Anda di halaman 1dari 9

B.

Materi Pengetahuan 2
Teks Cerpen

Bisik Pohon Pinus


Cerpen Karangan: Imam Nurcholis

Aku tidak bisa tidur malam itu karena angin sedang bertiup kencang di luar. Terlebih lagi
rumahku yang berada dekat dengan hutan pinus, membuatku semakin susah untuk memasukki
alam mimpiku. Setiap kali aku mencoba memejamkan mata aku selalu mendengar sebuah
bisikan yang memanggil namaku.

Akhirnya setelah terjaga beberapa lama aku dapat tidur dengan lelap karena angin
kencang itu sudah berhenti berhembus. Saat tertidur aku bermimpi bertemu dengan seorang anak
kecil seumuranku, saat aku temui ia sedang menangis. Tanpa pikir panjang lagi aku pun
menghampirinya. Alangkah terkejutnya aku. Saat ia menoleh, ternyata ia adalah seorang anak
keturunan Belanda, “Kenapa kau menangis?” tanyaku pada anak laki-laki berumur 12 tahun itu.
“Aku kesepian, aku tidak punya teman,” jawabnya. Mendengar jawaban itu sontak aku pun
merasa kasihan padanya. Oleh karena itu, aku menanyainya maukah ia jadi temanku. Ia
mengangguk setuju. Namun, saat kutanya siapa namanya ia hanya tersenyum. Aku pun bingung
mengapa dia seperti itu. Lalu saat aku akan bertanya di mana ia tinggal, ia hanya menjawab,
“Datanglah ke hutan pinus jika kau mau menemuiku.” Setelah itu tiba-tiba aku terbagun dari
tidurku.

Pagi itu tanpa pikir panjang lagi aku berlari menuju ke hutan pinus yang berada tak jauh
dari rumahku untuk menemuinya. Sebenarnya aku sedikit heran kenapa dia memintaku
menemuinya di tempat itu. Sesampainya di sana aku tidak dapat menemukan siapa-siapa. Yang
ada hanyalah pohon pinus yang mengelilingiku.

Tak berselang lama, tiba-tiba datang seorang anak kecil dari balik pohon pinus. Saat
kulihat ia dengan cermat ternyata ia adalah anak kecil yang aku temui di mimpiku malam itu. Ia
melambaikan tangannya padaku sambil memanggil nama ku, “Lingga… Lingga.” Aku pun kaget
karena aku sama sekali belum memberitahukan namaku padanya. Lalu aku pun
menghampirinya. Lalu kami berjalan-jalan menyusuri hutan pinus itu. Aku terperangah saat
melihat betapa indahnya pemandangan yang ada di sana.
Tak berasa waktu sudah beranjak petang. Aku pun berpamitan dengannya untuk pulang, ia hanya
mengangguk dan berkata, “Besok datanglah ke sini lagi!”. “Baiklah!” jawabku.

Hari-hari selanjutnya kami selalu bermain bersama hingga akhirnya kakakku bertanya
padaku, “Akhir-akhir ini kamu sering sekali keluar rumah, ke mana sebenarnya kau pergi?”.
Aku hanya menjawab bahwa aku hanya bermain dengan temanku di hutan pinus. Mendengar hal
itu kakakku lalu memarahiku, “Apa? Hutan pinus? Kenapa kau main ke sana? Di sana
berbahaya. Bagaimana jika kau tersesat atau bertemu dengan hewan buas!”. Aku pun
menjelaskan bahwa di sana ada seorang anak kecil yang membutuhkan teman sehingga aku
menemaninya agar ia tidak kesepian. Mendengar hal itu kakakku sedikit mengerti akan hal yang
aku lakukan, lalu ia bertanya siapa nama anak itu. Mendengar pertanyaan itu aku hanya bisa
terdiam karena aku belum pernah diberi tahu nama temanku itu.

Mengetahui hal itu kakakku lalu mengajakku pergi ke hutan itu lagi untuk menemui
temanku. Ternyata temanku telah menunggu di tempat biasa kami bertemu. Saat melihatnya,
kakakku tiba-tiba meneteskan air matanya sembari terperangah heran. Lalu ia menarikku dan
mengajakku untuk pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah kakakku menjelaskan apa yang terjadi. Ia bercerita bahwa anak
kecil itu juga merupakan teman masa kecilnya. Ia muncul pertama kali dalam mimpinya sama
seperti yang aku alami. Namun, ia sudah tidak pernah bermain dengannya lagi semenjak SMA
karena kesibukkannya sekolah. Aku pun hanya heran dan takut mendengar cerita dari kakakku.
Dalam hati kecilku bertanya, “Siapa dia? Mau apa dia?”

