menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis
miokard sudah komplit, proses remodeling miokard yang mengalami
injury terus berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena
daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi. (Putra.
2012).
d. Manifestasi Klinis
1. Keluhan utama klasik: nyeri dada sentral yang berat, seperti rasa
terbakar, ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas,
dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang
dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai: berkeringat,
pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
2. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
3. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal
jantung akut.
4. Bisa atipik:
a. Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
b. Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau
gagal jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.
(Putra.2012).
9
e. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:
1. Disfungsi ventrikuler
2. Gangguan hemodinamik
3. Gagal jantung
4. Syok kardiogenik
5. Perluasan IM
6. Emboli sitemik/pilmonal
7. Perikardiatis
8. Ruptur
9. Ventrikrel
10. Otot papilar
11. Kelainan septal ventrikel
12. Disfungsi katup
13. Aneurisma ventrikel
14. Sindroma infark pascamiokardias
(Putra.2012)
f. Faktor Resiko
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Suku bangsa dan warna kulit
d) Genitik
2) Faktor yang dapat dimodifikasi:
a) Hipertensi
b) Hiperlipidemia
c) Merokok
d) Diabetes mellitus
e) Kegemukan
10
f) Kurang gerak dan kurang olahraga
g) Konsumsi kontrasepsi oral.
(Rizky. 2014)
g. Penatalakanaan
1. Syok kardiogenetik
a. Terapi O2, Jika tekanan darah sistolik <70 mmHg dan terdapat
tanda syok diberikan norepinefrin.
b. Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg dan terdapat tanda syok
diberikan dopamin dosis 5-15 ug/kgBB/menit.
c. Jika tekanan darah sistolik <90 mmHg namun tidak terdapat
tanda syok diberikan dobutamin dosis 2-20 ug/kgBB/menit.
d. Revaskularisasi arteri koroner segera, baik PCI atau CABG,
direkomendasikan pada pasien <75 tahun dengan elevasi ST
atau LBBB yang mengalami syok dalam 36 jam IMA dan ideal
untuk revaskularisasi yang dapat dikerjakan dalam 18 jam syok,
kecuali jika terdapat kontraindikasi atau tidak ideal dengan
tindakan invasif.
e. Terapi trimbolitik yang diberikan pada pasien STEMI dengan
syok kardiogenik yang tak ideal dengan trapi invasif dan tidak
mempuyai kontraindikasi trombolisis.
f. Intra aortic ballo pump (IABP) direkomendasikan pasien
STEMI dengan syok kardiogenik yang tidak membaik dengan
segera dengan terapi farmakologis, bila sarana tersedia.
11
a. Pertahankan preload ventrikel kanan.
b. Loading volume (infus NaCL 0,9 %) 1-2 liter cairan jam I
selanjutnya 200ml/jam (terget atrium kanan >10 mmHg
(13,6cmH20).
c. Hindari penggunaan nitrat atau diuretik.
d. Pertahankan sinkroni A-V dan bradikardial harus dikoreksi.
Pacu jantung sekuensial A-V pada blok jantung derajat tinggi
simtomatik yang tidak repon dengan atropi
e. Diberikan inotropik jika curah jantung tidak meningkat setelah
loading volume.
f. Kurangi afterload ventrikel kanan sesuai dengan disfungsi
ventrikel kiri.
g. Pompa balon intra-aortik.
h. Vasolidator arteri (nitropospid, hidralazin)
i. Penghambat ACE
j. Reporfusi
k. Obat trombolitik
l. Percutaneous coronari intervention (PCI) primer
m. Coronary arteru bypass graft (GABG) (pada pasien tertentu
dengan penyakit multivesel).
