Anda di halaman 1dari 18

PROSEDUR PENATALAKSANAAN

ONLAY

Oleh :
Siti Firdha Bimariska
04074881921024

Dokter Pembimbing : drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
I. PROSEDUR PENATALAKSANAAN RESTORASI ONLAY
A. RESTORASI NON PLASTIS
Restorasi non plastis adalah restorasi yang dibuat di laboratorium menggunakan
model cetakan gigi yang dipreparasi, kemudian disemenkan pada gigi. Restorasi non plastis
membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan tumpatan sementara sehingga lebih
mahal untuk pasien.
Restorasi non plastis terdiri dari:
• Inlay
Inlay merupakan restorasi intrakoronal indirect yang dibuat diluar rongga mulut
dan disementasi pada gigi yang dipreparasi. Inlay tidak menutupi cusp gigi atau
menutupi satu cusp gigi (tidak menyeluruh).

Gambar 1. (A) Inlay Kelas II. (B) Inlay MOD.


• Onlay
Onlay merupakan restorasi indirect intrakoronal dan ekstrakoronal yang menutupi
satu atau lebih cusp gigi.

Gambar 2. Onlay
• Crown
Partial crown merupakan crown yang menutupi tiga perempat atau tujuh per
delapan mahkota gigi. Crown merupakan restorasi yang menutupi seluruh mahkota
gigi,

(A) (B)
Gambar 3. (A) Crown pada gigi perawatan saluran akar. (B) Crown diletakan pada gigi yang dipreparasi.

Indikasi restorasi inlay/ onlay


• Kerusakan gigi yang besar, terutama kerusakan tersebut meluas ke proksimal pada gigi
posterior, termasuk bukal dan lingual
• Restorasi pasca perawatan endodontik
• Gigi dengan restorasi yang luas dengan resiko fraktur yang tinggi
• Menjaga dan mengembalikan kontak interproksimal dan kontur serta untuk koreksi dataran
oklusal
• Gigi penyangga untuk gigi tiruan sebagian lepasan
• Gigi posterior dengan beban kunyah tinggi

Kontraindikasi restorasi inlay/onlay


• Pasien dengan indeks karies tinggi
• pasien anak-anak
• Restorasi yang membutuhkan nilai estetika
• Pasien ekonomi rendah, karena biayanya mahal
• Pasien yang ada restorasi logam yang berbeda karena dapat sebabkan perubahan galvanic
ketika mereka berkontak satu sama lain
Keuntungan restorasi inlay/onlay
• Menghasilkan kontak dan kontur yang lebih baik
• Pemakaian restorasi logam lebih “wear resistance” daripada direct komposit, terutama
pada permukaan oklusal
• Lebih biokompatibel dengan respon jaringan lebih baik
• Polishing mudah

Kerugian restorasi inlay/onlay


• Butuh waktu pasien lebih banyak
• Lebih mahal dibanding direct restoration
• Ikatan dengan gigi rendah karena hanya semen, bisa sebabkan microleakage

Bahan yang digunakan untuk restorasi non plastis


1. Emas
• Bahan restoratif ekstrakoronal yang paling baik dibandingkan bahan lainnya.
• Memiliki kekerasan yang sama dengan email sehingga sulit pecah maupun terkikis.
• Tahan karat.
• Restorasi ekstrakoronal dari bahan emas terdiri dari: mahkota penuh, mahkota ¾ dimana
hanya 1 permukaan gigi yang tidak diselubungi (biasanya permukaan bukal), inlay,
onlay, jembatan.
Indikasi:
• Daerah yang menerima beban kunyah besar
• Gigi posterior yang telah dilakukan perawatan endodontik
• Pada keadaan tertentu dimana bahan restorasi lain tidak memadai digunakan untuk
membangun daerah proksimal dan oklusal
• Restorasi yang menutupi sebagian atau menyeluruh gigi posterior dimana kehilangan
jaringan dentin koronal cukup besar.
Kontraindikasi:
• Pada keadaan mulut dengan karies yang aktif atau terdapat penyakit periodontal.
• Faktor sosial dan ekonomi
• Pertimbangan estetik
• Pasien menginginkan perawatan dengan kunjungan singkat dan prosedur sederhana.