Lalu aku dan kakaku pergi menemui kakek kami. Kami pun menceritakan apa yang
tengah kami alami. Setelah mendengar cerita kami, kakek lalu memberi kami saran. Ia menyuruh
kami untuk mencari tahu siapa nama anak itu, lalu memanggil namanya saat kami menemuinya,
kakek kami menyuruh kami melakukan hal itu agar ia dapat pergi dengan tenang. Ia memberi
tahu kami bahwa anak itu adalah roh kesepian yang lupa namanya sehingga ia tidak dapat
meninggalkan hutan pinus itu.

Kami pun mencari namanya ke berbagai tempat hingga akhirnya saat kami mencarinya di
perpustakaan desa, kami menemukan sebuah buku yang terdapat foto keluarga di dalamnya.
Dalam foto tersebut terdapat seorang anak kecil yang sangat mirip teman kami. Saat kami
melihat sisi belakang foto itu akhirnya kami mengetahui nama anak itu. Tanpa pikir panjang
kami lalu pergi ke hutan pinus untuk menemuinya.

Sesampainya di sana seperti biasa ia melambaikan tangan dan berkata, “Oeeyyy, Lingga!
Rangga! Ayo kita bermain!” “Terima kasih! Terima kasih untuk ajakannya, kami sangat senang
dapat bermain denganmu, Edward!” Teriakku dan kakakku. Setelah kami menyebutkan namanya
seketika kehadiran Edward di hadapan kami semakin memudar. Sebelum ia benar-benar
menghilang dari pandangan kami, kami berlari ke arahnya dan memeluknya. Saat itu kami
melihat ia menangis. Lalu Edward berkata, “Terima kasih! Aku sangat senang dapat memiliki
teman. Aku harap kalian tidak akan pernah melupakanku.” Mendengar hal itu aku dan kakakku
menangis. Hingga akhirnya keberadaan Edward benar-benar hilang dari hadapan kami.
Hari-hari selanjutnya aku sering diajak kakakku pergi ke hutan pinus itu untuk
mengenang Edward, sahabat masa kecil kami yang sangat kami sayangi.
( Sumber : cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/bisik-pohon-pinus.html
Diakses : Senin, 19 Oktober 2020, pukul 11:44 WIB )
B. Materi Pengetahuan 2
Teks Cerpen

Bintang di Langit
Cerpen Karangan: Naira Khansa Nabila

Suatu malam, dua sahabat sedang makan malam di Sheila Resto. Nama kedua sahabat itu
Bintang dan Langit. Makan malam mereka dipenuhi canda tawa. Hingga pernyataan dari Bintang
yang membuat makan malam terhenti sebentar.

“Langit, kalau seandainya aku pergi, kamu mau gimana?”

“Mana mungkin kamu berani pergi sendiri Bintang, aku tau kamu itu masih penakut!” Langit
agak tertawa.

“Iiih… ini bukan candaan tau, aku serius!” Ujar Bintang. Langit berhenti tertawa dan
memandang ke Bintang.

“Memang kamu mau ke mana?”

“Eum, nanti aku ceritain, sekarang kamu jawab dulu!” Bintang berusaha menyembunyikan
sesuatu.

“Aku akan membuat kenangan indah bersamamu agar engkau tak melupakanku, terus aku juga
tak ingin persahabatan kita putus karena kita tak berdekatan” jawab Langit.

“Terus kalau seandainya aku pergi malam ini, gimana?”

“Iih, kamu sebenernya tuh mau ke mana?”

“Lanjutin dulu makannya nanti kita ke taman kota yuk!” Bintang tak mau menjawab pertanyaan
Langit. Dengan perasaan bingung Langit melanjutkan makannya. Setelah selesai mereka
membayar, lalu mereka pergi ke taman kota.
Di taman kota malam ini sangat banyak pasangan muda mudi yang sedang duduk-duduk
di taman kota. Bintang dan langit memilih duduk di hamparan tanah yang sudah tertutupi oleh
rumput yang hijau. Lalu mereka kembali mengobrol.

“Langit, bintang di atas sana indah ya!” Ujar Bintang sambil menunjuk-nunjuk bintang yang ada
di atas sana.

“Iya, mereka selalu bersama, sama seperti kita” ujar langit sambil memainkan rumput yang ia
cabut (tidak banyak). Lalu mereka rebahan di hamparan rerumputan itu.

“Nyanyi yuk!” Ajak langit.