12
b. Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik, menetap yang diikuti
dengan angina , edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90
mmHg ) harus diretapi dengan shock synchoronized energi awal
100 J. Energi dapat ditingkatkan jika dosis awal gagal.
c. Takikardia vebtrikel (VT) monomorfik yang tidak disertani
angina, edema paru dan hipotensi (tekanan darah<90 mmHg)
diterapi salah satu regimen berikut:
1) Lidokain: bolus 1-1-5mh/kg. Bolius tambahan 0,5-
0,75mg/kg tiap 5-10 menit sampai dosis loding total
maksimal 3 mg/kg. Kemudian loading selanjutnya dengan
infus 2-4 mg/ menit(30-50 ug/lg/menit).
2) Disopiramid: bolus 1-2 mg/kg dalam 5-10 menit,
dilanjutkan dosis pemeliharaan 1 mg/kg/jam.
3) Amiodaron: 150mg infus selama 5-10 menit atau 5 ml/kgBB
20-60 menit, dilanjutkan infus tetap 1 mg/menit selama 6
jam dan kemudian infus pemeliharaan 0,5 mg/menit.
4) Kardioversi elektrik synchoronized dimulai dosis 50 J (
anestasi sebelumnya).
13
a. Definisi
Non ST-Elevation Myocardial Infraction (NSTEMI) yang
sering disebut dengan istilah non Q-wave MI atau sub-endocardial
MI. Pada beberapa pasien dengan NSTEMI, mereka memiliki
resiko tinggi untuk terjadinya kemacetan pembuluh darah koroner,
yang dapat menyebabkan kerusakan miokardium yang lebih luas
dan aritmia yang dapat menyebabkan kematian. Resiko untuk
terjadinya sumbatan dapat terjadi pada beberapa jam pertama dan
menghilang dalam seiring dengan waktu. (Juliawan, 2012)
ST-Elevation Myocardial Infraction (STEMI) didefinisikan
sebagai nekrosis miokardium yang disebabkan oleh tidak
adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut arteri koroner
yang ditandai dengan adanya segmen ST elevasi pada EKG.
Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh repture plak,
atheroma pada arteri koroner yang kemudian diikuti oleh
terjadinya thrombosis, vasokonstriksi, reaksi inflamasi, dan
mikroembolisasi distal. Kadang-kadang sumbatan akut ini dapat
pula disebebkan oleh spame arteri koroner, emboli atau vasculitis.
(Oktavianus & Sari., 2014)
Pada prinsipnya, gejala dan manifestasi klinis dari non STEMI
adalah sama dengan gejala pada unstable angina pectoris (UAP).
Diantara tandanya yaitu:
1. Biasanya pada gambaran EKG tampak normal, tetapi
dijumpai adanya T interved dan adanya gelombang ST
depresi
2. Enzim jantung umumnya normal
3. Terjadi injuri pada bagian dari miokard
4. Dapat sedikit lega atau untuk sementara waktu dengan
istirahat dan nitrogliserin (Oktavianus & Sari., 2014)
14
NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi ST yang
terjadi dengan mengembangkan oklusi lengkap arteri koroner kecil
atau oklusi parsial arteri koroner utama yang sebelumnya terkena
aterosklerosis. Hal ini menyebabkan kerusakan ketebalan parsial
otot jantung. Jumlah NSTEMI sekitar 30% dari semua serangan
jantung. (Anggraeni, 2014).
Nyeri dada lebih dari 20 menit dengan lokasi khas substernal
atau kadang kala di epigastrium dengan ciri seperti di peras,
perasaan seperti di ikat, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa
penuh, berat atau tertekan, menjadi persentasi gejala yang sering
di temukan pada penderita NSTEMI. Pada EKG ditemukan deviasi
ST segmen depresi > 0,5mm, dapat disertai dengan gelombang T
inverse. Biomarker miokard ditandai dengan peningkatan CKMB
> 25 µ/l dan Troponin T positif > 0,03. Gejala tidak khas seperti
dispnea, mual, diaforesis, sinkop atau nyeri di lengan, epigastrium,
bahu atas atau leher juga terjadi dalam kelompok yang lebih besar
pada pasien-pasien berusia lebih dari 65 tahun. (Muliadi. 2015)
15
Gambar. 4 Non-ST Elevasi Miokard Infark (NONSTEMI)
b. Etiologi
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh
obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau
proses vasokonstriksi koroner, sehingga terjadi iskemia miokard
dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan miokard dengan derajat
lebih kecil, biasanya terbatas pada subendokardium. Keadaan ini
tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun
menyebabkan pelepasan penanda nekrosis.
Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang
dihasilkan dari penyempitan arteri koroner disebabkan oleh
thrombus nonocclusive yang telah dikembangkan pada plak
aterosklerotik terganggu. Penyempitan abnormal dari arteri
koroner mungkin juga bertanggung jawab. (Apriliya. 2015)
c. Patofiologi
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh
obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut atau
vasokontriksi koroner. Thrombosis akut pada arteri koroner
diawali dengan adanya rupture plak yang tak stabil. Plak yang
tidak stabil ini mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos
yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan
16
yang tinggi. Inti lemak yang cenderung rupture mempunyai
konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh
yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag
dan limfosit T yang menunjukkan adanya proses inflamasi. Sel-sel
ini akan mengeluarkan sel sitokin proinflamasi seperti TNFα, dan
IL-6 akan merangsang pengeluaran hsCRF di hati. (Anggraeni.
2014).
d. Manifestasi Klinis
1. Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada
angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina biasanya
nyeri akan hilang dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak.
Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai
dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan takut. Biasanya
nyeri dada menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke
epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang terasa
hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau
penderita DM berkaitan dengan neuropathy.
2. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, disamping itu perasaan
cemas bisa menimbulkan hipervenntilasi. Pada infark yang
tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya
disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3. Gejala Gastrointestinal
17
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah,
dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi
diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan.
4. Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia
ventrikel, gelisah.
e. Komplikasi
1) Ruptur Jantung
2) Ruptur septal
3) Ruptur Otot Papilaris
4) Cardiac Arrest
5) VT (Ventricular Tachycardia)
6) SVT (Supraventricular Tachycardia) (Risky.2014)
f. Faktor Resiko
1. Dapat Diubah (dimodifikasi)
1) Diet (hiperlipidemia)
2) Rokok
3) Hipertensi
4) Stress
5) Obesitas
6) Kurang aktifitas
7) Diabetes Mellitus
8) Pemakaian kontrasepsi oral
2. Tidak dapat diubah
1) Usia
2) Jenis Kelamin
3) Ras
18
4) Herediter
5) Kepribadian tipe A
(Risky, 2014)
g. Pemeriksaan penunjang
1. Biomarker Jantung:
Troponin T dan Troponin I
Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai
peranan yang sangat penting pada diagnostik, stratifikasi
dan pengobatan penderita Sindroma Koroner Akut (SKA).
Troponin T mempunyai sensitifitas 97% dan spesitifitas
99% dalam mendeteksi kerusakan sel miokard bahkan yang
minimal sekalipun (mikro infark). Sedangkan troponin I
memiliki nilai normal 0,1. Perbedaan troponin T dengan
troponin I:
- Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton,
suatu komponen inhibitorik yang berfungsi mengikat
aktin.
- Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton
yang berfungsi mengikat tropomiosin.
19
inversi gelombang T menetap, biasanya didapatkan kenaikan
kadar troponin, dan diagnosisnya menjadi NSTEMI.
2.4 Etiologi
20
seperti yang dihasilkan dari tenaga, stres emosional, atau stres fisiologis (misalnya, dari
dehidrasi, kehilangan darah, hipotensi, infeksi, tirotoksikosis, atau operasi).
