CA MAMMAE
Oleh :
Adillah Zati Hulwani 22304101042
Likha Navadiani Budiawan 22304101034
Gusti Tanjung Putra Rahayu 22304101026
Halaman Ju
Dosen Pembimbing
dr. Subchan Aga B., Sp. B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan kebenaran
sehingga dalam penyelesaian tugas ini kami dapat memilah antara yang baik dan
buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pada
Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam, yaitu dr. Subchan Aga B., Sp. B yang
memberikan bimbingan dalam menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sehingga dalam penyusunan
laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Laporan kasus ini membahas terkait definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis, dan manajemen penatalaksanaannya.
Kami menyadari dalam laporan ini belum sempurna secara keseluruhan oleh
karena itu kami dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan
penyelesaian laporan selanjutnya.
Demikian pengantar kami, semoga makalahini dapat bermanfaat bagi semua.
Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I .....................................................................................................................33
PENDAHULUAN .................................................................................................33
BAB II ....................................................................................................................34
LAPORAN KASUS...............................................................................................35
2.11 Komunikasi Informasi dan Edukasi ........... Error! Bookmark not defined.
Kanker adalah penyakit atau pertumbuhan ganas yang dapat terjadi pada
manusia, hewan dan tanaman. Kanker bersifat memperbanyak sel yang berlebihan,
umumnya embrional, mendesak dan menghancurkan jaringan disekitarnya
(invasive). Di negara maju, kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah
penyakit-penyakit kardiovaskular.
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru
yang didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di
negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Diperkirakan,
kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di
antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9
juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang
berkembang.
Kanker payu dara berdasarkan data WHO pada tahun 2010 menempati
urutan nomor dua sebagai penyebab kematian terbanyak, berada di bawah penyakit
kardiovaskuler. Pada tahun 2018 WHO menunjukkan data tiga penyebab kanker
tersering dalam insidensi maupun mortalitas dimana diantaranya adalah kanker
payudara pada wanita yang menduduki peringkat ke lima setelah kanker paru-paru
dan kanker colonrectum. Kanker payudara menempati urutan pertama sebagai jenis
kanker yang paling umum diderita oleh perempuan di dunia. Kanker payudara
memiliki kontribusi sebesar 24,2% dari total kasus baru kanker yang terdiagnosis
secara keseluruhan pada tahun 2018. Berdasarkan data dari IARC (International
Agency for Research on Cancer), pada tahun 2018 kanker payudara menempati
urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan dengan kasus baru sebesar
11,6% dan jumlah kematian 15 per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di
dunia.
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan
dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam
keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker
tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah.
Menurut IARC memperkiran insidens kanker payudara di Indonesia pada
tahun 2002 sebesar 26 per 100.000 perempuan. Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2013 dalam Depkes RI, insidens kanker pada tahun
2008 sampai 2012 mengalami peningkatkan dari 12,7 juta kasus meningkat menjadi
14,2 juta kasus.
Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat, akan tetapi mortalitas dan insidensi kanker payudara masih tetap tinggi
karena penderita ditemukan pada stadium lanjut. Kanker payudara jarang terjadi
rasa sakit, nyeri atau sering tidak ada keluhan, sehingga sekitar 90% ditemukan saat
pemeriksaan payudara sendiri ketika ada benjolan. Keluhan baru muncul pada
tingkat pertumbuhan yang lanjut. Hal ini menyebabkan penderita kanker payudara
merasa tidak perlu pergi berobat karena tidak ada keluhan sehingga tumor dibiarkan
tumbuh tanpa menyadari bahaya yang akan terjadi. Penanganan kanker payudara
lebih awal akan memberikan harapan kesembuhan serta harapan hidup yang lebih
baik, sehingga kita perlu untuk mengetahui tanda-tanda terjadinya keganasan pada
kanker payudara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Carcinoma Mammae?
