Kelompok I:
Putu Aprilyana Eka Astuti 1302405001
Gede Yogi Darma Raharja 1302406002
Ni Nyoman Feby Wulandari 1302406003
Ni Wayan Rossa Sri Astini 1302406004
Ni Luh Putu Mira Anggriani 1302406005
Patricia Eviana Cahyadi 1302406006
Komang Ayu Sri Widyasanthi 1302406007
Ayu Graha Santi 1302406008
Dewa Ayu Putu Gek Mega S. P. 1302406009
Lydia Kurnia Purwanti 1302406010
I Gede Marantika Yogananda 1302406011
Kadek Eka Adhiatmitha 1302406012
COVER ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................ 2
BAB II. ISI .................................................................................................... 3
2.1 Linchenoid Reaction .................................................................. 3
2.1.1 Definisi ........................................................................... 3
2.1.2 Etiologi dan Patogenesis ................................................ 3
2.1.3 Gambaran Klinis............................................................. 4
2.1.4 Pemeriksaan Fisik........................................................... 5
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang.................................................. 5
2.1.6 Diagnosis ........................................................................ 5
2.1.7 Diagnosis Banding ......................................................... 6
2.1.8 Penatalaksanaan.............................................................. 7
2.2 Limfangioma.............................................................................. 7
2.2.1 Definisi ........................................................................... 7
2.2.2 Etiologi ........................................................................... 8
2.2.3 Histopatologi .................................................................. 8
2.2.4 Gambaran klinis ............................................................. 9
2.3 Linea Alba.................................................................................. 10
2.3.1 Definisi ........................................................................... 10
2.3.2 Etiologi ........................................................................... 10
2.3.3 Patologi........................................................................... 10
2.3.4 Histopatologi .................................................................. 11
2.3.5 Gambaran klinis ............................................................. 11
2.3.6 Pemeriksaan Fisik........................................................... 12
2.3.7 Pemeriksaan Penunjang.................................................. 12
ii
2.3.8 Diagnosis ........................................................................ 12
2.3.9 Diagnosis Banding ......................................................... 12
2.3.10 Penatalaksanaan.............................................................. 13
2.4 Linea Gingival Erythema........................................................... 13
2.4.1 Definisi ........................................................................... 13
2.4.2 Etiologi ........................................................................... 13
2.4.3 Patologi........................................................................... 14
2.4.4 Histopatologi .................................................................. 14
2.4.5 Gambaran Klinis............................................................. 15
2.4.6 Pemeriksaan Fisik........................................................... 15
2.4.7 Pemeriksaan Penunjang.................................................. 15
2.4.8 Prosedur Rujukan ........................................................... 15
BAB III. PENUTUP ..................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan................................................................................ 16
3.2 Saran .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah definisi, etiologi dan patogenesis, gambaran klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, diagnosis
banding dan penatalaksanaan dari Linchenoid Reaction?
2. Apakah definisi, etiologi, histopatologi dan gambaran klinis dari
Limfangioma?
3. Apakah definisi, etiologi, patologi, histopatologi, gambaran klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, diagnosis
banding dan penatalaksanaan dari Linea Alba?
4. Apakah definisi, etiologi, patologi, histopatologi, gambaran klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjnag dan prosedur rujukan dari
Linea Gingival Erythema?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi, etiologi dan patogenesis, gambaran
klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis,
diagnosis banding dan penatalaksanaan dari Linchenoid Reaction.
2. Untuk mengetahui definisi, etiologi, histopatologi dan gambaran
klinis dari Limfangioma.
3. Untuk mengetahui definisi, etiologi, patologi, histopatologi,
gambaran klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
diagnosis, diagnosis banding dan penatalaksanaan dari Linea Alba.
4. Untuk mengetahui definisi, etiologi, patologi, histopatologi,
gambaran klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan
prosedur rujukan dari Linea Gingival Erythema.
2
BAB II
ISI
3
Ketika mukosa oral dari individu sensitif terkena merkuri, sel Langerhan
di epitel oral mampu mengenal peptida-merkuri ke limfosit T perifer dengan TCR
yang cocok. Interaksi antara sel akan menyebabkan produksi sitokin, yang akan
menyebabkan aktifnya sel inflamasi untuk menjaga respon imun lokal di mukosa
oral yang terkana merkuri, dan pada akhirnya juga menyebabkan penyembuhan
ketika merkuri dihilangkan.