2. Porselen
• Restorasi porselen merupakan bahan yang rapuh dan mudah pecah sebelum dilakukan
sementasi pada kavitas.
• Setelah melekat pada gigi bersifat sangat kuat sehingga dapat mengikis permukaan gigi
antagonis.
• Digunakan pada restorasi inlay, onlay, crown dan veneer
• Diperlukan pengurangan minimal 0,8 mm di bagian tepi dan 1,5-2 mm di bagian
oklusal/insisal.
• Tepi mahkota porselen diletakkan di bawah margin gingiva sebagai pertimbangan
estetis.
Indikasi :
Pada kasus gigi anterior yang mengalami perubahan warna yang berat.
Pada restorasi post dan core.
Kontra indikasi:
Gigi dengan mahkota klinis yang kecil.
Pada oklusi edge to edge.
Gigi dengan bentuk preparasi yang tidak ideal untuk mendukung bahan porselen.
Gigi yang ketika beroklusi dengan gigi lawan berada di bagian servikal permukaan
palatal.

3. Komposit Indirect
• Pemakaian restorasi komposit di buat di laboratorium meningkat.
• Restorasi komposit indirek (dengan atau tanpa fibre reinforced) digunakan pada: inlay 1
unit, onlay dan mahkota.
• Kelebihan: tidak mengikis gigi lawan dan mudah diperbaiki (dibandingkan porselen).
• Kekurangan: mudah pecah dam berubah warna.

4. Metal keramik
• Restorasi mahkota metal ceramic memberikan kombinasi kekuatan dan estetik.
• Perlu preparasi setebal 1,5 mm untuk penempatan bahan tersebut.
• Preparasi membutuhkan ketebalan yang cukup sehingga meningkatkan insidensi
kematian pulpa gigi vital.
• Permukaan oklusal dari porselen lebih estetik sehingga membutuhkan pengurangan
jaringan gigi lebih banyak dan meningkatkan resiko excessive occlusal wear terhadap
gigi lawan.

Bahan Inlay ∕
Metal Ceramic Metal Bahan Sewarna Gigi
Onlay
Indikasi • Pada kasus • Restorasi yang • Pertimbangan
kegagalan berulang luas (perlu estetik
mahkota jaket kekuatan, kontrol • Defek yang luas
porselen. kontur dan kontak atau restorasi
• Pada mahkota gigi yang baik). sebelumnya.
posterior yang • Gigi pasca • Faktor ekonomi
memerlukan perawatan
estetika di mana endodontik
mahkota veneer • Gigi dengan
emas penuh atau resiko fraktur
sebagian • Distema closure
merupakan dan occlusal
kontraindikasi. plane correction.
• Pada gigi anterior • Removable
di mana tidak prosthodontic
terdapat ruangan abutment
yang cukup untuk
restorasi all
ceramic
Kontra • Pada pasien usia • Resiko karies • Daya oklusal yang
muda sehingga tinggi besar
Indikasi
resiko kerusakan • Pasien usa muda • Tidak mampu
pulpa tinggi. • Pertimbangan mengontrol daerah
• Pada kasus estetik yang kering
dikhawatirkan akan • Restorasi kecil • Preparasi
terjadi keausan subgingival yang
permukaan oklusal salah
berlebih.

B. Prosedur Kerja Onlay


1. Preparasi Onlay
• Preparasi dimulai dari central fossa hingga kedalaman + 2,5 mm pada gigi (kira-kira
1 mm ke dalam dentin).

Gambar 4. Preparasi oklusal melibatkan marginal ridge.


• Bur tapered fissure digerakkan secara lateral dan tegak lurus terhadap sumbu panjang
gigi.

Gambar 5.Posisi bur yang tegak lurus


• Divergensi oklusal tergantung pada kedalaman oklusal-servikal dari preparasi.
Kemiringan bur memberikan divergensi 3-5o pada masing-masing dinding kavitas
internal.
• Pengurangan Cusp
Pengurangan cusp dilakukan untuk memperoleh convenience form yang tepat
di mana akan meningkatkan akses dan visibilitas untuk tahap preparasi gigi
selanjutnya.
Pengurangan cusp dilakukan menggunakan bur carbide atau diamond bur.
Pengurangan cusp dimulai setelah membuat groove di puncak cusp dengan
kedalaman 1-1,5 mm (untuk cusp non fungsional ∕ cusp non sentrik) dan 1,5-2
mm (untuk cusp fungsional ∕ cusp sentrik).
Pengurangan untuk cusp sentrik umumnya lebih besar daripada cusp non
sentrik karena cenderung gaya oklusal lebih sedikit pada cusp non sentrik.
Sambil mengurangi cusp, developmental groove lingual atau bukal dipotong.

Gambar 6. Pengurangan cusp.

