Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS KONSERVASI

Shintari Nurul Hasanah


1006658764

Pembimbing:
drg. Dini Asrianti , Sp.KG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS INDONESIA
2014

FOTO INTRAORAL DAN RADIOGRAF

Gambaran klinis gigi anterior

Regio 1 dan 4 (bukal)

Regio 2 dan 3 (bukal)

Gambaran oklusal gigi RA dan RB

Klinis dan radiografis gigi 16 Karies D6 Pulpitis Kronis disertai PAK

Klinis dan Radiografis gigi 11 Fraktur diagnosis PAK e.c. Hiperemi Pulpa

BAB I
PENGENALAN MASALAH UMUM

1.1

Temuan Masalah
Pasien pria, 22 tahun, datang dengan keluhan gigi depan atas kanan patah akibat

terbentur kolam renang. Setelah terbentur pasien tidak pernah merasakan nyeri atau sakit
spontan sejak trauma yang terjadi 2 minggu sebelumnya. Pasien mengeluh giginya depannya
itu terasa ngilu saat minum dingin saja. Pasien ingin gigi depannya segera dirawat karena
malu akan penampilannya. Selain gigi depannya, pasien juga mengeluhkan gigi geraham atas
kanannya yang berlubang besar. Gigi tersebut sudah berlubang sejak 4 tahun yang lalu dan
pernah ditambal, namun lepas sejak 2 tahun lalu. Gigi tersebut dulu pernah nyeri sesekali tapi
sekarang sedang tidak sakit, hanya sakit setelah makan makanan manis atau bila tersangkut
makanan. Tes vitalitas termis dilakukan pada gigi 11 dan 16, diperoleh hasil pasien
merasakan ngilu, yang mengindikasikan bahwa gigi masih vital. Tes perkusi positif yang
mengindikasikan kelainan periapikal pada gigi 11 dan 16. Sedangkan pada tes palpasi negatif,
kegoyangan gigi negatif. Pada radiograf terdapat gambaran radiolusen, berupa pelebaran
ruang periodontal pada apikal akar gigi 11 dan 16.
Perawatan gigi yang pernah dilakukan pada OS adalah pembersihan karang gigi dan
penambalan gigi. Pada pemeriksaan klinis indeks plak 0,43 ; PBI 0 dan indeks kalkulus 1,2.
OH pasien sedang. Pada pemeriksaan intraoral tidak ditemukan karies pada gigi lainnya,
hanya saja gigi anterior rahang bawah pasien berjejal.
Pada pemeriksaan faktor resiko karies, hidrasi saliva tanpa stimulasi <30 detik,
viskositas saliva tanpa stimulasi jernih dan cair. Fluor didapat hanya dari pasta gigi 2x sehari.
Pasien makan atau minum yang manis lebih dari 1x/hari, tetapi jarang makan atau minum
yang asam (kurang dari 2x/hari). Pasien tidak mengonsumsi obat peningkat aliran saliva,
tidak memiliki penyakit penyebab mulut kering, dan tidak menggunakan protesa atau alat
ortodonti. Pasien memiliki karies aktif. Pasien kooperatif dan mau mengubah sikap yaitu
meningkatkan kesehatan gigi dan mulutnya.

1.2 Hubungan Antar Masalah


Status Umum OS

- Kondisi umum
compos mentis
- Kurangnya
pengetahuan dan
kesadaran OS
mengenai kesehatan
gigi dan mulut
- Tidak ada riwayat
alergi

Faktor Risiko Karies


- Hidrasi saliva tanpa
stimulasi <30 detik
- Viskositas saliva jernih
cair
- Diet glukosa >1x sehari
- Diet asam < 2x sehari
- Fluor hanya pada pasta
gigi
- Faktor modifikasi
terdapat karies aktif dan
mau memperbaiki sikap

