Disusun oleh:
1. Definisi
Makrodonsia adalah gigi yang memiliki ukuran lebih besar dari ukuran
normal.1 Makrodonsia dapat diklasifikasikan menjadi: true generalized
makrodonsia yaitu seluruh gigi lebih besar dari normal dan dapat terjadi pada
penderita pituitary gigantism, isolated atau localized true makrodonsia yaitu satu
atau beberapa gigi lebih besar dari normal yang dapat ditemui secara unilateral
pada penderita hemihipertrofi wajah, relative generalized makrodonsia yaitu gigi
normal atau sedikit lebih besar pada rahang yang memiliki ukuran lebih kecil dari
normal.2,3 Sinonim untuk makrodonsia meliputi megalodontia, megadontia, dan
makrodontism.3,4
2. Epidemiologi
Prevalensi makrodonsia berdasarkan penelitian yang dilakukan di India
pada bulan November 2011 hingga Agustus 2013 yaitu sebanyak 7 dari 3000
pasien dengan persentase 0,23 %.5 Predileksi kasus ini lebih banyak terjadi pada
laki-laki dibanding perempuan.2 Predileksi usia pada makrodonsia berada dalam
rentang usia 5-12 tahun. Predileksi ras pada kasus makrodonsia lebih tinggi pada
ras kulit coklat dibanding ras kulit putih dan hitam.6
3. Etiopatogenesis
Etiologi dari makrodonsia masih belum diketahui. Namun makrodonsia
sering dihubungkan dengan kelainan pembuluh darah yang dapat menyebabkan
peningkatan ukuran dan mempercepat perkembangan gigi yang berdekatan.
Makrodonsia juga bisa terjadi pada kelainan kelenjar pituitary. Pengaruh
keturunan dan lingkungan juga tampak aktif pada makrodonsia. Dalam studi
tentang monozigot kembar, kesesuaian yang kuat tidak ditemukan, tetapi jika
salah satu kembar menunjukkan makrodonsia, saudara kembar secara signifikan
meningkatkan risiko menunjukkan sifat yang sama (13 kali lipat dalam satu
penelitian).1,7 Terdapat juga laporan yang menghubungkan antara terapi hormonal
somatotropin dengan terjadinya makrodonsia.8
Patogenesis makrodonsia terjadi karena adanya gangguan pada tahap
tumbuh kembang gigi, yaitu pada bud stage. Pada tahap ini terjadi proses
proliferasi sel dan pertumbuhan lamina gigi menjadi bentuk kuncup yang
kemudian berpenetrasi kedalam lapisan ektomesenkim di sekelilingnya. Adanya
peningkatan proliferasi sel pada bud stage dapat mengakibatkan gigi tumbuh
dengan ukuran lebih besar daripada seharusnya.9
4. Gambaran Klinis
a. Gejala Klinis/Keluhan
b. Klinis Ekstraoral
Makrodonsia tidak tampak secara klinis ekstraoral.
c. Klinis Intraoral
5. Gambaran Radiografis
a. Lokasi
Epicenter makrodonsia biasanya terletak pada mahkota gigi
anterior. Makrodonsia dapat terjadi pada seluruh gigi, baik gigi sulung
atau gigi permanen, namun khas terjadi pada gigi insisif dan kaninus.
Makrodonsia dapat bersifat terlokalisir (localized) baik unilateral ataupun
bilateral, dan juga dapat bersifat generalized. Dapat berjumlah single
ataupun multiple. Memiliki ukuran lebih besar dari ukuran normal gigi
hingga bisa mencapai dua kali lipat.1,10,13,14,15
b. Batas tepi dan bentuk
Batas tepi jelas dengan bentuk gigi normal atau mengalami distorsi
ringan. 1,10,13
c. Struktur internal
Struktur internal gigi makrodonsia normal.
d. Efek terhadap jaringan sekitar
e. Gambar
Gambar 2. Gambar panoramik yang menunjukkan ukuran lebih besar pada
mahkota gigi premolar dua dibandingkan dengan premolar satu.
6. Diagnosis Banding
a. Fused teeth1,8,10,12,13
Persamaan :
Lokasi: Dapat terjadi pada semua periode gigi, baik gigi
desidui atau permanen dan lebih sering terjadi pada gigi
anterior yaitu gigi insisif dan kaninus. Ukuran gigi lebih besar
dari normal.
Efek terhadap jaringan sekitar: mengakibatkan terjadinya
maloklusi.
