Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

CA MAMMAE

Oleh :
Adillah Zati Hulwani 22304101042
Likha Navadiani Budiawan 22304101034
Gusti Tanjung Putra Rahayu 22304101026
Halaman Ju

Dosen Pembimbing
dr. Subchan Aga B., Sp. B

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT DALAM


KEPANITRAAN KLINIK MADYA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sholawat serta salam yang kami junjungkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan kebenaran
sehingga dalam penyelesaian tugas ini kami dapat memilah antara yang baik dan
buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pada
Laboratorium Ilmu Penyakit Dalam, yaitu dr. Subchan Aga B., Sp. B yang
memberikan bimbingan dalam menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sehingga dalam penyusunan
laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Laporan kasus ini membahas terkait definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis, dan manajemen penatalaksanaannya.
Kami menyadari dalam laporan ini belum sempurna secara keseluruhan oleh
karena itu kami dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan
penyelesaian laporan selanjutnya.
Demikian pengantar kami, semoga makalahini dapat bermanfaat bagi semua.
Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Bangkalan, 10 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul .........................................................................................................1

DAFTAR ISI ..........................................................................................................29

DAFTAR TABEL .................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................32

BAB I .....................................................................................................................33

PENDAHULUAN .................................................................................................33

1.1 Latar Belakang .............................................................................................33

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................33

1.3 Tujuan .......................................................... Error! Bookmark not defined.

1.3.1 Tujuan Umum ....................................... Error! Bookmark not defined.

1.3.2 Tujuan Khusus ...................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 Manfaat ........................................................ Error! Bookmark not defined.

BAB II ....................................................................................................................34

LAPORAN KASUS...............................................................................................35

2.1 Identitas ........................................................ Error! Bookmark not defined.

2.2 Anamnesis .................................................... Error! Bookmark not defined.

2.3 Pemeriksaan Fisik ........................................ Error! Bookmark not defined.

2.4 Differensial Diagnosa .................................. Error! Bookmark not defined.

2.5 Pemeriksaan Penunjang ............................... Error! Bookmark not defined.

2.6 Diagnosis Kerja ............................................ Error! Bookmark not defined.

2.7 Planning Dan Monitoring ............................ Error! Bookmark not defined.

2.8 Tatalaksana .............................................. Error! Bookmark not defined.


2.9 Prognosis ...................................................... Error! Bookmark not defined.

2.10 Komplikasi ................................................. Error! Bookmark not defined.

2.11 Komunikasi Informasi dan Edukasi ........... Error! Bookmark not defined.

BAB III ..................................................................................................................44

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................44

3.1 Sirosis Hepatis ............................................. Error! Bookmark not defined.

3.1.1 Defisini Sirosis Hepatis......................... Error! Bookmark not defined.

3.1.2 Etiologi Sirosis Hepatis......................... Error! Bookmark not defined.

3.1.3 Patogenesis Sirosis Hepatis................... Error! Bookmark not defined.

3.1.4 Diagnosis Sirosis Hepatis ..................... Error! Bookmark not defined.

3.1.5 Pemerikasaan Penunjang Sirosis HepatisError! Bookmark not


defined.

3.1.6 Penatalaksanaa Sirosis Hepatis ............. Error! Bookmark not defined.

3.2 Asites............................................................ Error! Bookmark not defined.

3.2.1 Definisi Asites ....................................... Error! Bookmark not defined.

3.2.2 Etiologi Asites ....................................... Error! Bookmark not defined.

3.2.3 Patogenesis Asites ................................. Error! Bookmark not defined.

3.2.4 Pemeriksaan Fisik Asites ...................... Error! Bookmark not defined.

3.2.5 Pemeriksaan Penunjang Asites ............. Error! Bookmark not defined.

3.2.6 Tatalaksana Asites ................................ Error! Bookmark not defined.

3.3. Perdarahan Saluran Ceran Bagian Atas (SCBA)Error! Bookmark not


defined.

3.3.1. Definisi ................................................. Error! Bookmark not defined.

3.3.2. Etiologi dan Patogenesis ...................... Error! Bookmark not defined.

3.3.3. Diagnosis.............................................. Error! Bookmark not defined.

3.3.4. Tatalaksana .......................................... Error! Bookmark not defined.

3.3.5. Komplikasi ........................................... Error! Bookmark not defined.


BAB IV .................................................................. Error! Bookmark not defined.

