Anda di halaman 1dari 27

JOURNAL READING

Departemen Radiologi Kedokteran Gigi


ODONTOGENIK MYXOMA

Oleh :
Reni Astriyanna
04074821921006

Dosen Pembimbing :
drg. Shanty Chairani, M.Si

PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN GIGI


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
I. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Odontogenik myxoma merupakan salah satu tumor odontogenik, bersifat jinak
tetapi secara lokal agresif yang berasal dari sel epitel dan sel mesenkim (jaringan
pulpa longgar) dari ektomesenkim odontogenik.1,2,3,4 Odontogenik myxoma
membentuk massa jaringan ikat dan jaringan mukoid yang longgar, bergelatin dan
tidak beraturan menyerupai bagian mesenkim dari papilla gigi.1,2,5 Odontogenik
myxoma juga dikenal dengan nama lain, seperti myxoma, myxofibroma dan
fibromyxoma.3

2. Epidemiologi
Lu dkk, melaporkan prevalensi kasus odontogenik myxoma di Asia, Eropa dan
Amerika berkisar antara 0,5%-17,7%, dimana pada populasi Cina odontogenik
myxoma dilaporkan sebanyak 8,4% dengan jumlah 759 kasus.6,7 Odontogenik
myxoma jarang terjadi, kejadiannya hanya ditemui sekitar 3-6% dari tumor
odontogenik.1 Predileksi kasus ini dapat terjadi pada perempuan dan laki-laki dan
dapat terjadi pada usia berapa pun.1,4 Namun odontogenik myxoma sedikit cenderung
terjadi pada perempuan dan lebih dari setengah kasus terjadi pada individu berusia
10-30 tahun, jarang terjadi pada individu dibawah 10 tahun atau setelah usia 50
tahun.1,3,4,8

3. Etiopatogenesis
Etiologi terjadinya odontogenik myxoma masih belum diketahui. 9 Namun terdapat
teori yang menyatakan mutasi genetik merupakan etiologi dari odontogenik
myxoma.10 Patogenesis tumor odontogenik myxoma diyakini berasal dari bagian
mesenkim benih gigi yang sedang berkembang (folikel gigi, papilla gigi, ligamen
periodontal) sebagai efek induktif dari sekumpulan epitel odontogenik pada jaringan
mesenkimal.11,12 Terlepas dari asalnya berasal dari mesenkim atau ektomesenkim
benih gigi yang sedang berkembang, odontogenik myxoma bersifat jinak tetapi
berkembang melalui sekresi substansi dasar oleh fibroblast dari pada proliferasi sel. 13
Myxoma adalah substansi dasar myxoid (lendir) yang longgar, yang mengandung
fibroblast secara tersebar.13 Konsistensinya yang bergelatin memungkinkan jaringan
tumor ini bisa menyebar secara luas diantara trabekula tulang medular tanpa margin
yang jelas.13 Odontogenik myxoma terjadi pada rahang disekitar gigi yang
berkembang, dapat berhubungan dengan gigi yang hilang atau tidak erupsi serta
adanya epitel odontogenik.11,12

4. Gambaran Klinis
Gambaran klinis kasus ini, meliputi :
a. Gejala Klinis/Keluhan
Odontogenik myxoma pada tahap awal umumnya bersifat asimptomatik.
Namun, pada tahap lanjut ukurannya membesar menyebabkan terjadinya
pembengkakan dan dapat disertai rasa sakit pada rahang.4,5,11 Selain itu,
odontogenik myxoma yang terjadi pada maksila dapat menunjukkan gejala berupa
hidung tersumbat dan eksoftalmus atau kondisi bola mata menonjol keluar.4,14,15
b. Klinis Ekstraoral
Gambaran klinis ekstraoral tergantung dari ukuran odontogenik
myxoma.16 Pada odontenik myxoma tahap awal, lesi berukuran kecil sehingga
dapat tidak menunjukkan gambaran secara ekstraoral. Sedangkan pada
odontogenik myxoma tahap lanjut, ukuran lesi yang membesar dapat
menyebabkan pembengkakan secara terlokalisir pada area yang terkena,
kemudian dapat menyebabkan ekspansi tulang kortikal serta menyebabkan wajah
terlihat asimetri.11,12,15,17
c. Klinis Intraoral
Gambaran intraoral dapat menunjukkan pembengkakan fusiform
berbentuk gelondong (spindle) di daerah posterior mandibula, paling sering
ditemukan di area premolar dan molar. 15,17 Biasanya berhubungan dengan
agenesis, gigi yang tidak erupsi, gigi displacement dan gigi mobilitas.15,17
Konsistensinya keras dan dapat ditutupi oleh selapis tulang hanya seperti kulit
telur.17 Apabila melibatkan perforasi kortikal, menyebabkan permukaan terdapat
beberapa nodul kecil dan ditemukan konsistensinya lunak berfluktuasi.15,17,18
Odontogenik myxoma sewarna dengan mukosa sekitar dan umumnya tidak sakit
saat dipalpasi.6,19,20
Gambar 1. Gambaran klinis odontogenik myxoma pada pasien laki-laki berusia
10 tahun pada mandibula sebelah kanan.12