Pada reaksi lichenoid akibat induksi obat-obatan, mekanisme dibalik
reaksi lichenoid diinduksi obat-obatan (DILR) masih belum terlalu dimengerti.
Karena gambaran klinis dan histopatologinya menunjukkan tampilan reaksi
hipersensitivitas tertunda, maka dihipotesiskan bahwa obat dan metabolitnya
dengan kapasitas untuk berperan sebagai hapten memicu reaksi lichenoid.
Penisilin, emas, dan sulfonamide adalah contoh obat yang berhubungan dengan
perkembangan DILR. Penisilin dan emas dapat mengikat langsung self-protein,
yang akan dikenalkan oleh APC dan dikanali sebagai benda asing oleh limfosit T
spesifik, mirip reaksi hipersensitivitas yang tertunda. Obat seperti sulfonamide
menghapten self-protein dengan tidak langsung, melalui formasi metabolit raktif,
yang kan mengikat protein yang ada di mukosa oral. Telah disimpulkan
bahwasanya DILR dapat terjadi karena metabolisme obat yang rendah karena
variasi genetic sitokrom mayor enzim P-450.
Penyebab utama reaksi lichenoid karena penyakit graft versus host
(GVHD) adalah transplantasi sel allogeneic hematopoietic, walau transplantasi
autologus juga dapat menyebabkan GVHD. Pada donor yang kurang cocok, sel
yang dicangkok akan mengetahui bahwa mereka tidak berada pada lingkungan
asal mereka. Saat itu terjadi, sel ini mulai melawan apa yang disangka mereka
benda asing. Hasil dari perlawanan ini adalah terjadinya penyakit graft versus
host..
2.2.3 Gambaran klinis
Secara klinis menunjukkan pola reaksi yang sama dengan lichen planus,
yaitu reticulum, papula, plak, eritema, dan ulcer. Perbedaan lichen planus dengan
reaksi lichenoid karena kontak adalah pada perluasan lesi. Kebanyakan reaksi
lichenoid ini terdapat pada area yang berkontak dengan dental material seperti
mukosa bukal dan tepi lidah. Lesi sangat jarang ada di gingival, palatum, dasar
4
mulut, atau dorsal lidah. Kebanyakan reaksi lichenoid ini asimtomatik, tapi ketika
ada lesi eritema dan ulcer, pasien merasakan ketidaknyamanan dari makanan
panas dan pedas.
Reaksi lichenoid yang berkontak dengan komposit juga telah dilihat pada
sisi mukosa bibir atas dan bawah. Kebanyakan tipe reaksi lichenoid ini sembuh
dengan klorheksidin. DILR biasanya unilateral dan tampak pola reaksi ulser.
Karakteristik ini tidak konsisten dan tidak berguna dalam membedakan lichen
planus atau DILR. Karenanya diperlukan anamnesis untuk menegakkan diagnosis.
Terdapat pola lesi yang sama seperti pada pasien lichen planus, yaitu reticulum,
eritema, dan ulcer. Namun reaksi lichenoid yang berhubungan dengan GVHD
biasaaanya berhubungan dengan keterlibatan mukosa oral yang lebih luas.
5
karakteristik klinis yang sama, dan penggantian bahan restorasi gigi dapat
membantu untuk membedakan antara LCR dan OLP. LCR dapat hilang dengan
cepat/lambat jika bahan restorasi di ganti, OLP tidak.
Diagnosis juga dapat ditentukan berdasarkan onset terkait dengan mulai
pemakaian obat, lesi unilateral atau distribusi yang tidak biasa, keparahan yang
tidak biasa, dan perluasan lesi pada mukosa.
Biasanya dilakukan tes patch dan pemeriksaan histopatologi. namun
tidak terlalu membantu dalam penegakan diagnosa karena pemeriksaan
histopatologi tidak membantu dalam membedakan antara OLP dan LCR. Tes
patch pada mukosa harus menggunakan allergen dengan konsentrasi dosis 5-12
kali lebih tinggi karena mukosa tidak lebih sensitive daripada kulit. sehingga
konsentrasi dosis yang lebih tinggi baru menimbulkan reaksi toksik pada mukosa.