Faktor Kebersihan
Mulut
- Skor OHIS 1,63
(sedang)
- OS menyikat gigi 2x
sehari (pagi dan sore
saat mandi) dengan
teknik menyikat gigi
secara horisontal

Faktor
Lokal
Gigi 11 Fraktur
mahkota mencapai
dentin akibat trauma
karena terbentur
lantai

Diperberat
oleh

Retensi makanan, serta akumulasi plak dan


kalkulus

- Gigi 11 fraktur mahkota klasifikasi


elis kelas II

Tumpatan lama di
gigi posterior lepas
dan terdapat karies
sekunder

Retensi makanan, serta akumulasi


plak dan kalkulus

-Karies D6 gigi 16 Pulpitis Kronis


disertai Periodontitis Apikalis
Kronis

Tampilan gigi depan kurang estetis dan gigi yang berlubang


sering terselip makanan

Mencari perawatan

1.3 Strategi Perawatan Non Invasif


Kurangnya pengetahuan pasien mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan
mulut serta akibat buruk/kerugian dari adanya masalah gigi dan mulut mempengaruhi
kesadaran, sikap dan perilaku pasien terhadap kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut
sehari-hari termasuk di dalamnya sikat gigi dan diet gula. Sedangkan kebiasaan yang tidak
menguntungkan bagi gigi dan mulut akan berpengaruh signifikan pada keadaan lokal gigi
geligi. Untuk itu termasuk di dalamnya terapi non invasive yang perlu dilakukan adalah
komunikasi yang baik dengan pasien, menginformasikan mengenai keadaan gigi geliginya,
serta edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menjelaskan kepada
pasien mengenai cara menyikat gigi yang benar yaitu dengan teknik membulat, serta pada
waktu yang tepat yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Pada gigi yang
berjejal, dianjurkan untuk menggunakan dental floss. Selain itu karena pasien memiliki
kebiasaan konsumsi gula lebih dari 2x/hari, lakukan modifikasi diet, jelaskan kepada pasien
untuk mengurangi asupan gula diantara waktu makan. Pasien juga diingatkan untuk
memeriksakan gigi dan membersihkan karang gigi secara rutin ke dokter gigi 6 bulan sekali.
Dari hasil wawancara, pasien bersikap kooperatif dan mau mengubah sikap untuk merawat
gigi-giginya.
1.4 Strategi Perawatan Invasif
Pembersihan karang gigi dilakukan untuk menghilangkan etiologi penyakit
periodontal. Pada perawatan ini, plak dan kalkulus

yang menempel di permukaan gigi

dibersihkan. Selanjutnya, untuk gigi 11 dilakukan pulp capping untuk mengevaluasi lesi
trauma dan rencana restorasi tumpat resin komposit. Untuk gigi 16 dilakukan perawatan
saluran akar vital dengan restorasi pasca endodontic berupa dowel crown.
1.5 Prioritas Perawatan Umum
Urutan prioritas perawatan
a. Perawatan non invasif
1.

Mengevaluasi dan meningkatkan kebersihan mulut dengan menyikat gigi 2x/hari


dan flossing dengan cara dan waktu yang benar.

Sikat gigi 2x/hari pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur
dengan metode Bass yang dimodifikasi, yaitu dengan membentuk sudut
45 antara sikat gigi dengan gusi dan gigi, kemudian sikat gigi diarahkan

ke bawah pada gigi geligi rahang atas dan sikat diarahkan ke atas pada
gigi geligi rahang bawah untuk membersihkan gigi dari plak. Penyikatan
gigi dilakukan pada seluruh permukaan gigi, dengan sikat gigi berbulu
2.

halus dan tekanan penyikatan yang tidakterlalu keras.


Modifikasi diet, dengan mengurangi asupan gula diantara waktu makan besar

b. Perawatan invasif
1. Pembersihan karang gigi (scaling)
2. Pro perawatan saluran akar vital dan restorasi RK gigi 11
3. Pro perawatan saluran akar vital dan dowel crown gigi 16

BAB II
PENGENALAN MASALAH KONSERVASI

2.1 Rekam Medik Konservasi


PERAWATAN INVASIF
El.