5. Gambaran Radiografis
a. Lokasi
 Episenter odontogenik myxoma biasanya berada pada posterior korpus
mandibula berkaitan dengan adanya gigi impaksi premolar atau molar. 1,15,21
Khas lokasi yang paling sering terjadi yaitu di daerah posterior mandibula
yakni area premolar dan molar, lesi berada pada daerah perikoronal
berhubungan dengan gigi impaksi, dan jarang terjadi pada ramus dan
kondilus mandibula.1,15,17 Akan tetapi, apabila terjadi di maksila khas lokasi
melibatkan prosessus alveolar regio premolar dan molar serta prosesus
zygomatikus.1.15,17
 Perluasan lesi pada mandibula dapat mencapai inferior border of
mandibula, sedangkan pada maksila dapat meluas ke sinus maksilaris.4,15,17
 Odontogenik myxoma bersifat terlokalisir (localized) biasa terjadi secara
unilateral di dalam rongga mulut.4,12
 Berupa lesi tunggal
 Ukuran lesi bervariasi, kebanyakan myxoma multilokuler berukuran
hingga lebih dari 4 cm sedangkan myxoma unilokuler berukuran
cenderung lebih kecil.22,10
b. Batas Tepi dan Bentuk
 Gambaran batas lesi odontogenik myxoma biasanya berbatas jelas (well
defined) terkortikasi (garis radiopak yang tipis dan seragam pada tulang di
pinggiran lesi) dan juga dapat menunjukkan gambaran berbatas tidak jelas
(poorly defined atau ill defined) invasive (sedikit atau tidak ada trabekula
antara pinggiran lesi dan tulang normal), terutama pada maksila. 1,11,15,17,22
Selain itu batas lesi halus dan dapat berbentuk scalloped diantara akar gigi
yang berdekatan.15,17,22
 Bentuk lesi odontogenik myxoma adalah ireguler.12
c. Struktur Internal
 Struktur internal odontogenik myxoma dapat menunjukkan gambaran lesi
radiolusen unilokuler hingga gambaran mix radiolusen dengan septa
internal radioopak yang memberikan tampilan multilokular pada tumor
akibat tulang residual yang terperangkap dalam tumor, dan ciri khas septa
ini adalah berbentuk lurus, tipis, dan halus.1,15,17,21 Septa yang linear pada
odontogenik myxoma menunjukkan gambaran seperti tennis-racket atau
gambaran seperti stepladder tetapi pola ini jarang terlihat, selain itu
odontogenik myxoma multilokuler juga dapat menunjukkan gambaran
berupa honey comb, soap bubble dan spider web.1,4,11,12,15,17,21,22 Radiolusen
dengan septa internal radioopak atau trabekula yang tersusun pada sudut
siku-siku antara satu dengan yang lain dapat menghasilkan gambaran
menyerupai huruf X dan Y.22 Selain itu kompartmen cenderung bersudut
dan dapat dipisahkan oleh septa lurus yang membentuk ruang persegi,
persegi panjang atau segitiga.17 Pada kenyataannya, kebanyakan
ditemukan septa melengkung dan kasar, tetapi penemuan satu atau dua
septa lurus sering membantu dalam interpretasi odontogenik myxoma.1,15

Gambar 2. A. Potongan panoramik menunjukkan gambaran odontogenik myxoma


multilokuler pada badan mandibula (panah), B. Potongan panoramik menunjukkan
odontogenik myxoma yang meluas dengan septa internal (panah), C. Potongan
oklusal menunjukkan odontogenik myxoma dengan gambaran honeycomb (panah)
pada maksila.22

d. Efek Terhadap Jaringan Sekitar


 Efek lesi odontogenik myxoma terhadap gigi adalah dapat menyebabkan
agenesis, gigi tidak erupsi, displacement gigi, dan pada kasus yang jarang
dapat menyebakan resorbsi akar gigi.1,22
 Efek lesi odontogenik myxoma terhadap tulang adalah pada mandibula,
odontogenik myxoma memiliki kecenderungan untuk tumbuh disepanjang
tulang seperti odontogenik keratokist, dengan ukuran ekspansinya lebih
kecil dibandingkan tumor jinak lainnya. Namun, apabila berukuran sangat
besar, odontogenik myxoma dapat mengalami ekspansi yang cukup besar.1
Lesi odontogenik myxoma yang berukuran besar kemungkinan dapat
menyebabkan perforasi kortikal.4,22 Selain itu, lesi odontogenik myxoma
yang besar dapat hadir dengan reaksi periosteal.11
 Efek odontogenik myxoma terhadap struktur sekitar adalah dapat
menyebabkan displacement kanal alveolaris inferior pada mandibula.11

A B
Gambar 3. Potongan panoramik (A) dan coronal multidetector computed
tomographic (C) lesi odontogenik myxoma besar pada badan dan ramus
mandibula sebelah kanan. Gambar CT menunjukkan ekspansi tulang bukal
lingual (panah).1

6. Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari odontogenik myxoma, diantaranya:
a. Ameloblastoma1,15,21,22
 Persamaan
 Lokasi paling sering ditemui pada posterior mandibula
 Struktur internal lesi menunjukkan radiolusen total pada lesi
unilokuler dan mix radiolusen dengan septa internal radioopak
pada lesi multilokuler.
 Batas tepi lesi berbatas jelas (well defined) dapat terkortikasi dan
sklerotik, serta dapat berbatas tidak jelas (poorly defined). Margin
lesi halus dan berbentuk scalloped.
 Efeknya terhadap struktur sekitar menyebabkan ekspansi,
penipisan tulang kortikal mandibula, perforasi tulang kortikal, gigi
tidak erupsi, displacement gigi dan resorbsi akar.
 Perbedaan
 Septa internal ameloblastoma kasar dan melengkung. Sedangkan
odontogenik myxoma memiliki karakteristik septa tipis dan lurus
yang terkadang diproyeksikan di korteks tulang terluar yang utuh
dengan tampilan ujung meruncing.
 Lesi multilokuler ameloblastoma area kompartmennya besar pada
bagian sentral dan lebih kecil pada perifer. Sedangkan odontogenik
myxoma besar area kompartmen tidak berbeda.
 Ameloblastoma dapat menyebabkan ekspansi tulang kortikal luas
ke semua sisi. Sedangkan odontogenik myxoma menyebabkan
ekspansi tulang lebih sedikit dan cenderung ke arah
anteroposterior.

Gambar 4. Bagian dari radiograf panoramik yang menunjukkan


gambaran multilokular khas dari ameloblastoma besar di sudut rahang
bawah, dengan ekspansi yang luas (panah padat) dan resorpsi gigi yang
berdekatan (panah terbuka).22