Perbedaan :
Lokasi: Pada fusi jumlah keseluruhan gigi berkurang satu
akibat dari menyatunya dua gigi sedangkan pada makrodonsia
jumlah gigi normal.
Bentuk: Fusi memiliki bentuk yang bervariasi, dengan atau
tanpa bifid crown, dan dengan akar yang menyatu atau terpisah.
Sedangkan pada makrodonsia bentuk gigi normal.
Efek terhadap jaringan sekitar: Fusi menyebabkan adanya
spacing dan diastema pada gigi sedangkan makrodonsia
meyebabkan impaksi dan crowded pada gigi yang berdekatan.
Gambar 3. Fused teeth1
b. Geminasi1,8,10,12,13
Persamaan :
Lokasi: Dapat terjadi pada semua periode gigi, baik gigi
desidui atau permanen dan lebih sering terjadi pada gigi insisif.
Ukuran gigi lebih besar dari normal.
Efek terhadap jaringan sekitar: mengakibatkan terjadinya
maloklusi, crowding, dan impaksi.
Perbedaan :
Bentuk: Terdapat invaginasi atau partial cleft (celah) pada
mahkota gigi sedangkan pada makrodonsia bentuk gigi normal.
Efek terhadap jaringan sekitar: Area hypoplasia dan cleft
(celah) pada gigi geminasi menghasilkan daerah rentan karies
sedangkan pada makrodonsia tidak terdapat daerah rentan
karies.
Gambar 4. Geminasi
7. Gambaran histopatologi
Tidak terdapat gambaran histopatologi.
8. Perawatan
Makrodonsia umumnya tidak memerlukan perawatan apapun.1 Apabila
makrodonsia dianggap mengganggu secara estetik maka dapat diatasi
menggunakan crown dan gigi tiruan jembatan serta perawatan ortodonti untuk
mengatasi maloklusi.10,14 Jika gigi impaksi maka diindikasikan untuk
ekstraksi.15
TERJEMAHAN JURNAL
Makrodonsia adalah kelainan gigi langka yang mengacu pada gigi yang tampak
lebih besar dari normal. Makrodonsia tergeneralisasi dapat dikaitkan dengan
kondisi dan sindrom medis tertentu. Laporan kasus ini menyajikan temuan klinis
dan radiografi dari makrodonsia bilateral terisolasi pada anak berusia 14 tahun.
Pasien dirujuk ke klinik dengan crowding lokal gigi rahang atas dan rahang
bawah. Temuan radiografi menunjukkan adanya impaksi gigi premolar dua
rahang bawah di satu sisi dan erupsi gigi premolar makrodontik di sisi lain dan
penampilan morfologisnya yang berbeda, dengan karakteristik besar,
multituberkular, dan mahkota molariform dan meruncing, akar tunggal.
1. Pendahuluan
Identifikasi pola spesifik gigi yang terkait anomali dapat dihubungkan dengan faktor
genetik dan lingkungan tertentu yang berkontribusi terhadap kelainan gigi yang berbeda
subphenotypes. Makrodonsia (atau megadontia) adalah anomali langka pada gigi yang
ditandai dengan pembesaran yang berlebihan pada semua struktur gigi dan, dalam
beberapa kasus, dapat berhubungan dengan anomali morfologi. Anomali gigi dapat
dikategorikan sebagai berikut: true generalized (sebagian besar gigi), relative generalized
(seluruh gigi), dan makrodonsia terisolasi pada gigi tunggal. Makrodonsia multipel itu
aneh, tetapi mungkin terkait dengan beberapa penyakit seperti diabetes resisten insulin,
sindrom otodental, atau facial hemihyperplasia. Makrodonsia tergeneralisasi juga
mungkin dihasilkan oleh ketidakseimbangan hormon, seperti yang telah dijelaskan dalam
pituitary gigantisme. Makrodonsia pada satu gigi adalah kondisi yang relatif jarang dan
sering dilaporkan pada gigi molar atau premolar rahang bawah. Hal tersebut mungkin
mempengaruhi gigi seri, molar ketiga, dan gigi premolar dua rahang bawah. Ditandai
dengan pembesaran mesiodistal dan dimensi gigi faciolingual dengan area oklusal
mahkota meningkat.