18
17
16

TV

D6

DIAGNOSIS

Pulpitis Kronis
disertai PAK

R PERAWATAN

PSA vital +
Dowel Crown

El.

21
22
23

61
62
63

15

55

24

64

14
13
12
11

54
53
52
51

25
26
27
28

65

41
42
43
44
45
46
47
48

81
82
83
84
85

PAK e.c.
Hiperemi Pulpa

Pulp capping + RK
Kompleks

38
37
36
35
34
33
32
31

TV

DIAGNOSIS

R PERAWATAN

75
74
73
72
71

2.2 Prioritas Rencana Perawatan


No.

Masalah

1.

Gigi 11 Fraktur

2.

Gigi 16 Karies D6

Diagnosis

Pilihan Perawatan

PAK e.c. Hiperemi Pulpa

Pulp capping + Tumpat Resin


Komposit

Baik

Pulpitis Kronis disertai PAK

PSA vital + Dowel Crown

Baik

2.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan

Prognosis

1) Gigi 11
Diagnosis
Fraktur Periodontitis Apikalis Kronis e.c. Hiperemi pulpa
Keluhan subjektif : Pasien pria, 22 tahun, gigi depan atas kanan patah akibat terbentur
dinding kolam renang. Setelah terbentur pasien tidak pernah merasakan nyeri atau sakit
spontan sejak trauma yang terjadi 2 minggu sebelumnya. Pasien mengeluh giginya depannya
itu terasa ngilu saat minum dingin saja. Pasien ingin gigi depannya segera dirawat karena
malu akan penampilannya.
Pemeriksaan objektif :

Tes termal (+)

Tes perkusi (+)

Tes palpasi (-)

kegoyangan (-)

Pemeriksaan radiograf :

Pada radiograf terdapat gambaran berupa pelebaran ruang periodontal di apikal

Jumlah, bentuk saluran dan ukuran normal.

Rencana Perawatan
Gigi 11: PAK e.c. Hiperemi Pulpa Pulp capping + Restorasi RK
Alasan penentuan diagnosis:
Tes vitalitas dengan menggunakan chlor etil (tes termal dingin) diperoleh respon
positif, menunjukan bahwa gigi tersebut masih vital. Pasien peka terhadap perkusi
mengindikasikan adanya kelainan di periapikal. Pada tampilan klinis terlihat
fraktur mencapai dentin hingga 1/3 mahkota namun kamar pulpa belum terekspos.
Pada foto radiograf terlihat kelainan periapikal berupa pelebaran ruang periodontal
di apikal akar namun laminadura masih baik. Kelainan ini diduga terjadi akibat
hiperemi pulpa yang terjadi akibat trauma. Diagnosis banding kasus ini adalah
Pulpitis Kronis disertai PAK, namun karena trauma baru terjadi 2 minggu dan
usia pasien masih muda sehingga metabolismenya masih baik, maka diharapkan
bahwa ada kemungkinan terjadinya healing pada jaringan di periapikal bila
rangsangan2 yang menyebabkan peradangan dihilangkan.

Pulp Capping
Alasan :
Tes vitalitas menunjukan bahwa walaupun terjadinya fraktur sekitar 2 minggu
sebelumnya gigi pasien masih vital. Fraktur mencapai 1/3 mahkota namun kamar
pulpa belum terekspos. Pada tes termis dengan chlor etil nyeri tajam namun
pendek. Namun pada gambaran radiograf terlihat adanya pelebaran ruang
periodontal yang diduga berasal dari hiperemi pulpa akibat trauma. Diharapkan
dengan dilakukannya pulp capping memberi kesempatan healing pada jaringan
pulpa sehingga pasien akan berkurang keluhan subjektifnya dan tidak perlu
melakukan perawatan yang lebih invasive seperti PSA Vital.
Perlu dilakukan pulp capping untuk menghilangkan kontak antara gigi ( ruang
pulpa ) dari rangsangan-rangsangan yang dapat menyebabkan pulpa lebih hiperemi
serta bakteri yang bersifat toksik terhadap jaringan pulpa dan periodontal. Pulp
capping dievaluasi lebih kurang 4-6 minggu.
Restorasi Resin Komposit
Alasan :