“Lagu apa?” Tanya Bintang. “Flashlight” jawab Langit. Lalu mereka bernyanyi bersama-sama.
Saat di reff sudah tak terdengar lagi suara Bintang. Langit menoleh ke arah Bintang, matanya
sudah tertutup. Langit mencoba membangunkan Bintang. “Wooy, kamu jangan tidur di sini!”
Langit menepuk-nepuk pipi bintang. Karena Bintang tak kunjung bangun, perasaan cemas
menghampiri Langit. Ia menggendong Bintang ke mobilnya dan membawanya ke rumah sakit.
Saat Bintang masuk UGD, bersamaan juga Kak Lintang, kakaknya Bintang datang.

“Langit, kenapa Bintang bisa begini?” Tanya Kak Lintang.

“Harusnya aku yang nanya, soalnya pas makan malam Bintang ngomongin sesuatu, tapi ia
seperti menyembunyikan inti pembicaraan itu!” Jelas Langit.
“Oke, gini sekarang kamu harus tau apa yang terjadi pada Bintang, Bintang pengidap AIDS,
sebenarnya ia mendapat penyakit itu karena Billa, sepupunya menyuntikkan darahnya yang
sudah terkena AIDS kepada Bintang. Kenapa ia melakukannya? Karena Billa menganggap kamu
dengan Bintang itu pacaran karena kedekatan kalian, Billa iri dan semuanya terjadi” Kak Lintang
menceritakan semuanya sambil berlinang air mata. “Jadi…” Langit ikut meneteskan air matanya.
Semuanya menangis pada malam itu.
Lalu dokter keluar dari ruang UGD. “Ada yang bernama Langit, dari tadi pasien terus
memanggil namanya” ujar dokter. Langit bergegas masuk ke ruang UGD.

“Bintang, kenapa kamu gak cerita sama aku?” Tanya Langit.

“Hei, matamu sembab, kau habis menangis ya, aku cuma mau minta maaf karena aku tak
memberi tahumu dari dulu. Karena aku tak ingin kamu terlalu bersedih karena penyakiku ini”

“Tapi saat kutahu seperti ini lebih menyedihkan tau”

“Langit, kamu tau malam di taman kota sudah cukup untuk membuat kenangan yang sangat
indah, inti omonganku waktu dinner penyakit ini. Kamu harus tau, bila aku pergi, lihatlah
bintang di langit karena itu aku yang selalu bersamamu di hatimu, sahabat!” Nafas Bintang mulai
terengah-engah. Nafasnya berhenti malam itu.
( Sumber : cerpenmu.com/cerpen-sedih/bintang-di-langit.html
Diakses : Senin, 19 Oktober 2020, pukul 11:44 WIB )
B. Materi Pengetahuan 2
Teks Cerpen

