Anda di halaman 1dari 64

PERBEDAAN pH SALIVA SEBELUM DAN SETELAH

KONSUMSI ALPUKAT MENTEGA PADA SISWA


SMA XAVERIUS 3 PALEMBANG

SKRIPSI

Oleh :

Yon Aditama

04031181419018

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2019
PERBEDAAN pH SALIVA SEBELUM DAN SETELAH
KONSUMSI ALPUKAT MENTEGA PADA SISWA

SMA XAVERIUS 3 PALEMBANG

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar


Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya

Oleh :

Yon Aditama

04031181419018

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2019
HALAMAN PERSETUJUAN
DOSEN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul

PERBEDAAN pH SALIVA SEBELUM DAN SETELAH KONSUMSI


ALPUKAT MENTEGA PADA SISWA SMA XAVERIUS 3
PALEMBANG

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar


Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya

Palembang, 23 Juli 2019

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

1
irani, M.Si 1
NIP. 198010022005012001 aa
an, Sp.!
1) 8
) NIP. 198507312010122005
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI

PERBEDAAN pH SALIVA SEBELUM DAN SETELAH KONSUMSI


TELAHKONSUMS ALPUKAT MENTEGA PADA SISWA SMA XAVERIUS
3
PALEMBANG

Disusun Oleh
Yon Aditama
04031181419018

Skripsi ini telah di uji dan dipertahankan di depan Tim Penguji


epa Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas
Tanggal 23 Juli 2019
Yang terdiri dari :

Pembimbing 1, dh Pembimbing 2,
dah AA
dh NIP. AA drz, Merryen Belinda,
198016022005012001 Sp.KG, MPH NIP
rz , Merryen Belida, Sp.KG,
MPH NIP.
Penguji 1, 198507312010122005
& amp;
uut nguji 2,

aa
-
-
MEN Mengetahui ,
Ketua Program Studi Kedokteran Gigi Pas lnKekea
Pas lan Kedekieran Universitas Sriwijaya AAA
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”


Surah Al-Bagarah 2:286

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Bapak, Ibu, dan Adik-adik Tercinta


SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan:

. Karya tulisa saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (SKG) baik di Universitas Sriwijaya maupun
perguruan tinggi lain.
. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penelaah.
. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantukan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
. Pernyataan ini sudah saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam permyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh Karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi.

Palembang, 29 Juli 2019

Yang membuat pernyataan,

Yon Aditama

NIM. 04031181419018
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Kandungan alpukat .........c..c..c..c...c..c..c..c..c..c..c..c..c..c..c..c..c.cccc cc cccecsasax


17

4.1. Perbedaan selisih rata-rata pH saliva sebelum dan setelah konsumsi

alpukat ...................c..c..c..c..cc.c...c..c..c..c..c.cc..c...cc ec eeseeeeeeeeeaesaeeaesaeeaasansaan


33

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kurva Stephan.........c............c..c..c..c..c..c..c..c..cc.c..c..cccccc cc ceeeeeseeeesereeesanaan


12

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

xiV
PERBEDAAN pH SALIVA SEBELUM DAN SETELAH

KONSUMSI ALPUKAT MENTEGA PADA SISWA

SMA XAVERIUS 3 PALEMBANG

Yon Aditama
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Abstrak

Latar Belakang: Saliva memiliki pH normal berkisar 6,7-7,2. Fosfat adalah


komponen dapar pada saliva yang dapat membantu menetralkan pH saliva. Alpukat
memiliki kandungan fosfat yang tinggi dan kandungan gula yang rendah. Gula
ter utama sukrosa merupakan sumber energi utama pertumbuhan bakteri di dalam
rongga mulut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pH saliva
sebelum dan setelah konsumsi alpukat mentega. Metode: Penelitian yang
dilakukan adalah penelitian ekperimental dengan rancangan one group pretest and
postest yang melibatkan 30 orang siswa Xaverius 3 Palembang, dengan skor DMF-
T «3. Setiap subjek meng unyah Arabic gum 2,4 g selama 10 menit dan setelahnya
saliva dikumpulkan ke dalam tabung centrifuge 15 mL. pH saliva diukur
menggunakan pH meter dan dicatat sebagai pH sebelum konsumsi. Subjek
kemudian mengunyah alpukat mentega sebanyak 100 gram dengan 32 kali
kunyahan dan ke mudian ditelan. Saliva kemudian dikumpulkan ke dalam tabung
centrifuge 15 mL selama interval waktu 0,5,15,30,60 menit setelah konsumsi
alpukat mentega dan diukur pH pada tiap interval waktu tersebut. Data dianalisis
dengan Uji Wilcoxon. Hasil: Uji statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan pH
saliva sebelum dan setelah konsumsi alpukat mentega. pH saliva meningkat segera
setelah konsumsi alpukat mentega dan kembali ke pH sebelum konsumsisetelah
30-60 menit konsumsi alpukat mentega. Kesimpulan: Terdapat perbedaan pH
saliva sebelum dan setelah konsumsi alpukat mentega, tetapi masih dalam rentang
pH saliva normal.

Kata kunci: alpukat, gula, pH saliva

XV
THE DIFFEREN
AND AFTER
CONSUMPTION

Yon Adita

Dentistry Study Prog


Sriwijaya University
Kedokteran Gigi Fak
Universitas Sriwijay

Abstract

B a ckground: Saliva ha
a component
of buffer in saliva that c
high
phosphate content and l
the main
energy source for bacter
this study was
to evaluate the differenc
consumption of
avocados. Method: The
one group
pre test and post test des
Palembang
students, with a DMF-T
minutes and
s a liva was collected in
measured using a pH
meter and recorded as p
chewed 100
gr a ms of avocado with
collected into a
15 mL centrifuge tube f
after consumed
avocado and pH was me
analyzed by
Wilcoxon test. Result: T
of salivary
pH before and after con
immediately
after avocado consump
consumptionafter 30-
60 minutes of avocado c
between
salivary pH before and a
normal pH range.

Keywo
rds:
avocad
o,
sugar,
salivar
y pH
xvi
BABI

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Saliva adalah suatu cairan kompleks yang terdiri atas campuran dari sekresi

kelenjar saliva mayor dan minor. Volume saliva yang disekresikan selama 24 jam

diperkirakan 500-600 mL.! pH saliva normal berkisar antara 6,7-7,3.? Saliva yang

terpapar oleh asam organik akan mengalami penurunan pH hingga di bawah 5,5
5,5
yang merupakan pH kritis. Jika pH turun berulang-ulang dalam waktu tertentu

mengakibatkan terjadinya demineralisasi pada permukaan gigi yang rentan

sehingga proses karies dimulai.? Terdapat dua mekanisme dari saliva untuk

mempertahankan pH normalnya, yaitu pertama aliran saliva dapat menghilangkan

produk asam hasil metabolisme karbohidrat oleh bakteri, yang kedua yaitu

menetralkan asam dari makanan dan minuman dengan aktivitas dapar saliva

(bikarbonat, fosfat, dan kalsium)." Keseimbangan pH saliva di rongga mulut

terutama dipengaruhi oleh faktor makanan yang dikonsumsi.”

Saat ini masyarakat lebih memilih mengkonsumsi produk yang alami dan

sehat seperti buah. Buah selalu dihubungkan sebagai pilihan makanan yang sehat

dan dianjurkan dalam kuantitas yang besar. Buah mengandung bermacam-macam

vitamin dan mineral yang berkontribusi terhadap fungsi sehari-hari tubuh.” Buah

juga dapat menimbulkan dampak yang kurang baik, khususnya buah-buah yang

diketahui dapat menyebabkan penurunan pH pada saliva karena mengandung asam

organik dan gula.” Shetgar et al. melaporkan adanya penurunan pH saliva segera
setelah konsumsi buah jeruk yaitu pH saliva turun dari 7,29 ke 3,25, apel yaitupH
7,29

saliva turun dari 7,08 ke 5,44, dan anggur yaitu pH salivaturundari 7,12 ke 3,38.!9
7,08

Waktu yang dibutuhkan agar pH kembali normal setelah konsumsi makanan dan

minuman berkisar antara 20 menit hingga 1 jam setelah konsumsi tersebut

dihentikan.!! Ter dapat dua sifat dari makanan tersebut yang dapat menyebabkan

kerusakan pada gigi. Pertama, rendahnya pH dari makanan tersebut mengakibatkan

erosi pada permukaan enamel, yang kedua mikroorganisme melakukan fermentasi

gula pada makanan sehingga menghasilkan asam organik pada plak gigi dan

saliva.!2 Hal tersebut dapat dicegah dengan mengkonsumsi buah dengan kadar gula

rendah, salah satunya yaitu buah alpukat.! 13

Buah alpukat telah dimanfaatkan sebagai makanan dan obat-obatan karena

kandungan nutrisi yang tinggi serta sifat terapeutiknya.! Muchyar dkk.