Preparasi reverse bevel atau counter bevel pada cusp sentrik. Reverse bevel
dipreparasi menggunakan diamond bur berbentuk flame pada permukaan
eksternal dari cusp sentrik untuk memberikan pita metal (ferrule) untuk
melindungi gigi. Bur dipegang pada sudut 30o terhadap permukaan eksternal
gigi. Ketinggian bevel sekitar 1 mm dan kedalaman aksial sekitar 1 mm.
Counter bevel harus cukup lebar sehingga cavosurface marginal meluas
minimal 1 mm di luar kontak oklusal dengan gigi antagonis. Occlusoaxial line
angle dibulatkan. Pengecualian pemberian bevel yaitu cusp fasial dari
premolar maksila dan molar pertama maksila karena estetik merupakan
perhatian utama pada daerah ini.

Gambar 7. Counter bevel pada bagian cusp lingual. Occlusoaxial line angle
dibulatkan.

Preparasi chamfer atau long bevel pada cusp non sentrik.


Chamfer atau long bevel dapat digunakan pada cusp non sentrik. Bur
diposisikan pada sudut 45o terhadap permukaan aksial, sehingga memberikan
efek ferrule untuk perlindungan tambahan cusp.
2. Bentuk Retensi dan Resistensi
- Preparasi oklusal bevel untuk meningkatkan marginal integrity
- Preparasi dinding kavitas meningkatkan retensi dan resistensi
- Preparasi dasar kavitas yang rata menigkatkan resistensi
Groove
Untuk meningkatkan retensi dan resistensi, groove dibuat di dinding proksimal pada box.
Groove dibuat di facioaxial line angle dan linguoaxial line angle pada dentin untuk
menambah retensi. Arah penempatan groove harus tegak lurus dengan alur penarikan
pola lilin

Gambar 8. Preparasi onlay dengan retensi berupa groove pada facioaxial line angle dan
linguoaxial line angle.

Occlusal bevel
Disarankan occlusal bevel harus 40o dimulai pada sepertiga dinding oklusal. Tujuan bevel
oklusal adalah untuk membuang ketidakteraturan dalam preparasi atau enamel rod yang
tidak didukung pada cavosurface margin. Bevel memberikan cavosurface margin yang
halus. Jika cusp curam, berikan sedikut bevel atau tanpa bevel, namun jika cusp dangkal,
berikan bevel yang lebih jelas. Penyelesaian akhir dari dinding dan margin dilakukan
dengan membuang semua email yang tidak didukung oleh dentin.

Gambar 9. Bevel oklusal.


Gambar 10. Bevel membantu dalam pembuangan enamel rod yang tidak didukung
cavosurface margin.
3. Preparasi Akhir
Bersihkan preparasi dengan semprotan air∕udara atau dengan menggunakan cotton pellet.
Bersihkan debris dan periksa semua sudut dan tepi cavosurface.
Buang karies yang masih tersisa, material restorasi yang lama, pit dan fissure yang
dalam yang termasuk dalam preparasi.
Pada preparasi yang besar dengan karies lunak, pembuangan dentin yang berkaries
dilakukan dengan ekskavator atau bur bulat kecepatan rendah.
Aplikasikan protective base pada dasar preparasi. Jika karies dalam dan sangat dekat ke
pulpa, berikan kalsium hidroksida dengan ketebalan 1 mm sebelum diberikan base yang
sesuai.

Gambar 11. Pelindung pulpa diberikan pada preparasi yang dalam. Kalsium hidroksida
digunakan sebagai liner dan glass ionomer cement sebagai base.

4. Pembuatan Catatan Gigit


Catatan gigit digunakan untuk mendapatkan hubungan dari model rahang atas dan
rahang bawah sebagaimana hubungan oklusi yang terdapat di dalam mulut pasien, sehingga
didapatkan restorasi yang stabil oklusinya (oklusi sentries). Umumnya catatan gigit dibuat
menggunakan bite registration paste∕bite wax.

5. Pencetakan Dan Pembuatan Model Kerja Die


Setelah preparasi gigi, pencetakan gigi yang telah dipreparasi dan gigi sekitarnya
dilakukan dengan menggunakan material cetak elastomer. Sebelum mencetak, gingival
retraction cord harus dipasang dahulu agar pencetakan gingival margin dari preparasi dapat
lebih baik.

(A) (B)
Gambar 12. (A) Rubber base material impression. (B) Hasil cetakan yang diharapkan.

Syarat material yag digunakan sebagai bahan pencetakan yaitu:


1.Mampu menjadi elastis setelah pengecoran.
2.Memiliki kekuatan yang adekuat.
3. Memiliki keakuratan dimensi, stabil dan detail.
Alginat digunakan untuk pencetakan rahang gigi antagonis dan bahan cetak rubber base
digunakan pada rahang gigi yang dipreparasi.