PENUTUP.............................................................. Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan .................................................. Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ............................................................ Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Patogenesis Asites ............................. Error! Bookmark not defined.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kanker adalah penyakit atau pertumbuhan ganas yang dapat terjadi pada
manusia, hewan dan tanaman. Kanker bersifat memperbanyak sel yang berlebihan,
umumnya embrional, mendesak dan menghancurkan jaringan disekitarnya
(invasive). Di negara maju, kanker merupakan penyebab kematian kedua setelah
penyakit-penyakit kardiovaskular.
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif
tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru
yang didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di
negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Diperkirakan,
kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di
antaranya ditemukan di negara berkembang. Jumlah penderita baru per tahun 5,9
juta di seluruh dunia dan 3 juta di antaranya ditemukan di negara sedang
berkembang.
Kanker payu dara berdasarkan data WHO pada tahun 2010 menempati
urutan nomor dua sebagai penyebab kematian terbanyak, berada di bawah penyakit
kardiovaskuler. Pada tahun 2018 WHO menunjukkan data tiga penyebab kanker
tersering dalam insidensi maupun mortalitas dimana diantaranya adalah kanker
payudara pada wanita yang menduduki peringkat ke lima setelah kanker paru-paru
dan kanker colonrectum. Kanker payudara menempati urutan pertama sebagai jenis
kanker yang paling umum diderita oleh perempuan di dunia. Kanker payudara
memiliki kontribusi sebesar 24,2% dari total kasus baru kanker yang terdiagnosis
secara keseluruhan pada tahun 2018. Berdasarkan data dari IARC (International
Agency for Research on Cancer), pada tahun 2018 kanker payudara menempati
urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan dengan kasus baru sebesar
11,6% dan jumlah kematian 15 per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di
dunia.
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadari atau dirasakan
dengan jelas oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam
keadaan lanjut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka kematian kanker
tersebut. Padahal, pada stadium dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah.
Menurut IARC memperkiran insidens kanker payudara di Indonesia pada
tahun 2002 sebesar 26 per 100.000 perempuan. Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2013 dalam Depkes RI, insidens kanker pada tahun
2008 sampai 2012 mengalami peningkatkan dari 12,7 juta kasus meningkat menjadi
14,2 juta kasus.
Penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat, akan tetapi mortalitas dan insidensi kanker payudara masih tetap tinggi
karena penderita ditemukan pada stadium lanjut. Kanker payudara jarang terjadi
rasa sakit, nyeri atau sering tidak ada keluhan, sehingga sekitar 90% ditemukan saat
pemeriksaan payudara sendiri ketika ada benjolan. Keluhan baru muncul pada
tingkat pertumbuhan yang lanjut. Hal ini menyebabkan penderita kanker payudara
merasa tidak perlu pergi berobat karena tidak ada keluhan sehingga tumor dibiarkan
tumbuh tanpa menyadari bahaya yang akan terjadi. Penanganan kanker payudara
lebih awal akan memberikan harapan kesembuhan serta harapan hidup yang lebih
baik, sehingga kita perlu untuk mengetahui tanda-tanda terjadinya keganasan pada
kanker payudara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Carcinoma Mammae?
2. Bagaimana patofisiologi, menifestasi klinik, diagnosa, dan tatalaksana
Carcinoma Mammae?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui penegakan diagnosis dan tatalaksana Carcinoma Mammae
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi tentang kasus Carcinoma Mammae.
2. Melatih pengambilan diagnosis dan tatalaksana pada kasus Carcinoma
Mammae.
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. R
Usia : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Durin Barat-Konang
Suku : Madura
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Ruang : Bougenvile
MRS : 9 Oktober 2023
Pukul : 12.00 WIB
No. RM : 299737
2.2 Anamnesis
1. Keluhan utama : benjolan pada payudara kanan
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada payudara kanan sejak 2
bulan yang lalu. Diawali benjolan kecil lalu semakin lama membesar.
Pasien merasa nyeri tajam hilang timbul pada payudara kanan diperberat
saat melakukan aktivitas berat, dan membaik saat sedang istirahat. Selain
itu benjolan di ketiak diketahui sejak pemeriksaan di poli bedah terakhir
2 minggu yang lalu. Tidak ada cairan yang keluar dari payudara.
Terdapat penurunan berat badan sebanyak 3 kg dan juga penurunan nafsu
makan. Didapatkan keluarga yang menderita penyakit serupa yaitu bibi
pasien.
3. Riwayat penyakit dahulu
- Keluhan yang sama : tidak ada
- Riwayat hipertensi : tidak ada
- Riwayat diabetes : tidak ada
- Riwayat sakit kuning : tidak ada
- Riwayat alergi obat : tidak ada
- Riwayat alergi makanan : tidak ada
4. Riwayat Reproduksi
- Riwayat haid: Pasien pertama kali haid usia 12 tahun. Haid teratur
setiap bulan, tidak ada nyeri perut yang mengganggu aktivitas saat
periode haid.
- Riwayat pernikahan : cerai mati
- Riwayat KB : -
- Riwayat melahirkan: melahirkan anak pertama didukun beranak
5. Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Bibi
- Riwayat hipertensi : tidak ada
- Riwayat diabetes : tidak ada
- Riwayat penyakit jantung : tidak ada
- Riwayat penyakit menular : tidak ada
6. Riwayat kebiasaan :
- Kegiatan pasien sehari-hari sebagai petani
7. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga
Sosial ekonomi golongan menengah kebawah
8. Riwayat Pengobatan : belum melakukan pengobatan
9. Riwayat alergi : tidak ada
2.3 Anamnesis Sistem
1. Kulit : warna kulit sawo matang, pucat (-), gatal (-), kulit kering (-
) bintik merah (-).
2. Kepala : pusing (-), nyeri (-)
3. Mata : pandangan berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-)
4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-), sekret (-), purulen (-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-) perdarahan (+)
7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-)
9. Kadiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nyeri ulu hati (-)
11. Genitourinaria : BAK lancar, warna dan jumlah dalam batas normal
12. Neurologik : kejang (-), lumpuh (-), kesemutan(-), penurunan kesadaran
(-)
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas :
- Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-), gemetar (-)
- Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-), gemetar (-)
- Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-), gemetar (-)
- Bawah kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-), gemetar (-)
2.4 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : cukup
2. Kesadaran : compos mentis
3. GCS : 456
4. Tanda Vital
a. Tensi : 130/70mmHg
b. Nadi : 88x/menit, reguler, isi dan tegangan kuat angkat
c. RR : 16x/menit
d. Suhu : 36,9oC
5. Kepala
Bentuk normosephalic, wajah simetris, tidak ada luka, makula (-),
papula (-), nodul (-).

6. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
cowong (-/-), pupil isokor diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+), radang (-
/-), eksoftalmus (-/-)
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), secret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-/-)
8. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), tremor (-), gusi
berdarah (-), sariawan (-), lidah terasa pahit (-), mukosa kering (-)
9. Telinga
Posisi dan bentuk normal, deformitas (-), nyeri tekan mastoid (-/-),
secret (-/-), pendengaran dalam batas normal
10. Tenggorokan
Hiperemi (-), Tonsil membesar (-/-)
11. Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tyroid (-), JVP ≠ ↑
12. Toraks : bentuk Simetris, retraksi supraklavikula (-), retraksi interkostal,
retraksi subkostal (-)
1) Cor :
I : sianosis (-), tidak terlihat iktus kordis
P : Ictus cordis teraba kuat angkat
A : BJ I-II tunggal, regular, bising (-)
2) Pulmo : statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada simetris , benjolan (-), luka (-)
P : nyeri tekan (-), krepitasi (-)

sonor sonor P:

sonor sonor
sonor sonor

A : vesikuler normal, suara tambahan (-)


Suara nafas Rhonki Wheezing
ves ves - - - -
ves ves - - - -
ves ves - - - -

13. Abdomen
Inspeksi : datar, distended (-), darm countour (-), darm steifung (-),
massa (-), scar (-), jejas (-), spider navy (-)
Auskultasi : peristaltic (+) normal, metalic sound (-), bruit (-)
Perkusi : timpani, meteorismus (-), tapping pain (-), shifting dullnes (-
), nyeri ketok ginjal (-/-)
Palpasi : soufel (+), defans muscular (-), tenderness (-), undulasi (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)
14. Ektremitas:
Atas : deformitas (-/-), akral dingin (-/-), edema (-/-), ulkus (-/-),
tremor (-/-)
Bawah : deformitas (-/-), akral dingin (-/-), edema (-/-), ulkus (-/-),
tremor (-/-)
15. Sistem genitalia :
Regio supra pubis :
I : rambut pubis (+), benjolan (-)
P : nyeri tekan (-), nyeri lepas tekan (-), massa (-)
P : timpani
A : Peristaltik (+) N
Regio Genitalia Eksterna :
Labia Mayor
I : tanda inflamasi (-), jejas (-), massa (-), discharge (-)
P : tenderness (-)
Labia Minor
I : tanda inflamasi (-), jejas (-), massa (-), discharge (-)
P : tenderness (-)

Clitoris :
I : tanda inflamasi (-), jejas (-)
P : tenderness (-)
Perineum
I : tanda inflamasi (-), jejas (-), massa (-)
P : tenderness (-)
16. Status Lokalis :
Mamae Dextra Mamae Sinistra
Inspeksi Benjolan (+) berukuran 2 Benjolan (-) retraksi
cm pada daerah puting nipple
inferolateral, retraksi discharge (-), peau
puting (-) nipple d’orange (-) , abses (-
discharge (-),peau ), darah (-)
d’orange (-) , abses (-),
darah (-), pembesaran
KGB axilla (+)
Palpasi Massa (+) berukuraan ±2 Massa (-), nyeri (-),
cm, konsistensi padat cairan (-)
keras, permukaan tidak
rata, batas tidak tegas
pada daerah inferolateral.
Nyeri (-), Cairan (-),
pembesaran KGB axilla
(+)

2.5 Diagnosis Awal


- Diagnosis Kerja : Tumor Regio Mammae Destra Curiga ganas
(T1cN1M0)
- Diagnosis Sekunder :-
- Diagnosis Komplikasi :-
2.6 Diagnosis Banding
- Fibroadenoma Mammae
- Kistosarkoma phylloides
2.7 Pemeriksaan penunjang
Nama Pemeriksaan Hasil Flag Satuan Nilai Rujukan