melaporkan bahwa ekstrak daging buah alpukat memiliki efek antibakteri, terutama

terhadap bakteri Staphylococcus aureus.! Konsumsi buah alpukat juga diketahui

sebagai kontrol diet yang baik untuk menjaga kesehatan kardiovaskular.!£ Noorul

dkk. Melaporkan bahwa umumnya buah alpukat mengandung 0,20 g gula untuk

setiap 100 g buahnya, dan Arukwe dkk. juga melaporkan bahwa di dalam 100g

daging alpukat jenis Hass yang merupakan salah satu jenisalpukat dengan rasa

yan g manis hanya terkandung sebanyak 0,30 g gula. !3!£ Kandungan gula tersebut

sangat sedikit jika dibandingkan dengan buah lain seperti yang ditunjukkan oleh

penelitian Etebu et al. yang menunjukkan bahwa di dalam 100 g buah jeruk

men g andung 9,35 g gula, Ticha et al. yang melaporkan bahwa di dalam 100 g apel
men g andung 13,5 g gula, dan Robredo et al. yang melaporkan bahwa di dalam 100

g buah anggur mengandung 17,54 g gula.171819

Arukwe dkk. juga melaporkan bahwa selain kandungan gulanya yang

sedikit alpukat memiliki berbagai kandungan mineral seperti fosfat sebanyak 54 mg

dan kalsium sebanyak 13 mg untuk setiap 100 g daging buah alpukat.!$ Fosfat dan

kalsium diketahui sebagai mineral yang memiliki peran penting pada remineralisasi

enamel gigi, selain itu fosfat juga memiliki fungsi sebagai kapasitas dapar

saliva. Alpukat juga diketahui memiliki pH yang berkisar antara 6,58-7,14 seperti

yang dilaporkan oleh Ordonez dkk.?! pH tersebut cukup tinggi jika dibandingkan

dengan pH buah lain seperti pH dari buah jeruk (pH 3,19), apel (pH 3,68), dan

anggur ( pH 3,10).222324 Hal tersebutlah yang mungkin dapat mempengaruhi pH

saliva , sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan pH saliva

sebelum dan setelah konsumsi buah alpukat.

1.2 Rumusan Masalah

Alpukat memiliki kandungan mineral yang tinggi seperti fosfat dan

kalsium .!£ Fosfat dan kalsium diketahui sebagai mineral yang memiliki peran

penting pada remineralisasi enamel gigi, selain itu fosfat juga memiliki fungsi

sebagai kapasitas dapar saliva. 2? Kandungan gula pada alpukat juga sangat rendah

dibandingkan beberapa buah lain.! Bagaimana perbedaan pH saliva sebelum dan

setelah konsumsi alpukat mentega?


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan saliva sebelum dan setelah konsumsi alpukat

mentega.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengukur pH saliva sebelum konsumsi alpukat mentega.

2. Mengukur pH saliva setelah konsumsi alpukat mentega.

3. Mengukur waktu yang dibutuhkan pH saliva setelah konsumsi alpukat

mentega untuk kembali ke pH sebelum konsumsi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

kedokteran gigi mengenai manfaat alpukat mentega terhadap pH saliva.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi untuk memberikan

informasi terhadap pasien mengenai efek dari perubahan pH saliva setelah

konsumsi alpukat mentega.

3. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat alpukat

mentega untuk kesehatan gigi dan mulut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. “Saliva

Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva.?$ Saliva

terdiri dari 99926 air dan sedikit komponen anorganik danorganik (seperti protein,

glikoprotein, dan enzim) yang menunjukkan banyak fungsi penting.?” Sekitar 9096

dari total saliva diproduksi oleh tiga kelenjar saliva mayor, yaitu kelenjar parotid,

kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual. Sisanya diproduksi oleh ribuan

kelenjar saliva minor yang terdistribusi di seluruh mulut dan tenggorokan.25

Karakteristik dan fungsi saliva memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan

rongga mulut.2527

Laju aliran saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor temasuk usia, jenis

kelamin, nutrisi, merokok, obat-obatan, dan penyakit sistemik.2? Stimulus juga

berpengaruh terhadap laju alir saliva. Stimulus tersebut terdiri dari stimulus

mekanik dan stimulus kimiawi. Stimulus mekanik berupa pengunyahan, sedangkan

n.?? Kedua jenis stimulus tersebut


stimulus kimiawi berupa efek pengecapan.??
meningkatkan sekresi saliva . Nilai normal rerata aliran saliva yang distimulasi pada

individu yang sehat berkisar dari 1,0-3,0 ml/menit sedangkan nilai normal aliran

saliva yang tidak distimulasi berkisar antara 0,3-0,5 ml/menit.2$2728


2.1.1. Sekresi Saliva

Saliva diproduksi oleh kelenjar saliva di bawah kontrol saraf. Kelenjar

saliva terdiri dari kelenjar saliva mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor memiliki

peran yang lebih utama dalam sekresi saliva yang terdiri dari kelenjar parotid,

kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual.?? Kelenjar saliva minor berjumlah

sekitar 600-1000 yang tersebar di rongga mulut, kecuali pada gingiva dan bagian

s 3?
anterior palatum keras.3?

Sistem saraf simpatis dan parasimpatis bekerja secara bersinergis dengan

meningkatkan produksi saliva namun berbeda dalam hal volume dan konten

saliva.?£ Aktivasi saraf simpatis akan menyebabkan lepasnya neurotransmiter

norepinefrin (noradrenalin) yang akan berinteraksi dengan reseptor adrenergik yang

ada di sel asinar kelenjar saliva. Aktivasi saraf simpatis akan menghasilkan saliva

yang tinggi akan protein dan elektrolit rendah sehingga saliva bersifat kental dan

jumlahnya sedikit. Saraf parasimpatis akan melepaskan neurotransmiter asetilkolin

(ACh). ACh akan berikatan dengan reseptor kolinergik pada sel asinar kelenjar

saliva. Ikatan tersebut akan menyebabkan produksi saliva dengan kandungan

elektrolit yang banyak dan protein yang sedikit sehingga akan menghasilkan saliva

dalam volume besar dan encer.282829

Pembentukan saliva terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah

pembentukan saliva primer. Pembentukan saliva primer terjadi di sel asinar.

Hasilnya adalah saliva primer yang bersifat isotonik yang mengandung sodium dan

klorida meyerupai plasma. Tahap kedua adalah modifikasi saliva primer di duktus.

Selama saliva melewati sistem duktus, saliva dimodifikasi dengan terjadinya


reabsorpsi selektif sodium dan klorida serta adanya pelepasan kalium dan

bikarbonat sehingga saliva akhir yang disekresikan ke rongga mulut bersifat

hipotonik.2829

Kondisi saliva dalam rongga mulut dibedakan menjadi dua yaitu saliva tidak

terstimulasi dan saliva terstimulasi. Saliva tidak terstimulasi adalah saliva yang

disekresikan dalam keadaan istirahat tanpa adanya stimulasi dari luar seperti rasa

atau aktivitas mengunyah.? Saliva tidak terstimulasi banyak diproduksi oleh

kelenjar submandibula dan sedikit peran kelenjar sublingual.3?3! Saliva terstimulasi

adalah aliran yang diproduksi sebagai hasil dari stimulus mekanik, gustatori,

olfaktori, atau farmakologis. Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva yang

berperan utama dalam sekresi saliva terstimulasi dengan kontribusi sebesar 80-9096

dari produksi saliva harian.!? Laju alir saliva terstimulasi normalnya adalah 2,0-5,0

0,2
ml/menit, sedangkan rentang normal laju alir saliva tidak terstimulasi adalah 0,2-
0,4 ml/menit. Pada kondisi normal fisiologis, rata-rata jumlah saliva yang

disekresikan mencapai 0,5-1 L/hari.?

2.1.2. Komposisi dan fungsi saliva

Kandungan air di dalam saliva mencapai 9996, sementara sisanya berupa

musin, albumin, mineral-mineral, epitel, leukosit, limfosit, enzim, dan termasuk

bahan-bahan antibakteri.2” Komponen-komponen tersebut berfungsi untuk menjaga

integritas jaringan di dalam mulut. Komposisi saliva mengandung beberapa zat

anorganik dan organik yang dapat mempengaruhi bakteri dan produknya di dalam

rongga mulut.”! Zat anorganik meliputi bikarbonat, sodium, potassium, fosfat,

kalsium, dan fluor. Zat organik meliputi meliputi protein yang berupa enzim
amilase, maltase, serum albumin, kretinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino,

lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testosteron dan kortisol. Komposisi

se tiap masing-masing penyusun saliva berbeda pada tiap individunya, sesuai

dengan jenis kelenjar yang menghasilkannya, jenis rangsangan, kecepatan aliran

saliva, makanan, obat-obatan dan penyakit tertentu yang mempengaruhi keadaan

saliva.2932

Saliva memiliki beberapa fungsi, antara lain :

a. Perlindungan mukosa dan lubrikasi

Saliva membentuk lapisan seromukosa yang berperan sebagai pelumas dan

melindungi jaringan rongga mulut dari agen yang dapat mengiritasi.? Musin

sebagai protein dalam saliva memiliki peranan sebagai pelumas, perlindungan

terhadap dehidrasi, dan dalam proses pemeliharaan viskoelastisitas saliva.2932

b. Membantu proses pencernaan

Saliva berfungsi untuk membantu proses pencernaan awal dalam proses

pembentukan bolus-bolus makanan.?? Enzim yang terkandung dalam saliva yaitu

enzim amilase atau enzim ptialin merupakan salah satu komposisi dari saliva yang

bertanggungjawab untuk memecahkan karbohidrat menjadi maltosa, maltoriosa

dan dekstrin.??