2. Bagaimana patofisiologi, menifestasi klinik, diagnosa, dan tatalaksana
Carcinoma Mammae?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui penegakan diagnosis dan tatalaksana Carcinoma Mammae
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi tentang kasus Carcinoma Mammae.
2. Melatih pengambilan diagnosis dan tatalaksana pada kasus Carcinoma
Mammae.
BAB II
LAPORAN KASUS
6. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
cowong (-/-), pupil isokor diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+), radang (-
/-), eksoftalmus (-/-)
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), secret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-/-)
8. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), tremor (-), gusi
berdarah (-), sariawan (-), lidah terasa pahit (-), mukosa kering (-)
9. Telinga
Posisi dan bentuk normal, deformitas (-), nyeri tekan mastoid (-/-),
secret (-/-), pendengaran dalam batas normal
10. Tenggorokan
Hiperemi (-), Tonsil membesar (-/-)
11. Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tyroid (-), JVP ≠ ↑
12. Toraks : bentuk Simetris, retraksi supraklavikula (-), retraksi interkostal,
retraksi subkostal (-)
1) Cor :
I : sianosis (-), tidak terlihat iktus kordis
P : Ictus cordis teraba kuat angkat
A : BJ I-II tunggal, regular, bising (-)
2) Pulmo : statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada simetris , benjolan (-), luka (-)
P : nyeri tekan (-), krepitasi (-)
sonor sonor P:
sonor sonor
sonor sonor
13. Abdomen
Inspeksi : datar, distended (-), darm countour (-), darm steifung (-),
massa (-), scar (-), jejas (-), spider navy (-)
Auskultasi : peristaltic (+) normal, metalic sound (-), bruit (-)
Perkusi : timpani, meteorismus (-), tapping pain (-), shifting dullnes (-
), nyeri ketok ginjal (-/-)
Palpasi : soufel (+), defans muscular (-), tenderness (-), undulasi (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)
14. Ektremitas:
Atas : deformitas (-/-), akral dingin (-/-), edema (-/-), ulkus (-/-),
tremor (-/-)
Bawah : deformitas (-/-), akral dingin (-/-), edema (-/-), ulkus (-/-),
tremor (-/-)
15. Sistem genitalia :
Regio supra pubis :
I : rambut pubis (+), benjolan (-)
P : nyeri tekan (-), nyeri lepas tekan (-), massa (-)
P : timpani
A : Peristaltik (+) N
Regio Genitalia Eksterna :
Labia Mayor
I : tanda inflamasi (-), jejas (-), massa (-), discharge (-)
P : tenderness (-)
Labia Minor
I : tanda inflamasi (-), jejas (-), massa (-), discharge (-)
P : tenderness (-)
Clitoris :
I : tanda inflamasi (-), jejas (-)
P : tenderness (-)
Perineum
I : tanda inflamasi (-), jejas (-), massa (-)
P : tenderness (-)
16. Status Lokalis :
Mamae Dextra Mamae Sinistra
Inspeksi Benjolan (+) berukuran 2 Benjolan (-) retraksi
cm pada daerah puting nipple
inferolateral, retraksi discharge (-), peau
puting (-) nipple d’orange (-) , abses (-
discharge (-),peau ), darah (-)
d’orange (-) , abses (-),
darah (-), pembesaran
KGB axilla (+)
Palpasi Massa (+) berukuraan ±2 Massa (-), nyeri (-),
cm, konsistensi padat cairan (-)
keras, permukaan tidak
rata, batas tidak tegas
pada daerah inferolateral.