HEMATOLOGI

Darah lengkap

Leukosit (WBC) 7.2 10^3/ μL Lk : 3.8 -10.6


Hitung Jenis
- Neutrofil 62.8 % 40 - 70
- Limfosit 20.2 * % 25 - 35
- Monosit 9.6 * % Pr: 4 - 6
- Eosinofil 6.1 * % Pr : 1-3
- Basofil 1.2 % Pr : 0-2
Eritrosit 4.67 10^6/ μL Pr: 3.8-5.2
Hemoglobin 12.7 g/dl Pr: 11.7-15.5
Hematokrit 35.7 * % 37-54
MCV 76.4 * Fl 80-100
MCH 27.2 Pg 27-34
MCHC 35.6 g/dl 32-36
RDW 10.9 * % Pr: 11.5-14.5
Trombosit 253 Ribu/mm3 150-440
MPV 8.2 fL 7.2-11.1
GLUKOSA DARAH

Glukosa sewaktu 101 mg/dl 70-125

HEPATITIS MARKER

HbsAg Non Reaktif Non Reaktif

Nama Pemeriksaan Hasil Flag Satuan Nilai Rujukan

HEMATOLOGI

FAAL HEMOSTASIS

APT 14.2 detik 11.7-15.1

APTT 29.9 detik 28.6-42.2


COVID-19
Swab Antigen Negatif Negatif

FUNGSI GINJAL

Creatinin 0.78 mg/dl Pr: 0.6-1.1

Biopsi :
Makroskopik :
Dilakukan 2x pucture pada regio mammae dextra kuadran lateral ukuran 2 cm batas
tidak jelas, fixed, padat kenyal
Miroskopik :
Hapusan hiperseluler terdiri dari sebaran kelompok dan kelompok sel epitel ductuli
anaplasia, inti bulat oval, pleomorfik, kromatin kasar, anak inti prominent tersusun
membetuk struktur acini
Kesimpulan : Massa Regio Mammae Dextra
FNAB: Infiltrating Ductal Carcinoma
ECG :

Interpretasi :
- Irama: Sinus Rhytm
- Frekuensi: 86 x/ menit
- Axis: Normal
- QRS: 78 ms
- QT/QTcBaz: 370/ 434 ms
- PR: 134 ms
- P: 116 ms
- RR/PP: 720/722 ms
- P/QRS/T: 46/38/35 degrees
Normal ECG
2.8 Planning Diagnosa
Mammografi
2.9 Diagnosa Kerja
1. Diagnosa Kerja : Tumor Mammae dextra T1cN1M0 Curiga
ganas
2. Diagnosa Sekunder :-
3. Diagnosa Komplikasi :-
2.10 Planning dan Monitoring
- Melakukan observasi berkala
- Rencana terapi
1. Medikamentosa
• Infus RL 20 tpm
• IV cefazolin 2x1 g
• IV metamizole 3x1 g
2. Operatif
Modified Radical Mastectomy (MRM)
3. Rencana tindak lanjut
a. Observasi keadaan umum
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Payudara

3.1.1 Anatomi payudara

Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot


penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral
atas kelenjar payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah aksila,
disebut penonjolan Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20
lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamae, yang
disebut duktus lactiferous. Di antara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga di
antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara
lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi
rangka untuk payudara.1

Gambar 1 Anatomi Payudara


Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari
a.mamaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan
beberapa a.interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus
servikalis dan n. interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sediri diurus oleh saraf
simpatik. Ada beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit
paralisis dan mati rasa pasca bedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus
brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan
atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak
terjadi mati rasa di daerah tersebut. Saraf n.pektoralis yang mengurus m.pektoralis
mayor dan minor, n. torakodorsalis yang menguurus m.latisimus dorsi, dan
n.torakalis longus yang mengurus m.serratus anterior sedapat mungkin
dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila. Penyaliran limfe dari
payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal,
terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula penyaliran yang ke
kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar dari 10-90) buah
kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brakialis.1

Gambar 2 Aliran pembuluh darah pada payudara, aksila, dan dinding dada
(Sumber: Schwartz’s principle of surgery, 9th edition)
Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir ke kelompok anterior aksila,
kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang
v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam
fosa supraklavikuler. Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang
selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke
aksila kontralateral, ke m.rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke
hati, pleura, dan payudara kontralateral.1

Gambar 3 Jalur aliran limfatik payudara


(Sumber: Schwartz’s principle of surgery, 9th edition)
3.2 Kanker payudara

3.2.1 Definisi

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat
dan tidak terkendali. Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah suatu penyakit
neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma. Karsinoma merupakan keganasan
pada payudara yang paling umum terjadi dan kanker payudara merupakan jenis
kanker non kulit yang paling sering terjadi pada wanita.2

3.2.2 Insidensi dan epidemiologi

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini


menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada
wanita. Kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi pada wanita usia
20-59 3. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di
Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat. Tahun 2001, sebanyak
240.000 wanita terdiagnosis kanker payudara, dan lebih dari 40.000 diantaranya
meninggal akibat penyakit tersebut. Diperkirakan sepertiga dari jumlah tersebut
akan bertambah dalam 20 tahun kedepan. Insidensi kanker payudara meningkat
terutama pada wanita usia tua, namun tidak ditemukan hubungan antara kejadian
kanker payudara dengan lingkungan. Belum ada data statistik yang akurat di
Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa
kanker payudara menduduki ranking pertama di antara kanker lainnya pada
wanita.2

3.2.3 Faktor resiko

Beberapa faktor risiko yang memegang peranan penting di dalam proses


kejadian kanker payudara berhasil diidentifikasi melalui penelitian epidemiologi.
a. Usia.
Kanker payudara jarang dijumpai pada wanita berusia < 25 tahun. Insidensi
meningkat seiring meningkatnya usia, tujuh puluh tujuh persen kasus terjadi
pada usia > 50 tahun. rata-rata usia terdiagnosis kanker payudara adalah 64
tahun.
b. Usia saat menarche.
Wanita dengan usia saat menarche kurang dari 11 tahun memiliki resiko terkena
kanker payudara sebesar 20% dibandingkan dengan wanita yang menarche saat
usia 14 tahun keatas. Menopause yang lebih lama juga meningkatkan resiko
namun besarnya resiko belum berhasil teridentifikasi
c. Usia saat pertama kali melahirkan
wanita yang hamil dan melahirkan pada usia < 20 tahun memiliki resiko terkena
kanker payudara dua kali lebih tinggi dibandingkan nullipara atau wanita yang
hamil pertama kali di usia lebih dari 35 tahun.
d. Faktor keturunan
Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang memiliki ibu, saudara
perempuan, atau anak perempuan dengan riwayat mengidap kanker.
e. Riwayat biopsi payudara sebelumnya, hal ini terjadi pada wanita dengan riwayat
biopsi sebelumnya dengan hasil hiperplasia atipikal.
f. Ras
Insidensi kanker payudara lebih rendah pada keturunan Afrika-Amerika. Faktor
sosial seperti kurangnya akses ke fasilitas kesehatan dan masih kurangnya
penggunaan mammografi, dan faktor genetik juga berpengaruh. Wanita kulit
hitam yang berusia < 40 tahun lebih sering mengalami kanker payudara
dibandingkan wanita kulit putih. Wanita Kaukasoid memiliki rating tertinggi
dalam terjadinya kanker payudara, angka kejadiannya pada usia > 50 tahun
adalah 1 diantara 15 wanita, sedangkan pada wanita afrika adalah 1 diantara 20,
1 diantara 26 pada wanita Asia Pasifik, dan 1 diantara 27 pada wanita Hispanik.1