Teknik Dua Tahap (Double Mix)


1. Sendok cetak berlubang-lubang siap pakai bawah (palatum hanya diperlukan jika
akan dibuat bar palatal). Bagaimanapun juga sebaiknya sendok cetak harus cukup
kuat untuk menahan tekanan yang dapat mengubah bentuk. Berikan adhesif pada
permukaan sendok cetak.
2. Campur putty base dan tetesan katalis pada pad yang disediakan.
3. Berikan alas plastik di atas seluruh lengkung gigi. Masukan putty ke dalam sendok,
tempatkan pada posisinya dalam mulut. Tahan ± 3 menit hingga mengeras.
4. Keluarkan sendok dan keringkan permukaannya. Buang spacer dan keluarkan
ganjal gingiva. Aduk bahan light bodied. Masukkan bahan light bodied yang telah
dicampur ke dalam cetakan di atas seluruh lengkung (tidak hanya di sekitar cetakan
pada gigi yang telah dipreparasi).
5. Suntikkan bahan light bodied sekeliling gigi yang dipreparasi (penggunaan
semprotan udara secara perlahan akan membantu dapat membantu menyebarkan
bahan light bodied di atas permukaan preparasi).
6. Tempatkan kembali sendok cetak ke dalam mulut dan tahan selama ± 5 menit.
Gunakan tekanan jari yang ringan.

Teknik Sekali Aduk (Single Mix)


Bahan light body dan putty digunakan secara seiring.
1. Bahan putty diisi ke dalam stock tray.
2. Kemudian, bahan light body disuntik di sekeliling gigi yang dipreparasi.
3. Tempatkan stock tray ke dalam mulut untuk mendapatkan cetakan.

Kemudian hasil cetakan dicor dengan menggunakan gips stone untuk menghasilkan model
kerja. Cara pembuatan die yaitu:
Kepala dowel pin mempunyai retensi harus berada dalam cetakan negatif tanpa
menyentuh bidang oklusal (difiksasi dengan wax pada penjepit rambut). Lakukan
pengecoran I sampai batas garis horizontal (±3mm diatas servikal).
Buat retensi dengan bur bulat kedalaman ±2mm di sisi bukal dan lingual untuk
keperluan stabilisasi. Kemudian buat bulatan wax dengan diameter ±3mm dilekatkan
diujung pin. Olesi permukaan gigi yang dipreparasi dengan vaseline
Dengan menggunakan selembar wax cetakan diboxing hingga setinggi ujung pin yang
telah diberi bulatan wax. Aduk gips putih kemudian tuangkan kedalam cetakan yang
telah diboxing setelah keras kemudian dilepas dari cetakan
Pemotongan dilakukan dengan menggunakan gergaji, bur atau diamond abrasive disk.
Hasil pemotongan dirapikan. Batas daerah servikal dipertegas dengan membuat groove
memakai carbide bur.

Gambar 13. Pembuatan die dengan menggunakan dowel pin.

Gambar 14. Pemotongan die.

6. Pembuatan restorasi sementara


Pembuatan restorasi sementara dapat dilakukan secara direct dan indirect.
a. Jika secara direct, maka saat sebelum preparasi, jika gigi mengalami karies atau fraktur,
ditutupi dengan malam membentuk kontur anatomis normal, kemudian dilakukan
pencetakan. Setelah gigi dipreparasi, cetakan negatif (alginat) pada gigi itu diisi dengan
resin akrilik, kemudian dipasangkan pada gigi hasil preparasi yang sudah diolesi vaselin.
Setelah akrilik setting, akrilik dilepaskan dan dipoles daerah yang berlebih.
b. Jika secara indirect, maka tahap-tahap tersebut dilakukan pada model kerja, setelah jadi,
restorasi sementara dapat dipasangkan pada pasien.
Gambar 15. Pencetakan pada model kerja sebelum gigi dipreparasi.

Gambar 16. Pencetakan pada model kerja setelah gigi dipreparasi dan pembuatan mahkota
sementara dari resin akrilik.

7. Pembuatan Pola Malam Onlay


Teknik yang digunakan adalah teknik indirect, yaitu memodel wax pada model kerja
yang telah didapat sebelumnya. Inlay wax dilunakan di atas lampu spiritus kemudian ditekan-
tekan pada kavitas sampai penuh dan dilakukan pengukiran, baik cusp maupun pit dan fissure
sesuai bentuk anatomis semula.
Setelah dilakukan pemolesan malam, model kerja dan model malam dapat dikirim ke
laboratorium untuk mendapatkan restorasi onlay.
Gambar 17. Pembuatan pola malam onlay sesuai dengan
bentuk anatomis awal dari gigi tersebut.