Nyeri (-), Cairan (-),
pembesaran KGB axilla
(+)
HEMATOLOGI
Darah lengkap
HEPATITIS MARKER
HEMATOLOGI
FAAL HEMOSTASIS
FUNGSI GINJAL
Biopsi :
Makroskopik :
Dilakukan 2x pucture pada regio mammae dextra kuadran lateral ukuran 2 cm batas
tidak jelas, fixed, padat kenyal
Miroskopik :
Hapusan hiperseluler terdiri dari sebaran kelompok dan kelompok sel epitel ductuli
anaplasia, inti bulat oval, pleomorfik, kromatin kasar, anak inti prominent tersusun
membetuk struktur acini
Kesimpulan : Massa Regio Mammae Dextra
FNAB: Infiltrating Ductal Carcinoma
ECG :
Interpretasi :
- Irama: Sinus Rhytm
- Frekuensi: 86 x/ menit
- Axis: Normal
- QRS: 78 ms
- QT/QTcBaz: 370/ 434 ms
- PR: 134 ms
- P: 116 ms
- RR/PP: 720/722 ms
- P/QRS/T: 46/38/35 degrees
Normal ECG
2.8 Planning Diagnosa
Mammografi
2.9 Diagnosa Kerja
1. Diagnosa Kerja : Tumor Mammae dextra T1cN1M0 Curiga
ganas
2. Diagnosa Sekunder :-
3. Diagnosa Komplikasi :-
2.10 Planning dan Monitoring
- Melakukan observasi berkala
- Rencana terapi
1. Medikamentosa
• Infus RL 20 tpm
• IV cefazolin 2x1 g
• IV metamizole 3x1 g
2. Operatif
Modified Radical Mastectomy (MRM)
3. Rencana tindak lanjut
a. Observasi keadaan umum
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Payudara
Gambar 2 Aliran pembuluh darah pada payudara, aksila, dan dinding dada
(Sumber: Schwartz’s principle of surgery, 9th edition)
Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila,
kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang
v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam
fosa supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang
selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke
aksila kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke
hati, pleura, dan payudara kontralateral.1
3.2.1 Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit
neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Karsinoma merupakan keganasan
pada payudara yang paling umum terjadi dan kanker payudara merupakan jenis
kanker non kulit yang paling sering terjadi pada wanita.2
3.2.4 Patofisiologi
a. Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus
dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya
yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT
Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang
paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim
TNM yang direkomendasikan oleh UICC(International Union Against Cancer dari
WHO atau World Health Organization) / AJCC (American Joint Committee On
Cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American College of
Surgeons).5,6
b. Klasifikasi Stadium TNM berdasarkan American Joint Committee on Cancer
(AJCC, 2002)
• T = ukuran primer tumor.
Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm,
nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.
Tx : Tumor primer tidak dapat dnilai.
To : Tidak terdapat tumor primer.
Tis : Karsinoma in situ.
Tis(DCIS) : Ductal Carcinoma In Situ.
Tis(LCIS) : Lobular Carcinoma In Situ.
Tis(Paget’s) : Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor.
Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan
ukuran tumornya.
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang.
T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.
T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm
sampai 5 cm.
T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding
dada atau kulit.
T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.
T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit pada
kulit yang terbatas pada 1 payudara.
T4c : Mencakup kedua hal di atas.
T4d : inflammatory carcinoma.
• N = kelenjar getah bening regional.
Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya).
N0 : Tidak terdapat metastasis kgb.
N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.
N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi,
atau adanya pembesaran kgb ke mamaria interna ipsilateral
(klinis) tanpa adanya metastasis ke kgb aksila.
N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau
melekat ke struktur lain.
N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara
klinis dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila.
N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau
tanpa metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada
kgb aksila; atau metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral
dengan atau tanpa metastasis pada kgb aksila/mamaria interna.
N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.
N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila.
N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula.
Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara
imaging (di luar limfoscintigrafi).
• M = metastasis jauh.
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.
Tabel 1 Klasifikasi stadium carcinoma mammae 5
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stage IIIC T (semua) N3 M0
Stage IV T (semua) N (semua) M1
Gambar 4 Stadium carcinoma mammae
c. Klasifikasi berdasarkan Histologi
Berikut penjelasan beberapa tipe histologis dari kanker payudara:
1) Karsinoma duktal : Karsinoma duktal invasif merupakan kelompok
terbesar (78%) dari seluruh tumor ganas payudara. Secara mikroskopik
tampak proliferasi anaplastik epitel duktus yang dapat memenuhi dan
menyumbat duktus. Karsinoma duktal noninvasif (karsinoma duktal in
situ atau karsinoma intraduktal) biasanya terjadi tanpa membentuk massa
karena tidak ada komponen scirrhous.
