OLEH:
Fitri Rahmaniani, S.Ked
Riefni Silara Dini, S.Ked
Syarifah Ardiani Putri, S.Ked
Debora Jessica S, S.Ked
Hanissa Nifa Simanjuntak, S.Ked
Lisdiana Putri, S.Ked
Ayu Retno Lestari, S.Ked
Azuhra Annisa, S.Ked
Pembimbing :
Dr. dr. Donel Suhaimi, Sp.OG (K)
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
3.1.1 Definisi.....................................................................................18
3.1.2 Klasifikasi................................................................................18
3.1.5 Etiopatogenesis........................................................................19
3.2 Preeklamsia........................................................................................21
3.3.1 Penyebab..................................................................................29
3.3.2 Insiden......................................................................................29
iii
3.3.4 Diagnosis..................................................................................30
3.4.1 Etiologi.....................................................................................35
3.4.2 Diagnosis..................................................................................35
3.4.4 Penanganan..............................................................................36
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................38
5.1 Simpulan............................................................................................45
5.2 Saran...................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.3. Etiologi
Sebab yang primer dari solusio plasenta tidak diketahui, tetapi terdapat
beberapa keadaan patologik yang terlihat lebih sering bersama dengan atau
menyertai solusio plasenta dan dianggap sebagai faktor resiko, antara lain : usia
ibu dan paritas yang tinggi beresiko lebih tinggi, pernah solusio plasenta (10-
8
dengan 7 kali).1
3.1.4. Patofisiologi
Solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu proses yang bermula
dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari tempat
menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipi yang tetap melekat
pada myometrium. Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali proses terdiri
atas pembentukan hematom yang bisa mengakibatkan pelepasan yang lebih luas,
janin. Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta
karena uterus yang lagi mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit
pelepasan lipopolisakarida dan endotoksin lain yang berasal dari angensin yang
dan bahan-bahan oksidan lainnya seperti superoksida. Salah satu kerja sitotoksis
atau menyebabkan kerusakan pada arteri spiralis yang memasok dari ke plasenta
menyebabkan iskemia pada plasenta sering dijumpai bermacam lesi seperti infark,
obstruksi stress, apoptosis, dan nekrosis, semua ini dapat berpotensi merusak
3.1.5. Diagnosis
Gambaran klinik penderita solusio plasenta bervariasi sesuai dengan berat
ringannya atau luas permukaan maternal plasenta yang terlepas. Gejala dan tanda
klinis yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan yang
berwarna tua keluar melalui vagina ( 80% kasus), rasa nyeri perut dan uterus
Dalam banyak hal diagnosis bisa di tegakkan dalam gelaja dan tanda klinik
yaitu perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, kontraksi tetanik pada uterus,
dan pada solusio plasenta yang berat terdapat kelainan denyut jantung janin pada
pemeriksaan dengan KTG. Namun, adakalanya pasien datang dengan gejala mirip
perut tegang, tetapi janin telah meninggal. Diagnosis defenitif hanya bisa
hematoma retroplasenta.1
dengan plasenta previa, tetapi pada solusio plasenta pemeriksaan dengan USG
desidua dan mioma semuanya bisa mirip dengan solusio plasenta dan memberikan
hasil pemeriksaan positif palsu. Disamping itu, solusio plasenta sulit dibedakan
dengan plasenta itu sendiri pemeriksaan ulang pada perdarahan baru sering bisa
membantu karena gambaran ultrasonografi dari darah yang telah membeku akan
berubah menurut waktu menjadi lebih ekogenik pada 48 jam kemudian menjadi
mana tidak terdapat sirkulasi darah yang aktif, sedangkan pada kompleksitas lain,
dan kontraksi uterus, terdapat sirkulasi darah yang aktif. Pada kontraksi uterus