3.2.4 Patofisiologi

Faktor resiko utama yang berhubungan dengan perkembangan kanker


payudara adalah faktor hormonal dan genetik (riwayat keluarga). Kanker payudara
juga bisa terjadi secara sporadis, berkaitan dengan paparan hormonal, kasus
herediter, dan riwayat mutasi germ sel pada keluarga. Dari faktor genetik, berkaitan
dengan mutasi gen BRCA 1 pada kromosom nomor 17q21 dan BRCA 2 pada
kromosom nomor 13q12. Adanya mutasi pada gen BRCA1 akan menyebabkan
penurunan atau terhentinya produksi dari protein BRCA1. Mutasi BRCA1 sangat
erat kaitannya dengan kejadian kanker payudara herediter dan sindrom kanker
ovarium. Secara umum, ditemukannya gen BRCA1 akan menyebabkan
peningkatan resiko terjadinya kanker payudara sebesar 83% dan resiko terjadinya
kanker ovarium sebesar 63% pada usia lebih dari 70 tahun. sedangkan gen BRCA2
berhubungan dengan kanker payudara pada laki-laki dan memiliki resiko terkena
kanker ovarium sebesar 10%. Pada suatu penelitian di Negeri Belanda, mutasi gen
BRCA1 terdapat pada 10.000 dari setiap 4 juta wanita Belanda yang berumur 25-
4,5
55 tahun . Namun hingga saat ini, penyebab kanker payudara belum diketahui
secara pasti. Penyebab kanker payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak
faktor yang terkait satu dengan yang lain. Beberapa faktor yang diperkirakan
mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kanker payudara adalah riwayat
keluarga, hormonal, dan faktor lain yang bersifat eksogen.1

3.2.5 Gejala Klinis

Karsinoma payudara biasanya mempunyai gambaran klinis sebagai berikut :


a. Terdapat benjolan keras yang lebih melekat atau terfiksir.
b. Tarikan pada kulit di atas tumor.
c. Ulserasi atau koreng.
d. Peau’d orange.
e. Discharge dari puting susu.
f. Asimetri payudara.
g. Retraksi puting susu.
h. Elovasi dari puting susu.
i. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak.
j. Satelit tumor di kulit.
k. Eksim pada puting susu.
l. Edema.2

3.2.6 Stadium, Klasifikasi Sistem TNM dan Histologi

a. Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh
manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar
maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau
kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus
dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya
yaitu histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT
Scan, scintigrafi dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang
paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim
TNM yang direkomendasikan oleh UICC(International Union Against Cancer dari
WHO atau World Health Organization) / AJCC (American Joint Committee On
Cancer yang disponsori oleh American Cancer Society dan American College of
Surgeons).5,6
b. Klasifikasi Stadium TNM berdasarkan American Joint Committee on Cancer
(AJCC, 2002)
• T = ukuran primer tumor.
Ukuran T secara klinis, radiologis, dan mikroskopis adalah sama. Nilai T dalam cm,
nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1 cm.
Tx : Tumor primer tidak dapat dnilai.
To : Tidak terdapat tumor primer.
Tis : Karsinoma in situ.
Tis(DCIS) : Ductal Carcinoma In Situ.
Tis(LCIS) : Lobular Carcinoma In Situ.
Tis(Paget’s) : Penyakit Paget pada putting tanpa adanya tumor.
Catatan: Penyakit Paget dengan adanya tumor dikelompokkan sesuai dengan
ukuran tumornya.
T1 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya 2cm atau kurang.
T1mic : Adanya mikroinvasi ukuran 0,1 cm atau kurang.
T1a : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,1 cm sampai 0,5 cm.
T1b : Tumor dengan ukuran lebih dari 0,5 cm sampai 1 cm.
T1c : Tumor dengan ukuran lebih dari 1 cm sampai 2 cm.
T2 : Tumor dengan ukuran diameter terbesarnya lebih dari 2 cm
sampai 5 cm.
T3 : Tumor dengan ukuran diameter terbesar lebih dari 5 cm.
T4 : Ukuran tumor berapapun dengan ekstensi langsung ke dinding
dada atau kulit.
T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis.
T4b : Edema (termasuk peau d’orange), ulserasi, nodul satelit pada
kulit yang terbatas pada 1 payudara.
T4c : Mencakup kedua hal di atas.
T4d : inflammatory carcinoma.
• N = kelenjar getah bening regional.
Nx : Kgb regional tidak bisa dinilai (telah diangkat sebelumnya).
N0 : Tidak terdapat metastasis kgb.
N1 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral yang mobil.
N2 : Metastasis ke kgb aksila ipsilateral terfiksir, berkonglomerasi,
atau adanya pembesaran kgb ke mamaria interna ipsilateral
(klinis) tanpa adanya metastasis ke kgb aksila.
N2a : Metastasis pada kgb aksila terfiksir atau berkonglomerasi atau
melekat ke struktur lain.
N2b : Metastasis hanya pada kgb mamaria interna ipsilateral secara
klinis dan tidak terdapat metastasis pada kgb aksila.
N3 : Metastasis pada kgb infraklavikular ipsilateral dengan atau
tanpa metastasis kgb aksila atau klinis terdapat metastasis pada
kgb aksila; atau metastasis pada kgb supraklavikula ipsilateral
dengan atau tanpa metastasis pada kgb aksila/mamaria interna.
N3a : Metastasis ke kgb infraklavikular ipsilateral.
N3b : Metastasis ke kgb mamaria interna dan kgb aksila.
N3c : Metastasis ke kgb supraklavikula.
Catatan: Terdeteksi secara klinis; terdeteksi dengan pemeriksaan fisik atau secara
imaging (di luar limfoscintigrafi).
• M = metastasis jauh.
Mx : Metastasis jauh belum dapat dinilai.
M0 : Tidak terdapat metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh.
Tabel 1 Klasifikasi stadium carcinoma mammae 5
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stage IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stage IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stage IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stage IIIC T (semua) N3 M0
Stage IV T (semua) N (semua) M1
Gambar 4 Stadium carcinoma mammae
c. Klasifikasi berdasarkan Histologi
Berikut penjelasan beberapa tipe histologis dari kanker payudara:
1) Karsinoma duktal : Karsinoma duktal invasif merupakan kelompok
terbesar (78%) dari seluruh tumor ganas payudara. Secara mikroskopik
tampak proliferasi anaplastik epitel duktus yang dapat memenuhi dan
menyumbat duktus. Karsinoma duktal noninvasif (karsinoma duktal in
situ atau karsinoma intraduktal) biasanya terjadi tanpa membentuk massa
karena tidak ada komponen scirrhous.
2) Karsinoma lobular (9%) : Separuh kasus karsinoma lobular ditemukan in
situ tanpa tanda-tanda invasi lokal sehingga sering dianggap premaligna
dan disebut neoplasia lobular. Secara histologi menunjukkan gambaran
sel-sel anaplastik yang semuanya terletak di dalam lobulus-lobulus.
3) Comedocarcinoma (5%) : Duktus yang diisi oleh tumor sel kecil dan
debris sentral.
4) Karsinoma medular (4%) : Gambaran histologi menunjukkan stroma yang
sedikit dan penuh berisi kelompok sel yang belum berdifferensiasi, tidak
teratur dan tidak jelas membentuk kelenjar atau pertumbuhan kapiler.
Terdapat banyak sebukan limfosit yang menjolok pada stroma di dalam
tumor.
5) Karsinoma koloid (3%) : Duktus dihambat oleh sel-sel karsinoma dan
kista proksimal berkembang.
6) Karsinoma mukoid/musinus (3%). Tumor ini tumbuh perlahan-lahan dan
secara mikroskopik sel tumor yang menghasilkan musin tersusun
membentuk asinus pada beberapa tempat. Juga tampak sel-sel cincin
stempel (signet ring cells).
7) Karsinoma skirus (schirrous) : Pada pemeriksaan mikroskopik tumor
terdiri dari stroma yang padat dengan kelompok sel epitel yang terlepas
atau membentuk kelenjar. Sel-sel berbentuk bulat atau poligonal,
hiperkromatik.
8) Karsinoma inflamasi (1%) : Karsinoma ini memiliki prognosis paling
buruk. Sistem limfa dipenuhi oleh tumor memicu perubahan payudara dan
kulit yang mirip infeksi.
9) Penyakit Paget (1%) : Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran
ekskresi utama yang menyebar ke kulit puting susu dan areola, sehingga
terjadi kelainan menyerupai ekzema yaitu adanya krusta di daerah papil
dan areola. Jika tidak ditemukan massa tumor di bawahnya penyakit ini
termasuk karsinoma insitu, tapi jika ada massa tumor termasuk karsinoma
duktal invasif. Kelainan ini ditemukan pada wanita berusia lebih tua dari
penderita kanker payudara umumnya dan bersifat unilateral. Tanda khas
adalah adanya penyebukan epidermis oleh sel ganas yang disebut sel
paget.