b. Odontogenic Keratocyst,1,15,17,21,22
 Persamaan
 Lokasi paling sering ditemui pada posterior mandibula
 Struktur internal lesi menunjukkan gambaran radiolusen unilokuler
dan dapat menunjukkan septa internal radioopak pada lesi
multilokular.
 Margin lesi halus berbentuk scalloped.
 Efeknya terhadap struktur sekitar dapat menyebabkan ekspansi
tulang kearah anteroposterior, perforasi kortikal, resorbsi akar, gigi
tidak erupsi, dan displacement kanal alveolaris inferior.
 Perbedaan
 Septa internal odontogenik keratocyst menunjukkan gambaran
melengkung. Sedangkan odontogenik myxoma memiliki
karakteristik septa tipis dan lurus yang terkadang diproyeksikan di
korteks tulang terluar yang utuh dengan tampilan ujung meruncing.
 Batas tepi lesi odontogenik keratocyst berbatas jelas (well defined)
terkortikasi dan sklerotik. Sedangkan odontogenik myxoma dapat
berbatas tidak jelas (poorly defined).
 Odontogenik keratokyst jarang menyebabkan displacement gigi,
sedangkan odontogenik myxoma sering menyebabkan
displacement gigi.
Gambar 5. A. Oblique lateral sisi kiri mandibula menunjukkan
odontogenic keratocyst pseudolokular luas (panah) yang berkembang
dari gigi 38. B Lesi dari pasien yang sama menunjukkan ekspansi
anteroposterior minimal (panah). C. Potongan panoramik menunjukkan
odontogenic keratocyst multilokular yang sangat besar (panah) yang
menempati hampir semua sisi kiri mandibula.22

c. Central Giant Cell Granuloma11,15,17,22


 Persamaan
 Struktur internal lesi dapat menunjukkan lesi radiolusen unilokuler
dan dapat juga menunjukkan septa internal radiopak halus, tipis
dan lurus membentuk lesi multilokular.
 Batas tepi lesi dapat berbatas jelas (well defined) dan dapat
berbatas tidak jelas (poorly defined). Batas tepi lesi halus dan
berbentuk scalloped.
 Efeknya terhadap struktur sekitar dapat menyebabkan ekspansi
tulang kortikal, kerusakan tulang kortikal, displacement gigi, dan
displacement kanal alveolaris inferior.
 Perbedaan
 Lokasi CGCG sering pada mandibula area anterior melalui garis
midline hingga molar pertama. Sedangkan odontogenik myxoma
pada posterior mandibula area premolar dan molar.
 CGCG menyebabkan ekspansi tulang kortikal kearah bukal
lingual. Sedangkan odontogenik myxoma kearah anteroposterior.
 CGCG sering menyebabkan resorbsi akar dan kehilangan lamina
dura gigi di dalam lesi. Sedangkan odontogenik myxoma jarang
menyebabkan resorbsi akar dan kehilangan lamina dura gigi.

Gambar 6. Gambaran khas central giant cell lesion. A. Bagian anterior


menunjukkan gambaran multilokuler, ekspansi (panah) dan displacement
gigi sekitar. B. Foto lower 90 0 oklusal menunjukkan ekspansi bukal dan
lingual (panah) dan batas kortikal berbentuk scalloped. C. Foto lower 450
oklusal pada pasien lain menunjukkan gambaran lesi central giant cell
lesion berukuran lebih kecil (panah).22

7. Gambaran Histopatologi
Odontogenik myxoma biasanya berupa massa nonenkapsulasi, berwarna abu-abu
putih hingga kuning dengan tekstur kenyal, lunak, atau gelatin. 11 OM ditandai oleh
sel-sel stellata, berbentuk spindel dan bulat dengan prosesus anastomosing panjang
dan halus.10,11 Sel tersebar secara berlimpah di dalam mukoid atau stroma myxoid
yang mengandung sedikit kolagen fibril.11,13
Gambar 7. Gambaran histopatologi stroma myxoid dan sel dengan prosessus sitoplasma yang panjang. 11

8. Perawatan
Odontogenik myxoma merupakan lesi yang infiltratif dan tidak adanya
enkapsulasi sehingga memiliki tingkat rekurensi yang tinggi yaitu 25-30%. 4,6,11,12.
Perawatan odontogenik myxoma bervariasi dapat dengan kuretase, enukleasi atau
eksisi luas dengan reseksi.6 Lesi berukuran kecil dengan diameter 1-2 cm dilakukan
perawatan dengan bedah enukleasi dan kuretase (pembuangan lesi diikuti dengan
scrapping tulang disekitarnya) karena batas antara tumor dan jaringan sehat dapat
dikonfirmasi dengan mudah.6,12,23 Namun, perawatan dengan bedah enukleasi dan
kuretase sering menyebabkan terjadinya rekurensi.11 Sedangkan untuk odontogenik
myxoma berukuran besar > 2 cm, pilihan perawatan yang dilakukan adalah eksisi luas
dengan reseksi yakni pembuangan lesi hingga ke margin tulang yang sehat dengan
melibatkan sejumlah besar tulang disekitarnya untuk memastikan pembuangan area
myxomatous hingga ke ruang sumsum tulang dilakukan secara menyeluruh sehingga
mencegah terjadinya rekurensi, kemudian diikuti dengan rekonstruksi.1,11,15,17,23
Bedah reseksi terdiri dari marginal resection (pengangkatan lesi utuh dan
sebagian kecil tulang yang tidak terlibat dan menjaga kontinuitan tulang) , segmental
resection (pengangkatan segmen mandibula tanpa mempertahankan kontinuitas
tulang), partial resection/parsial mandibulectomi (pengangkatan bagian rahang
secara utuh tanpa melibatkan kondilus mandibula) dan hemimandibulektomi
(pengangkatan lesi dengan membuang separuh mandibula dari midline gigi anterior
bawah hingga prosessus koronoides dan kondilus mandibula).12,23 Pembedahan
dengan reseksi diperlukan apabila batas lesi tidak terdefinisikan dengan baik.6
Pasien diinstruksikan untuk melakukan kontrol dalam jangka waktu panjang dan
disarankan untuk melakukan pemeriksaan radiografi untuk melihat proses
penyembuhan. Untuk melihat rekurensi lesi, pasien direkomendasikan melakukan
kontrol 5 tahun paska bedah dan idealnya follow up harus terus dilakukan tanpa batas
waktu.11,12,24,25

A B

C
D
Gambar 8. A. Marginal resection, B. Segmental resection, C. Partial resection,
D. Hemimandibulectomy.12

II. TERJEMAHAN JURNAL

Odontogenik Myxoma yang Besar dan Berkembang Cepat pada Mandibula

Sajad Ahmad Buch, Subhas G. Babu, Kumuda Rao, Shruthi Rao, Renia Lorina Castelino
Departemen Penyakit Mulut dan Radiologi, Institut Dental Science A B Shetty Memorial, Universitas NITTE, Mangalore,
Karnataka, India.

