PENYAKIT MULUT
ULSER TRAUMATIK
Oleh :
Firman Yuwana Putra
180160100011059
Dosen Pembimbing :
drg. Lukman Hakim Hidayat, Sp.PM
A. Definisi
Lesi ulserasi rongga mulut yang berhubungan dengan trauma sering ditemukan pada
praktek dibidang kedokteran gigi. Ulser merupakan suatu defek dalam epitelium berupa
lesi dangkal berbatas tegas serta lapisan epidermis diatasnya menghilang. Ulser traumatik
Ulser traumatik dapat terjadi pada semua usia dan semua jenis kelamin. Lokasinya
biasanya pada mukosa bukal, mukosa labial, palatum dan lidah. Penderita akan merasakan
rasa yang sangat sakit dan nyeri bila ulser sentuh. Nyeri yang ditimbulkan oleh ulser
traumatik dapat berakibat nyeri pada saat makan, bicara maupun menelan,
B. Etiologi
Ulser traumatik dapat disebabkan oleh trauma fisik atau juga kimia. Trauma fisik bisa
didapatkan dari trauma mekanis, thermal atau elektrikal. Trauma mekanis adalah penyebab
ulser traumatik pada rongga mulut yang paling sering seperti mukosa yang tergigit, iritasi
gigi tiruan yang tajam, dan terkena bagian gigi yang patah. Rata–rata traumatik ulser terjadi
karena hasil dari trauma yang tidak terduga dan umumnya muncul di daerah yang
berhadapan dengan gigi seperti pada bibir, lidah, dan mukosa bukal. Selain itu, ulser rongga
mulut juga dapat disebabkan oleh makanan dan minuman yang panas.
Traumatik ulser bisa juga iatrogenik yaitu disebabkan secara tidak sengaja oleh seorang
praktisi kesehatan melalui perawatan medis atau dengan prosedur diagnostik yang salah.
Manipulasi jaringan yang terlalu berlebihan atau terlalu berkonsentrasi dalam mengobati
jaringan keras dapat mengakibatkan kecelakaan dan cedera pada jaringan lunak. Traumatik
ulser dapat disebabkan bisa juga karena tidak menggunakan cotton rolls atau isolasi
jaringan yang kurang baik, tekanan negatif dari saliva ejector, atau dengan menusuk
Penyebab ulser traumatik juga bisa didapatkan dari trauma kimia. Iritasi kimiawi pada
mukosa mulut dapat menimbulkan ulserasi. Penyebab umum dari ulserasi jenis ini adalah
karena akibat penggunaan clorheksidine dan aspirin bubuk yang digunakan sendiri oleh
pasien dengan cara mengaplikasikan obat tersebut ke dalam kavitas gigi. Ulserasi akibat
bahan kimia juga dapat terjadi karena prosedur dental, antara lain penggunaan etsa,
terjadinya ulser yaitu meliputi waktu lesi muncul, durasi, rekurensi, jumlah lesi, dan
riwayat trauma. Selain itu juga operator harus menanyakan mengenai riwayat medis
Gambar 1. Gambaran klinis ulser biasanya tidak sakit atau adanya rasa sakit ringan
trumatik
dan terkadang pasien tidak mengetahui penyebab
trauma. Permukaan ulser terlihat dasar putih kekuningan dan terdapat indurasi pada bagian
margin. Penyembuhan akan terhambat jika masih terdapat iritasi. Secara klinis lesi tersebut
terlihat seperti oral squamous carsinoma (OSC) dan ulser infeksius. Pada kasus trauma
mekanis, bentuk lesi biasanya ireguler atau sesuai dengan area sumber truma. Sebab itu,
ulserasi yang terlihat ireguler biasanya merupakan hasil dari truma. Ulser akibat kimia,
memperlihatkan daerah superfisial erosi yang lebih luas, juga disertai dengan eksudat
fibrinous.
jaringan fibrin dan banyak neutrofil. Dasar ulser mengandung kapiler yang mengalami
dilatasi dan jaringan granulasi. Regenerasi epitel dimulai dari margin ulser, dengan sel
epitel yang berproliferasi bergerak diantara dasar jaringan granulasi dan fibrin clot. Ulser
kronis pada bagian dasarnya terdapat jaringan granulasi dan jaringan parut (fibrosis).
Regenerasi epitel akan terhambat jika masih terdapat iritasi pada daerah tersebut.