Gigi mengalami kehilangan jaringan mahkota akibat fraktur yang terjadi mencapai
1/3 mahkota di bagian mesial. Sisa jaringan gigi yang tersisa masih cukup untuk
memberikan retensi dan menyalurkan tekanan kunyah yang baik dengan restorasi
resin komposit. Faktor estetis juga menjadi pertimbangan utama digunakannya
resin komposit.

Prognosis :Baik
Alasan:Pasien tidak memiliki kelainan sistemik, metabolisme masih baik, sisa jaringan
gigi masih cukup untuk dilakukan restorasi.
2) Gigi 16
Diagnosis
Karies D6 Pulpitis Kronis disertai PAK
Keluhan subjektif : Pasien pria, 22 tahun, datang dengan keluhan gigi belakang atas
kanan berlubang besar sejak 4 tahun lalu.Gigi tersebut pernah ditambal namun lepas 2 tahun

yang lalu. Gigi tersebut kadang-kadang nyeri jika tersangkut makanan atau setelah makan
makanan manis.
Pemeriksaan objektif :

Tes termal (+)

Tes perkusi (+)

Tes palpasi (-)

kegoyangan (-)

Pemeriksaan radiograf :

Pada radiograf terdapat gambaran berupa pelebaran ruang periodontal baik di


akar mesial maupun distal

Jumlah akar 3 dan saluran akar 3, bentuk dan ukuran normal.

lamina dura di 1/3 apikal akar menipis

Rencana Perawatan
Gigi 16: pulpitis kronis disertai PAK PSA vital + Dowel Crown
Alasan penentuan diagnosis:
Tes vitalitas dengan menggunakan chlor etil (tes termal dingin) diperoleh respon
positif, menunjukan bahwa gigi tersebut masih vital. Pasien peka terhadap perkusi
mengindikasikan adanya kelainan di periapikal. Sedangkan pada foto radiograf
terlihat karies mencapai pulpa; kelainan periapikal berupa pelebaran ruang
periodontal di akar mesial maupun distal dan menipisnya lamina dura di 1/3 apikal.
PSA vital.
Alasan :
Tes vitalitas menunjukan bahwa gigi masih vital, tetapi karies sudah mencapai
kamar pulpa sehingga kamar pulpa terekspos dan pasien merasakan nyeri spontan
saat disondasi. Sisa mahkota gigi masih cukup untuk kemudian dilakukan restorasi
pasca endodontik.
Perlu dilakukan PSA untuk membersihkan ruang pulpa dan saluran akar dari
bakteri yang bersifat toksik terhadap jaringan periodontal.
Dowel Crown (rujuk ke prosthodonsia)
Alasan :

Gigi mengalami kehilangan banyak jaringan mahkota akibat dari karies terutama di
dinding mesial dan lingual yang sudah hilang serta preparasi saluran akar dan open
akses sehingga gigi menjadi lemah. Dibutuhkan post untuk menyalurkan beban
kunyah yang lebih merata. Ketebalan dinding bukal- lingual kurang dari 2 mm.

Sisa gigi di sebelah mesial dan lingual sejajar tulang alveolar.


Sebagai pengganti jaringan yang hilang tadi maka dibuatlah restorasi untuk
menggantikan jaringan yang hilang sehingga mampu mengembalikan anatomis,
estetis dan menampung beban kunyah.

