Anak usia < 7 tahun, lebih dari 30%-nya pernah mengalami trauma pada periode
gigi sulung.
• Gigi sulung anterior → trauma → sering terjadi luksasi
• Luksasi terjadi karena rusaknya serabut gingiva dan
ligamen periodontal. Putusnya serabut gingiva
memungkinkan terjadinya invasi mikroorganisme rongga
mulut sepanjang permukaan akar dan menginfeksi
ligamen periodontal.
• Perawatan → Splinting
• Gigi insisif yang mengalami luksasi tidak dapat kembali ke posisi semula
secara spontan, sehingga kondisi ini memerlukan intervensi untuk
dapat memposisikan gigi kembali ke tempat semula.
• Menurut Andreasen, mereposisi gigi yang telah mengalami dislokasi
menjadi lebih sulit bila dilakukan 48 jam setelah kerusakan.
• Reposisi secepatnya dan stabilisasi gigi → mendasar
• Splinting dengan kawat ortodontik dan resin komposit untuk
stabilisasi gigi pasca trauma selama 2-4 minggu, seperti yang
dilakukan pada kasus di atas, menunjukkan hasil yang memuaskan,
karena teknik fiksasi tersebut masih memungkinkan adanya
pergerakan fisiologis dan memudahkan pembersihan.
• Usia anak juga berperan penting dalam mengambil keputusan untuk
perawatan
• Usia muda bisa mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen
• Dan juga tingkat kooperatif
Kesimpulan
• Sangat memungkinkan untuk kita sebisa mungkin menghindari
aktivitas yang dapat menyebabkan kerusakan rongga mulut.
• Namun, pada kondisi trauma yang telah terjadi, masih dapat
ditangani dengan perawatan yang adekuat dan kontrol berkala.
• Kasus terbaru lainnya yang dijabarkan dalam artikel lain,
menunjukkan bahwa Splinting, menjaga kebersihan rongga mulut
yang baik, dan terapi antibiotik dapat dilakukan pada gigi yang
mengalami trauma dan rusak hingga gigi tersebut tanggal sendiri.
•
Terimakasih