D. Patogenesis
Perjalanan ulser trumatik dimulai dari masa prodromal selama 1-2 hari, berupa panas
atau nyeri setempat. Kemudian mukosa berubah menjadi makula berwarna merah, yang
dalam waktu singkat bagian tengahnya berubah menjadi jaringan nekrotik dengan
epitelnya hilang sehingga terjadi lekukan dangkal. Ulkus akan ditutupi oleh eksudat fibrin
kekuningan yang dapat bertahan selama 10-14 hari. Bila dasar ulkus berubah warna
menjadi merah muda tanpa eksudat fibrin, menandakan lesi sedang memasuki tahap
penyembuhan.
Patofisiologi dari ulser menurut Greenberg dan Glick (2003) dibagi menjadi 3 tahap,
yaitu:
1. Tahap pre-ulserasi
Tahap ini terjadi pada 18-72 jam pertama dari perkembagan lesi. Pada fase prodromal,
pasien akan merasakan sensasi mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan muncul.
Secara mikroskopis sel-sel mononuklear akan menginfeksi epitelium dan edema akan
mulai berkembang. Tahap ini, diikuti dengan degenerasi sel epitel supra basal yang disertai
oleh mononukleus dengan sebagian besar limfosit masuk ke dalam lamina propria,
sehingga terbentuklah papula dengan tepi eritematous. Intensitas rasa nyeri akan
2. Tahap ulseratif
Tahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2 minggu. Pada tahap ini
terdapat penambahan infiltrasi sel mononukleus pada jaringan (terutama epitel) dan disertai
dengan edema yang lebih luas serta adanya degenerasi dari epitelium yang menyebabkan
papula akan berulserasi, dan ulser itu akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous,
protein, dan bekuan darah, yang akan diikuti oleh intensitas nyeri yang semakin berkurang.
3. Tahap penyembuhan
Tahap ini terjadi pada hari ke 4 hingga ke 35. Ulser tersebut akan ditutupi oleh
E. Diagnosa Banding
Beberapa kelainan yang dapat dijadikan diagnosis banding untuk traumatik ulser
SAR merupakan keadaan dimana timbul lesi ulseratif pada rongga mulut yang berulang
(rekuren). Ulser berbentuk ovoid atau bulat. SAR biasanya menyerang mukosa lunak mulut
atau mukosa nonkeratin yang tidak melekat langsung pada tulang. Daerah ini meliputi
mukosa labial, lateral dan ventral lidah, dasar mulut, palatum lunak, dan mukosa
orofaringeal. Daerah yang jarang terkena SAR adalah palatum keras dan gingiva cekat.
Penyebab pasti dari SAR masih belum diketahui, namun kemungkinan bersifat
multifaktor. SAR timbul karena pengaruh faktor-faktor predisposisi seperti stres, trauma,
alergi, gangguan endokrin, makanan yang bersifat asam, atau makanan yang mengandung
gluten. Pemeriksaan intra oral diperlukan untuk mengetahui sumber trauma. Berdasarkan
gambaran klinisnya SAR memiliki tiga macam tipe, yaitu minor, mayor, dan herpetiform.
SAR minor tampak sebagai ulkus oval, dangkal, berwarna kuning-kelabu, dengan
diameter sekitar 3-5 mm. Tidak ada bentuk vesikel yang terlihat pada ulkus ini. Tepi eritem
awal, diikuti rasa sakit hebat beberapa hari. Ulkus bisa tunggal maupun multiple, dan
sembuh spontan tanpa pembentukan jaringan parut dalam waktu 14 hari. Kebanyakan
SAR mayor berdiameter lebih dari 1 cm, bersifat merusak, ulser lebih dalam, dan lebih
sering timbul kembali. Umumnya terjadi pada wanita dewasa muda yang mudah cemas.
Seringnya multipel, meliputi palatum lunak, fausea tonsil, mukosa bibir, pipi, dan lidah,
kadang-kadang meluas sampai ke gusi cekat. Ulkus ini memiliki karakteristik, crateriform,
asimetris dan unilateral. Bagian tengahnya nekrotik dan cekung. Ulkus sembuh beberapa
yang jumlahnya banyak, berukuran sekepala jarum yang membesar, bergabung dan
menjadi tak jelas batasnya. Awalnya berdiameter 1-2 cm dan timbul berkelompok 10-100
buah. Ulkus dikelilingi daerah eritem dan mempunyai gejala sakit. Biasanya terjadi hampir
pada seluruh mukosa oral terutama pada ujung anterior lidah, tepi-tepi lidah dan mukosa
Gambar 2. SAR ; (a) SAR Minor , (b) SAR Mayor, (c) Ulser Herpetiform
SAR dan ulser traumatik dapat disamakan dari etiologinya yaitu muncul karena trauma.