Prognosis :Baik
Alasan:Pasien tidak memiliki kelainan sistemik, kondisi saluran akar baik dan lurus,
serta pasien kooperatif dan bersedia melakukan kunjungan berulang, dan sisa jaringan
mahkota gigi cukup untuk restorasi.

BAB III
TERAPI KONSERVASI

3.1 Terapi Invasif


A. Gigi 11 PAK e.c. Hiperemi Pulpa : Pulp-capping + Restorasi RK
Pulp Capping
1. Isolasi daerah kerja dengan kapas gulung
2. Haluskan tepi gigi yang tajam dengan fine bur
3. Aplikasi liner dengan RM GIC
Aplikasikan selapis tipis liner RM GIC (tidak lebih dari 1mm) pada daerah dentin yang
dekat dengan tanduk pulpa. Lalu sinari dengan light-cure selama lebih kurang 20 detik.
4. Tumpat sementara dengan cavit
Restorasi Resin Komposit Kompleks
Tahap Kerja:
1. Preparasi kavitas
Bentuk bevel di tepi luar kavitas sisi labial dan palatal

2 mm untuk

memperluas permukaan enamel yang dapat menambah retensi tumpatan


Cek tepi kavitas, kavitas harus bebas dari karies serta email yang tidak
terdukung. Setelah itu, kavitas dibersihkan dan dikeringkan dengan kapas dan
semprotan angin.
Kavitas harus dalam keadaan kering untuk mendukung adanya ikatan
mikromekanik yang adekuat antara tumpatan dengan enamel dan dentin.
2. Penumpatan dengan Resin Komposit
Etsa seluruh kavitas, biarkan selama 15 detik. Hasil etsa yang baik adalah
tampilan kavitas yang seputih salju (white-frosted appearance)
Cuci kavitas dengan aquades menggunakan semprit sampai seluruh bagian etsa
hilang. Keringkan dengan menggunakan semprotan angin, biarkan kavitas
tetap lembab.
Aplikasikan bonding menggunakan aplikator bonding ke seluruh kavitas dan
permukaan etsa, kemudian disinar 10 detik.
Pilih warna resin komposit yang sesuai di bawah sinar lampu putih. Tumpat
kavitas dengan resin komposit menggunakan instrumen plastis, lalu fiksir

dengan matriks mylar kemudian sinari dari labila dan palatal masing-masing
selama 20 detik.
Dengan bur kelebihan resin komposit dibuang dan tumpatan langsung
dibentuk sesuai dengan anatomi gigi.
3. Pemolesan
Pemolesan dilakukan dengan menggunakan rubber putih/enhance dengan tekanan
ringan, putaran rendah, secara intermiten dan dalam keadaan basah. Pemolesan
dilakukan agar tumpatan halus dan mengkilap, sehingga mencegah terjadinya
retensi makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder.

B. Gigi 16 Pulpitis Kronis disertai PAK : PSA Vital + Dowel Crown


PSA Vital
1. Isolasi daerah kerja dengan menggunakan kapas gulung
2. Anestesi lokal gigi 16
3. Preparasi / akses kamar pulpa dan ekstirpasi
Bersihkan jaringan karies untuk meminimalisasi resiko kontaminasi bakteri ke
ruang pulpa atau saluran akar. Ragangan kavitas disesuaikan dengan bentuk
internal kamar pulpa, dengan outline regangan kavitas gigi 16 berbentuk segitiga
segitiga dilihat dari arah oklusal.
Preparasi dimulai dengan memakai bur kecepatan tinggi no. 2 atau 4 untuk
menembus email (arah bur sejajar sumbu gigi), arah pembukaan selalu dari
oklusal. Preparasi diarahkan ke saluran akar yang paling besar, yaitu akar palatal.
Apabila kamar pulpa telah dicapai, bur akan terasa anjlok.
Setelah menembus atap pulpa, bur ditarik ke permukaan oklusal sampai semua
atap pulpa terbuang.
Preparasi ke lateral dilakukan dengan bur Diamendo. Orifis sedapat mungkin
diletakkan pada sudut-sudut kavitas.
Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor
bundar kecepatan rendah.
Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa dikendalikan dengan
menekankan cotton pellet steril yang telah dibasahi larutan saline atau akuades
selama 3 sampai dengan 5 menit.
Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas
kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di

saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom


file.
Beri medikamen lalu tumpat sementara dengan cavit
Akses dikatakan selesai bila:
-