ABSTRAK

Odontogenik myxoma (OM) adalah tumor jinak invasif lokal pada rahang yang berasal dari
jaringan pembentuk gigi mesenkim primordial. Usia rata-rata untuk pasien dengan OM
adalah 25-30 tahun. OM cenderung terjadi pada posterior mandibula. Ketika terjadi di rahang
atas, OM lebih invasif daripada di rahang bawah. Tingkat rekurensi OM berkisar antara 10-
33% dengan rata-rata 25%, oleh karena itu, di rekomendasikan desain perawatan yang tepat
dan dilakukan follow-up pada 2 tahun awal paska operasi. Ini adalah kasus seorang wanita
berusia 30 tahun yang menunjukkan lesi besar yang tumbuh dengan cepat di sisi kiri wajah
yang melibatkan daerah mandibula sebelah kiri dan ramus. Kasus OM sebesar ini dan
pertumbuhan yang cepat sangat sedikit terjadi dalam literatur, dan karenanya ini merupakan
salah satu kasus yang jarang terjadi. Investigasi radiologis membantu penulis menentukan
diagnosis yang kemudian diverifikasi dengan pemeriksaan histopatologis pra dan paska
operasi. Pasien dilakukan perawatan dengan hemi-mandibulektomi rahang sebelah kiri dan
rekonstruksi dilakukan menggunakan free fibula graft dengan implan titanium. Pasien saat ini
sedang dalam tindak lanjut.

Kata Kunci: Cone beam computed tomography, mandibular, odontogenik myxoma, septa

PENDAHULUAN

Odontogenik myxoma (OM) pada rahang pertama kali dideskripsikan oleh Goldman dan
Thoma pada tahun 1947.[1] Myxoma pada jaringan lunak sering terjadi tetapi myxomas pada
[2]
intraosseous jarang terjadi dan hampir selalu ditemukan di rahang. OM secara khusus
terjadi di daerah-daerah yang memiliki gigi pada rahang, terkadang dikaitkan dengan gigi
yang hilang dan tidak erupsi serta adanya epitel odontogenik yang menunjukkan asal
odontogeniknya. [3] Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengklasifikasikan
OM sebagai neoplasma jinak yang berasal dari ektomesenkim odontogenik dengan atau
[4]
tanpa epitel odontogenik. OM merupakan tumor jinak yang jarang terjadi dengan
[5]
persentase 3-6% dari semua tumor yang berasal dari odontogenik. OM biasanya terjadi
selama dekade kedua dan ketiga kehidupan. Wanita lebih cenderung mengalami OM
[6]
dibandingkan laki-laki dan lebih sering mengenai mandibula daripada maksila. Bagian
mandibula yang paling sering terkena adalah daerah molar dan ramus, sedangkan dalam
kasus rahang atas, daerah yang paling sering terkena adalah daerah premolar dan molar
[7]
pertama. OM dianggap sebagai tumor yang tumbuh lambat dengan kemampuan mencapai
ukuran yang cukup besar tanpa tanda dan gejala yang signifikan. [8]

Penulis menangani kasus seorang pasien wanita OM berusia 30 tahun pada mandibula
dengan hemi-mandibulektomi di sisi kiri yang terbukti dibenarkan karena kurangnya terjadi
rekurensi. Rencana perawatan penulis didasarkan pada literatur yang melaporkan bahwa
terdapat tingkat kekambuhan yang tinggi ketika OM dengan ukuran seperti itu telah ditangani
dengan pendekatan konservatif.

LAPORAN KASUS

Seorang pasien wanita berusia 30 tahun melaporkan ke departemen Penyakit Mulut dan
Radiologi dengan pembengkakan yang tidak sakit pada sisi kiri wajah sejak 5 bulan terakhir.
Pembengkakan itu awalnya kecil dan meningkat dengan cepat ke ukuran saat ini. Tidak ada
riwayat rasa sakit atau paresthesia dan tidak ada kesulitan dalam bernapas, makan, atau
menelan. Riwayat medis dan gigi pasien tidak mempengaruhi. Pasien cukup sehat dan
bergizi. Pemeriksaan vital pasien adalah normal pada saat pelaporan dengan tekanan darah
120/80 mmHg, denyut nadi 76 denyut / menit, dan laju pernapasan 18 / menit. Pada
pemeriksaan klinis, terdapat pembengkakan ekstraoral yang sesuai dengan keluhan pasien
yaitu di sebelah kiri badan dan ramus mandibula [Gambar 1a]. Pembengkakan memanjang ke
lateral dari sudut kiri mulut ke titik tepat di depan tragus telinga kiri. Secara superior,
pembengkakan memanjang dari titik yang sesuai dengan garis yang menghubungkan sudut
kiri mulut dan tragus telinga kiri, kemudian pembengkakan meluas sampai batas inferior kiri
mandibula. Pembengkakan tampak jelas di sisi kiri wajah [Gambar 1b] bila dibandingkan
dengan sisi kanan [Gambar 1c]. Pembengkakan padat dan tidak sakit. Nodus limfa
submandibular kiri soliter, berukuran sekitar 1,0 × 1,5 cm, teraba dan sedikit sakit saat
dipalpasi. Pada pemeriksaan intraoral, terdapat pembengkakan yang tidak beraturan pada
vestibulum bukal sebelah kiri yang memanjang dari gigi 35 ke daerah retromolar kiri
[Gambar 1d]. Kebersihan mulut pasien buruk. Terdapat displacement gigi 37 dan 38 ke arah
lingual. Gigi 35 dan 36 menunjukkan respons vitalitas yang normal. Terdapat sisa akar gigi
37, sedangkan gigi 38 mobilitas derajat III.
Gambar 1: (a) Gambaran ekstraoral menunjukkan pembengkakan pada mandibular kiri. (b)
Penampakan lateral kiri wajah menunjukkan pembengkakan yang difus. (c) Penampakan
lateral wajah kanan normal. (d) Penampakan intraoral menunjukkan vestibulum kiri diisi
dengan pembengkakan yang besar