Diagnosis OLR berdasarkan karakteristik klinis dan temuan histologis.
Namun, sensitivitas dan spesifitas diagnosis histologis sangat rendah. Selain itu,
tidak ada molekul penanda diagnostic definitif yang telah ditetapkan sampai
saat ini. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) petunjuk diagnostik yang
paling tepat adalah penentuan apakah lesi hilang setelah menghilangkan paparan
faktor etiologi. Namun, dalam kasus DIRL pemberhentian obat
dapatmenempatkan kesehatan pasien pada risiko. 5amun dalam beberapa kasus,
hal ini tidak bergunakarena proses penyembuhan yang lambat.
Kehadiran GVHD sistemik memfasilitasi diagnosis perubahan mukosa
oral yang mengubah GVHD oral kronis. Namun, rongga mulut mungkin, dalam
beberapa hal, menjadi daerah utama atau bahkan tempat khusus terjadinya GVHD
kronis. Munculnya lichenoid penting dalam proses diagnostic GVHD oral dan
memiliki prediksi positif nilai tertinggi dari semua bentuk reaksi. Tidaklah
mungkin untuk membedakan antara OLP dan GVHD oral berdasarkan gambaran
klinis dan histopatologinya.
2.2.7 Diagnosis banding
Oral Reaction Lichenoid (ORL) disebabkan oleh bahan restorasi, obat dan
GVHD. Lokasinya berdekatan dengan bahan restorasi. Karakteristik lesinya
adalah reticulum, papula, plak, eritema dan ulcer. Ada beberapa diagnosis banding
dari ORL, diantaranya: Lichen Planus, Leukoplakia, dan Candidiasis. Lichen
6
Planus belum diketahui penyebabnya, namun selama beberapa tahun terakhir
disebabkan oleh gangguan sistem imun. Lokasinya di mukosa dan kulit.
Karakteristik lesinya sama seperti ORL.
Leukoplakia disebabkan oleh trauma atau merokok. Lokasinya di mukosa,
dasar mulut dan lidah. Karakteristik lesinya adalah perlekatan dengan membrane
longgar dan dapat dikelupas. Candidiasis disebabkan oleh jamur Candida
Albicans. Lokasinya di mukosa lining. Karakteristik lesinya berdarah saat
pseudomembran diambil, perlekatan dengan membrane longgar.
2.2.8 Penatalaksanaan
Penggantian dental material yang berkontak dengan reaksi lichenoid akan
menyembuhkan 90% kasus. Kebanyakan lesi sembuh dalam 1-2 bulan. Tidak
perlu mengganti restorasi yang tidak berkontak langsung dengan reaksi lichenoid
ini. Penyembuhan tidak bergantung pada tipe dental material yang digunakan
untuk penggantian. DILR biasanya tidak terlihat berhubungan dengan reaksi parah
mengancam nyawa seperti toxic epidermal necrolysis. Penghentian obat dan
perawatan gejala dengan steroid topical biasanya cukup. Pasien harus diedukasi
dengan baik tentang obat tersebut untuk mencegah DILR kedepannya.
Sebelum terjadi penyakit ini, lebih baik kita lakukan pencegahan dengan
menawarkan donor yang cocok pada penerima. Berikan obat imunosupresif
seperti siklosporin dan prednison. Methotrexate juga dapat mengurangi prevalensi
penyakit ini. Jika GVHD tetap terjadi, dokter dapat meningkatkan dosis obat
tersebut. Untuk ulcer oral focal dapat diberikan steroid topical. Jika terdapat
keluhan tidak nyaman dari pasien, dapat diberikan anestesi topical.