Prevalensi makrodonsia adalah 1-2% pada pria dan 0,9% pada wanita, tetapi
makrodonsia gigi premolar kedua mandibula mempengaruhi kedua jenis kelamin secara
merata. penting untuk mengetahui tentang makrodonsia karena dapat menyebabkan
masalah pada estetika dan juga gigi bertumpuk jika ada ketidaksesuaian antara dimensi
gigi dan ukuran basis gigi. Selain itu, gigi ini lebih rentan terhadap karies dan
berhubungan dengan gangguan perkembangan oklusi oleh morfologi oklusal.
2. Laporan Kasus
Seorang anak perempuan berusia 14 tahun mengunjungi bagian rawat jalan dokter
gigi anak dengan keluhan utama gigi tidak teratur di rongga mulut. Pasien nonsyndromic
dan semua tanda-tanda vitalnya dalam kisaran normal. Tidak ada riwayat keluarga dari
setiap anomali. Pada pemeriksaan intraoral pasien terapat gigi berjejal pada lengkung
mandibula dan terdapat gigi premolar kedua yang sangat bulat di sisi kanan dan memiliki
penampilan seperti molar. Radiografi periapikal intraoral gigi menunjukkan bahwa gigi
tersebut memiliki ruang pulpa yang membesar dan akar pendek, diduga makrodonsia
(Gambar 1). pada sisi kiri terdapat gigi molar dua desidui dipertahankan.
Orthopantomograph menunjukkan gigi premolar kedua impaksi pada sisi kiri yang juga
cukup bulat dengan mahkota dan ruang pulpa yang besar dengan akar yang relatif lebih
kecil (Gambar 2).Kedua gigi premolar memiliki banyak cusp yang mengarah ke ciri
molariform seperti yang dijelaskan dalam literatur.
Tidak ada kelainan gigi lain yang terlihat jelas di ortopantomograf serta cetakan
(Gambar 3 dan 4). Rencana pengobatannya meliputi ekstraksi gigi molar kedua desidui di
sisi kiri rahang serta bedah ekstraksi makrodontik premolar pada sisi yang sama dengan
perawatan endodontik dan mahkota untuk makrodontik molariform premolar kedua pada
sisi kanan diikuti dengan crown pada gigi tersebut. Hal tersebut diikuti dengan koreksi
ortodontik. Sayangnya pasien tidak muncul untuk pengobatan dikarenakan orang tua
pasien tidak setuju untuk operasi pengangkatan gigi yang impaksi sebab tidak
memberikan keluhan pada anak. Pasien disuruh datang untuk pemeriksaan rutin guna
melihat kemajuan kasus dan intervensi nanti saat pasien setuju untuk perawatan gigi di
rongga mulut.
Gambar 1
Pada gigi 35 terdapat perbesaran ukuran mahkota, kurang lebih 13 mm, single,
berbatas jelas, berbentuk menyerupai gigi molar dengan 4 cusp, akar lebih
pendek dan ramping, struktur internal normal, efek mengakibatkan impaksi
distoangular pada gigi 35 dan prolonged retention gigi 75.
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
3. Diskusi
Menjadi kondisi yang sangat langka, makrodonsia gigi premolar dua rahang
bawah telah dilaporkan secara eksklusif pada anak-anak (8-14 tahun) dengan
hanya sedikit pengecualian. Memang, gangguan erupsi premolar kedua yang
makrodotia dan bersamaan gangguan perkembangan oklusi atau pembesaran
alveolar / gingiva menjadi jelas sebelum atau antara usia 11 dan 12 tahun, saat
terjadi erupsi gigi premolar dua rahang bawah biasanya muncul. Jadi,intervensi
apapun harus diselesaikan sebelum maturitas, dan, berdasarkan laporan
sebelumnya, ekstraksi tampaknya menjadi satu-satunya intervensi yang tersedia.
Setelah ekstraksi,perawatan ortodontik harus dimulai tepat waktu karena
gangguan pada lengkungan dan oklusi setelah intervensi bedah. Dalam kasus
kami, ekstraksi juga direncanakan diikuti dengan intervensi ortodontik. Ukuran
mesiodistal gigi 35 (13 mm) lebih tinggi dari 7,3 mm untuk ukuran normal
premolar kedua seperti yang dilaporkan oleh yang lainnya tetapi lebih rendah dari
kisaran antara 10.6 dan 13.1 mm untuk premolar makrodontik yang dilaporkan
oleh Dugmore dengan cara ini; Namun, secara bukolingual, gigi 35 (8 mm)
menunjukkan ukuran yang serupa seperti yang dijelaskan oleh Sicher dan Dubrul
dan Dugmore. Selanjutnya gigi 45 menjalani pengukuran lebar mesiodistal 12 mm
dan lebar bukolingual 10 mmyang sesuai dengan yang diberikan oleh orang lain.