Diagnosis sementara daerah mandibula kiri adalah tumor jinak odontogenik (ameloblastoma)
dengan diagnosis diferensial odontogenik myxoma. Untuk penyelidikan lebih lanjut,
dilakukan pemeriksaan ortopantomograf (OPG) yang menunjukkan gambaran radiolusen
mutilokular difus dengan honey comb dan penampakan tennis racket yang melibatkan badan
mandibula dan seluruh ramus mandibula kiri [Gambar 2]. Terdapat tanda-tanda jelas resorpsi
akar sehubungan dengan gigi 36,37 dan 38. Radiolusen berukuran sekitar 6 cm × 4 cm
dengan perluasan secara anteroposterior dari mesial gigi 35 ke perbatasan posterior ramus,
dan secara superioinferior meluas dari notch mandibula sampai ke lower border of
mandibula. Radiolusen multilokular juga melibatkan prosesus alveolar sehingga
menyebabkan displacement gigi 37 dan 38 dalam arah oklusal. Kompartemen multilokular di
sudut dipisahkan oleh septa lurus yang membentuk ruang segitiga, persegi, dan persegi
panjang pada OPG. Terlihat dengan jelas septa melampaui pinggiran lesi pada OPG (panah),
ini menunjukkan invasifitas pada lesi. Untuk mengetahui perluasan lesi, pasien diperiksa
menggunakan Cone Beam Computed Tomography (CBCT) (Planmeca Promax 3D MID
(Planmeca Finland) pada 90 kvp, 8 mA, dengan waktu pemaparan 13,55 detik dan tinggi 20,2
cm × 17,5 cm diameter volume scan. CBCT menunjukkan gambaran lesi mixed radiolusen-
radiopak internal dari tumor dengan ekspansi kortikal buccolingual (panah) pada potongan
aksial [Gambar 3a] dengan perforasi plat kortikal pada bukal dan lingual, septa lurus tajam
(panah) pada CBCT potongan koronal [Gambar 3b], dan septa lurus yang tajam melampaui
pinggiran lesi (panah) pada CBCT potongan sagital [Gambar 3c]. Temuan lain juga sesuai
dengan temuan OPG. Oleh karena itu, dari foto radiografi peneliti mendiagnosis ini
merupakan odontogenik myxoma. Biopsi insisi dilakukan, dan dikirim untuk pemeriksaan
histopatologis, yang menunjukkan secara acak terdapat sel berbentuk spindle, stellate, dan
bulat dalam stroma myxoid longgar yang memberi kesan myxoma.

Gambar 2: Radiografi panoramik menunjukkan radiolusen multilokular yang besar tidak


terdefinisi dengan jelas pada badan mandibula dan ramus mandibula kiri dengan gambaran
honeycomb, tennis racket dengan septa yang lurus sepanjang pinggiran lesi (panah).

Terdapat lesi mix radiolusen multilokuler membentuk gambaran honeycomb dan tennis
racket disertai adanya septa lurus, epicenter berada pada posterior korpus mandibula kiri
area molar, perluasan ke anterior sampai mesial gigi 35, ke posterior hingga batas
posterior ramus mandibula, ke superior sampai notch mandibula dan puncak prosessus
alveolaris, ke inferior sampai lower border of mandibular, localized, unilateral, single,
berukuran ± 6 cm × 4 cm, berbentuk ireguler, berbatas tidak jelas (ill defined) invasive,
efek mengakibatkan displacement gigi 37,38 ke arah oklusal, resorbsi eksterna akar gigi
36,37,38, ekspansi ke semua sisi namun cenderung kearah anteroposterior dan penipisan
inferior border of mandibula.
Dengan mengingat sifat destruktif dari lesi, dilakukan eksisi lokal yang luas dengan hemi-
mandibulektomi [Gambar 4a]. Prosedur rekonstruksi dilakukan menggunakan free fibula flap
dengan pedikel dan fiksasi plat titanium [Gambar 4b]. Daerah bedah ditutup menggunakan
benang jahit ethilon 3-0, dengan pola jahit vertikal [Gambar 4c]. Segmen yang direseksi
[Gambar 4d] dikirim untuk penyelidikan histopatologis yang mengkonfirmasi myxoma
[Gambar 5]. Prosedur bedah yang berjalan lancar diikuti oleh pengangkatan jahitan,
pengangkatan semua jahitan dan pengangkatan gips wajah sebelah kiri dilakukan pada hari
ke 11, 14, dan 21 paska operasi. Pasien dipulangkan pada hari ke-24 paska operasi, dan
dievaluasi setelah 3 bulan prosedur bedah [Gambar 6]. Pasien menunjukkan penyembuhan
yang memuaskan tanpa komplikasi.

Gambar 3: (a) Gambaran CBCT menunjukkan (potongan aksial) ekspansi pada bukal dan
lingual plat kortikal (panah). (b) Gambaran CBCT menunjukkan (potongan koronal) ekspansi
kortikal dengan septa lurus (panah). (c) Gambaran CBCT menunjukkan (potongan sagital)
kompartemen bersudut dengan septa disepanjang pinggiran lesi (panah)

PEMBAHASAN
Odontogenik myxoma (OM) adalah tumor jinak yang berasal dari unsur-unsur mesenkim
embrionik dari gigi yang sedang berkembang termasuk folikel gigi, papilla gigi, atau ligamen
[9]
periodontal. Ini dimulai dengan tumor yang tumbuh lambat tetapi dapat menyebabkan
ekspansi tulang kortikal yang besar dan kerusakan tulang pada tahap selanjutnya, yang
[10]
menunjukkan sifat infiltratifnya. Insidensi OM di Asia, Eropa, dan Amerika ditemukan
antara 0,5% dan 17,7%. [11] Berbagai penelitian yang dilakukan pada OM secara umum tidak
menunjukkan kelompok usia yang pasti, namun, sebagian besar penelitian telah
menunjukkan peningkatan probabilitas pada kelompok usia 22,7 hingga 36,9 tahun. [12]

Gambar 4: (a) Gambaran intraoperatif menunjukkan gelatin, struktur massa tumor yang
longgar. (b) Gambar intraoperatif menunjukkan penempatan plat rekonstruksi. (c) Gambar
paska operasi menunjukkan jahitan penutupan area bedah. (d) Gambar reseksi spesimen,
badan mandibula kiri, dan ramus dengan kondilus.
Gambar 5: Gambaran histopatologi: bagian pewarnaan H dan E (10x) menunjukkan sel
berbentuk spindle dalam stroma myxoid yang longgar dengan fibril halus dan serat kolagen
padat