8. Prosedur Laboratorium
9. Try-In
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat uji coba pemasangan (try-in) onlay antara
lain:
a. Oklusi
Tidak boleh terjadi prematur kontak yang akan mengakibatkan trauma oklusi. Untuk
mengetahuinya digunakan kertas artikulasi, adanya teraan yang lebih tebal menunjukkan
terjadinya traumatik oklusi.

Gambar 18. (A) Oklusi yang tepat. (B) Oklusi yang tidak tepat yang mengakibatkan restorasi
tidak stabil.
b. Adaptasi
Diperiksa keadaan sela gusi. Terutama keakuratan/kerapatan pinggiran servikal
antara tepi onlay dengan bagian servikal gigi asli. Pada bagian pundak, pinggiran
mahkota tidak boleh menekan gusi (overhang), karena kelebihan mahkota dapat menjadi
tempat tertimbunnya plak yang akan mengakibatkan peradangan gusi.
c. Daerah Titik Kontak
Untuk pemeriksaan daerah titik kontak, dengan menggunakan dental floss. Daerah titik
kontak harus dapat dilalui oleh dental floss.

Prosedur dalam melakukan try in:


a. Buang seluruh restorasi sementara dan semen secara hati-hati.
b. Tempatkan casting onlay pada gigi dengan tekanan ringan. Jika casting tidak dapat
diposisikan dengan tepat, jangan dipaksa. Permukaan proksimal yang overcontour dapat
menjadi penyebabnya.
c. Periksa oklusi dengan menggunakan kertas artikulasi. Titik yang tinggi akan menghasilkan
lubang pada kertas artikulasi. Kontal oklusi tidak tepat cenderung membuat gigi tidak stabil.
d. Evaluasi embrasure dan nilai titik di mana rekontur proksimal diperlukan.
e. Pasang dental floss melewati kontak untuk mengetahui kerapatan kontak dan lokasinya.

10. Sementasi
Prosedur sementasi onlay:
Bersihkan onlay secara menyeluruh sebelum disementasi.
Isolasi gigi yang telah dipreparasi, bersihkan daerah preparasi dengan menggunakan
brush dan pumice.
Berikan udara ke sulkus gingiva dari gigi yang dipreparasi agar kering.
Aplikasikan selapis tipis semen pada permukaan onlay yang akan berkontak dengan
permukaan gigi dan pada permukaan preparasi gigi. Semen yang digunakan adalah GIC
tipe I.
Posisikan onlay dengan tekanan tangan menggunakan instrument yang sesuai.
Minta pasien untu menggigit cotton pellet yang ditempatkan di atas permukaan oklusal.
Bersihkan sisa-sisa semen yang mengeras menggunakan sonde.
Periksa kembali oklusi untuk keharmonisan oklusi sentris.
Periksa sulkus gingival dengan menggunakan sonde dari sisa semen untuk menghindari
iritasi pada jarigan pendukung.
11. INSTRUKSI PADA PASIEN
a. Pasien diinstruksikan untuk tidak menggunakan restorasi untuk menggigit sesuatu yang
keras dengan sengaja.
b. Pasien diminta untuk datang kembali, kontrol 1 minggu setelah sementasi onlay dengan
melakukan :
1. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan keluhan pasien setelah dilakukan sementasi onlay, seperti ada
atau tidaknya nyeri (lokasi, durasi dan keparahan).
2. Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan obyektif dilakukan dengan pemeriksaan palpasi, perkusi, dan
mobilitas pada gigi yang telah dirawat, serta dillihat apakan onlay masih dalam
keadaan oklusi, adaptasi dan kedudukan yang baik. Selain itu, juga diperiksa
apakah terdapat inflamasi atau peradangan pada jaringan periodontal di sekitar gigi
tersebut.
3. Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan radiografi untuk mengetahui keadaan kontak proksimal antara
restorasi onlay/inlay dan gigi tetangga (overhanging atau tidak), serta dilihat
keadaan jaringan periodontal dari gigi tersebut.

Palembang,27 November 2020


Dokter Pembimbing Konservasi

drg. Billy Sujatmiko, Sp. KG


DAFTAR PUSTAKA
Sturdevant CM, Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. 2006. Sturdevant’s Art & Science of
Operative Dentistry, 5th ed. St. Louis: Mosby.
Sturdevant CM, Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. 2002. Sturdevant’s Art & Science of
Operative Dentistry, 4th ed. St. Louis: Mosby.
Bartlett D, Ricketts D. Advanced Operative Dentistry : A Practical Approach. 2011. Chruhill:
Elsevier

Anda mungkin juga menyukai