Hal yang membedakan antara SAR dan ulser traumatik adalah adanya keterlibatan dari
Human Leucocyte Antigen (HLA) dan karakteristik rekuren yang terjadi pada SAR. Ulser
traumatik dapat juga bersifat rekuren apabila faktor etiologi lokal tidak dihilangkan. Bentuk
lesi SAR bulat atau oval dengan tepi reguler, sedangkan ulser traumatik irreguler. SAR
juga biasanya mengenai mukosa non keratin seperti bukal dan labial, sedangkan ulser
traumatik dapat terjadi dimana saja dalam rongga mulut, seperti palatum, gingiva, dan
lidah.
2. Behcet’s Disease
secara pasti, dan diduga berhubungan dengan imunogenetik. Behcet’s Disease memiliki
triad gejala klinis yaitu lesi rekuren pada rongga mulut, genital dan mata. Penegakan
diagnosa Behcet’s Disease yaitu jika pasien memiliki 2-3 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor. Kriteria mayornya adalah ulser oral yang bersifat rekuren, ulser genital rekuren, lesi
pada mata (konjungtivitis, iritis, uveitis, retinal vaskulitis), lesi pada kulit (papula, pustula,
eritema nodosum, ulser, lesi nekrotik). Kriteria minornya adalah lesi pada gastrointestinal,
Ulser pada rongga mulut merupakan lesi yang sering dijumpai pada sindrom ini. Satu
atau sekelompok ulkus mirip apthous bisa terdapat pada area manapun di rongga mulut,
namun yang khas adalah pada mukosa bibir atau pipi. Ulsernya berbantuk oval, rata,
Pada infeksi virus herpes simplex timbul gejala prodormal seperti demam, sakit kepala,
malaise, mual dan muntah. Satu sampai dua hari setelah timbulnya gejala prodormal,
muncul lesi awal gingivostomatitis yaitu vesikel kecil pada mukosa oral, dengan
meninggalkan daerah ulser. Lesi dapat mucul pada semua daerah di rongga mulut. Selain
F. Perawatan
pada ukuran, lamanya, dan lokasi lesi. Terapi simptomatik pasien dengan traumatik ulser
yaitu dengan pemberian obat kumur antiseptik seperti povidon iodine 1 % , chlorhexidine
gluconat 0,2 %. Pemberian antibiotik seperti penicilin diberikan untuk mencegah infeksi
sekunder, khususnya jika lesi dalam dan parah, namun hal ini jarang dilakukan.
Terapi suportif dapat berupa dengan mengkonsumsi makanan lunak. Jika lesi benar-
benar trauma, maka ulser akan sembuh dalam waktu 7-10 hari. Pendapat lain mengatakan
bahwa setelah pengaruh traumatik hilang, ulser akan sembuh dalam waktu 2 minggu.
Setiap ulser yang menetap melebihi waktu ini, maka harus dibiopsi untuk menentukan
Selain itu pasien dengan keluhan traumatik ulser dapat diterapi dengan:
2. Steroid topical seperti triamcinolone acetonide 0,1 % yang dioleskan tipis pada
Jika traumatik ulser bersifat kronis dan sangat sakit, penderita bisa diberikan
prednisone 15 – 20 mg dalam jangka waktu 4 – 6 hari. Ketika sumber iritasi atau faktor
penyebab sudah dihilangkan, traumatik ulser akan sembuh antara 10 – 14 hari. Jika lebih
dari itu ulserasi belum sembuh, pasien sebaiknya dikonsulkan kepada dokter spesialis dan
sdentj.2013.05.003
Anura A. Traumatic oral mucosal lesions: A mini review and clinical update. Oral
DOI:10.4103/ijofb.ijofb.
jced.51401.
Gilvetti C, Porter SR, Fedele S. Traumatic chemical oral ulceration: A case report and
oral mucosa due to Chemicals: A Case report of formocresol injury and review. IOSR J
Glick M. Burket oral medicine. 12th ed. People’s Medical Publising House; 2015. h.
663-5.
Jinbu Y, Demitsu T. Oral ulcerations due to drug medications. Jpn Dent Sci Rev.
DOI:10.1155/2016/7278925.
Mortazavi H, Safi Y, Baharvand M, Rahmani S. Diagnostic features of common oral
DOI:10.1155/2016/7278925.
Regezi JA, Scuibba JJ, Jordan RCK. Oral pathology: clinical pathologic correlations.
medcle.2016.04.016
cden.2013.12.002.
Thompson LDR. Pathology clinic oral traumatic ulcer. Ear Nose Throat J 2011
November;90(11):518-534.