Gambar 6: Gambaran postoperatif (follow-up 3 bulan). (b) Gambaran postoperatif (follow-


up 3 bulan) menunjukkan penyembuhan yang baik. (C) Radiografi panoramik paska operasi
(3 bulan) menunjukkan plat titanium di tempat
Mandibula kiri telah terangkat seluruhnya termasuk lesi pada posterior korpus mandibula
dan di daerah tersebut terdapat gambaran radiopak memanjang berbentuk huruf L
berukuran panjang ± 10 cm tinggi ± 6 cm, berjumlah single, berupa plat rekontruksi.
Terdapat gambaran radioopak fibula graft di sekitar plat rekontruksi menyerupai densitas
tulang kortikal, uncontinous, berbentuk persegi panjang, berjumlah tiga, berukuran
panjang masing-masing 2,7,6 cm dan lebar 0,5 cm.

[13]
Jarang terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang berusia di atas 50 tahun. Usia
pasien dalam kasus ini adalah 30 tahun dan daerah yang terkena adalah mandibula, sesuai
dengan literatur yang ada. OM cenderung terjadi pada perempuan, dengan rasio laki-
[14]
laki:perempuan adalah 1: 1,5. Lesi ini jarang muncul dengan rasa sakit kecuali lesi
[15]
mengenai struktur sekitarnya dan menimbulkan tanda-tanda neurologis. Halfpenny dkk.
menyatakan bahwa kasus OM sebagian besar muncul sebagai pembengkakan tanpa gejala
dan dapat tumbuh ke dimensi yang cukup besar sebelum didiagnosis, seperti yang terlihat
dalam kasus ini. [16] Pasien yang dilaporkan di sini tidak menunjukkan gejala meskipun
ukurannya besar dan secara lokal bersifat agresif. Lesi yang ditampilkan dalam kasus ini
bersifat agresif meskipun berada pada mandibula, ini bertentangan dengan literatur yang
menunjukkan bahwa pada maksila lesi lebih bersifat agresif dibandingkan dengan mandibula.
[12]
OM lebih banyak terjadi pada mandibula dibandingkan maksila, dengan daerah molar
mandibula menjadi daerah yang paling sering terkena. [17] OM dapat menjadi simtomatik pada
tahap selanjutnya karena perluasan lesi dan mengenai struktur sekitarnya, dan gejala dapat
terasa sakit, terutama pada maksila karena hubungannya dengan jaringan lunak di sekitarnya.
[16]

Gambaran radiologis OM biasanya radiolusen unilokular atau multilokular yang memiliki


margin berbatas dengan jelas atau terdifusi. Ukuran lesi dan lokularitas saling berkaitan. Lesi
OM yang lebih besar dari 4 cm diikuti dengan gambaran radiografi multilokular, sedangkan
lesi yang lebih kecil menunjukkan gambaran unilokular dan gambaran sering didefinisikan
[18]
sebagai soap bubble, honeycomb, ground- glass, atau tennis racket. Gambaran tersebut
sesuai dengan kasus ini yang menunjukkan gambaran radiolusen multilokular dan gambaran
tennis racket, ini khas pada lesi yang lebih besar. Interpretasi radiografi sangat penting dalam
menentukan diagnosis OM. Struktur internal OM biasanya terdiri dari septa melengkung dan
tidak beraturan, namun dapat juga ditemukan septa lurus dan tipis, itu dianggap sebagai
karakteristik dari odontogenik myxoma. [19] Terdeteksinya gambaran septa lurus yang tajam
baik pada radiografi konvensional atau bantuan CBCT muncul pada diagnosis OM. Kasus ini
menunjukkan gambaran septa tipis, tajam dan lurus yang serupa pada panoramik dan CBCT,
yang dianggap sebagai karakteristik OM. Ameloblastoma, fibroma odontogenik, fibroma
ameloblastik, dan keratokista odontogenik adalah beberapa lesi yang dipertimbangkan untuk
diagnosis banding OM, dan umumnya diagnosis odontogenik myxoma tergantung pada
gambaran radiografi dan histopatologis. [20]

Kuretase dan eksisi secara luas telah disarankan sebagai perawatan OM. Pilihan perawatan
mulai dari enukleasi, eksisi, atau bedah radikal dengan kuretase jaringan keras yang
[21]
berdekatan telah dilaporkan dalam literatur. Beberapa penelitian telah menyatakan
penyembuhan tidak dapat dilakukan hanya dengan radioterapi saja, dan oleh sebab itu OM
[22]
dianggap resisten terhadap radiasi. Karena OM tidak dienkapsulasi dan infiltrasinya
menyebabkan kerusakan jaringan keras secara langsung, resiko kekambuhan meningkat
[19]
ketika diterapkan perawatan dengan pendekatan konservatif. Faktor-faktor ini membantu
menjelaskan tingkat rekurensi OM yang tinggi yang berkisar antara 10-33% dengan rata-rata
[23]
rekurensi dianggap sebesar 25%. Oleh karena itu, pasien pada kasus ini dirawat dengan
eksisi lesi secara keseluruhan dan saat ini sedang dalam tindak lanjut.

KESIMPULAN

Penggunaan alat radiografi yang canggih di masa depan seperti Computed Tomography dan
Cone Beam Computed Tomography dapat memberikan informasi baru mengenai lesi
odontogenik myxoma dengan efeknya pada struktur sekitar. Dengan perawatan yang tepat,
prognosis odontogenik myxoma baik dan diperlukan tindak lanjut jangka panjang, khusunya
yang memerlukan pendekatan yang lebih konservatif. Diagnosis klinis atau radiologis awal
yang tepat diikuti oleh laporan histopatologis yang sesuai membantu dalam menentukan
diagnosis yang tepat dan membantu menyusun rencana perawatan dengan rekurensi yang
minimal.
DEKLARASI PERSETUJUAN PASIEN

Penulis menyatakan bahwa mereka telah memperoleh semua formulir persetujuan pasien
yang sesuai. Pasien telah memberikan persetujuannya dalam bentuk gambar mereka dan
informasi klinis lainnya untuk dilaporkan dalam jurnal. Para pasien memahami bahwa nama
dan inisial mereka tidak akan dipublikasikan dan akan dilakukan upaya untuk
menyembunyikan identitas mereka, tetapi anonimitas tidak dapat dijamin.