c. Sensasi rasa

Fungsi saliva dalam pengecapan adalah dengan pelarutan substansi makanan

sehingga saliva dapat merasakan dengan bantuan reseptor rasa yang terdapat pada

taste bud. Gustin berperan dalam pertumbuhan dan maturasi taste bud.”?
d. Oral Clearance

Saliva juga memiliki peran sebagai self cleansing. Aliran saliva membersihkan

rongga mulut dari bakteri non-adhesi, seluler, dan debris makanan.33 Kecepatan

alir an saliva mempengaruhi kemampuan pembersihan rongga mulut. Laju alir

saliva yang lambat menyebabkan kemampuan pembersihan rongga mulut turun

sehingga pH saliva dan plak turun. Hal tersebut dapat menyebabkan risiko karies

meningkat.3233

e. Antibakteri

Antibakteri pada mikroorganisme yang mengkolonisasi jaringan-jaringan oral

adalah salah satu fungsi dari saliva.?3 Kelenjar saliva mensekresi agen imunologik

(sekretori immunoglobulin A, imunoglobulin G, imunoglobulin M) dan non-

imunologik (laktoferin, lisozim, peroksidase) untuk proteksi gigi dan permukaan

mukosa. sIgA adalah komponen imunologik terbesar saliva. sIgA menyebabkan

aglutinasi bakteri spesifik, mencegah perlekatan bakteri ke gigi dan membentuk

gumpalan yang tertelan.33 Komponen saliva seperti laktoferin, lisozim, dan

peroksidase juga berperan dalam melawan bakteri.35

f. Kapasitas dapar

Bikarbonat (HCOz') dan fosfat (HPO4?) dalam saliva memberikan aksi dapar

yang akan menetralkan pH saliva sehingga terjadi remineralisasi.33 Bikarbonat

memegang peranan paling penting dalam sistem dapar." Bikarbonat berdifusi ke

dalam plak dan bertindak menetralisasi asam. Beberapa protein dasar saliva juga

dapat memberikan aksi dapar pada saliva. Metabolisme protein dan peptida saliva

oleh bakteri menghasilkan urea dan amonia yang membantu meningkatkan pH.35
10

Kapasitas dapar fosfat aktif dalam saliva tidak distimulasi. Mekanisme untuk

sistem dapar fosfat adalah karena kemampuan ion fosfat sekunder, HPO4?, untuk

mengikat ion hidrogen dan membentuk H2POz ion fosfat primer. Pasangan asam-

basa tersebut memiliki kapasitas dapar maksimum yang relatif dekat dengan kisaran

pH saliva: 6-8.3$ Hal tersebut membuat fosfat memiliki potensi untuk menjadi dapar

yang efektif di mulut. Konsentrasi fosfat yang terbatas di rongga mulut

menyebabkan efektivitasnya juga terbatas, namun dalam keadaan istirahat ketika

tidak ada makanan di mulut, konsentrasi fosfat anorganik cukup tinggi sedangkan

konsentrasi bikarbonat agak rendah. Hal tersebut menjadikan kapasitas dapar fosfat

cukup efisien dalam saliva tidak distimulasi. 3238

Ketika konsentrasi fosfat berkurang dengan meningkatnya laju alir, kontribusi

fosfat pada keseluruhan sistem buffer berkurang sekitar setengahnya dibanding saat

kondisi saliva istirahat hingga paling sedikit 1090 pada saliva yang sangat

terstimulasi. Fejerskov et al. melaporkan suatu tablet yang dapat menstimulasi

saliva tetapi mengandung fosfat sehingga tablet tersebut dapat mengurangi

kerusakan pada gigi.3”

g. Remineralisasi enamel gigi

Saliva juga berperan sebagai pertahanan integritas kimia dan fisik dari enamel

gigi dengan cara mengatur proses remineralisasi enamel.35 Faktor utama untuk

mengontrol stabilitas enamel adalah hidroksiapatit sebagai konsentrasi aktif yang

dapat membebaskan kalsium, fosfat, dan fluor di dalam larutan dandidalam pH

a 3235
saliva. 3
11

2.1.3. pH saliva

pH adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen dengan tingkat asam dan basa

yang relatif pada suatu larutan.” Keadaan normal pH adalah 7, jika dibawah 7

adalah keadaan yang asam, dan di atas 7 adalahkeadaanyang basa. pH dan

kapasitas dapar saliva ditentukan dengan susunan kuantitatif atau kualitatif

elektrolit di dalam saliva terutama ditentukan oleh susunan bikarbonat, karena

susunan bikarbonat sangat konstan dalam saliva dan berasal dari kelenjar saliva. pH

saliva pada keadaan normal antara 6,7-7,3.5738

pH saliva dapat mengalami penurunan akibat aktivitas bakteri kariogenik.3”

Bakteri akan melakukan fermentasi terhadap substrat (terutama sukrosa) sehingga

menghasilkan produk asam yang akan menurunkan pH saliva hingga dibawah 5,5
5,5
( pH kritis). Kondisi pH yang rendah tersebut akan memudahkan pertumbuhan

bakteri kariogenik. Jika derajat keasaman rongga mulut mengalami penurunan

sehingga terjadi demineralisasi, maka kandungan anorganik saliva, seperti ion

bikarbonat dan fosfat akan berperan sebagai kapasitas dapar saliva untuk

menetralkan pH saliva kembali dalam keadaan normal dan terjadilah

remineralisasi.3335 Jika lingkungan tidak menyediakan keadaan yang tepat untuk

remineralisasi, maka proses demineralisasi terus berjalan dan karies akan

berkembang. Jika ada saliva di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak

menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalamhitungan

bulan atau tahun. Secara klinis kerusakan enamel hingga terbentuk kavitas

memerlukan waktu sekitar 6-48 bulan. 2429


13

Kehilangan mineral pada awalnya hanya dapat dilihat secara mikroskop tapi pada

akhirnya akan semakin jelas terlihat di enamel sebagai white spot. Setelah

permukaan enamel menghilang, infeksi akan berlanjut ke dentin dan pulpa yang

akhirnya menyebabkan gigi nekrotik.5?

2.1.4. Faktor yang mempengaruhi pH saliva

Faktor utama yang mempengaruhi perubahan pada pH saliva adalah laju alir

saliva . Penurunan laju alir saliva menyebabkan berubahnya komposisi pada saliva,

seperti bikarbonat, fosfat dan urea yang berkurang sehingga menyebabkan

penurunan kapasitas buffer saliva yang menyebabkan pH menurun.” Lin dkk.

melaporkan bahwa terjadi penurunan pH saliva dari pH normal menjadi lebih asam

dengan rata-rata 6, 2 setelah satu bulan terapi radioterapi dan 6,13 setelah2bulan

radioterapi dikarenakan radioterapi area kepala leher melibatkan kelenjar saliva

dalam area radiasinya sehingga mengakibatkan penurunan laju alir saliva."!

Perubahan kapasitas dapar saliva juga dapat terjadi jika sekresi saliva

kurang seperti pada orang tua, penderita penyakit sistemik, seperti Sjorgen

syndrome, rheumatoid arthritis, diabetes mellitus, kelainan ginjal, pankreatitis,

neoplasma dan lupus eritematous sistemik.?2? Penggunaan obat-obatan tertentu,

ik,h
seperti obat sedatif, parasimpatolitik, hipnotik, diuretik, antibiotik, teurapetik,
antiparkinson, antihistamin dan antidepressant juga dapat mempengaruhi sekresi

saliva.

Faktor diet seperti konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat juga

terbukti dapat menurunkan pH saliva." Buah-buahan yang memiliki derajat

keasaman yang rendah seperti jeruk (pH 3,19), apel (pH 3,68), dan anggur (pH 3,10)
14

dapat menurunkan pH saliva setelah dikonsumsi.222324 Hal tersebut dibuktikan oleh

penelitian dari Shetgar et al. yang menunjukkan adanya penurunan pH saliva segera

setelah konsumsi jus buah jeruk yaitu pH saliva turun dari 7,29 ke 3,25, apel yaitu
7,29
pH saliva turun dari 7,08 ke 5,44, dan anggur yaitu pHsalivaturundari 7,12 ke
7,08
3,38.!2 Penelitian Khoerunnisa dkk. menyimpulkan bahwa semakin tinggi derajat

xerostomia maka semakin rendah pH saliva.?5

2.1.5. Efek penurunan pH saliva

Berkurangnya laju alir saliva berpengaruh terhadap pengunyahan dan

penelanan makanan, netralisir asam, dan perlindungan imunologi terhadap bakteri

pathogen. Hipo saliva si yang merupakan akibat dari turunnya laju alir saliva dapat

menyebabkan terjadinya penyakit mulut seperti karies gigi dan lesi mukosa.