Sebuah sindrom yang terdiri dari nyeri dada, iskemik ST-segmen dan T-
gelombang perubahan, peningkatan kadar biomarker cedera miosit, dan sementara
ventrikel kiri apikal balon (sindrom Takotsubo) telah terbukti terjadi dalam ketiadaan
CAD klinis, setelah emosional atau stres fisik. Etiologi sindrom ini tidak dipahami
dengan baik tetapi diduga berhubungan dengan lonjakan hormon stres katekol dan /
atau sensitivitas tinggi terhadap hormon tersebut. Kadar glukosa darah awal tampaknya
menjadi faktor risiko independen untuk acara jantung samping utama (MACE) di
gawat darurat (ED) pasien yang diduga ACS.
Dalam sebuah analisis data dari 1708 pasien Australia dan Selandia Baru dalam
sebuah studi observasional prospektif, peneliti mencatat MACE sebuah terjadi dalam
waktu 30 hari dari presentasi di 15,3% dari pasien yang ED kadar glukosa darah masuk
berada di bawah 7 mmol / L (sekitar 126 mg / dL); Namun, dalam periode waktu yang
sama, MACE itu terjadi di dua kali lebih banyak pasien (30,9%) yang darahnya glukosa
tingkat berada di atas 7 mmol / L. Setelah mengendalikan berbagai faktor, pasien yang
21
memiliki kadar glukosa darah masuk dari 7 mmol / L atau lebih tinggi berisiko 51%
lebih tinggi mengalami MACE dibandingkan dengan pasien yang memiliki kadar
glukosa darah awal yang lebih rendah. prediktor signifikan lainnya dari MACE
termasuk seks pria, usia yang lebih tua, riwayat keluarga, hipertensi, dislipidemia,
temuan iskemik pada ECG, dan troponintests positif. (Coven., 2016)
2.5 Patofisiologi
22
lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan menyumbat arteri koroner dan kapiler di
sebelah distal plak yang pecah. Hal ini di dukung dengan struktur arteri koroner yang
rentan terhadap ateroskerosis, dimana arteri koroner tersebut berpilin dan berkelok-
kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya
ateroma.
Dari klasifikasinya, maka ACS dapat dilihat dari dua aspek, yaitu Iskemik dan
Infark.Iskemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen yang bersifat sementara dan
reversibel. Penurunan suplai oksigen akan meningkatkan mekanisme metabolisme
anaerobik. Iskemia yang lama dapat menyebabkan kematian otot atau nekrosis.
Keadaan nekrosis yang berlanjut dapat menyebabkan kematian otot jantung (infark
miokard). Ventrikel kiri merupakan ruang jantung yang paling rentan mengalami
iskemia dan infark, hal ini disebabkan kebutuhan oksigen ventrikel kiri lebih besar
untuk berkontraksi. Metabolisme anaerobik sangat tidak efektif selain energi yang
dihasilkan tidak cukup besar juga meningkatkan pembentukan asam laktat yang dapat
menurunkan PH sel (asidosis). Iskemia secara khas ditandai perubahan EKG: T inversi,
dan depresi segmen ST. Gabungan efek hipoksia, menurunnya suplai energi, serta
asidosis dapat dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi
pada daerah yang terserang mengalami gangguan, serabut ototnya memendek, serta
daya kecepatannya menurun. Perubahan kontraksi ini dapat menyebakan penurunan
curah jantung. Iskemia dapat menyebabkan nyeri sebagai akibat penimbunan asam
laktat yang berlebihan. Angina pektoris merupakan nyeri dada yang menyertai iskemia
miokardium.
Angina pektoris dapat dibagi: angina pektoris stabil (stable angina), angina
pektoris tidak stabil (unstable angina), angina variant (angina prinzmetal). Angina
Pektoris Stabil: Nyeri dada yang tergolong angina stabil adalah nyeri yang timbul saat
melakukan aktifitas. Rasa nyeri tidak lebih dari 15 menit dan hilang dengan istirahat.
Angina Pektoris Tidak Stabil (UAP): Pada UAP nyeri dada timbul pada saat istirahat,
nyeri berlangsung lebih dari 15 menit dan terjadi peningkatan rasa nyeri. Angina
Varian: Merupakan angina tidak stabil yang disebabkan oleh spasme arteri koroner.