terdapat sirkulasi aktif didalamnya, pada mioma sirkulasi aktif terdapat lebih
banyak pada bangian perferi dari pada di bagian tengah nya. Pulsed Wavie
Doppler dinyatakan tidak menjadi alat yang berguna untuk menegakkan diagnosis
dalam situasi darurat seperti pada kasus solusio plasenta tidaklah perangkat
diagnosis yang tepat. Alfa-feto-protein serum ibu (MSAFP) dan hCG serum ibu
bisa melewati plasenta dalam keadaan dimana terdapat gangguan fisiologi dan
keutuhan anatomik dari plasenta. Peningkatan kadar MSAFP tanpa sebab lain
kelainan kromosom, nrural tube defect, juga pada perempuan beresiko rendah
dijumpai kenaikan MSAFP dengan sensitifitas 67% bila tanpa perdarahan dan
dengan sensitivitas 100% bila disertai perdarahan. Nilai normal negatif (negatif
predictive value) pada keadaan ini bisa mencapai 94% pada tanpa perdarahan dan
dalam darah ibu tidak merupakan uji coba yang berguna pada diagnosis solusio
belakang plasenta, bukan berasal dari ruang intervillus dimana darah janin
3.1.6. Komplikasi
1. Konsumtif Koagulopati
fibrinogen dalam darah sehingga persediaan fibrinogen lambar laun mencapai titik
kritis (≤150 mg/100 mL darah) dan terjadi hipofibrinogemia.1
3. Couvelaire Uterus
3.1.7. Tatalaksana
inap di rumah sakit berfasilitas cukup. Ketika masuk segera lakukan pemeriksaan
darah lengkap termasuk Hb dan golongan darah sertah gambaran pembekuan drah
parsial, kadar fibrinogen dan kadar hancuran fibrin dan hancuran fibrinogen dalam
Manakala diagnosis belum jelas dan janin hidup tanpa tanda-tanda gawat
janin, observasi yang ketat dengan kesiangan dan fasilitas yang bias segera
banyaknya perdarahan, telah ada tanda-tanda persalinan spontan atau belum, dan
kehamilan serta keadaan ibu dan janinnya. Bilamana janin masih hidup dan cukup
15
dipilih persalinan melalui bedah sesar darurat. Pada perdarahan yang cukup
perdarahan dan menyelamatkan ibu sambil mengharapkan semoga janin juga bisa
pada kasus yang ringan atau janin telah mati, atau langsung dengan bedah sesar
komplikasi solusio plasenta maupun atas indikasi obstetrik yang timbul setelah
beberapa hari dalam rawatan. Terhadap pemberian tokolisis masih terdapat silang
pervaginam kecuali adanya perdarahan berat yang tidak teratasi dengan transfusi
darah yang banyak atau ada indikasi obstetrik lain yang mengkehendaki
atau masase agar kontraksi myometrium diperkuat dan mencegah perdarahan yang
hebat pascasalin sekalipun pada keadaan masih ada gangguan koagulasi. Harus
diingat bahwa koagulopati berat merupakan faktor resiko tinggi bagi bedah sesar
3.1.8. Prognosis
16
Solusio plasenta mempunyai prognosis yang buruk bagi ibu hamil dan
lebih buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio
plasenta ringan masih mempunyai prognosis baik bagi ibu dan janin karena tidak
prognosis yang lebih buruk terutama pada janinnya karena mortalitas dan
morbilitas perinatal yang tinggi di samping morbilitas ibu, yang lebih berat.
Solusio plasenta berat mempunyai prognosis paling buruk baik terhadap ibu lebih-
lebih terhadap janinnya. Umumnya pada keadaan yang demikian janin telah mati
plasenta sedang dan berat prognosisnya juga bergantung pada kecepatan dan
ketepatan bantuan medik yang diperoleh pasien. Transfusi darah yang banyak
dengan segera dan terminasi kehamilan tepat waktu sangat menurunkan morbilitas
3.3 IUFD
3.3.1. Definisi
3.3.2. Etiologi
17
3.3.3. Diagnosis
3.3.4. Pengelolaan
3.3.5. Pencegahan
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
5.1 Kesimpulan
1. Diagnosis pada kasus ini di tegakkan sesuai gejala dan tanda klinik, yaitu
perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, dan pada solusio plasenta dapat
terjadi IUFD akibat gangguan perfusi plasenta.
2. Faktor resiko utama pada kasus ini sehingga terjadinya solusio plasenta yaitu
usia dan multiparitas.
3. Tatalaksana kasus terminasi kehamilan sudah tepat yaitu secara pervaginam
mengingat pasien yang sudah inpartu kala II dengan his adekuat dan janin
yang IUFD.
5.2 Saran
1. Resiko rekurensi terjadinya solusio plasenta pada pasien ini meningkat
sehingga beresiko untuk kehamilan berikutnya . Untuk penundaan kehamilan
atau pencegahan kehamilan metode kontrasepsi yang baik pada pasien adalah
metode operasi wanita (MOW) atau tubektomi, sterilisasi, atau kontap.
DAFTAR PUSTAKA