Jaringan karies tidak ada


Atap pulpa telah terangkat semua
Orifis terlihat jelas (berwarna lebih gelap)
Jarum endodontik dapat masuk dan difungsikan dalam saluran akar tanpa

hambatan
- Bentuk kavitas harus memberi retensi yang baik bagi tumpatan sementaranya
Irigasi
Irigasi dilakukan dengan menggunakan spuit berukuran kecil (27G) dengan
cairan NaOCl 2,5%
4. Penjajagan saluran akar

Jajagi saluran akar dengan file no 10 sampai panjang kerja.

Irigasi saluran akar

5. Preparasi orifis
Preparasi orifis dilakukan dengan tujuan untuk membesarkan saluran akar sehingga
alat lebih mudah masukke saluran akar. Preparasi orifis dilakukan dengan
menggunakan ProTaper SX sampai 2/3 panjang kerja.
6. Penentuan panjang kerja

Jarum yang digunakan minimal no. 20 agar terlihat jelas di foto radiograf.

Tentukan titik yang akan dijadian acuan selama preparasi atau pengisian saluran
akar, yang stabil dan tidak berubah pada bidang insisal yang paling mudah terlihat
dan menyentuh stopper selama perawatan. Untuk gigi 12, titik acuan yang
digunakan adalah insisal.
Ukur panjang gigi pada radiograf praoperatif, lalu kurangi 2-3 mm untuk toleransi
kesalahan pemotretan
Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah dihitung
tersebut.
Masukkan jarum tersebut ke dalam saluran akar dengan gerakan watch winding
sampai stopper menyentuh titik acuan.

Lakukan foto radiograf


Panjang kerja yang tepat ditentukan dengan mengukur perbedaan antara ujung file
dan apeks radiograf, dan mejumlahkan dengan panjang kerja diagnosis dari
radiograf awal, lalu panjang kerja disesuaikan sampai 1 mm lebih pendek dari
apeks radiografis
7. Preparasi apikal
Jajaki saluran akar sampai file minimal no. 15 untuk menemukan glide path
Irigasi saluran akar dengan 2 cc NaOCl 2,5%
Preparasi setiap saluran akar dengan ProTaper S1 sampai sepanjang kerja.
Irigasi saluran akar dengan 2 cc NaOCl 2,5%, kemudian lakukan rekapitulasi
dengan file no. 10
Preparasi setiap saluran akar dengan ProTaper S2 sampai sepanjang kerja.
Irigasi saluran akar dengan 2 cc NaOCl 2,5%, kemudian lakukan rekapitulasi
dengan file no. 15.
Preparasi setiap saluran akar dengan ProTaper F1 sampai sepanjang kerja.
Irigasi saluran akar dengan 2 cc NaOCl 2,5%, kemudian lakukan rekapitulasi
dengan file no. 20.
Preparasi setiap saluran akar dengan ProTaper F2 sampai sepanjang kerja.
Irigasi saluran akar dengan 2 cc NaOCl 2,5%, kemudian lakukan rekapitulasi
dengan file no. 25.
Preparasi setiap saluran akar dengan ProTaper F3 sampai sepanjang kerja.
Irigasi saluran akar dengan 2 cc NaOCl 2,5%, kemudian lakukan rekapitulasi
dengan file no. 30.
Jika saluran akar besar, lanjutkan preparasi sampai ProTaper F4 atau F5, dan irigasi
saluran akar dengan 2 cc NaOCl 2,5% setiap pergantian alat.
8. Kon gutaperca utama
Mencoba KGU
Coba KGU sesuai dengan file F terakhir yang sesuai sepanjang kerja dan terdapat
tug back.
Buat foto x-ray KGU untuk melihat apakah KGU dapat masuk sepanjang kerja.
9. Medikasi Antar Kunjungan dan Penumpatan Sementara
Medikasi antar kunjungan menggunakan CHKM yang diaplikasikan pada
kapas butir (cotton roll). Kapas butir lalu diperas sampai tidak terasa basah karena
hanya uap CHKM yang dibutuhkan dalam medikasi. Kemudian kavitas ditumpat
dengan Cavit.
10. Pengisian saluran akar
Pengisian saluran akar dilakukan ketika sudah tidak dirasakan ada keluhan dan
ketika pemeriksaan palpasi dan perkusi menunjukkan hasil yang negatif.