2.2 Limfangioma
2.2.1 Definisi
Limfangioma merupakan tumor jinak yang disebabkan dari
malformasikongenital sistem limfatik. Tumor ini biasanya terjadi di kepala,
leher, danketiak, namun kadang terjadi pada mediastinum, retroperitoneum,
dan paha. Sering juga terjadi pada skrotum dan perineum. Limfangioma
merupakan massa kistik yang jinak, multilobular, danmultinodular yang
dibentuk oleh sel-sel endotel. Limfangioma merupakan akibat darikesalahan
7
pembentukan (malformasi) dan obstruksi dari sistem limfatik.
Padabeberapa kejadian, dapat terbentuk sequestrasi dari jaringan limfatik
yang tidak berhubungan dengan sistem limfatik yang normal.
Kebanyakan limfangioma merupakan tumor jinak yang hanya merupakan
lesiyang lunak, tumbuh secara lambat, dan massa tumor yang kenyal. Oleh
karena limfangioma tidak memiliki kemungkinan untuk menjadi ganas,
pada umumnya limfangioma hanya dirawat untuk kepentingan kosmetis saja.
Limfangioma dapa tterjadi dimana saja pada kulit dan membran mukosa.
2.2.2 Etiologi
Penyebab pasti pembentukan lymphangioma tidak diketahui, tetapi
kebanyakan kasus diyakini sporadis. Pembentukan lymphangiomas
mungkin mencerminkan kegagalan saluran limfatik untuk menghubungkan
dengan sistem vena selama embriogenesis, penyerapan abnormal struktur
limfatik, atau keduanya. Penelitian berkelanjutan telah dijelaskan beberapa
faktor pertumbuhan pembuluh darah yang mungkin terlibat dalam pembentukan
malformasi limfatik seperti VEGF-C dan FLT-4. Studi genetik pada
penderita limfangioma menunjukkan adanya mutasi darikromosom 13,
18,21, VEGF-C dan reseptornya.
2.2.3 Histopatologi
Gambaran histopatologi menunjukkan banyaknya pembuluh limfatik
disertai dilatasi. Sering terlihat gambaran infiltrasi pembuluh darah ke jaringan
lunak dan terdapat agregasi limfoif pada dinding sel. Lapisan endotelium tipis dan
ruangannya terdapat cairan protein dan limfosit. Ruang limfatik terisi oleh cairan
limfa, sel darah merah, limfosit, makrofag, dan neutrofil. Stroma jaringan ikat
disekitarnya terdapat jaringan fibrotik yang longgar dengan beberapa sel
inflamasi.
8
Gambar 2. Gambar menunjukkan lapisan endotel dilapisi jaringan limfatik
yang terisi dengan cairan limfa (pewarnaan H&E)
9
Gambar 4. Limfangioma: permukaan seperti kerikil berwarna merah muda-
keputihan pada bibir
10
stomatognatik seperti menelan dan tekanan pada otot buccinator serta faktor
anatomi seperti bentuk dari gigi maka akan terbentuk lapisan keratin pada mukosa
yang memberikan gambaran klinis berupa garis putih (Kumar dkk.,2016).
2.3.4 Histopatologi
Gambaran histopatologi linea alba yaitu epitel dari mukosa mengalami
tekanan dan penebalan (keratinisasi), terlihat jaringan hyperkeratosis yang
merupakan respon gesekanjaringan dengan gigi (Mizutani dkk, 2014).
berbatas jelas pada mukosa bukal bilateral, setinggi garis oklusal gigi dan
memanjang secara horizontal dimulai dari sudut mulut hingga mukosa bukal
posterior. Saat diraba, garis putih terasa halus dan tidak dapat dihapus atau tidak
11
2.3.6 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik line alba dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan menyeluruh pada mukosa rongga mulut pasien. Lakukan inspeksi
pada rongga mulut terutama pada mukosa bukal dengan berpedoman pada
gambaran klinis linea alba. Kemudian apabila saat inspeksi ditemukan gambaran
tersebut makan lanjutkan dengan palpasi untuk memastikan permukaan lesi
tersebut halus dan tidak dapat dikelupas.
2.3.7 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah biopsi dari lesi linea
alba tersebut untuk melihat gambaran histopatologi lesi. Namun biopsi tidak
mutlak dilakukan atau sangat jarang dilakukan.kecuali lesi munjukkan gambaran
atipikal (gambaran yang sedikit berbeda dari linea alba pada umumnya).