23
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 menit dapat menyebabkan kerusakan
sel yang ireversibel dan kematian otot (nekrosis). Bagian miokardium yang mengalami
nekrosis atau infark akan berhenti berkontraksi secara permanen (yang sering disebut
infark). (Juliawan., 2012)
Kebutuhan akan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh
darah yang terserang penyakit menyebabkan iskemia miokardium local. Iskemia yang
bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan
jaringan, dan menekan fungsi miokardium. (Oktavianus & Sari., 2014)
Arteriosclerosis
Trombosis koroner
Konstriksi arteri koronaria
WOC ACUTE
CORONARY SYNDROM Aliran darah
O2 & nutrisi
24 Miokardium
Infark
Infark transmural Infark
Subendokardial
Iskemia jaringan,
D.0001 Resiko
penurunan curah
jantung
Mekanisme kompensasi
mempertahankan curah
jantung dan perfusi perifer
Reflek simpatis
COP vasokonstriksi sistem
retensi Na dan air
Hipertrofi
ventrikel kiri
Pengembangan paru
tidak optimal
25
keparahan gejala.Biasanya, angina merupakan gejala iskemia miokard yang muncul
dalam keadaan kebutuhan oksigen meningkat.Hal ini biasanya digambarkan sebagai
sensasi tekanan dada atau berat yang direproduksi oleh kegiatan atau kondisi yang
meningkatkan kebutuhan oksigen miokard.Sebuah kasus baru dari angina lebih sulit
untuk mendiagnosis karena gejala sering tidak jelas dan mirip dengan yang disebabkan
oleh kondisi lain (misalnya, gangguan pencernaan, kecemasan).
Namun, tidak semua pasien mengalami nyeri dada. Mereka mungkin hadir
dengan hanya leher, rahang, telinga, lengan, atau ketidaknyamanan epigastrium.
Beberapa pasien, termasuk beberapa yang sudah lanjut usia atau yang memiliki
diabetes, hadir dengan tidak ada rasa sakit, mengeluh hanya sesak episodik napas,
kelemahan yang parah, pusing, diaphoresis, atau mual dan muntah. Orang-orang tua
juga dapat hadir hanya dengan perubahan status mental. Mereka dengan status mental
yang sudah ada sebelumnya diubah atau demensia mungkin tidak ingat gejala baru-
baru ini dan mungkin tidak memiliki keluhan. Selain itu, ada bukti bahwa perempuan
lebih sering memiliki acara koroner tanpa gejala yang khas, yang dapat menjelaskan
kegagalan sering dokter untuk awalnya mendiagnosa ACS pada wanita.
Aterosklerosis adalah penyebab utama dari ACS, dengan sebagian besar kasus
terjadi dari gangguan lesi sebelumnya nonsevere. Keluhan yang dilaporkan oleh pasien
dengan ACS meliputi berikut ini:
1. Palpitasi
2. Nyeri, yang biasanya digambarkan sebagai tekanan, meremas, atau sensasi
terbakar di prekordium dan dapat menyebar ke leher, bahu, rahang, punggung,
perut bagian atas, atau lengan baik
3. dyspnea saat aktivitas yang memecahkan dengan rasa sakit atau istirahat
4. Diaforesis dari debit simpatik
5. Mual dari stimulasi vagal
6. toleransi latihan menurun
26
Angina stabil melibatkan rasa sakit episodik yang berlangsung 5-15 menit,
diprovokasi oleh tenaga, dan dibebaskan dengan istirahat atau nitrogliserin.Dalam
angina tidak stabil, pasien mengalami peningkatan risiko kejadian kardiak yang
merugikan, seperti infark miokard atau kematian.Baru-onset angina exertional dapat
terjadi saat istirahat dan meningkatkan frekuensi atau durasi atau refrakter terhadap
nitrogliserin.angina varian (Prinzmetal angina) terjadi terutama saat istirahat, dipicu
oleh merokok, dan diduga disebabkan oleh vasospasme koroner. (Coven., 2016)
2.7 Komplikasi
1. Aritmia
2. Emboli Paru
3. Gagal Jantung
4. Syok Kardiogenik
5. Kematian mendadak
6. Abeurisma Ventrikel
7. Ruptur septum Ventrikuler
8. Ruptur muskulus papilaris
(Oktavianus & Sari., 2014)
2.8 Diagnosa
1. Perikarditis akut
2. Gangguan kecemasan
3. Stenosis aorta
4. Asma
5. Dilatasi kardiomiopati
6. Pengobatan Gangguan Gastroenteritis
7. Esophagitis
8. Keadaan Darurat Hipertensi dalam Pengobatan Darurat
9. Infark miokard
10. Miokarditis
(Coven., 2016)
2.9 Pengobatan
27
iskemia yang sedang berlangsung harus menerima intervensi medis agresif sampai
tanda iskemia, seperti yang ditentukan oleh gejala dan EKG, sembuh.