Bisik Pohon Pinus


Cerpen Karangan: Imam Nurcholis

Aku tidak bisa tidur malam itu karena angin sedang bertiup kencang di luar. Terlebih lagi
rumahku yang berada dekat dengan hutan pinus, membuatku semakin susah untuk memasukki
alam mimpiku. Setiap kali aku mencoba memejamkan mata aku selalu mendengar sebuah
bisikan yang memanggil namaku.
Akhirnya setelah terjaga beberapa lama aku dapat tidur dengan lelap karena angin
kencang itu sudah berhenti berhembus. Saat tertidur aku bermimpi bertemu dengan seorang anak
kecil seumuranku, saat aku temui ia sedang menangis. Tanpa pikir panjang lagi aku pun
menghampirinya. Alangkah terkejutnya aku. Saat ia menoleh, ternyata ia adalah seorang anak
keturunan Belanda, “Kenapa kau menangis?” tanyaku pada anak laki-laki berumur 12 tahun itu.
“Aku kesepian, aku tidak punya teman,” jawabnya. Mendengar jawaban itu sontak aku pun
merasa kasihan padanya. Oleh karena itu, aku menanyainya maukah ia jadi temanku. Ia
mengangguk setuju. Namun, saat kutanya siapa namanya ia hanya tersenyum. Aku pun bingung
mengapa dia seperti itu. Lalu saat aku akan bertanya di mana ia tinggal, ia hanya menjawab,
“Datanglah ke hutan pinus jika kau mau menemuiku.” Setelah itu tiba-tiba aku terbagun dari
tidurku.
Pagi itu tanpa pikir panjang lagi aku berlari menuju ke hutan pinus yang berada tak jauh
dari rumahku untuk menemuinya. Sebenarnya aku sedikit heran kenapa dia memintaku
menemuinya di tempat itu. Sesampainya di sana aku tidak dapat menemukan siapa-siapa. Yang
ada hanyalah pohon pinus yang mengelilingiku.
Tak berselang lama, tiba-tiba datang seorang anak kecil dari balik pohon pinus. Saat
kulihat ia dengan cermat ternyata ia adalah anak kecil yang aku temui di mimpiku malam itu. Ia
melambaikan tangannya padaku sambil memanggil nama ku, “Lingga… Lingga.” Aku pun kaget
karena aku sama sekali belum memberitahukan namaku padanya. Lalu aku pun
menghampirinya. Lalu kami berjalan-jalan menyusuri hutan pinus itu. Aku terperangah saat
melihat betapa indahnya pemandangan yang ada di sana.
Tak berasa waktu sudah beranjak petang. Aku pun berpamitan dengannya untuk pulang, ia hanya
mengangguk dan berkata, “Besok datanglah ke sini lagi!”. “Baiklah!” jawabku.
Hari-hari selanjutnya kami selalu bermain bersama hingga akhirnya kakakku bertanya
padaku, “Akhir-akhir ini kamu sering sekali keluar rumah, ke mana sebenarnya kau pergi?”.
Aku hanya menjawab bahwa aku hanya bermain dengan temanku di hutan pinus. Mendengar hal
itu kakakku lalu memarahiku, “Apa? Hutan pinus? Kenapa kau main ke sana? Di sana
berbahaya. Bagaimana jika kau tersesat atau bertemu dengan hewan buas!”. Aku pun
menjelaskan bahwa di sana ada seorang anak kecil yang membutuhkan teman sehingga aku
menemaninya agar ia tidak kesepian. Mendengar hal itu kakakku sedikit mengerti akan hal yang
aku lakukan, lalu ia bertanya siapa nama anak itu. Mendengar pertanyaan itu aku hanya bisa
terdiam karena aku belum pernah diberi tahu nama temanku itu.
Mengetahui hal itu kakakku lalu mengajakku pergi ke hutan itu lagi untuk menemui
temanku. Ternyata temanku telah menunggu di tempat biasa kami bertemu. Saat melihatnya,
kakakku tiba-tiba meneteskan air matanya sembari terperangah heran. Lalu ia menarikku dan
mengajakku untuk pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah kakakku menjelaskan apa yang terjadi. Ia bercerita bahwa anak
kecil itu juga merupakan teman masa kecilnya. Ia muncul pertama kali dalam mimpinya sama
seperti yang aku alami. Namun, ia sudah tidak pernah bermain dengannya lagi semenjak SMA
karena kesibukkannya sekolah. Aku pun hanya heran dan takut mendengar cerita dari kakakku.
Dalam hati kecilku bertanya, “Siapa dia? Mau apa dia?”
Lalu aku dan kakaku pergi menemui kakek kami. Kami pun menceritakan apa yang
tengah kami alami. Setelah mendengar cerita kami, kakek lalu memberi kami saran. Ia menyuruh
kami untuk mencari tahu siapa nama anak itu, lalu memanggil namanya saat kami menemuinya,
kakek kami menyuruh kami melakukan hal itu agar ia dapat pergi dengan tenang. Ia memberi
tahu kami bahwa anak itu adalah roh kesepian yang lupa namanya sehingga ia tidak dapat
meninggalkan hutan pinus itu.
Kami pun mencari namanya ke berbagai tempat hingga akhirnya saat kami mencarinya di
perpustakaan desa, kami menemukan sebuah buku yang terdapat foto keluarga di dalamnya.
Dalam foto tersebut terdapat seorang anak kecil yang sangat mirip teman kami. Saat kami
melihat sisi belakang foto itu akhirnya kami mengetahui nama anak itu. Tanpa pikir panjang
kami lalu pergi ke hutan pinus untuk menemuinya.
Sesampainya di sana seperti biasa ia melambaikan tangan dan berkata, “Oeeyyy, Lingga!
Rangga! Ayo kita bermain!” “Terima kasih! Terima kasih untuk ajakannya, kami sangat senang
dapat bermain denganmu, Edward!” Teriakku dan kakakku. Setelah kami menyebutkan namanya
seketika kehadiran Edward di hadapan kami semakin memudar. Sebelum ia benar-benar
menghilang dari pandangan kami, kami berlari ke arahnya dan memeluknya. Saat itu kami
melihat ia menangis. Lalu Edward berkata, “Terima kasih! Aku sangat senang dapat memiliki
teman. Aku harap kalian tidak akan pernah melupakanku.” Mendengar hal itu aku dan kakakku
menangis. Hingga akhirnya keberadaan Edward benar-benar hilang dari hadapan kami.
Hari-hari selanjutnya aku sering diajak kakakku pergi ke hutan pinus itu untuk
mengenang Edward, sahabat masa kecil kami yang sangat kami sayangi.
( Sumber : cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/bisik-pohon-pinus.html
Diakses : Senin, 19 Oktober 2020, pukul 11:44 WIB )

Anda mungkin juga menyukai