2.3.8 Diagnosis
Diagnosa dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang serta melalui anamnesa mengenai riwayat dari pasien baik itu riwayat
keluarga maupun riwayat medis pasien serta riwayat kebiasaan yang sering
dilakukan pasien terkait rongga mulut.
2.3.9 Diagnosis Banding
Diagnosa banding linea alba adalah cheek biting. Baik linea alba maupun
cheek biting., sama-sama merupakan lesi yang terjadi pada rongga mulut terutama
pada mukosa bukal. Kedua kasus tersebut menunjukkan gambaran klinis yang
hampir serupa yaitu berupa lesi yang berwarna putih dan terjadi bilateral.
Perbedaan dari keduanya yaitu linea alba ketika dipalpasi akan terasa halus
sedangkan lesi cheek biting ketika dipalpasi akan terasa kasar dan bergerigi
seperti jaringan parut. Linea alba biasanya asimptomatis atau tidak menunjukkan
gejala-gejala pada penderita, namun pada penderita cheek biting, akan diikuti
dengan gejala berupa rasa sakit pada mukosa.
12
Gambar 7. Cheek bitting
2.3.10 Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan khusus untuk penderita linea alba karena
merupakan salah satu varian normal pada rongga mullut. Komunikasi, informasi
dan edukasi pada pasien sangatlah penting dalam kasus ini, dimana pasien
diberitahukan bahwa kondisi yang dialami merupakan hal yang umum terjadi
pada rongga mulut dan bukan merupakan suatu yang mengarah pada keganasan .
Selain itu pasien diberikan edukasi mengenai bagaimana kondisi linea alba
tersebut dapat terjadi pada rongga mulut. Kemudian, untuk penderita dengan
kebiasaan parafungsional, maka pasien dapat disarankan untuk melakukan
konseling agar kebiasaan buruk yang dialami dapat dimanajemen dengan baik.
13
2.4.3 Patologi
Gingiva terdiri dari dua bagian yaitu free gingiva margin dan attached
gingiva. Free gingiva margin berlokasi 2mm lebih ke koronal dari cementoenamel
junction dan attached gingiva memanjang dari dasar free gingiva menuju
mucogingival junction (Anthony Palumbo sit. Ainamo and Loe, 1966). Gingiva
biasanya berwarna merah muda, namun dapat bervariasi tergantung dari faktor
fisiologi dan pigmentasi pada beberapa suku/ras, dimana gingivanya biasanya
berwarna lebih gelap.
Tekstur alami dari gingiva bervariasi tergantung pada usianya, namun pada
ummnya gingiva bertekstur halus pada usia muda, stippled atau tampak seperti
tekstur kulit jeruk saat dewasa dan kemudian akan menjadi halus lagi seiring
bertambahnya usia.Linear Gingival Erythema (LGE) didefinisikan sebagai suatu
manifestasi gingival dari pasien yang mengalami imunosupresi yang ditandai
dengan linear erythematous band atau garis kemerahan yang terbatas pada free
gingiva margin. LGE sebagian besar disebabkan oleh infeksi Candida albicans
akibat terjadinya ketidakseimbangan flora normal rongga mulut, sehingga spesies
Candida dapat berkembang.
LGE ditandai oleh ketidakseimbangan intensitas peradangan terhadap
jumlah plak yang ada. Tidak ditemukan adanya poket atau hilangnya attachment.
Karakteristik dari tipe peradangan ini adalah peradangan tidak merespon secara
baik pada peningkatan oral higiene atau scaling. Hal ini membawa kita ke etiologi
dari LGE yaitu keradangan yang disebabkan oleh infeksi jamur dan bukan karena
adanya plak maupun kalkulus. Peran patogenik dari Candida dalam
perkembangan penyakit periodontal tidak dapat dikesampingkan, karena dapat
menyerang jaringan lunak periodontal serta dapat meningkatkan keparahan
penyakit periodontal pada pasien HIV (M. Umadevi et al., sit Odden et al., 1994;
Gomez et al., 1995).