3.2.7 Jalur Penyebaran

a. Invasi lokal
Kanker mammae sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar. Tumor
pada mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan ke
sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, posterior ke otot pektoralis hingga ke
dinding toraks 2
b. Metastasis kelenjar limfe regional
Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar.
Data di China menunjukkan: mendekati 60% pasien kanker mammae pada
konsultasi awal menderita metastasis kelenjar limfe aksilar. Semakin lanjut
stadiumnya, diferensiasi sel kanker makin buruk, angka metastasis makin tinggi.
Kelenjar limfe mammaria interna juga merupakan jalur metastasis yang penting.
Menurut observasi klinik patologik, bila tumor di sisi medial dan kelenjar limfe
aksilar positif, angka metastasis kelenjar limfe mammaria interna adalah 50%; jika
kelenjar limfe aksilar negative, angka metastasis adalah 15%. Karena vasa limfatik
dalam kelenjar mammae saling beranastomosis, ada sebagian lesi walaupun terletak
di sisi lateral, juga mungkin bermetastasis ke kelenjar limfe mammaria interna.
Metastasis di kelenjar limfe aksilar maupun kelenjar limfe mammaria interna dapat
lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe supraklavikular.6
c. Metastasis hematogen
Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh darah,
juga dapat langsung menginvasi masuk pembuluh darah (melalui vena kava atau
sistem vena interkostal-vertebral) hingga timbul metastasis hematogen. Hasil
autopsy menunjukkan lokasi tersering metastasis adalah paru, tulang, hati, pleura,
dan adrenal.6

3.2.8 Diagnosis kanker payudara

Sebanyak 33% kasus kanker payudara mengeluh terdapat benjolan pada


payudaranya. Tanda dan gejala lainnya meliputi, pembesaran payudara yang tidak
simetris, perubahan puting susu, retraksi, atau mengeluarkan sekret, ulkus atau
kemerahan pada kulit payudara, benjolan pada ketiak, dan nyeri pada otot sekitar
payudara. Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sewaktu haid dan
dirasakan pada kedua payudara. Tumor-tumor jinak, seperti kista retensi atau tumor
jinak lain, hampir tidak menimbulkan nyeri. Kanker payudara dalam taraf
permulaan pun tidak menimbulkan rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke
sekitar sudah mulai 7.
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan secara halus, tidak boleh kasar dan
keras. Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan perdarahan atau nyeri yang
hebat dari penderita, tumor ganas tidak boleh dilakukan pemeriksaan fisik yang
berulang-ulang karena kemungkinan dapat
mempercepat penyebaran.
1) Inspeksi
Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit
akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit. Edema kulit harus
diperthatikan pada tumor yang terletak tidak jauh di bawah kulit. Edema kulit
dapat tampak seperti gambaran kulit jeruk (peau d’oranges) pada kanker
payudara. Selain itu, Dapat dilihat Puting susu tertarik ke dalam, eksem pada
puting susu, edema, ulserasi, satelit tumor di kulit, atau nodul pada axilla.6,7
2) Palpasi
Pemeriksaan dilakukan dengan tangan pasien di samping dan sesudah itu
tangan di atas dengan posisi pasien duduk. Palpasi harus meliputi seluruh
payudara, dari parasternal kearah garis aksila ke belakang, dari subklavikular
ke arah paling distal. Palpasi harus meliputi seluruh payudara, mulai dari
parasternal ke arah garis aksila ke belakang dan dari subklavikular ke arah
paling distal. Palpasi dilakukan dengan memakai 3-4 jari yang dirapatkan,
palpasi payudara di antara dua jari harus dihindarkan karena dengan cara ini
kelenjar payudara normalpun teraba seperti massa tumor. Palpasi dimulai dari
bagian perifer sampai areola mammae dan papilla mammae, apabila terdapat
massa maka perlu dievaluasi tentang :
• Besar atau diameter serta letak dan batas tumor dengan jaringan sekitarnya
• Hubungan kulit dengan tumor apakah masih bebas atau ada perlengketan
• Hubungan tumor dengan jaringan di bawahnya apakah bebas atau ada
perlengketan,
• Kelenjar limfe di aksila, infraklavikular, dan supraklavikular.
• Adanya tumor satelit 6,7
Pemeriksaan sitologi
Pemeriksan sitologi dapat diperoleh sediaan dari pungsi jarum halus serta
dapat menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku
atau akan dilakukan pemeriksaan yang lain atau akan langsung dilakukan
ekstirpasi. Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah
radikal sebab hasil negatif palsu sering terjadi 3. Dapat dipakai untuk menegakkan
diagnosa kanker payudara melalui tiga cara :
• Pemeriksan sekret dari puting susu.
• Pemeriksaan sediaan tekan (Sitologi Imprint).
• Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration).
• Biopsi
Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering
dipergunakan untuk diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan
anestesi lokal ataupun umum tergantung pada kondisi pasien. Apabila pemeriksaan
histopatologi positif karsinoma, maka pada pasien kembali ke kamar bedah untuk
tindakan bedah terapetik. 6
• USG (Ultrasonografi)
USG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak
mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan pemeriksaan
bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai berulang-ulang.
USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste pada payudara serta
untuk menentukan metastasis di hati. USG ini berperan terutama untuk payudara
yang padat pada wanita muda, jenis payudara ini kadang-kadang sulit dinilai
dengan mammografi.6
• Mammografi
Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan
khusus yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras
serta dapat menemukan benjolan yang kecil sekalipun2. Pemeriksaan mammografi
adalah pemeriksaan terpenting dalam diagnosa kelainan payudara. Mammografi
sampai saat ini masih menjadi pemeriksaan dasar dalam program deteksi dini
kanker payudara. Telah banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan
mammografi sebagai alat penapisan telah mampu menurunkan mortalitas akibat
kanker payudara pada wanita yang berusia lebih dari 50 tahun, dan banyak
penelitian terbaru didapatkan secara statistik terdapat keuntungan yang signifikan
pada wanita dengan usia 40-49 tahun.5
Mammografi harus dibuat dengan proyeksi cranio-caudal dan mediolateral
atau oblique medio-lateral, dengan pesawat khusus mammografi dengan target dari
Molybdenum. Tanda-tanda malignitas yang dapat dideteksi dengan mamografi
adalah :
a. Adanya massa berstruktur stellate (massa dengan tepi tidak rata, radial,
seperti isi kedondong).
b. Mikrokalsifikasi, yang terdapat pada massa stellate atau hanya
mikrokalsifikasi saja. Tipe kalsifikasi dapat tersebar (cluster type)
c. Adanya retraksi papilla yang terlihat pada mammografi
d. Adanya infiltrasi pada subkutan, atau infiltrasi tumor pada kulit
e. Pembesaran limfonodi di daerah aksilla 4