Berkurangnya laju alir saliva juga berpengaruh terhadap penurunan pH saliva.

Kondisi pH yang rendah tersebut akan memudahkan pertumbuhan bakteri

. 4947 Skinner et al. juga melaporkan adanya korelasi


kariogenik penyebab karies. 4
yang kuat antara meningkatnya indeks karies dan tingginya tingkat konsumsi

makanan yang banyak mengandung gula.

Erosi juga dapat terjadi dikarenakan laju alir saliva yang kurang. Erosi

didefinisikan sebagai kehilangan jaringan keras gigi karena proses kimia yang tidak

melibatkan bakteri. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satunya

faktor biologi yaitu saliva. Saliva menyediakan perlindungan terhadap erosi dengan

berbagai cara diantaranya adanya Oral clearance yang akan memudahkan

hilangnya asam di rongga mulut melalui proses penelanan. Kandungan dapar saliva

juga berperan dalam menetralisir makanan asam dan untuk proses remineralisasi.
15

Karenanya jika laju alir saliva berkurang maka lebih berisiko terjadinya erosi.1849

Hansen et al. telah melaporkan bahwa erosi dapat terjadi dikarenakan makanan atau

minuman yang mengandung berbagai asam seperti buah, jus buah, minuman ringan,

minuman berkarbonasi, acar, cuka, dan makanan asam lain. Diet vegetarian juga

menjadi faktor lain yang dihubungkan dengan terjadinya erosi.5?

2.1.6. Pengukuran pH saliva

Pengukuran pH saliva dapat dilakukan dengan menggunakan pH test paper

dan pH meter.“4! Sebelum pengukuran, pengumpulan saliva dilakukan dengan

cara meminta sampel meludah ke wadah yang telah disiapkan. Pengukuran pH

menggunakan pH test paper dilakukan dengan mencelupkan kertas lakmus ke

dalam saliva. Sesaat setelah kertas basah, kertas segera diangkat dan warna kertas

dibandingkan ke tabel acuan yang disediakan. Penilaian pH dilakukan saat kertas

masih lembab untuk mendapatkan hasil yang akurat. Saliva memberikan warna

hijau pada kertas jika berada pada pH netral, warna kuning dan oranye jika berada

di bawah pH netral, dan memberikan warna oranye hingga merah jika berada pada

pH kritis saliva." Hasil pengukuran pH dengan kertas lakmus kurang akurat dan

bersifat subjektif karena penilaiannya berdasarkan warna. Alternatif pengukuran

pH saliva dapat menggunakan pH meter dengan hasil yang lebih objektif.

Pengukuran pH menggunakan pH meter dilakukan dengan mencelupkan sensor

elektroda pH meter ke dalam larutan saliva selama beberapa menit kemudian pH

meter akan menunjukkan skor pH dalam bentuk angka.37


16

2.2. Alpukat

Alpukat secara tradisional telah dibudidayakan untuk dikonsumsi ataupun

utuk tujuan medis dikarenakan nutrisi yang tinggi dan efek terapeutiknya.!? Pada

umumnya pH alpukat seperti yang dilaporkan Noorul dkk. sebanyak 0,20 g untuk
0,20
setiap 100 g buahnya . Alpukat jenis Hass yang merupakan salah satu jenis alpukat

yan g manis memiliki kandungan gula yaitu sebanyak 0,30 g seperti yang dilaporkan

oleh Arukwe dkk. “ Ordonez dkk. juga melaporkan bahwa alpukat memiliki pH

yang tergolong tinggi untuk ukuran buah yaitu berkisar antara 6,58-7,14.!7

2.2.1. Taksonomi alpukat (Persea Americana Mill.)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi: Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Persea

Spesies : Persea americana Mill.!3


17

2.2.2. Kandungan dan manfaat alpukat

Buah alpukat mengandung banyak kandungan nutrisi diantaranya folat,

vitamin A, vitamin C,vitamin FE, riboflavin, tiamin, niasin, flavonoid, tannin, lutein,

zeaxanthin, tembaga dan beberapa kandungan penting lainnya seperti yang

ditunjukkan pada tabel 2.3. berikut.!?

Tabel 2.1. Kandungan alpukat

Alpukat memiliki kandungan gula yang sedikit disbanding buah lain. Noorul

dkk. Melaporkan bahwa umumnya buah alpukat mengandung 0,20 g gula untuk

setiap 100 g buahnya, dan Arukwe dkk. Juga melaporkan bahwa di dalam 100g

daging alpukat jenis Hass yang merupakan salah satu jenisalpukat dengan rasa

yan g manis hanya terkandung sebanyak 0,30 g gula. !£ Kandungan gula tersebut
0,30
18

sangat sedikit jika dibandingkan dengan buah lain seperti yang ditunjukkan oleh

penelitian Etebu et al. yang menunjukkan bahwa di dalam 100 g buah jeruk

men g andung 9,35 g gula, Ticha et al. yang melaporkan bahwa di dalam 100 g apel

men g andung 13,5 g gula, dan Robredo et al. yang melaporkan bahwa di dalam 100

g buah anggur mengandung 17,54 g gula.17:1819

Kandungan alpukat memiliki beberapa manfaat antara lain:

1. Folat

Buah alpukat memiliki kandungan folat yang sangat tinggi. Kandungan folat

tersebut bermanfaat untuk mencegah serangan stroke. Jika banyak mengonsumsi

buah alpukat, kemungkinan seseorang terserang stroke akan lebih diminimalisir. 1?

2. Zatbesi

Zatbesi sangat membantu dalam hal pembentukan sel darah merah, dengan

sering memakan buah alpukat dapat mencegah kekurangan darah atau anemia.

Buah alpukat juga dapat membantu menstabilkan detak jantung dan menjaga fungsi

saraf tubuh agar tetap terjaga. 14

3. Vitamin A

Kandungan vitamin A dalam alpukat berperan penting dalam menjaga

kesehatan mata serta melindungi mata dari beberapa jenis penyakit mata seperti

katarak dan makula. 14

4. Vitamin E

Radikal bebas yang merugikan tubuh dapat dihindari dengan konsumsi buah

alpukat secara teratur. Kandungan vitamin E, C, serta flavonoid dalam buah alpukat

baik dalam menjaga tubuh dari radikal bebas. Selain itu,vitamin E merupakan
19

vitamin penting yang melindungi terhadap banyak penyakit dan membantu

mempertahankan kesehatan secara keseluruhan, juga kelembaban kulit.

5. Flavonoid, saponin, dan tannin

Buah alpukat dikenal berkhasiat sebagai antibakteri karena terdapat kandungan

senyawa antibakteri pada daging buah seperti saponin, flavonoid, dan tannin. 4

Buah Alpukat juga terbukti efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus seperti yang dilaporkan oleh Muchyar dkk.!5

6. Lutein dan zeaxanthin

Buah alpukat diketahui memiliki kandungan lutein dan zeaxanthein. Penelitian

telah membuktikan bahwa mengkonsumsi buah dan sayur yang kaya kandungan

lutein dan zeaxanthin berhubungan dengan berkurangnya resiko kerusakan pada

14
tulang rawan. 14
7. Serat

Makanan yang banyak mengandung serat diketahui baik untuk kesehatan

usus. Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat dapat melancarkan

proses pencernaan. Makanan yang mengandung serat juga dapat berpengaruh

terhadap saliva. Hal tersebut dikarenakan untuk mengkonsumsi makanan tersebut

dibutuhkan usaha pengunyahan sesuai dengan seberapa besar kandungan seratnya.

Pengunyahan merupakan stimulus mekanis yang dapat mempengaruhi sekresi

saliva.5?
20

8. Fosfat

Ion fosfat berperan dalam aksi dapar untuk mencegah demineralisasi gigi

yang disebabkan oleh asam hasil produksi bakteri sewaktu metabolisme glukosa.

Aksi dapar tersebut berfungsi dalam mengatur keseimbangan pH dalam rongga

mulut. 3335

9. Kalsium

Kalsium berperan sebagai pertahanan integritas kimia dan fisik dari enamel

dalam hal remineralisasi gigi.” Faktor utama untuk mengontrol stabilitas enamel

adalah hidroksiapatit sebagai konsentrasi aktif yang dapat membebaskan kalsium,

fosfat, dan fluor di dalam larutan dandidalam pH saliva. 3335


21

2.3. Kerangka Teori

Proses yang saling berlawanan

2..4. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan pH saliva sebelum dan

setelah konsumsi alpukat mentega.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan

rancangan one group pretest and postest untuk mengetahui perbedaan pH saliva

sebelum dan setelah konsumsi alpukat.

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

III.2.1 Tempat Penelitian

Pengambilan saliva dan pencatatan pH saliva dilakukan di SMA Xaverius 3

Palembang.

III.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2019.