2) Karsinoma lobular (9%) : Separuh kasus karsinoma lobular ditemukan in
situ tanpa tanda-tanda invasi lokal sehingga sering dianggap premaligna
dan disebut neoplasia lobular. Secara histologi menunjukkan gambaran
sel-sel anaplastik yang semuanya terletak di dalam lobulus-lobulus.
3) Comedocarcinoma (5%) : Duktus yang diisi oleh tumor sel kecil dan
debris sentral.
4) Karsinoma medular (4%) : Gambaran histologi menunjukkan stroma yang
sedikit dan penuh berisi kelompok sel yang belum berdifferensiasi, tidak
teratur dan tidak jelas membentuk kelenjar atau pertumbuhan kapiler.
Terdapat banyak sebukan limfosit yang menjolok pada stroma di dalam
tumor.
5) Karsinoma koloid (3%) : Duktus dihambat oleh sel-sel karsinoma dan
kista proksimal berkembang.
6) Karsinoma mukoid/musinus (3%). Tumor ini tumbuh perlahan-lahan dan
secara mikroskopik sel tumor yang menghasilkan musin tersusun
membentuk asinus pada beberapa tempat. Juga tampak sel-sel cincin
stempel (signet ring cells).
7) Karsinoma skirus (schirrous) : Pada pemeriksaan mikroskopik tumor
terdiri dari stroma yang padat dengan kelompok sel epitel yang terlepas
atau membentuk kelenjar. Sel-sel berbentuk bulat atau poligonal,
hiperkromatik.
8) Karsinoma inflamasi (1%) : Karsinoma ini memiliki prognosis paling
buruk. Sistem limfa dipenuhi oleh tumor memicu perubahan payudara dan
kulit yang mirip infeksi.
9) Penyakit Paget (1%) : Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran
ekskresi utama yang menyebar ke kulit puting susu dan areola, sehingga
terjadi kelainan menyerupai ekzema yaitu adanya krusta di daerah papil
dan areola. Jika tidak ditemukan massa tumor di bawahnya penyakit ini
termasuk karsinoma insitu, tapi jika ada massa tumor termasuk karsinoma
duktal invasif. Kelainan ini ditemukan pada wanita berusia lebih tua dari
penderita kanker payudara umumnya dan bersifat unilateral. Tanda khas
adalah adanya penyebukan epidermis oleh sel ganas yang disebut sel
paget.
a. Invasi lokal
Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor
pada mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke
sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke
dinding toraks 2
b. Metastasis kelenjar limfe regional
Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar.
Data di China menunjukkan: mendekati 60% pasien kanker mammae pada
konsultasi awal menderita metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut
stadiumnya, diferensiasi sel kanker makin buruk, angka metastasis makin tinggi.
Kelenjar limfe mammaria interna juga merupakan jalur metastasis yang penting.
Menurut observasi klinik patologik, bila tumor di sisi medial dan kelenjar limfe
aksilar positif, angka metastasis kelenjar limfe mammaria interna adalah 50%; jika
kelenjar limfe aksilar negative, angka metastasis adalah 15%. Karena vasa limfatik
dalam kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi walaupun terletak
di sisi lateral, juga mungkin bermetastasis ke kelenjar limfe mammaria interna.
Metastasis di kelenjar limfe aksilar maupun kelenjar limfe mammaria interna dapat
lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe supraklavikular.6
c. Metastasis hematogen
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah,
juga dapat langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena kava atau
sistem vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil
autopsy menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura,
dan adrenal.6
a. Terapi operatif
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium
III disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah
sebagai berikut :
1) Mastektomi radikal
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan memopulerkan operasi radikal
kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari
tumor, seluruh kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor, dan
jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok reseksi.
2) Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m.pektoralis
mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m.pektoralis mayor,
mereseksi m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini memiliki kelebihan
antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan
kelenjar limfe aksilar superior.
3) Mastektomi total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe.
Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
4) Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar
Secara umum ini disebut dengan operasi konservasi mammae. Biasanya dibuat dua
insisi terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan mereseksi
sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor, di bawah mikroskop tak
ada invasi tumor tempat irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe aksilar biasanya juga
mencakup jaringan aksila dan kelenjar limfe aksilar kelompok tengah.
5) Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel
Metode reseksi segmental sama dengan di atas. kelenjar limfe sentinel adalah
terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi
dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe sentinel,
dibiopsi, bila patologik negative maka operasi dihentikan, bila positif maka
dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar. Untuk terapi kanker mammae terdapat
banyak pilihan pola operasi, yang mana yang terbaik masih kontroversial. Secara
umum dikatakan harus berdasarkan stadium penyakit dengan syarat dapat
mereseksi tuntas tumor, kemudian baru memikirkan sedapat mungkin konservasi
fungsi dan kontur mammae.6
b. Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh
sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Pada saat ini, radiasi post
mastektomi (postmastectomy radiation) dilakukan pada wanita dengan tumor
primer T3 atau T4, serta telah mengenai 4 atau lebih limfonodi . Efek pengobatan
ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari
radiasi. 5,6
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak
hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi 6. Kemoterapi menurunkan angka
kekambuhan dan meningkatkan harapan hidup pada semua kelompok (penurunan
angka rekurensi = 23.5% ± 2% dan penurunan mortalitas = 15.3% ± 2%). Hal
tersebut sangat menonjol pada wanita premenopausal dan pada reseptor esterogen
negatif. Kemajuan terapi akan tampak pada 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua.
Penurunan rekurensi dan mortalitas tampak sama pada wanita pre maupun post
menopause dan pada metastase limfonodi positif maupun yang negatif. Kemoterapi
yang diberikan setelah dilakukan terapi operatif dikenal sebagi kemoterapi ajuvan
(adjuvant chemotherapy). Kemoterapi ajuvan berfungsi membunuh atau
menghambat mikrometastasis carcinoma mamma setelah operasi primer.
Pemberian kemoterapi ajuvan dengan atau tanpa pemberian terapi hormonal telah
diketahui meningkatkan angka harapan hidup pada penderita. Kemoterapi ajuvan
dapat meningkatkan harapan hidup 10 tahun penderita berkisar antara 7%-11% baik
pada wanita premenopausal dengan stadium dini dan sebesar 2%-3% pada wanita
lebih dari 50 tahun 10.
Pilihan kemoterapi lini pertama :
• Anthracycline-based.
• Taxanes.
• Cyclophosphamide, methotrexate and 5-fluorouracil (CMF)
Pilihan kemoterapi lini kedua :
• Jika obat lini pertama menggunakan anthracycline-based atau CMF, obat lini
keduanya adalah taxane.
• Jika lini pertama menggunakan taxane, maka obat lini keduanya adalah
anthracycline-based atau CMF.
• Regimen capecitabine, 5-fluorouracil (via infusion), vinorelbine, dan
mitoxantrone.
Kegagalan penggunaan dua atau tiga regimen kemoterapi menurut Eastern
Cooperative Oncology Group merupakan indikasi untuk pemberian terapi suportif
saja. 10
Pada pasien dengan tumor yang mengekspresikan HER2/neu, dapat
dipertimbangkan pemberian trastuzumab yang dikombinasikan dengan paclilaxel,
docetaxel atau vinorelbine. Trastuzumab juga dapat dikombinasikan dengan
doxorubicin dan cyclophosphamide (AC), namun penggunaan trastuzumab dengan
AC sering dihubungkan dengan efek toksik pada jantung. Trastuzumab merupakan
antibodi monoklonal (humanized monoclonal antibody) yang berfungsi menduduki
reseptor gen HER-2/neu pada domain ekstraseluler. Sebagai agen tunggal,
trastuzumab berhasil meningkatkan respon terapi sebesar 15% pada kanker
payudara stadium lanjut (advanced breast cancer), sebagai terapi lini kedua 11.