3.2.8 Tatalaksana kanker payudara

a. Terapi operatif
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0, I, II dan sebagian stadium
III disebut kanker mammae operable. Pola operasi yang sering dipakai adalah
sebagai berikut :
1) Mastektomi radikal
Tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan memopulerkan operasi radikal
kanker mammae, lingkup reseksinya mencakup kulit berjarak minimal 3 cm dari
tumor, seluruh kelenjar mammae, m.pectoralis mayor, m.pectoralis minor, dan
jaringan limfatik dan lemak subskapular, aksilar secara kontinyu enblok reseksi.
2) Mastektomi radikal modifikasi
Lingkup reseksi sama dengan teknik radikal, tapi mempertahankan m.pektoralis
mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m.pektoralis mayor,
mereseksi m.pektoralis minor (model Patey). Pola operasi ini memiliki kelebihan
antara lain memacu pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan
kelenjar limfe aksilar superior.
3) Mastektomi total
Hanya membuang seluruh kelenjar mammae tanpa membersihkan kelenjar limfe.
Model operasi ini terutama untuk karsinoma in situ atau pasien lanjut usia.
4) Mastektomi segmental plus diseksi kelenjar limfe aksilar
Secara umum ini disebut dengan operasi konservasi mammae. Biasanya dibuat dua
insisi terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan mereseksi
sebagian jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor, di bawah mikroskop tak
ada invasi tumor tempat irisan. Lingkup diseksi kelenjar limfe aksilar biasanya juga
mencakup jaringan aksila dan kelenjar limfe aksilar kelompok tengah.
5) Mastektomi segmental plus biopsy kelenjar limfe sentinel
Metode reseksi segmental sama dengan di atas. kelenjar limfe sentinel adalah
terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi
dilakukan insisi kecil di aksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe sentinel,
dibiopsi, bila patologik negative maka operasi dihentikan, bila positif maka
dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar. Untuk terapi kanker mammae terdapat
banyak pilihan pola operasi, yang mana yang terbaik masih kontroversial. Secara
umum dikatakan harus berdasarkan stadium penyakit dengan syarat dapat
mereseksi tuntas tumor, kemudian baru memikirkan sedapat mungkin konservasi
fungsi dan kontur mammae.6
b. Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh
sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Pada saat ini, radiasi post
mastektomi (postmastectomy radiation) dilakukan pada wanita dengan tumor
primer T3 atau T4, serta telah mengenai 4 atau lebih limfonodi . Efek pengobatan
ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari
radiasi. 5,6
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Tidak
hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh. Efek dari kemoterapi
adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi 6. Kemoterapi menurunkan angka
kekambuhan dan meningkatkan harapan hidup pada semua kelompok (penurunan
angka rekurensi = 23.5% ± 2% dan penurunan mortalitas = 15.3% ± 2%). Hal
tersebut sangat menonjol pada wanita premenopausal dan pada reseptor esterogen
negatif. Kemajuan terapi akan tampak pada 5 tahun pertama dan 5 tahun kedua.
Penurunan rekurensi dan mortalitas tampak sama pada wanita pre maupun post
menopause dan pada metastase limfonodi positif maupun yang negatif. Kemoterapi
yang diberikan setelah dilakukan terapi operatif dikenal sebagi kemoterapi ajuvan
(adjuvant chemotherapy). Kemoterapi ajuvan berfungsi membunuh atau
menghambat mikrometastasis carcinoma mamma setelah operasi primer.
Pemberian kemoterapi ajuvan dengan atau tanpa pemberian terapi hormonal telah
diketahui meningkatkan angka harapan hidup pada penderita. Kemoterapi ajuvan
dapat meningkatkan harapan hidup 10 tahun penderita berkisar antara 7%-11% baik
pada wanita premenopausal dengan stadium dini dan sebesar 2%-3% pada wanita
lebih dari 50 tahun 10.
Pilihan kemoterapi lini pertama :
• Anthracycline-based.
• Taxanes.
• Cyclophosphamide, methotrexate and 5-fluorouracil (CMF)
Pilihan kemoterapi lini kedua :
• Jika obat lini pertama menggunakan anthracycline-based atau CMF, obat lini
keduanya adalah taxane.
• Jika lini pertama menggunakan taxane, maka obat lini keduanya adalah
anthracycline-based atau CMF.
• Regimen capecitabine, 5-fluorouracil (via infusion), vinorelbine, dan
mitoxantrone.
Kegagalan penggunaan dua atau tiga regimen kemoterapi menurut Eastern
Cooperative Oncology Group merupakan indikasi untuk pemberian terapi suportif
saja. 10
Pada pasien dengan tumor yang mengekspresikan HER2/neu, dapat
dipertimbangkan pemberian trastuzumab yang dikombinasikan dengan paclilaxel,
docetaxel atau vinorelbine. Trastuzumab juga dapat dikombinasikan dengan
doxorubicin dan cyclophosphamide (AC), namun penggunaan trastuzumab dengan
AC sering dihubungkan dengan efek toksik pada jantung. Trastuzumab merupakan
antibodi monoklonal (humanized monoclonal antibody) yang berfungsi menduduki
reseptor gen HER-2/neu pada domain ekstraseluler. Sebagai agen tunggal,
trastuzumab berhasil meningkatkan respon terapi sebesar 15% pada kanker
payudara stadium lanjut (advanced breast cancer), sebagai terapi lini kedua 11.
d. Terapi hormonal
Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis
jauh, biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya
lebih lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause. Hal
ini disebabkan adanya reseptor esterogen pada sel karsinoma mammae pada
sebagian besar wanita dengan ca mammae. Reseptor tersebut dapat dimasuki oleh
hormon esterogen yang diproduksi ovarium. Akibat pengaruh esterogen tersebut,
dapat memacu proliferasi sel tumor mammae, sehingga wanita pre menopause
dengan ca mamma mempunyai prognosis yang buruk. Esterogen dapat
menstimulasi pertumbuhan sel kanker payudara, namun dapat berefek sebaliknya
jika diberikan dengan dosis tinggi 8. Manipulasi hormonal dapat dilakukan dengan
cara :
a. Ovarektomy bilateral, disebut juga sebagai prophylactic oophorectomy telah
diketahui mampu menurunkan resiko terjadinya kanker payudara. Pada sebuah
penelitian prospektif, pemberian HRT (hormone replacement therapy) pada
pasien post ooforektomi bilateral tidak mampu menurunkan resiko kanker
payudara pada penderita yang memiliki gen mutasi BRCA1.8
b. Memberikan obat first line hormonal therapy berupa Tamoksifen 2 x 10 mg
selama 2 tahun. Tamoxifen merupakan obat anti kanker non steroid yang
memiliki efek anti-esterogen pada payudara. Obat ini bekerja menghambat
esterogen berikatan dengan reseptor esterogen pada sel kanker yang sensitif
esterogen. Obat ini digunakan pada ca mamma dengan reseptor esterogen positif.
Selain itu, obat ini juga diduga memiliki efek preventif pada wanita yang
memiliki resiko tinggi terkena ca mamma. Pemberian tamoxifen sebagai terapi
ajuvan pada terapi ca mamma telah dikemukakan oleh Early Breast Cancer
Trialists Collaborative Group (EBCTCG), bahwa pada terapi tamoxifen selama
5 tahun pada wanita penderita kanker payudara dengan esterogen receptor
positive (ER+) berhasil menurunkan rasio kematian akibat kanker payudara per
tahun sebesar 31%, tidak tergantung usia, cara pemberian kemoterapi, status
reseptor progesteron, maupun karakteristik tumor 4,8,9,12