III.3 Sampel Penelitian

III.3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siwa SMA Xaverius 3 Palembang.

III.3.2 Jumlah Subjek

Subjek penelitian ini adalah sejumlah siswa SMA Xaverius 3 Palembang

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel dihitung dengan

persamaan berikut:

22
23

Za1Z2P2)?
——
GA X2?

n : besar sampel

Za : deviat baku alfa

ZB : deviat baku beta

Ss : simpangan baku

X1i-X2 “selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Pada penelitian ini ditetapkan 0 — 0,05 atau tingkat kemaknaan 9596 dan
0,05
Pp — 0,10 atau tingkat ketajaman 909.0. Nilai Zo. dan ZP diambil berdasarkan tabel

dengan nilai Zo-1,64 dan ZP-1.28. Nilai Xi-X2 didapatkan dari penelitian Goel et

al pada sampel sebelum dan setelah meminum minuman bersoda dan jus buah

adalah 0.328 dan simpangan baku sebesar 0,45.”! Berdasarkan persamaan di atas

didapat jumlah sampel sebesar:

( 1 ,64 1 1,28)0, 45
nz-
0.328

—16,008

Besar sampel minimum adalah 17 orang. Peneliti memutuskan jumlah

sampel yang akan dijadikan subjek penelitian adalah sebanyak 30 orang untuk

mengurangi bias penelitian.


24

III.3.3 Teknik Sampling

Subjek penelitian ini diambil dengan teknik consecutive sampling, yaitu

pemilihan subjek ditetapkan dengan pertimbangan peneliti berdasarkan kriteria

inklusi dan eksklusi.

Kriteria subjek penelitian ini adalah:

a. Kriteria Inklusi

1. Tidak Memiliki kelainan kelenjar saliva!?

2. Indeks DMFT « 3 919

3. Sehat!$17

4. Tidak merokok!!

5. Tidak menggunakan alat orthodonti!2

6. Tidak memiliki riwayat alergi buah alpukat

Kriteria Eksklusi
b.
1. Memiliki riwayat penyakit sistemik dan infeksi?

2 . Riwayat penggunaan antibiotik 2 bulan terakhir?


27

III.6 Prosedur Penelitian

III.6.1 Ethical Clearance

Penelitian ini telah diajukan uji kelayakan etik (ethical clearance) ke

Komisi Etik Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Hoesin Palembang

dan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dengan no.

178/kepkrsmhfkunsri/2019

III.6.2 Persiapan Pra penelitian

1. Subjek diberikan pengarahan mengenai prosedur penelitian.

2. Subjek diminta untuk menandatangani informed consent.

3. Wawancara dan pemeriksaan gigi karies dilakukan untuk mengetahui

subjek yang masuk ke dalam kriteria inklusi dan eksklusi.

4. Pemeriksaan pada subjek

a. Subjek diminta menyikat gigi sebelum pengukuran dimulai.

b. Subjek diminta duduk dan menengadahkan kepala ke atas. Pemeriksaan

rongga mulut dilakukan menggunakan kaca mulut, sonde, dan dengan

pencahayaan dari senter.

c. Urutan pemeriksaan dimulai dari gigi rahang atas kanan paling posterior

ke mudian bergerak ke arah anterior, dilanjutkan pemeriksaan pada regio

rahang atas kiri, rahang bawah kiri, anterior rahang bawah, dan rahang

bawah kanan.
28

d. Kategori D diberikan pada semua gigi yang mengalami karies, karies

sekunder pada gigi dengan tumpatan permanen, dan gigidengan

tumpatan sementara.

e. Kategori M diberikan kepada semua gigi yang hilang dan gigiyang telah

atau akan dicabut karena karies. Gigi yang hilang karena perawatan

ortodonti, penyakit periodontal, dan pencabutan normal selama masa

pergantian gigi-geligi tidak dimasukkan ke dalam kategori M.

f. Kategori F diberikan kepada semua gigi dengan tumpatan permanen dan

gigi yang sedang menjalani perawatan saluran akar.

g. Jumlah gigi decayed (D), missing (M), dan filled (F) dicatat pada tabel

DMFT.

h. Subjek yang memiliki skor DMFT « 3, dilibatkan dalam penelitian.

Subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diberikan penjelasan

mengenai tujuan dan prosedur penelitian.

III.6.3 Persiapan Bahan Penelitian

1.
Pengambilan buah alpukat (varian mentega) dari perkebunan di Curup,

Bengkulu yang sudah matang berusia sekitar 6-7 bulan setelah bunga mekar

(berwarna hijau tua serta agak kecoklatan dan lembut ketika ditekan).

Buah diperam selama 3-7 hari setelah panen hingga buah masak dan siap

dikonsumsi.

Buah dipotong menjadi dua bagian kemudian dikupas dan dipisahkan dari

bijinya.
29

Daging buah kemudian dipotong dan ditimbang hingga didapat daging buah

seberat 100 gram.

Daging buah yang di dapat ditampung di dalam wadah plastik untuk

kemudian dikonsumsi subjek.

III.6.4 Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan saliva subjek akan dilakukan pada pagi hari dari jam

08.00 — 12.00.

Subjek diminta tidak mengonsumsi makanan dan minuman satu jam

sebelum dan selama penelitian berlangsung.

Persiapan pH meter dikalibrasi dengan mencelupkan ke dalam

larutan dapar pH 7 dan pH 4.

Subjek diminta duduk dalam keadaan rileks, kemudian dilakukan

pengambilan sampel saliva.

Pengumpulan saliva terstimulasi dilakukan dengan cara:

a. Subjek diminta untuk duduk dengan nyaman, kepala

menunduk, dan sedikit mungkin melakukan gerakan menelan.

b. Pengumpulan saliva akan dilakukan oleh subjek dengan cara

men g unyah Arabic gum seberat 2,4 g selama 1 menit

kemudian membuang saliva yang terkumpul.

Cc. Kemudian Arabic gum yang sama dikunyah lagi selama 10

menit dan saliva yang berada di rongga mulut selama

pengunyahan dikumpulkan ke dalam tabung centrifuge 15 mL.

d. pH saliva diukur dan didapat pH sebelum konsumsi alpukat


30

6. Pemberian alpukat sebanyak 100 g kepada subjek untuk dikunyah sebanyak

32 kali kemudi an ditelan sampai tidak terdapat sisa daging buah di dalam

mulut.

Subjek diminta untuk mengumpulkan saliva sebanyak 2 mL pada tabung


7.

15, 3
centrifuge 25 mL terpisah tiap interval 0, 5, 15, 30, 60 menit setelah
konsumsi alpukat dan kemudian pH diukur pada tiap interval.

III.6.6 Analisis Data

Data selisih pH saliva sebelum dan setelah konsumsi buah alpukat pada

subjek penelitian dilakukan uji normalitas dengan uji Shapiro Wilk, jika data

berdistribusi normal dianalisis dengan uji T berpasangan dengan batas kemaknaan

p «0,05. Jika data berdistribusi tidak normal maka dilakukan uji non parametrik

yaitu uji Wilcoxon.


31

III.6.7 Alur Penelitian


BABIV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

Penelitian mengenai perbedaan pH saliva sebelum dan setelah konsumsi

alpukat mentega pada siswa SMA Xaverius 3 Palembang telah dilakukan pada

bulan Mei 2019. Penelitian ini melibatkan 30 subjek penelitian yang telah

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Rata-rata umur subjek yaitu 15,70 tahun
15,70
dan DMFT 1,00.

Semua data pH saliva dilakukan uji normalitas untuk melihat sebaran data.

Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan data pH saliva sebelum dan setelah

pengunyahan alpukat mentega berdistribusi tidak normal (pS0,05). Transformasi

data dilakukan untuk menormalkan distribusi data yang tidak normal. Hasil uji

normalitas dari data yang telah ditransformasi menunjukkan bahwa distribusi data

tidak normal . Distribusi data yang tidaknormaltidak memenuhi syarat untuk

dilakukan uji T berpasangan sehingga akan dilakukanuji nonparametrik Wilcoxon

untuk mengetahui perbedaan pH saliva sebelum dan setelah konsumsi alpukat

mentega.

32
33

Berdasarkan tabel 4.1. terjadi peningkatan rata-rata pH saliva menjadi 7,00

segera setelah konsumsi alpukat mentega. Nilai ini lebih tinggi dibanding rata-rata

pH sebelum konsumsi alpukat yaitu 6,82. pH saliva terus naik hingga mencapai

puncaknya setelah 5 menit yaitu 7,08. pH saliva perlahan turun dan mendekati nilai

pH sebelum konsumsi setelah 30 menit yaitu 6,84 dan setelah 60 menit menjadi

6,82. Hal tersebut menunjukkan bahwa pH saliva ke mbali kepH sebelum konsumsi

dalam rentang waktu 30-60 menit. Hasil uji Wilcoxon pada tabel 4.1 juga

menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan setelah

konsumsi alpukat yaitu pada menit ke 0,5, dan 15 dengan nilai signifikansi “0,05,

se dan gkan pada menit ke 30 dan 60 tidak terdapat perbedaan yang signifikan karena

nilai signifikansinya »0,05.