BANTUAN FINANSIAL DAN SPONSORSHIP

Tidak ada

KONFLIK KEPENTINGAN

Tidak ada konflik kepentingan

III. PEMBAHASAN
Jurnal ini membahas laporan kasus terhadap seorang pasien perempuan berusia 30
tahun. Usia dan jenis kelamin pada kasus sering ditemui pada pasien odontogenik
myxoma, dimana sering terjadi pada usia muda antara 10 sampai 30 tahun dan cenderung
terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Laporan kasus ini menjelaskan pasien datang dengan keluhan terdapat
pembengkakan yang tidak sakit pada sisi kiri wajah sejak 5 bulan terakhir, pasien
menyatakan pembengkakan awalnya kecil dan kemudian meningkat dengan cepat. Pasien
menyatakan tidak ada riwayat rasa sakit atau parasthesi dan tidak ada kesulitan bernapas,
makan atau menelan. Adanya keluhan pembengkakan tanpa disertai rasa sakit dapat
ditemui pada odontogenik myxoma, akan tetapi progress pembengkakan pada kasus ini
meningkat secara cepat, sedangkan odontogenik myxoma cenderung lambat.
Pemeriksaan ekstraoral pasien sehat, bergizi dan tanda vital normal. Terdapat
pembengkakan padat, tidak sakit, di kiri wajah pada korpus dan ramus mandibula, yang
memanjang dari sudut mulut ke depan tragus telinga, sampai batas inferior mandibula.
Nodus limfa submandibula kiri soliter, berukuran sekitar 1,0 × 1,5 cm, teraba dan sedikit
sakit saat dipalpasi. Adanya pembengkakan padat, tidak sakit pada korpus mandibula
dapat ditemui pada odontogenik myxoma. Lesi pada kasus berukuran besar sehingga
menyebabkan asimetri wajah, akan tetapi odontogenik myxoma jarang melibatkan ramus
mandibula dan nodus limfa, dimana nodus limfa pada kasus teraba dan sakit yang
menunjukkan adanya inflamasi. Pemeriksaan intraoral ditemukan terdapat pembengkakan
yang tidak beraturan pada vestibulum bukal sebelah kiri memanjang dari gigi 35 ke
daerah retromolar disertai adanya eritema sejajar gigi 38, berbentuk oval, berukuran
0,5x0,4 cm. Kebersihan mulut pasien buruk, ditemukan banyak kalkulus. Terdapat
displacement gigi 37,38 ke arah lingual; 35,36 vitalitas normal; 37 sisa akar; dan
mobilitas derajat III pada 38. Adanya pembengkakan pada posterior mandibula disertai
displacement dan mobilitas gigi dapat ditemui pada odontogenik myxoma.
Pembengkakan yang tidak beraturan pada kasus dapat menandakan adanya perforasi
kortikal akibat odontogenik myxoma karena terdiri dari beberapa nodul, selain itu
terdapat eritema yang jarang ditemui pada odontogenik myxoma, kemungkinan karena
gesekan terus menerus dari gigi rahang atas terhadap daerah pembengkakan saat
mengunyah dan berbicara.
Pemeriksaan radiografi panoramik, ditemukan terdapat lesi mix radiolusen
multilokuler disertai adanya septa lurus, epicenter berada pada posterior korpus
mandibula kiri area molar dan efeknya mengakibatkan ekspansi tulang ke semua sisi
namun cenderung kearah anteroposterior, maka suspek radiodiagnosis pada lesi adalah
odontogenik myxoma. Namun, lesi pada kasus ini jarang ditemui karena umumnya lokasi
odontogenik myxoma berada pada posterior mandibula area premolar dan molar,
sedangkan pada kasus juga melibatkan daerah ramus mandibula serta menyebabkan
resorbsi eksterna akar gigi, adanya keterlibatan ramus mandibula kemungkinan karena
ukuran lesi yang cukup besar. Selain panoramik, pemeriksaan dengan cone-beam
computed tomography (CBCT) juga dilakukan pada kasus ini. Tujuan pemeriksaan
CBCT pada kasus untuk melihat kontinuitas dan ketebalan tulang kortikal karena batas
lesi yang tidak jelas dan adanya penipisan inferior border of mandibula; melihat
perluasan ekspansi dalam arah bukal-lingual; untuk melihat struktur jaringan lunak yang
terlibat, dikarenakan lesi bersifat agresif dan batas lesi tidak jelas; serta untuk panduan
pra-bedah dan penempatan rekonstruksi dengan menangkap keseluruhan gigi dan tulang
alveolar kedua rahang secara 3D. Hasil pemeriksaan CBCT menunjukkan terdapat
gambaran lesi mixed radiolusen-radiopak internal dengan ekspansi kortikal buccolingual
(potongan aksial), perforasi plat kortikal pada bukal dan lingual dengan septa lurus dan
tajam (potongan koronal), kompartmen bersudut dengan septa di sepanjang pinggiran lesi
dan berbentuk lurus tajam melampui pinggiran (potongan sagittal) serta temuan CBCT
lain juga sesuai dengan temuan radiografi panoramik.
Diferensial diagnosis pada kasus ini adalah ameloblastoma dengan persamaan
adanya gambaran lesi mix radiolusen multilokuler, epicenter pada posterior korpus
mandibula, berbatas tidak jelas, menyebabkan displacement gigi, resorbsi eksterna akar
dan penipisan tulang kortikal mandibula. Kasus ini tidak didiagnosis ameloblastoma
karena terdapat septa internal khas berbentuk lurus, sedangkan septa internal
ameloblastoma berbentuk kasar dan melengkung serta pada kasus ekspansi tulang
cenderung kearah anteroposterior sedangkan ameloblastoma ekspansi luas ke semua sisi.
Pemeriksaan histopatologi kasus ini dilakukan sebelum pembedahan untuk
membantu menegakkan diagnosis, menentukan rencana perawatan yang tepat
dikarenakan lesi yang besar serta adanya kecurigaan keganasan akibat lesi membesar
dengan cepat dan batas tidak jelas secara radiografi. Hasil histopatologi memperlihatkan
secara acak terdapat sel berbentuk spindle, stellata, dan bulat dalam stroma myxoid
longgar yang memberi kesan myxoma dengan fibril halus dan serat kolagen padat. Hasil
histopatologi menunjukkan diagnosis kasus ini adalah odontogenik myxoma.
Perawatan odontogenik myxoma pada kasus dilakukan hemi-mandibulektomi
yang didasarkan ukuran lesi cukup besar (>2 cm) melibatkan mesial gigi 35 hingga batas
posterior ramus mandibula dan notch mandibula, sampai ke inferior lower border of
mandibula dengan batas tidak jelas. Perawatan diikuti rekonstruksi menggunakan plat
dan fibula graft untuk menginduksi pembentukan tulang dan sebagai struktur pendukung
pertumbuhan sel tulang. Segmen yang direseksi dilakukan pemeriksaan histopatologi
kembali untuk mengkonfirmasi bahwa diagnosa kasus merupakan odontogenik myxoma.
Follow-up bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi hasil perawatan. Pasien
di follow-up 3 bulan paska operasi untuk melihat dan memastikan posisi plat rekonstruksi
berada pada tempatnya. Hasil panoramik menunjukkan mandibula kiri telah terangkat
seluruhnya termasuk lesi dan daerah tersebut terdapat radiopak berbentuk huruf L berupa
plat rekonstruksi yang berada pada tempatnya serta radioopak fibula graft di sekitarnya.
Perawatan eksisi yang luas menghasilkan rekurensi minimal dengan prognosis yang baik.
Pasien direkomendasikan follow up jangka panjang 5 tahun paska operasi untuk melihat
rekurensi paska bedah.