Terapi awal untuk ACS harus fokus pada menstabilkan kondisi pasien,
mengurangi nyeri iskemik, Dan pemberian terapi antitrombotik untuk mengurangi
kerusakan miokard dan mencegah iskemia lebih lanjut.
Pasien berisiko tinggi dengan infark miokard non-ST elevasi segmen (NSTEMI
ACS) seharusnya Menerima perawatan agresif, termasuk aspirin, clopidogrel, heparin
tak terfragmentasi atau molekul rendah-Berat heparin (LMWH), blocker glikoprotein
IIb / IIIa platelet IV (misal tirofiban, Eptifibatide), dan beta blocker. Tujuannya adalah
revaskularisasi awal.
28
Oksigen yang dilembabkan dapat mengurangi risiko mimisan pada pasien
dengan ACS yang menerima Antiplatelet dan terapi antitrombin. Jangan berikan nitrat
jika pasien hipotensi (tekanan sistolik <90 mmHg); Jika RV infarction, Efusi
perikardial besar, atau stenosis aorta berat dicurigai; Atau jika pasien baru saja
menerima Penghambat phosphodiesterase-5 (misalnya sildenafil).
Gagal jantung kongestif (CHF) bisa jadi karena disfungsi sistolik atau disfungsi
diastolik di Pengaturan infark miokard. Perlakuan agresif diindikasikan untuk
mencegah pemburukan situasi. Pasien yang mengalami syok kardiogenik harus
menjalani intervensi koroner perkutan (PCI) sesegera mungkin. Kejutan kardiogenik
dikaitkan dengan tingkat kematian yang tinggi. Pressor Agen, seperti dopamin, dan
agen inotropik, seperti dobutamin, mungkin diperlukan. Di sebuah Prospektif, studi
sejarah alami aterosklerosis koroner, pasien menjalani 3-pembuluh darah Angiografi
koroner dan skala abu-abu dan pencitraan ultrasonografi intravaskular radiofrekuensi
Setelah PCI Iskemia rekuren mungkin disebabkan oleh reperfusi yang tidak lengkap.
Dalam setting PCI, pertimbangkan stent Trombosis sebagai penyebab yang mungkin.
Apakah stent obat-eluting memiliki tingkat trombosis yang meningkat Dibandingkan
dengan stent metal telanjang tidak jelas.