34

IV.2 Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi alpukat dengan cara

dikunyah dapat meningkatkan pH saliva, tetapi masih dalam rentang pH normal.

Peningkatan pH saliva dihubungkan dengan stimulasi pengunyahan dan kandungan

fosfat yang tinggi serta kandungan gula yang rendah pada alpukat. Pengunyahan

dapat menstimulasi laju alir saliva. Laju alirsaliva berbanding lurus dengan

peningkatan pH saliva . Laju alir saliva yang lambat cenderung menurunkan

kapasitas dapar saliva sehingga pH saliva dapat turun dan begitu pula sebaliknya.53

Penelitian Indriana T juga menunjukkan adanya perbedaan antara pH saliva

ter stimulasi dan tak terstimulasi. pH saliva sebelum stimulasi adalah 6,16
6,16
sedangkan setelah stimulasi dengan pengunyahan adalah 8,62.” Pada penelitian ini

segera setelah pengunyahan alpukat pH saliva menunjukkan nilai yang lebih tinggi

dibanding pengunyahan arabic gum. pH kemudian perlahan turun setelah 5 menit

dan kembali ke pH sebelum konsumsi dalam rentang waktu 30-60 menit. Hal

tersebut dapat dihubungkan dengan adanya proses oral clearance dan mekanisme

dapar pada saliva yang membuat pH saliva kembali normal dalam rentang waktu

30-60 menit setelah konsumsi makanan.??” Proses pengunyahan dan adanya

kandungan serat pada alpukat dapat meningkatkan sekresi saliva sehingga pH saliva

juga meningkat.

Peningkatan pH saliva setelah konsumsi alpukat juga dikaitkan dengan

kandungan mineral pada alpukat, terutama fosfat yang diketahui sebagai kapasitas

dapar pada saliva. Berbagai penelitian menyatakan alpukat memiliki kandungan

fosfat yan g tinggi sebanyak 54 mg untuk setiap 100 g buah. Mekanisme untuk
35

sistem dapar fosfat adalah karena kemampuan ion fosfat sekunder, HPO4?', untuk

mengikat ion hidrogen dan membentuk H2POz ion fosfat primer. Pasangan asam-

basa tersebut memiliki kapasitas dapar maksimum yang relatif dekat dengan kisaran

pH saliva: 6-8.”2 Hal tersebut membuat fosfat memiliki potensi untuk menjadi dapar

yang efektif di mulut.

Berbeda dari alpukat, penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat

penurunan pH setelah konsumsi buah . Hal tersebut dihubungkan dengan pH dari

sejumlah buah seperti apel, jeruk, dan anggur yang memang asam yaitu berkisar 3-

4 jika dibandingkan dengan alpukat yang memiliki pH 6,58-7,14.222122 Kondisi

buah yang asam itu dapat menyebabkan penurunan pH saliva.

Penurunan pH juga dapat dikaitkan dengan kandungan gula pada buah yang

tinggi. Gula terutama sukrosa merupakan substrat yang paling mudah difermentasi

oleh bakteri di dalam rongga mulut. Penelitian dari Widowati dkk menunjukkan pH

saliva yang berangsur menurun setelah konsumsi sukrosa (0 menit-7,34, 5


7,3 4 ,
6,82, 3
menit - 7,12, 10 menit 6,94, 15 menit- 6,82, 30 menit-7,07, dan 60 menit- 7,22).55
Hal tersebut membuktikan bahwa kandungan sukrosa dapat menurukan pH saliva.

Jadi, semakin sedikit kandungan gula maka semakinsedikit substrat yang dapat

difermentasi oleh bakteri.

Sejumlah penelitian melaporkan bahwa buah jeruk, apel, dan anggur

memiliki kandungan gula yang tinggi, yaitu kandungangula pada buah jeruk

17,54
sebanyak 9,35 g, apel 13,5 g, dan anggur 17,54 g.1718.19. Kandungan gula pada
9,35
alpukat san g at rendah jika dibandingkan dengan buah tersebut yaitu 0,20 g untuk
36

setiap 100 g buah.!“ Kondisi pH alpukat yang netral dan kandungan gula yang

rendah tersebut menyebabkan pH saliva meningkat setelah konsumsi.

Kekurangan dari penelitan ini adalah pH awal yang dijadikan baseline

masih dalam rentang pH normal saliva. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk

menggunakan buah yang asam sehingga didapatkan pH saliva awal yang rendah

dan di bawah rentang normal. Buah yang mungkin dapat digunakan contohnya

adalah jeruk, apel, atau anggur seperti yang dilaporkan oleh Shetgar dkk yang

menyatakan bahwa terjadi penurunan pH saliva hingga di bawah pH kritis setelah

konsumsi buah tersebut. Konsumsi asam tersebut diperlukan untuk melihat apakah

buah alpukat dapat meningkatkan pH saliva pada kondisi asam menjadi netral.

Konsumsi alpukat dapat meningkatkan pH saliva sehingga baik bagi

kesehatan gigi dan mulut. Kandungan fosfat dan kalsium pada saliva juga

diharapkan dapat membantu dalam mencegah terjadinya karies. Alpukat juga

diketahui mengandung flavonoid, saponin, dan tannin yang diketahui memiliki efek

antibakteri. Belum ada penelitian yang melihat peranan alpukat terhadap aktivitas

antibakteri sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hal

tersebut.
Daftar Pustaka

B a liga S, Muglikar S, Kale R. Salivary pH: a diagnostic biomarker. JISP.


2013: 17(4): 461-5
Kidd EAM. Essentials of dental caries 3"! Ed. UK: Oxford University Press:
2005. p. 3-11
Bardow A, Moe D, Nyvad B, Nauntofte B. The buffer capacity and buffer
systems of human whole saliva measured without loss of CO2. Arch Oral
Biol. 2000: 45: 1-12
Goldberg M. Understanding dental caries. Prancis: Springer, 2016. p. 43-50
V,
Saha S, Jagannath GV, Shivkumar S, Kumar S. Effect of commonly
c on sumed fresh fruit juices and commercially available fruitjuiceson pH
of saliva at various time intervals. JIDMR. 2011:4(1):7-11. Baliga S,
Muglik a r S, Kale R. Salivary pH: a diagnostic biomarker. JISP. 2013: 17(4):
461-5
Garg B, Chachra S, Kaur T, Kapoor D, Garg D. Effect of consumption of
different fruit juices on salivary pH. IJCMR. 2016:3(9): 2800-02
Hajifattahi F, Hosseini JS, Khatibi M. Comparision of the effect of
S,
F,
pomegranate juice and orange juice on the level of pH of dental plague.
JRDMS. 2016 :1(3):22-7
Sudeep CB, Anzil KS, Vivek S, Ambalavanan P, Vivek SN, Umer F. Effect
on pH v a lue of saliva following intake of three beverages: a double blind
cross-over study. Int J Dent Health Sci. 2014, 1(3):305-10
Takahashi S, Ogihara T, Kuroshita R, Kurihara H, Nakamura T, Watanabe
K, et al. Effect of soft drink on salivary pH in the mouth. J Meikai Det Med.
2010: 39(2):82-4
10. Shetgar SP, Kemparaj U, Chavan S, Patel R. Effect of fresh fruit juices on
s a livary pH: a randomized controlled trial. Int J Oral Health Med Res
2017:3(5):28-32
11. Kurnia I, Kuntari S. Derajat keasaman (pH) saliva setelah mengkonsumsi
jus apel dan jus jeruk pada anak. Ind Ped Dent J. 2009:1(2):1-4
12. Hendari R, Siregar IHY. Pengaruh minum jus anggur dan jus jambu biji
dengan dan tanpa gula terhadap perubahan pH saliva. Odon Dent J.
2014:1(2):10-7
13. Drehe ML. Hass avocado composition and potential health effects. Crit Rev
Food Sci Nutr. 2013:53:738-750
14. Noorul H, Ahmad N, Khan Z, Khalid M. Health benefits and pharmacology
of persea americana mill. (avocado). IJRPP.2016:5(2):132-41
15. Muchyar DSR, Pangemanan DHC, Supit ASR. Uji daya hambat perasan
daging buah alpukat (Persea americana Mill.) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal e-GiGi (eG) 2018: 6(1):34-39
16. Arukwe U, Amadi BA, Duru MKC, Agumuo EN, Adindu EA, Odika PC,
et al. Chemical composition of persea americana leaf, fruit, and seed.
IJJRAS. 2012: 11(2):346-9