IV. KESIMPULAN
Radiodiagnosis kasus ini merupakan odontogenik myxoma berdasarkan temuan
lesi mix radiolusen multilokuler menyerupai honeycomb dan tennis racket disertai adanya
septa lurus, epicenter pada posterior korpus mandibula area molar, serta mengakibatkan
ekspansi tulang cenderung kearah anteroposterior, namun kasus ini unik karena
melibatkan daerah ramus mandibula dan menyebabkan resorbsi akar yang jarang ditemui.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mallya SM, Lam EWN. White and pharoah’s oral radiology: principles and
interpretation, 8th ed. Elsevier. 2019
2. Glick M. Burket’s oral medicine. 12th ed. USA: People’s Medical Publishing
House. 2015. p.170
3. White Sc, Pharoah Mj. Oral Radiology: Principles And Interpretation, 7th ed.
Elsevier. 2014.
4. Langlais RP, Miller CS, Gehrig JS. Color atlas of common oral diseases, 5 th
ed. London: Wolters Kluwer.2017. p. 90
5. Cawson RA, Odell EW. Cawson’s essentials of oral pathology and oral
medicine, 8th ed. London: Churchill Livingstone Elsevier. 2008. p. 145
6. Reichart PA, Philipsen HP. Odontogenic tumor and allied lesion. London:
Quintessence Publishing. 2004. p.189-196.
7. Sangeetha KP, Tinky BC, Balan A, Sandhy KN. Odontogenic myxoma-report
of a rare case. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences. 2017.16(4): 13-
6.
8. Macdonald D. Oral and maxillofacial radiology a diagnostic approach. USA:
Willey Blackwell. 2011. p.122-5.
9. Thompson LDR, Wenig BC. Diagnosthic pathology head and neck, second
ed. Canada: Elsevier. 2016. p. 95.
10. Slootweg PJ. Dental and oral pathology. Switzerland: Springer. 2016. p.280
11. Warnakulasuriya S, Tilakartne WM. Oral medicine and pathology a guide to
diagnostic. London : Jaypee Brothers Medical Publishers. 2014. p. 145-7,
175-6.
12. Malik NE. Textbook of oral and maxillofacial surgery, 4 th ed. India : Jaypee
Brother Medical Publisher. 2012. P. 553-5.
13. Odell EW. Cawson’s essentials of oral pathology and oral medicine, 9 th ed.
London: Elsevier. 2017. p. 176-7.
14. Cardesa A. Slootweg PJ. Pathology of the head and neck. New York:
Springer. 2006. p. 115.
15. Kardodjkar FR. Essentials of oral and maxillofacial radiology. London:
Jaypee. 2014. p. 369-70.
16. Burkhart NW, Delong L. General and oral pathology for dental hygienist.
USA: Lippincott WilLiams and Wilkins. 2008. p. 472.
17. Ghom AG, Ghom SA. Textbook of oral medicine 3 rd ed. London : Jaypee.
2014. p. 50-1, 248-9.
18. Wood NK, Goaz PW. Differensial diagnosis of oral and maksillofacial lesion
5th ed. London:Mosby. 1997. 31-4,343.
19. Manjunath AA, Gupta AA, Swetha P, Moon NJ, Singh S, Singh A. Report of
a rare case of an odontogenic myxoma of the maxilla and review of literature.
Annals of Medical and Health Science Research: Hindawi. 2014. 4(1). 45-8.
20. Chaudary Z, Sharma P, Gupta S, Mohanty S. Nathany M. Jain A.
Odontogenic myxoma: report of three cases and retrospective review of
literature in India population. Contempory Clinical Dentistry: Wolters
Kluwer. 2015. 6(4).522-8
21. Ghom AG, Ghom SA. Textbook of oral radiology, 2 nd ed. New Delhi:
Elsevier. 2016. 641-3,647-9,735.
22. Whaites E, Drage M. Essentials of dental radiography and radiology. London :
Elsevier. 2013. p. 328-9,339,342,346,353.
23. Balaji SM, Balaji PP. Textbook of oral and maxillofacial surgery 3 rd ed. India:
Elsevier.
24. Koga YK, Saijo H, Hoshi K, Takato T, Mori Y. Surgical management of
odontogenic myxoma: a case report and review of the literature. BMC. 2014.
7:214.
25. Chrcanovic BR, Figueiredo do Amaral MB, Marigo HA, Maia BF. An
expanded odontogenic myxoma in maxilla. Stomatologija, Basic Dental and
Maxillofacial Journal. 2010. 12(4). 122-8.

Anda mungkin juga menyukai