29
direncanakan, infark miokard dan kejadian jantung utama yang merugikan. Stent drug-
eluting dikaitkan dengan risiko periprosedural yang lebih sedikit namun cenderung
memiliki insidensi tinggi Komplikasi postprocedural termasuk infark miokard,
prosedur berulang, dan 12 bulan Komplikasi jantung dan otak utama yang merugikan,
dibandingkan dengan operasi bypass koroner. Satu studi oleh Ribichini dkk
menunjukkan bahwa pengobatan prednison setelah stent logam telanjang atau
Implantasi stent drug-eluting menghasilkan ketahanan hidup bebas yang lebih baik
pada 1 tahun. Dalam laporan akhir percobaan HORIZONS-AMI, yang menilai hasil 3
tahun dari Efektivitas dan keamanan monoterapi bivalirudin dan stent paclitaxel-
eluting, hasilnya Dipertahankan untuk pasien dengan STEMI yang menjalani PCI
primer.
Dalam sebuah penelitian terhadap 3031 pasien, Mehta dkk menemukan bahwa
intervensi dini (angiografi koroner <atau = 24 jam setelah pengacakan) pada pasien
dengan ACS tidak berbeda jauh dengan intervensi tertunda (Pengambilan gambar
koroner> atau = 36 h) dalam pencegahan hasil primer (yaitu, Gabungan kematian,
infark miokard, atau stroke pada 6 bulan). Intervensi awal memang mengurangi tingkat
suku bunga Hasil sekunder (yaitu kematian, infark miokard, atau iskemia refraktori
pada 6 bulan) dan Meningkatkan hasil primer pada pasien yang memiliki risiko
tertinggi (yaitu, skor risiko GRACE> 140).
30
Faktor-faktor yang menyebabkan risiko terhadap sindrom koroner akut sama
dengan penyakit jantung lainnya yaitu:
a. Orang-orang usia lanjut (umur 45 tahun ke atas untuk pria dan 55 tahun
ke atas untuk wanita)
b. Tekanan darah tinggi
c. Kadar kolestrol tinggi
d. Merokok
e. Jarang berolahraga
f. Diabetes tipe 2
g. Riwayat keluarga: jika ada anggota keluarga kandung Anda yang
memiliki sakit dada, penyakit jantung, stroke, atau meninggal mendadak.
2.11 Pencegahan
a. Olahraga teratur
b. Hindari merokok
c. Hindari minuman beralkohol
d. Makan makanan yang sehat rendah kolesterol, lemak jenuh dan garam
31
9) Kolesterol atau Trigliserida serum
10) Meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai penyebab IMA.
b. Rontgen Dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung (CTR > 50 %)
diduga gagal jantung atau aneurisma ventrikuler
c. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi ventrikel, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
d. Pemeriksaan pencitraan nuklir
Talium: mengevaluasi aliran darah miokard dan status sel miokard misal
lokasi atau luasnya AMI.
e. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pada fase
AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
f. Treatmill test
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan
(Muliadi., 2015)
2.13 Penatalaksanaan
Keberhasilan terapi SKA bergantung pada pengenalan dini gejala dan
transfer pasien segera ke unit/instalasi gawat darurat. Terdapat 3 hal yang harus
dilakukan pada penderita dengan infark miokard, yaitu:
a. Memantapkan terbukanya arteri koroner dapat dengan cara fibrinolitik,
angioplasti, atau CABG.
32
b. Menjaga agar arteri koroner tetap terbuka dengan antikoagulan atau dengan
anti platelet.
c. Mencegah meluasnya kerusakan miokard lebih lanjut dengan mengurangi
oksigen demand atau mencukupi kebutuhan oksigen.
33
Penatalaksanaan untuk SKA adalah Primary PCI (Percutaneus Coronary
Intervention) dan fibrinolitik. Primary PCI dapat dikerjakan dalam 60 menit di ruang
kateterisasi. Meskipun Primary PCI bermanfaat untuk melebarkan pembuluh
darahyang menyempit, dalam kenyataannnya juga memiliki komplikasi. Komplikasi
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu yang secara umum berkaitan dengan
kateterisasi arteri dan yang berhubungan dengan teknologi yang spesifik yang
digunakan untuk prosedur pada koroner (AHA, 2001, dalam Meilany, 2011). Berikut
ini beberapa kompilasi paska pemasangan stent
Onset lebih dari 12 jam. Jika kondisi stabil rawat CVC kurang dari 48 jam, rawat
ruang intermediate atau ruang rawat biasa jika onset lebih dari 48 jam, echokardiografi
dan angiografi koroner dalam 24 jam. Pada pasien tidak stabil dilakukan PCI dini.