38
39

17. Etebu E, Nwauzoma AB. A review on sweet orange (Citrus sinesis L


osbeck): health disease and management. 2014,2(2):33-70
18. Ticha A, Salejda AM, Hyspeler R, Matejicek A, Paprstein F, Zadak Z. Sugar
composition of apple cultivars and its relationship to sensory evaluation.
ZNTJ.2015:4(101):137-50
19. Robredo PM, Robledo P, Manriguez D, Molina R, Defilippi BG.
M,
Characterization of sugars and organic acids in commercial varieties of table
grapes. CJAR. 2011:71(3):452-8
20. Fea therstone JDB. Dent al caries: a dynamic disease process. Aust Dent J.
2008: 53(3):286-91
21. Ordonez CEA, Rodriguez P. Physiochemical parameters of avocado
(Persea Americana) grown in Antioguia (Colombia). J Agric Res. 2018,
19(2):393-402
22. Topuz A, Topakci M, Canakci M, Akinci I, Ozdemir F. Physical and
nutritional properties of four orange varieties. J Food Eng. 2005: 6(6):519-
23
A, K
23. Faroog, Rab A, Khan N, Igbal I. Physcal-chemico guality of apple cv. gala
must fruit stored at low temperature. Fuuast J Biol. 2012:2(1):103-7
24. Toda FM, Sancha JC, Balda P. Reducing the sugar and pH of the grape (Vitis
viniver a L. cvs. “Grenache” and “Temparanillo”) through a single shoot
trimming. IJP. 2013:34(2):246-51
25. Borutt a A, Wagner M, Kneist S. Early childhood caries: a multifactorial
disease. OHDMBSC. 2010:9(1):32-8
26. Parampreet P, Ramandeep G, Amrita S. Correlation between the salivary
Streptococcus mutans levels and dental caries experience in adult
population of Chandigarh, India. Eur J Dent. 2013: 7(2): 191-5
27. Cruzz JC, Scott J, Rothen M, Mancl L, Lawhorn T, Brossel K, et.al. Salivary
characteristics and dental caries: evidence from general dental practices.
JADA. 2013:144 (5): e31-40
28. Riva TD, Cor VL. Sugars and dental caries. Am J Clin Nutr. 2003, 78: 8818-
928
29. De Almeida PDV, Gregio AMT, Machado MAN, De Lima AAS, Azevedo
LR. Sa liva composition and functions: a comprehensive review. The Journal
of Contemporary Dental Practice.2008, 9(3): 1-8
30. Antunes DP, Marinho RMM, Garakis MCV, Heimer MV. Dental caries
DP, M
experience in adolescent: PBOCT'. 2015:15(1):153-61
31. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan
pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008. p. 6-18
32. Eden E. Evidence-Based caries prevention. Swiss: Springer, 2016. p. 3-5
33. Preethi BP, Anand P, Reshma D. Evaluation of flow rate, pH, buffering
capacity, calcium, total protein and total antioxidant levels of saliva in caries
free and caries active children — an in vivo study. Biomed Res. 2010, 21(3):
289-94
A, C
34. Kumar B, Kashyap N, Avinash A, Chevvuri R, Sagar MK, Shrikant K. The
composition, function a nd role of saliva in maintaining oral health: a
review. Int J Contemp Dent Med Rev. 2017:3(1):21-6
40

35. Malekipour MR, Messripour M, Shirani F. Buffer ing capacity of saliva in


patients with active dental caries. AJB. 2008:3(5),280-3
36. Bolla VI, Munnagi SR, Kumar M, Chowdary UK, Koppulu P, Swapna LA.
Correlation between the pH of saliva, plague and buffering capacity of
saliva. Int J App Dent Sci. 2017:3(4):38-40
L,L
37. Loke C, Lee J, Mei L, Lind D. Fa ctors affecting intra-oral pH- a review.
Journal of Oral Rehabilitation. 2016:43(10):778-85
38. Shetty C, Hegde MN, Devadiga D. Correlation between dental caries with
salivary flow, pH and buffering capacity in adult south indian population:
an in-vivo study. International Journal Research. 2013:4(2):219-23
39. Subramaniam P, Kumar K. Change in salivary pH following use of
homeop a thic medicines: a preliminary study. Eur J Gen Dent. 2013:2(1):31-
6
40. Fejeskov O, Kidd E. Dental caries: the disease and its clinical management.
2"! Ed. UK: Blackwell Munksgaard, 2008. p. 20-43, 166, 179-82
41. Mustagimah DN, Juwono L (Ed). Kedokteran gigi klinik Ed. 5. Jakarta:
EGC: 2012. p. 26-30
42. Parampreet P, Ramandeep G, Amrita S. Correlation between the salivary
Streptococcus mutans levels and dental caries experience in adult
population of Chandigarh, India. European Journal of Dentistry. 2013, 7(2):
191-5
43. Carillo EL, Bastida NMM, Perez LS, Tavira JA. Effect of orthodontic
treatment on saliva, plague and the levels of Streptococcus mutans and
Lactobacillus. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2010, 15(6): e924-9
A, K
44. Arab S, Malekshah SN, Mehrizi EA, Khanghah AE, Naseh R, Imani MM.
Effect of fixed orthodontic treatment on salivary flow, pH and microbial
count. JDT. 2016: 13(1): 18-22
M, M
45. Cruzz JC, Scott J, Rothen M, Mancl L, Lawhorn T, Brossel K, et.all.
Salivary characteristics and dental caries: evidence from general dental
practices. JADA. 2013:144 (5): e31-40
46. Riva TD, Cor VL. Sugars and dental caries. Am J Clin Nutr. 2003, 78: 8818-
928
47. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan
pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008. p. 6-18
48. Preethi BP, Anand P, Reshma D. Evaluation of flow rate, pH, buffering
capacity, calcium, total protein and total antioxidant levels of saliva in caries
free and caries active children — an in vivo study. Biomedical research.
2010: 21(3): 289-94
49. Walsh L J. Clinical aspects of salivary biology for the dental clinician. J
Minim Interv Dent. 2008: 1(1): 7-24
H,N
50. Hansen HT , Kern T, Bak EG, Kashani A, Allin KH, Nielsen T et al. Impact
of the vegan diet on the human salivary microbiota. Sci Rep.
2017:8(5847):1-11
P, C
51. Goel I, Navit S, Mayall SS, Rallan M, Navit P, Chandra S. Effect of
carb on ated dr inks an d fruit juice on salivary pH of children: anin vivo
study. Int J Sci Stud. 2013:1(3):60-9
44

Sebelum dan pH 5 menit


Test Statistics?
| Af eis-easeine

Z 24?

Asymp. Sig. (2-tailed,

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Sebelum dan pH 15 menit


Test Statistics?
| Jenis -easeine

Z 762?

Asymp. Sig. (2-tailed, .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Sebelum dan pH 30 menit


Test Statistics?
jensoeaseine

Z 41?

Asymp. Sig. (2-tailed, 101

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Sebelum dan pH 60 menit


Test Statistics?
| jenso-easeine

Z 32?

Asymp. Sig. (2-tailed) .527

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.
45

Lampiran 3. Ethical Clearance

ungan
erhically liablezand is approved to be carried out within

Rumah Sakit Mohammad Hoesin dan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya


Mohammad Hoesin General Hospital and Faculty of Medicine Sriwijaya University

Palembang, 10 Mei 2019

Team Leader of the Reviewer/Head ofthe Commiite


46

Lampiran 4. Informed Consent


PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama
NIM

Usia

Jenis Kelamin : CJ Laki-laki Perempuan

Tlp/Hp

Line id/ NO WA :

menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian mengenai

“Perbandingan pH saliva sebelum dan setelah konsumsi alpukat varian mentega

pada siswa SMAN Sumsel Palembang”. Keikutsertaan saya dalam penelitian ini

bersifat ikhlas dan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Adapun

kegiatan yang akan dilakukan yaitu:

1. Bersedia dijelaskan mengenai prosedur penelitian yang akan dilakukan.

2. Bersedia mengisi lembar data sampel dengan sejujur-jujurnya.

3. Menyikat gigi sebelum pemeriksaan dimulai.

4. Pemeriksaan skor tingkat keparahan karies (DMFT) pada setiap responden.

Responden diminta untuk duduk menengadahkan kepala ke atas dan membuka

mulut. Pemeriksaan dilakukan menggunakan kaca mulut, sonde dan

pencahayaan dari senter. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan skor £ 3,

maka responden dilibatkan dalam penelitian sebagai sampel.

5. Melakukan instruksi yang diberikan oleh peneliti selama 1 hari, meliputi:

a. Tidak makan dan minum dari pukul 08.00 — 12.00 WIB

b. Melakukan pengumpulan dan pengukuran pH saliva terstimulasi dengan

men g unyah Arabic gum seberat 2,4 g selama 10 menit. Saliva yang didapat

selama pengunyahan dikumpulkan ke dalam tabung sentrifugal 15 mL yang

dipegang oleh sampel hingga didapat pH awal (baseline)

c. Mengunyah alpukat seberat 100 g sebanyak 32 kali kunyahan. Setelah

selesai mengunyah, alpukat ditelan sampai tidak bersisa dan dilakukan


47

pengumpulan dan pengukuran pH saliva sebanyak 2 mL pada tabung

sentrifugal 15 mL yang tepisah dalam rentan waktu yang telah ditentukan

(0,5,15,30, dan 60 menit).

d. Selama proses pengumpulan saliva, sampel diminta untuk duduk dengan

nyaman, kepala menunduk, tidak berbicara ataupun menggerakkan

lidah dan sedikit mungkin melakukan gerakan menelan.