3.2.9 Prognosis

Karakteristik dari beberapa tumor sangat penting untuk dikenali karena dapat
menentukan prognosis secara signifikan dan dapat dipertimbangkan sebagai acuan
dalam penentuan strategi terapi pada tiap individu penderita. Prognosis karsinoma
mamma tergantung dari :
• Usia
• Ukuran tumor.
• Adanya metastasis ke kelenjar limfe. Hal ini sangat panting dalam memprediksi
rekurensi penyakit dan harapan hidup. Dimana pasien tanpa metastase ke
kelenjar limfe angka harapan hidup 10 tahun mencapai 70%-80%, dan prognosis
akan mebih buruk pada pasien dengan metastase ke kelenjar limfe.
• Derajat kanker secara histologis.
• Adanya reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesterone (PR). Pasien dengan
tumor dengan reseptor positif memiliki resiko kekambuhan yang lebih rendah
dan harapan hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan tumor reseptor
negatif.
• HER2-neu (C-erb B2). 10
Namun Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik
untuk menentukan prognosis penyakit ini. Menurut National Cancer Data Base,
berdasarkan jumlah penderita kanker payudara pada tahun 2001 dan 2002
didapatkan persentase harapan hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun
digambarkan dalam tabel five-year survival rate berikut ini :
Stage 5-year survival rate
0 93%
I 88%
IIA 81%
IIB 74%
IIIA 67%
IIIB 41%
IIIC 49%
IV 15%

(Sumber : American Cancer Society, 2011)


BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Dasar Diagnosis
Pasien Teori
Anamnesis Pasien datang ke poli RSUD Anamnesis dimulai dengan
Syarifah Ambami Rato Ebu pencatatan identitas penderita
Bangkalan pada hari Senin, 09 secara lengkap dilanjutkan
Oktober 2023 pukul 12.00 dengan keluhan utama.
WIB dengan keluhan benjolan Keluhan utama penderita dapat
pada payudara kanan sejak dua berupa: adanya benjolan pada
bulan yang lalu. Benjolan kecil payudara; rasa nyeri; keluar
lalu semakin lama membesar, cairan dari puting susu; retraksi
teraba keras dan tidak nyeri. puting susu; adanya ekzema di
Pasien merasa nyeri tajam sekitar areola; keluhan kulit
hilang timbul pada payudara berupa dimpling, venektasi,
kanan diperberat saat ulserasi atau adanya peau
melakukan aktivitas berat, dan d’orange; adanya benjolan di
membaik saat sedang istirahat. ketiak; edema lengan dan tanda
Selain itu benjolan di ketiak metastasis jauh misalnya nyeri
diketahui sejak pemeriksaan di tulang (vertebrae, femur), rasa
poli bedah terakhir 2 minggu penuh di ulu hati, batuk, sesak,
yang lalu. Tidak ada cairan dan sakit kepala hebat.
yang keluar dari payudara. Benjolan payudara dapat
Terdapat penurunan berat dideteksi pada 90% pasien
badan sebanyak 3 kg dan juga dengan kanker payudara dan
penurunan nafsu makan. merupakan tanda yang paling
Didapatkan keluarga yang umum. Benjolan kanker
menderita penyakit serupa cenderung soliter, unilateral,
yaitu bibi pasien. padat, keras, ireguler, tidak
dapat digerakkan (nonmobile),
cepat membesar dan tidak
nyeri. Cairan yang keluar
secara spontan dari puting susu
(nipple discharge) adalah tanda
kedua yang paling umum dari
kanker payudara. Karakter
nipple discharge dapat
membantu menegakkan
diagnosis. Cairan seperti susu
menandakan galaktore, cairan
purulen disebabkan oleh
infeksi, dan cairan multiwarna
atau lengket menandakan
ektasia duktus
(comedomastitis). Cairan
serous, serosanguinus,
berdarah atau seperti air
mungkin menandakan
papiloma (80%) atau
karsinoma intraduktal (20%)
Selain itu juga perlu ditanyakan
mengenai pengaruh siklus
menstruasi terhadap keluhan
tumor; menstruasi pertama
pada usia berapa; bila sudah
menopause, pada usia berapa;
usia saat pertama kali
melahirkan anak; menyusui
atau tidak; riwayat kanker
payudara atau kanker lainnya
dalam keluarga; riwayat
pemakaian obat-obat
hormonal; riwayat operasi
tumor payudara atau tumor
ginekologik; dan riwayat
radiasi di daerah dada. Faktor-
faktor risiko ini perlu
ditanyakan agar dokter dapat
mempertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan
mamografi pada penderita yang
berisiko tinggi, dan bagi pasien
agar lebih waspada dan rutin
melakukan pemeriksaan
payudara sendiri. Keluhan
pasien di organ lain yang
berhubungan dengan
metastasis perlu ditanyakan
seperti batuk, sesak, rasa penuh
di ulu hati, nyeri tulang, dan
sakit kepala hebat. Tanda-tanda
umum tentang nafsu makan
dan penurunan berat badan
juga perlu ditanyakan.
Pemeriksaan Inspeksi : Pada pemeriksaan ini
Fisik Benjolan (+) berukuran 2 cm ditentukan lokasi tumor
pada daerah inferolateral, berdasarkan kuadran payudara
Pembesaran KGB Axilla (+) (lateral atas, lateral bawah,
retraksi puting (-), nipple medial atas, medial bawah, dan
discharge (-),peau d’orange (-) daerah sentral), ukuran tumor
, abses (-), darah (-) (diameter terbesar),
konsistensi, permukaan, bentuk
Palpasi : dan batas-batas tumor, jumlah
Jumlah : tunggal tumor serta mobilitasnya
Ukuran : ± 2 cm terhadap jaringan sekitar
Konsistensi: padat keras
Batas : Tidak Tegas payudara, kulit, m.pektoralis
Permukaan: Tidak rata dan dinding dada.
Nyeri tekan (-)
Nodul satelit (-)
Terfiksasi ke dinding dada,
muskulus serratus anterior
Pembesaran KGB: axilla
dextra (+), mamaria interna,
infra clavicula (-),
supraclavicula (-), coli (-)

Pemeriksaan Darah lengkap Makroskopik :


Penunjang FNAB Dilakukan 2x pucture pada
regio mammae dextra kuadran
lateral ukuran 2 cm batas tidak
jelas, fixed, padat kenyal
Miroskopik :
Hapusan hiperseluler terdiri
dari sebaran kelompok dan
kelompok sel epitel ductuli
anaplasia, inti bulat oval,
pleomorfik, kromatin kasar,
anak inti prominent tersusun
membetuk struktur acini
Kesimpulan : Massa Regio
Mammae Dextra
FNAB
Infiltrating Ductal Carcinoma