Indikasi PCI dini adalah:
BAB III
METODE PENULISAN
34
Jenis penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah deskriptif dan observasi
dalam bentuk studi kasus yang bertujuan mengeksplorasi masalah asuhan
keperawatan pada klien Acute Coronary Syndrome (ACS) NSTEMI. Pendekatan
yang digunakan adalah asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
35
2. Waktu
Studi kasus ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal pada tahun 2019. Lama
waktu perawatan 3 hari.
36
3.7 Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan standar kebenaran suatu data berupa data yang valid
dan aktual. Pada studi kasus ini data diperoleh dari :
1. Data primer
Sumber data yang dikumpulkan dari klien yang dapat memberikan informasi
yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya,
meliputi keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi.
2. Data sekunder
Sumber data yang dikumpulkan dari orang terdekat pasien (keluarga), seperti
orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan klien
meliputi riwayat penyakit keluarga, peran keluarga dalam perawatan pasien
di rumah maupun di rumah sakit.
37
sedangkan data objektif didapat dari observasi kepada pasien, kemudian
dibandingan antara klien yang satu dengan klien yang lainnya.
3. Penyajian data
Penyajian data dilakukan dengan cara penggunaan tabel dan bentuk naratif.
Nama pasien ditulis berupa inisial untuk menjaga privasi dari pasien. Data yang
disajikan berupa biodata klien, keluhan utama, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit sekarang, pemeriksaan fisik, data fokus, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian primer pada Ny. D didapatkan keluhan nyeri dada sejak sehari
sebelum dibawa kerumah sakit, nyeri dada kiri seperti ditimpa benda berat dan
menjalar ke lengan kiri hingga punggung belakang, nyeri dengan skala 4 dan
hilang timbul. Pasien tampak sesak dengan RR: 28 kali/menit, nadi
70kali/menit, suhu tubuh 36°C, dan TD: 100/60mmHg, SpO2 96%.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. D adalah Pola nafas tidak
efektif (D.0005), Resiko penurunan curah jantung (D.0011), Nyeri akut
(D.0077) dan Ansietas (D.0080).
3. Intervensi keperawatan yang direncanakan yaitu Dukungan ventilasi
(I.01002), Perawatan Jantung (I.02075), Manajemen nyeri (I.08238), dan
Reduksi Ansietas (I.09314).
4. Implementasi dilakukan selama 3 hari perawatan pasien di ICCU.
5. Evaluasi hari ke 4 klien dipindah ke ruang rawat inap karna kondisi stabil,
keluhan nyeri dada menurun, frekuensi nafas membaik RR: 18kali/menit,
tidak terpasang nasal kanul, dan ansietas menurun. ` `
5.2 Saran
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan refrensi
untuk perawatan pasien dengan Acute Coronary Syndrome (ACS), dan sebagai
perawat sebaiknya memahami dan dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan
dengan baik dan teliti agar terciptanya perawat yang professional dalam
menerapkan asuhan keperawatan secara komprehensif.
74
DAFTAR PUSTAKA
Oktavianus dan Febriana Sartika Sari. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Sistem
Kardiovaskuler Dewasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rizky Pribadi. 2014. “Non-ST Elevasi miokard Infark” (online). Januari 2014.
http://kalangkangmencrang.blogspot.co.id/2014/01/non-st-elevasi-
miokard-infark-nstemi.html diakses tanggal 5 Desember 2019.
Roffi Marco. (2016). “2015 ESC Guidelines for the management of acute
coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-
segment elevation”. European Heart Journal, is a available on the ESC
website http://www.escardio.org/guidelines 27 maret 2017 hal: 273