d. Terapi hormonal
Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis
jauh, biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya
lebih lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause. Hal
ini disebabkan adanya reseptor esterogen pada sel karsinoma mammae pada
sebagian besar wanita dengan ca mammae. Reseptor tersebut dapat dimasuki oleh
hormon esterogen yang diproduksi ovarium. Akibat pengaruh esterogen tersebut,
dapat memacu proliferasi sel tumor mammae, sehingga wanita pre menopause
dengan ca mamma mempunyai prognosis yang buruk. Esterogen dapat
menstimulasi pertumbuhan sel kanker payudara, namun dapat berefek sebaliknya
jika diberikan dengan dosis tinggi 8. Manipulasi hormonal dapat dilakukan dengan
cara :
a. Ovarektomy bilateral, disebut juga sebagai prophylactic oophorectomy telah
diketahui mampu menurunkan resiko terjadinya kanker payudara. Pada sebuah
penelitian prospektif, pemberian HRT (hormone replacement therapy) pada
pasien post ooforektomi bilateral tidak mampu menurunkan resiko kanker
payudara pada penderita yang memiliki gen mutasi BRCA1.8
b. Memberikan obat first line hormonal therapy berupa Tamoksifen 2 x 10 mg
selama 2 tahun. Tamoxifen merupakan obat anti kanker non steroid yang
memiliki efek anti-esterogen pada payudara. Obat ini bekerja menghambat
esterogen berikatan dengan reseptor esterogen pada sel kanker yang sensitif
esterogen. Obat ini digunakan pada ca mamma dengan reseptor esterogen positif.
Selain itu, obat ini juga diduga memiliki efek preventif pada wanita yang
memiliki resiko tinggi terkena ca mamma. Pemberian tamoxifen sebagai terapi
ajuvan pada terapi ca mamma telah dikemukakan oleh Early Breast Cancer
Trialists Collaborative Group (EBCTCG), bahwa pada terapi tamoxifen selama
5 tahun pada wanita penderita kanker payudara dengan esterogen receptor
positive (ER+) berhasil menurunkan rasio kematian akibat kanker payudara per
tahun sebesar 31%, tidak tergantung usia, cara pemberian kemoterapi, status
reseptor progesteron, maupun karakteristik tumor 4,8,9,12
3.2.9 Prognosis
Karakteristik dari beberapa tumor sangat penting untuk dikenali karena dapat
menentukan prognosis secara signifikan dan dapat dipertimbangkan sebagai acuan
dalam penentuan strategi terapi pada tiap individu penderita. Prognosis karsinoma
mamma tergantung dari :
• Usia
• Ukuran tumor.
• Adanya metastasis ke kelenjar limfe. Hal ini sangat panting dalam memprediksi
rekurensi penyakit dan harapan hidup. Dimana pasien tanpa metastase ke
kelenjar limfe angka harapan hidup 10 tahun mencapai 70%-80%, dan prognosis
akan mebih buruk pada pasien dengan metastase ke kelenjar limfe.
• Derajat kanker secara histologis.
• Adanya reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesterone (PR). Pasien dengan
tumor dengan reseptor positif memiliki resiko kekambuhan yang lebih rendah
dan harapan hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan tumor reseptor
negatif.
• HER2-neu (C-erb B2). 10
Namun Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik
untuk menentukan prognosis penyakit ini. Menurut National Cancer Data Base,
berdasarkan jumlah penderita kanker payudara pada tahun 2001 dan 2002
didapatkan persentase harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun
digambarkan dalam tabel five-year survival rate berikut ini :
Stage 5-year survival rate
0 93%
I 88%
IIA 81%
IIB 74%
IIIA 67%
IIIB 41%
IIIC 49%
IV 15%
5.1 Kesimpulan
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosis Ca mammae. Diagnosa ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan
pemeriksaan penunjang. Penegakan diagnosis kanker payudara didapatkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa
radiodiagnostik serta histopatologi. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan trias keganasan berupa progresivitas, infiltrasi, dan metastase.