4. Kesimpulan
Sangat penting bagi seorang praktisi gigi untuk mengenal makrodonsia tidak
hanya berkaitan dengan komplikasi klinis tetapi juga pengelolaannya.
Makrodonsia juga bias memberikan petunjuk berharga dalam mendeteksi
hubungannya dengan banyak sindrom dan kondisi sistemik lainnya.
PEMBAHASAN
Diagnosis banding pada kasus ini adalah fused teeth. Persamaan dari
kedua anomali ini adalah terjadinya perbesaran ukuran mahkota jika dibandingkan
pada gigi normal. Perbedaannya adalah pada kasus fused teeth, maka akan
terdapat gigi yang hilang dan akarnya dapat lebih dari satu (menyatu) sedangkan
pada gambaran radiografis jumlah gigi lengkap dan hanya ada satu akar.
Rencana perawatan meliputi ekstraksi gigi molar kedua desidui di sisi kiri
mandibula serta bedah ekstraksi premolar makrodontik pada sisi yang sama
dengan perawatan endodontik dan mahkota untuk makrodontik molariform
premolar kedua pada sisi kanan diikuti dengan crown pada gigi tersebut.
Kemudian dapat dilakukan koreksi ortodontik untuk menghilangkan keluhan
utama pasien. Sebelum dilakukan koreksi ortodontik dilakukan scaling dan
restorasi terlebih dahulu apabila diperlukan. Rencana perawatan ini meliputi
tindakan ekstraksi, scaling, konservasi, ortodonti, dan prostodonti.
Pasien pada kasus ini menolak untuk dilakukan tindakan bedah ekstraksi
pada gigi yang impaksi karena merasa tidak adanya keluhan pada gigi tersebut.
Pasien disuruh datang untuk pemeriksaan rutin guna melihat kemajuan kasus dan
intervensi nanti saat pasien setuju untuk dilakukan perawatan gigi di rongga
mulut. Seharusnya ekstraksi pada gigi yang impaksi harus segara dilakukan
mengingat umur pasien yang masih 14 tahun, karena pada usia ini akar gigi belum
berkembang sempurna sehingga lebih mudah diangkat. Tindakan kontrol yang
dapat dilakukan apabila telah dilakukan bedah ekstraksi berupa observasi terhadap
jahitan dan penyembuhan luka seminggu setelah dilakukan tindakan.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. Mallya SM, Lam EWN. White and pharoah's oral radiology: principles and
interpretation. 8th ed. Toronto: Elsevier, 2019. 843 p.
2. Puranik CP, Gandhi RP. Developmental dental anomalies of primary and
permanent dentition. J Dental Sci. 2019;4(5):1-20.
3. Canoglu E, Canoglu H, Aktas A, Cehreli ZC. Isolated bilateral macrodontia
of mandibular second premolars: a case report. Eur J Dent 2012;6:330-334.
4. Krishnan AR, Jayakrishnan, Raj SV, Sooraj S, Kamal SS, Rajan A. Bilateral
mandibular second premolar macrodontia: an enigmatous anomaly. IJDSR.
2014;2(6): 12-14.
5. Javali R, Meti M. Prevalence of developmental of dental anomalies of teeth
in a group of north Karnataka population, india. IJDR. 2015;3(1):5-9.
6. Pedreira FRO, et al. Association between dental anomalies and malocclusion
in Brazilian orthodontic patients. JOS. 2016: 58(1):75-81.
7. Fehrenbach MJ, Popowics T. Illustrated dental embryology, histology, and
anatomy. 4th ed. Missouri: Elsevier, 2015. 351 p.
8. Neville BW, Damm DD, Allen CM. Color atlas of oral and maxillofacial
disease. Philadelphia: Elsevier, 2019. 546p.
9. Soxman JA, Wunsch PB, Haberland CM. Anomalies of the developing
dentition. Department of Pediatric dentistry, 2019. 128 p.
10. Ghom AG, Ghom SA. Textbook of oral radiology. 2nd ed. India: Elsevier,
2016. 573 p.
11. Hubar JS. Fundamental of oral and maxillofacial radiology. USA : Willey
Blackwell.2017.258p.