4.2 Dasar Terapi


1. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
Suatu tindakan pembedahan pada keganasan payudara yaitu dengan
mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari seluruh stroma
dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas
tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I,
II/III secara en bloc tanpa mengangkat m.pektoralis major dan minor.
• Indikasi operasi
- Kanker payudara stadium dini (I,II)
- Kanker payudara stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu
- Keganasan jaringan lunak pada payudara.
• Kontra indikasi operasi
- Tumor melekat dinding dada
- Edema lengan
- Nodul satelit yang luas
- Mastitis inflamatoar
2. IVFD RL
Indikasi: Pemberian Infus Untuk memberikan respon yang cepat terhadap
pemberian obat. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan
mengurangi kebutuhan dengan injeksi intramuskuler. Untuk memasukkan
obat yang tidak dapat diberikan secara oral atau intramuskuler.
Kontraindikasi: Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi
pemasangan infus. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena
lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V
shunt) pada tindakan hemodialis. Obat-obatan yang berpotensi iritan
terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya
pembuluh vena di tungkai dan kaki).
3. NSAID - Metamizole
Non streroidal anti inflammatory drugs (NSAIDs) atau anti inflamasi non
steroid (OAINS) adalah golongan obat yang bekerja terutama di perifer
yang berfungsi sebagai analgesik (pereda nyeri), antipirektik (penurun
panas) dan antiinflamasi (anti radang). Aspirin bekerja dengan cara
menghambat sintesis tromboxane A2 (TXA2) di dalam trombosit dan

prostacyclin (PGI2) di pembuluh darah dengan menghambat secara


ireversibel enzim siklooksigenase. Penghambatan enzim siklooksigenase
terjadi karena aspirin mengasetilasi enzim tersebut (Katzung, 2003).
Dikarenakan platelet tidak dapat melakukan regenerasi terhadap siklo-
oksigenase, efek daripada aspirin sepanjang jangka hidup dari platelet
(secara umum selama 10 hari) (Katzung, 2003). Aspirin sangat iritatif
tetapi yang paling bertahan lama dan merupakan analgetik efektif, dengan
durasi kerja sekitar 4 jam. Namun lebih dari 50% pasien tidak dapat
mentoleransi efek sampingnya (mual, muntah dan nyeri epigastrium).
4. Antibiotik – Cefazolin
Cefazolin merupakan antibiotik golongan Cephalosporin Generasi
Pertama yang menjadi salah satu pilihan dalam profilaksis tindakan bedah.
Cefazolin memiliki spektrum antimikroba terhadap bakteri gram positif:
Staphylococcus aureus yang rentan methicillin (MSSA), Staphylococci
koagulase-negatif, Streptococcus pneumoniae yang rentan terhadap penis,
Streptococci spp dan terhadap bakteri gram negatif: Moraxella catarrhalis,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Proteus mirabilis. Cefazolin
bekerja melalui aktivitas bakterisida dengan mengganggu proses sintesis
dinding sel bakteri melalui inaktivasi satu atau lebih protein pengikat
penisilin dan menghambat hubungan silang dari struktur peptidoglycan.
Cefazolin juga dianggap berperan dalam aktivasi autolysins sel bakteri
yang dapat berkontribusi terhadap lisis sel bakteri. Dosis penggunaan pra-
operasi: 1 g IV / IM 0,5-1 jam sebelum operasi, kemudian 0,5-1 g IV / IM
q6-8h x 24 jam.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien
didiagnosis Ca mammae. Diagnosa ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan
pemeriksaan penunjang. Penegakan diagnosis kanker payudara didapatkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa
radiodiagnostik serta histopatologi. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan trias keganasan berupa progresivitas, infiltrasi, dan metastase.
Pemeriksaan radiodiagnostik yang dapat menjadi pilihan adalah mamografi, dan
USG mammae, sedangkan sitologi dapat dilakukan FNAB, Core biopsy, Biopsy
terbuka, dan Sentinel Node Biopsy. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan jenis
kanker pada selnya (grading), staging, dan stadium serta penilaian kelangsungan
hidup pasien sehingga dapat ditentukan tatalaksana yang tepat untuk pasien.
Tatalaksana yang diberikan dapat berupa tindakan definitive operasi, kemoterapi,
maupun paliatif.

5.2 Saran
Perlu dilakukan literature review yang lebih mendalam sehingga laporan
kasus ini dapat menyajikan informasi yang lebih komprehensif dan dapat menjadi
tambahan wawasan bagi pembaca dan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lester SC. The Breast. In : Robins and Cotran Pathologic Basis of Disease,
Seventh Edition, W.B. Saunders Company. 2005. p.1129-1152
2. Sjamsuhidajat R, de Jong W (Editor). Payudara. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi kedua. Jakarta : EGC, 2004. Hal. 388-402
3. Brunicardi CF. Schwartz’s principles of surgery. Ninth edition. USA :
McGraw-Hills, 2010.
4. Tjokronagoro, M. Radioterapi pada carcinoma mammae. Buku ajar kuliah
radiasi onkologi volume II. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, 2001. Hal. 4-5
5. Pass HA. Disease of the Breast. In : Norton JA (Editor). Essential practice
of surgery: basic science and clinical evidence. New York : Springer, 2002.
p. 655-68
6. Ashar I. Carcinoma mammae. 2010. Available from :
http/:www.fkumy.ac.id/. Accesses April 13th, 2012.
7. Wiknjosastro H. Kelainan pada payudara. Dalam : Ilmu kandungan sarwono
prawirihardjo. Edisi kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prwirohardjo, 2005. Hal. 477-81.
8. Lea R. Use of hormonal replacement therapy after treatment of breast
cancer. J Obstet Gynaecol Can 2004;26(1):49-54
9. Katzung BG, Trevor AJ, Masters SB. Cancer chemotherapy. In : Katzung
and trevor’s pharmacology. Sixth edition. USA : McGraw-Hill, 2002.
p.483-86
10. WHO-Regional Office for the Eastern Mediterranean. Treatment policy. In:
Guidelines for management of breast cancer. Egypt : EMRO Technical
Publications Series 31, 2006. p. 16-25.
11. Colantuoni G, Rossi A, Ferrara C, Nicolella D et al. (Review article)
Chemotherapy in elderly patients with advanced breast cancer. Cancer
Therapy 2003; 1: 71-79.
12. Ryan PD, Goss PE. Adjuvant hormonal therapy in peri- and postmenopausal
breast cancer. The oncologist 2006; 11:718-731

2
13. Cunnick GH, Jiang WG, Jones TD, Watkins G et al. Lymphangiogenesis
and lymph node metastasis in breast cancer. Molekular cancer 2008, 7:23.p
1-10.
14. Abe H, Naitoh H, Umeda T, Shiomi H et al. Occult breast cancer presenting
axillary nodal metastasis: a case report. Jpn J Clin Oncol 2000; 30(4).p 185-
87
15. Setiawan I (editor). 1997. Mikrosirkulasi dan sistem limfatik. Dalam :
Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. EGC,
Jakarta. Hal. 243-247.
16. Colleoni M, Rotmensz N, Peruzzotti G, Maissonneuve P et al. Size of breast
cancer metastases in axillary lynph nodes: clinical relevance of minimal
lymph node involvement. Journal of clinical oncology 2005; 23(7). p. 1379-
1388.

Anda mungkin juga menyukai