Pemeriksaan radiodiagnostik yang dapat menjadi pilihan adalah mamografi, dan
USG mammae, sedangkan sitologi dapat dilakukan FNAB, Core biopsy, Biopsy
terbuka, dan Sentinel Node Biopsy. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan jenis
kanker pada selnya (grading), staging, dan stadium serta penilaian kelangsungan
hidup pasien sehingga dapat ditentukan tatalaksana yang tepat untuk pasien.
Tatalaksana yang diberikan dapat berupa tindakan definitive operasi, kemoterapi,
maupun paliatif.
5.2 Saran
Perlu dilakukan literature review yang lebih mendalam sehingga laporan
kasus ini dapat menyajikan informasi yang lebih komprehensif dan dapat menjadi
tambahan wawasan bagi pembaca dan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lester SC. The Breast. In : Robins and Cotran Pathologic Basis of Disease,
Seventh Edition, W.B. Saunders Company. 2005. p.1129-1152
2. Sjamsuhidajat R, de Jong W (Editor). Payudara. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi kedua. Jakarta : EGC, 2004. Hal. 388-402
3. Brunicardi CF. Schwartz’s principles of surgery. Ninth edition. USA :
McGraw-Hills, 2010.
4. Tjokronagoro, M. Radioterapi pada carcinoma mammae. Buku ajar kuliah
radiasi onkologi volume II. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, 2001. Hal. 4-5
5. Pass HA. Disease of the Breast. In : Norton JA (Editor). Essential practice
of surgery: basic science and clinical evidence. New York : Springer, 2002.
p. 655-68
6. Ashar I. Carcinoma mammae. 2010. Available from :
http/:www.fkumy.ac.id/. Accesses April 13th, 2012.
7. Wiknjosastro H. Kelainan pada payudara. Dalam : Ilmu kandungan sarwono
prawirihardjo. Edisi kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prwirohardjo, 2005. Hal. 477-81.
8. Lea R. Use of hormonal replacement therapy after treatment of breast
cancer. J Obstet Gynaecol Can 2004;26(1):49-54
9. Katzung BG, Trevor AJ, Masters SB. Cancer chemotherapy. In : Katzung
and trevor’s pharmacology. Sixth edition. USA : McGraw-Hill, 2002.
p.483-86
10. WHO-Regional Office for the Eastern Mediterranean. Treatment policy. In:
Guidelines for management of breast cancer. Egypt : EMRO Technical
Publications Series 31, 2006. p. 16-25.
11. Colantuoni G, Rossi A, Ferrara C, Nicolella D et al. (Review article)
Chemotherapy in elderly patients with advanced breast cancer. Cancer
Therapy 2003; 1: 71-79.
12. Ryan PD, Goss PE. Adjuvant hormonal therapy in peri- and postmenopausal
breast cancer. The oncologist 2006; 11:718-731
2
13. Cunnick GH, Jiang WG, Jones TD, Watkins G et al. Lymphangiogenesis
and lymph node metastasis in breast cancer. Molekular cancer 2008, 7:23.p
1-10.
14. Abe H, Naitoh H, Umeda T, Shiomi H et al. Occult breast cancer presenting
axillary nodal metastasis: a case report. Jpn J Clin Oncol 2000; 30(4).p 185-
87
15. Setiawan I (editor). 1997. Mikrosirkulasi dan sistem limfatik. Dalam :
Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. EGC,
Jakarta. Hal. 243-247.
16. Colleoni M, Rotmensz N, Peruzzotti G, Maissonneuve P et al. Size of breast
cancer metastases in axillary lynph nodes: clinical relevance of minimal
lymph node involvement. Journal of clinical oncology 2005; 23(7). p. 1379-
1388.