Bongkar restorasi sementara


Irigasi dengan 1cc NaOCl 2,5%
Rekapitulasi
Irigasi dengan 1cc NaOcl 2,5%
Keringkan dengan paper point
Pengisian menggunakan teknik single cone. Gutta Perca Protaper (sesuai

dengan ukuran protaper yang digunakan).


Gutta Perca protaper dilumuri dengan sealer saluran akar (endomethasone),
lalu dimasukkan ke dalam saluran akar perlahan-lahan agar udara dan

kelebihan semen dapat keluar.


KGU ditarik sedikit sebanyak satu sampai dua kali kemudian dimasukkan

kembali sampai panjang kerja.


Potong kon gutaperca : panaskan semen stopper di atas api spirtus, tekankan
pada gutaperca dan langsung diangkat, tekan gutaperca dengan plugger sampai

di bawah orifis
Isi kavitas dengan kapas butir sampai penuh
Buat foto x ray pengisian
Kamar pulpa kemudian dibersihkan dengan cotton pelet yang dibasahi alkohol
kemudian diberi basis GIC dan tutup dengan tumpatan sementara. Pasien
diminta untuk datang kontrol 1 minggu setelah pengisian saluran akar.

Restorasi Dowel Crown sebagai restorasi akhir PSA gigi 16


(Rujuk ke spesialis prosthodonsia)
BAB IV
PROGNOSIS

1. Prognosis Umum
Baik. Alasan :
1. Keadaan umum pasien baik (tidak ada penyakit sistemik)
2. Pasien memiliki sikap yang kooperatif, serta motivasi yang tinggi untuk memperbaiki
dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan mulutnya.
2. Prognosis Lokal
1. Gigi 11 dan 16 prognosis baik
Gigi 11 masih vital dan sisa jaringan masih cukup banyak

Gigi tidak goyang dan jaringan periodontal baik


Gigi 16 masih dapat dirawat saluran akar dan sisa jaringan masih dapat direstorasi
paska endodontik

DAFTAR PUSTAKA

1. Mount GJ, Hume WR (ed). Presevation and Restoration of Tooth Structure. 2ndEd.
Queensland. Knowledge Books and Software. 2005.
2. Cohen S, Hargreaves KM. Pathway of the pulp. 9th Ed. Missouri: Mosby. 2006.
3. Rosenstiel,

Land,

Fujimoto.

Contemporary

Fixed

Prosthodontics.

4th

Ed.

Missouri:Mosby. 2006.
4. Nursasongko, Bambang. Departemen Konservasi FKG UI. Diktat Penunutn
Praktikum Endodontik Preklinik Edisi 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia. 2003.
5. Nursasongko, Bambang. Departemen Konservasi FKG UI. Diktat Penunutn
Praktikum Restorasi Preklinik Edisi 4. Jakarta : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia. 2003.
6. Roberson TM, Heymann HO. Sturdevants Art and Science of Operative Dentistry. 5th
Ed. Missouri: Mosby. 2006.
7. Tarigan, Rasinta. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti) Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2006.

Anda mungkin juga menyukai