2.4.4 Histopatologi
Evaluasi histologis linear gingival eritema menunjukkan adanya
peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear dan sel plasma yang memproduksi
immunoglobulin G, dimana gingivitis pada pasien HIV negative didominasi oleh
sel T dan makrofag. Leukosit polimorfonuklear diketahui sebagai sel utama yang
14
terlihat dalam mengontrol infeksi kandida setelah fungus memasuki jaringan (Yin
dkk., 2000).
2.4.5 Gambaran klinis
Linear gingival eritema yang disebut juga sebagai red band gingivitis
tampak sebagai garis/pita berwarna merah di sepanjang margin gingiva dan
terkadang dapat diikuti dengan perdarahan dan rasa tidak nyaman. Kondisi ini
lebih sering melibatkan gigi anterior namun juga dapat meluas ke posterior.
Linear gingival eritema dapat juga timbul sebagai patch yang mirip petekie. Lesi
ini tidak merespon terhadap pengukuran kontrol plak atau root planning dan
scaling (Budamakuntla, 2015).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Reaksi lichenoid adalah sekelompok lesi heterogen pada mukosa
oral yang disebabkan karena hipersensitivitas terhadap material
restorasi dental, karena obat-obatan, atau manifestasi oral dari
penyakit graft versus host. Secara klinis menunjukkan pola reaksi
yang sama dengan lichen planus, yaitu reticulum, papula, plak,
eritema, dan ulcer. Kebanyakan reaksi lichenoid ini terdapat pada
area yang berkontak dengan dental material seperti mukosa bukal
dan tepi lidah.
3.1.2 Limfangioma merupakan tumor jinak yang disebabkan dari
malformasikongenital sistem limfatik. Limfangioma dapat
ditemukan pada kulit atau membran mukosa. Pada rongga mulut,
secara umum ditemukan pada permukaan dorsal dan lateral lidah
bagian depan, bibir dan mukosa labial. Tumor jenis ini memiliki
tekstur lembut dan dapat ditekan, berwarna merah muda keputihan,
sedikit transparan, atau berwarna biru. Limfangioma tidak akan
berubah menajdi keganasan, dan beberapa limfangioma (terutama
kongenital limfangioma) akan berkurang dengan sendirinya saat
masa anak-anak.
3.1.3 Linea alba merupakan variasi anatomi yang umum ditemukan pada
rongga mulut tepatnya pada mukosa bukal bilateral, setinggi garis
oklusal gigi. Gambaran klinis linea alba yaitu penebalan berupa
garis berwarna putih, berbatas jelas pada mukosa bukal bilateral,
setinggi garis oklusal gigi dan memanjang secara horizontal
dimulai dari sudut mulut hingga mukosa bukal posterior. Saat
diraba, garis putih terasa halus dan tidak dapat dihapus atau tidak
terkelupas. Tidak ada penatalaksanaan khusus untuk penderita linea
alba karena merupakan salah satu varian normal pada rongga
mullut.
16
3.1.4 Linear gingival erythema (LGE) merujuk kepada kondisi gingivitis
sebagai manifestasi dari HIV. Linear gingival eritema yang disebut
juga sebagai red band gingivaitis tampak sebagai garis/pita
berwarna merah di sepanjang margin gingiva dan terkadang dapat
diikuti dengan perdarahan dan rasa tidak nyaman. Linear gingival
eritema dapat juga timbul sebagai patch yang mirip petekie. Lesi
ini tidak merespon terhadap pengukuran kontrol plak atau root
planning dan scaling
3.1 Saran
Sebagai dokter gigi sebaiknya selalu melakukan pemeriksaan klinis
sekaligus riwayat kasus harus digali secara adekuat untuk menegakkan diagnosis
yang tepat. Riwayat kesehatan pasien harus ditanyakan secara detail, termasuk
status kesehatan gigi pasien dan kebiasaan membersihkan rongga mulut.
Merupakan pertanyaan yang penting untuk ditanyakan kepada pasien mengenai
penyakit yang diderita pasien misalnya penyakit yang mengakibatkan
imunodefisiensi, penyakit kulit (dermatitis, psoriasis, lichen planus), alergi dan
penggunaan obat-obatan, selain itu perlu diketahui pula riwayat perawatan gigi
pasien.
17
DAFTAR PUSTAKA