Demi kelancaran kegiatan tersebut, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Waktu pelaksanaan akan dilaksanakan sesuai kesepakatan bersama.

2. Seluruh kegiatan yang dilakukan mahasiswa PSKG FK Unsri berada di bawah

bimbingan dosen pembimbing skripsi mahasiswa yang bersangkutan.

3. Data yang diperoleh selama peneliti an menjadi tanggung jawab peneliti dan

hanya dipublikasikan untuk kepentingan skripsi

4. Apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan bagi saya, maka saya berhak untuk

mengundurkan diri dari penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya sampaikan dalam keadaan sehat dan sadar.

Palembang, April 2019

Peneliti, yang menyetujui,

Yon Aditama
48

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)


UNFORMED CONSENT)
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
: Oora Grayg
Nama
NIM
:
: Hp 16
Usia
Jenis Kelamin : Cl Laki-laki
WP Perempuan
TipHp
: 08214331663)
Line id/No WA :. Claragre 09
menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian mengenai
e g n “Perbedaan pH saliva sebelum dan setelah konsumsi alpukat mentega pada siswa
SMA Xaverius 3 Palembang”. Keikutsertaan saya dalam penelitian ini bersifat
ikhlas dan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Adapun kegiatan yang
akan dilakukan yaitu:
- Bersedia dijelaskan mengenai prosedur penelitian yang akan dilakukan.
Bersedia mengisi lembar data sampel dengan sejujur-jujurnya.
Menyikat gigi sebelum pemeriksaan dimulai.
Pemeriksaan skor tingkat keparahan karies (DMFT) pada setiap responden.
Responden diminta untuk duduk menengadahkan kepala ke atas dan membuka
mulut. Pemeriksaan dilakukan menggunakan kaca mulut, sonde dan
pencahayaan dari senter. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan skor £ 3,
maka responden dilibatkan dalam penelitian sebagai sampel.
- Melakukan instruksi yang diberikan oleh peneliti selama I hari, meliputi: —
a. Tidak makan dan minum dari pukul 08.00 — 12.00 WIB
b. Melakukan pengumpulan dan pengukuran pH saliva terstimulasi dengan
men g unyah Arabic gum seberat 2,4 g selama 1 menit kemudian saliva yang
terkumpul dibuang. Arabic gum yang sama dikunyah kembali selama 10
menit dan saliva yang didapat selama pengunyahan dikumpulkan ke dalam
tabung sentrifugal 15 mL. yang dipegang oleh sampel hingga didapat pH
awal (baseline)
49

$. Mengunyah alpukat seberat 100 g sebanyak 32 kali kunyahan. Setelah slsi


knyahaetah selesai mengunyah, alpukat ditelan sampai tidak bersisa dan dilakukan
pen g umpulan dan pengukuran pH saliva sebanyak 2 mL pada tabung snrifugl1
tu g sentrifugal 15 mL yang tepisah dalam rentan waktu yang telah ditentukan
10,5,15,30, dan 60 menit).
4. Selama proses pengumpulan saliva, sampel diminta untuk duduk dengan
nyaman, kepala menunduk, tidak berbicara ataupun menggerakkan

Demi kelancaran kegiatan tersebut, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Waktu pelaksanaan akan dilaksanakan sesuai kesepakatan bersama.
Seluruh kegiatan yang dilakukan mahasiswa PSKG FK Unsri berada di bawah
bimbingan dosen pembimbing skripsi mahasiswa yang bersangkutan.
- Data yang diperoleh selama peneliti an menjadi tanggung jawab peneliti dan
hanya dipublikasikan untuk kepentingan skripsi
Apabila terdapat hal-hal yang tidak berkenan bagi saya, maka saya berhak untuk
mengundurkan diri dari penelitian ini.

Demikian pernyataan ini saya sampaikan dalam keadaan sehat dan sadar.

Peneliti, Palembang, 16: Mei 2019


yang menyetujui,

0
Yon Aditama Cp
pk
ai
50

Lampiran 5. Lembar data sampel penelitian

Lembar Data Sampel Penelitian

1. Nama
2. Nim
3. Umur
4. Jenis Kelamin
: Ol Laki-laki
: Ol Laki-laki Perempuan
5. Alamat
6. Telepon rumah/Hp
7. Riwayat penyakit yang pernah diderita :
Tidak
Ya
a. Asma
Tidak
Ya
b. Diabetes
Tidak
Ya
c. Maag
d. Lain-lain: .....c.........i Tidak
8. Riwayat pemakaian obat 2 bulan terakhir C1 Ya

9. Riwayat alergi Ya, alergi : Tidak


10. Kelainan kelenjar saliva : C1 Ya Tidak
11. Merokok
:DYa Tidak
12. Memakai alat ortodonti
13. Skor DMFT :
:DYa Tidak

M
F

14. pH saliva
jus alpukat
Setelah (menit)

Sebelum
60
0 5 15 30
51

Lembar Data Sampel Penelitian

Nama i
: Clara Guaap
i
Nim u
:16
i Umur
: Ol Laki-laki
u Jenis Kelamin
3n
Ml Perempuan ra
erempu : Komplek graha puuit Car kana blok.) n03T
Alamat
OI Tidak
: 082154831 163)
Alma Telepon rumah/Hp
Riwayat penyakit yang pernah diderita :
OYa OTidak UD Tidak
a. Asma
OYa OTidak
b. Diabetes
.» OYa OTidak
ce. Mag
d. Lain-lain
Tabel
OI perhitungan
Tidak
Riwayat pemakaian obat 2 bulan terakhir D) Ya
a.
bd.
18/17/1615 14/13 (12/11 21/22/23/24/25/26/27
c.
UD Ya, alergi :
9.48 41/46
Riwayat |as 4a|as aa /4i| |31/32 33|34|35 |36|37 38
alergi
UD Tidak
D Tidak
10. Kelainan kelenjar saliva: D1 Ya M o
D TidakD T
M
11. Merokok 0
0 Tidak Pr 0
12. M o Memakai alat ortodonti — : D1 Ya
14.Skor
13. pHDMFT
saliva:
alpukat
Setelah (menit) Sebelas | 5 naa
1d
lbs
|211
53

Lampiran 7. Surat selesai penelitian

YAYASAN XAVERIUS PALEMBANG


SEKOLAH MENENGAH ATAS
SMA XAVERIUS 3 PALEMBANG
NE 1. Kolonel Atmo no. 132 , 17 Ilir, Kec. Ilir Timur I, Kota Palembang, Sumatera Selatan & : (0711)2b:
, & : (0711) 3 13082, web: www.smaxaverius3.sch.id

SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN


Nomor:
/SMA Xaverius 3 Palembang/PL/2019
Yang bertanda tangan di bawah ini:

: Dra. L. Puji Hastuti


Nama Jabatan
JaKa Unit Kerja : SMA Xaverius 3 Palembang

Dengan ini menerangkan

: Yon Aditama
Nama NM
:04031181419018
: Kedokteran
: Kedokteran Gigi
N NIM Fakultas Jurusan
urs Universitas : Universitas Sriwijaya
Telah selesai melakukan penelitian di SMA Xaverius 3 Palembang dalam rangka penyelesaian
tugas akhir/skripsi dengan judul “Perbedaan pH Saliva Sebelum dan Setelah Konsumsi Alpukat
Mentega Pada Siswa SMA Xaverius 3 Palembang”

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Palembang, 17 Juni 2019


Kepala Sekolah SMA
Xaverius 3 Palembang

Dra. L. Puji Hastuti


55

Lampiran 9. Prosedur penelitian

Gambar 6. Prosedur Penelitian Keterangan: a). Penjelasan prosedur penelitian terhadap sampel b).
Pemeriksaan intraoral, c). Pengunyahan Arabic gum d). Pengumpulan saliva sebelum konsumsi
alpukat (baseline), e). Konsumsi alpukat dan dikunyah sebanyak 32 kali, f).Pengumpulan saliva
setelah konsumsi alpukat
56

Lampiran 10. Foto hasil penelitian

Gambar 7. Hasil penelitian Keterangan: a). pH saliva baseline (sebelum konsumsi alpukat), b).
pH saliva segera setelah konsumsi alpukat (0 menit ), c). pHsaliva 5 menitsetelahkonsumsi
alpukat, d). pH saliva 15 menit setelah konsumsi alpukat, e). pHsaliva 30 menitsetelah
konsumsi alpukat, f). pH saliva 60 menit setelah konsumsialpukat
57

Lampiran 11. Lembar bimbingan

SE DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
Nama Mahasiswa
Zona A Gedung DR M.Isa, Kampus Uni: n
NIM
aten 0,
Judul Skripsi
: Yon Aditama
: 04031181419018
: Perbedaan pH Saliya Sebelum dan Setelah Konsumsi Alpukat
Mentega Pada Siswa SMA Xaverius 3 Palembang
58
59
60

Anda mungkin juga menyukai