Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

BIDANG ILMU PROSTHODONTIA


RENCANA PERAWATAN ANOMALI ANATOMI MICRODONTIA

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan :

drg. Bambang Tri H, M.Si

Disusun oleh :

Ahmad Ferza Fauzan Mubaroq

G4B017057

Komponen
Pembelajaran Diskusi Resume Psikomotorik
Daring

Nilai
Tanda Tangan
DPJP
drg. Bambang drg. Bambang drg. Bambang
Tri H, M.Si Tri H, M.Si Tri H, M.Si

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN PROFESI KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikrodontia merupakan kelainan ukuran gigi yang menunjukkan

ukuran gigi yang lebih kecil dari normal, dapat juga disertai kelainan bentuk

yaitu dengan bentuk kerucut atau konus yang disebut juga conical teeth.

Umumnya keadaan ini terjadi pada gigi tetap, pada gigi sulung sangat jarang

terjadi. Terdapat dua tipe mikrodontia yaitu tipe 1 true microdontia dan

pseudo microdontia. True microdontia adalah ukuran gigi yang lebih kecil

dari normal pada rahang yang berukuran normal, sedangkan pseudo

microdontia adalah seluruh gigi yang terlihat kecil pada rahang yang

berukuran besar. Berdasarkan banyak gigi yang terkena dikenal ada

localized microdontia dan generalized microdontia. True generalized

microdontia adalah keadaan seluruh gigi berbentuk normal dengan ukuran

lebih kecil dari normal, sedangkan generalized relative microdontia adalah

seluruh gigi berukuran lebih kecil dari normal dengan rahang lebih besar

dari 2 normal. Etiologi mikrodontia adalah multifactorial. Mikrodontia

terjadi sebagai akibat adanya disrupsi pada saat awal pertumbuhan dan

perkembangan gigi yaitu pada tahap bud stage pada minggu kedelapan masa

prenatal. Disrupsi perkembangan gigi mengakibatkan baik ameloblas dan

odontoblas sebagai sel pembentuk gigi tidak berdiferensiasi secara optimal

sehingga menghasilkan bentuk gigi yang lebih kecil dari normal. Banyak

faktor yang mempengaruhi terjadinya anomali ukuran gigi. Faktor utama

yang mempengaruhi anomali pada gigi adalah faktor genetik dan


lingkungan. Faktor genetik, mempengaruhi benih gigi, yang sifat–sifatnya

diturunkan oleh gen dari orang tua, sedangkan faktor lingkungan

mempengaruhi gigi tersebut setelah erupsi, yaitu bersifat mekanis dan

kimiawi. Manifestasi klinis memperlihatkan ukuran mahkota yang lebih

kecil, terutama insisif lateral lebih kecil daripada variasi normal disertai

bentuk yang mengerucut atau conical teeth.1

Bentuk gigi yang abnormal atau peg shaped pada gigi insisif lateral

secara estetis sangat tidak baik dikarenakan gigi bentuk dan ukurannya lebih

kecil dibandingkan dengan gigi gigi yang lain. Penatalaksanaan gigi yang

mengalami peg shape dapat dilakukan pada banyak banyak bidang ilmu

kedokteran gigi seperti orthodontia, konservasi gigi, bedah mulut,

periodontia dan prosthodontia. Tatalaksana orthodontia pada gigi yang

mengalami microdontia dapat dilakukan dengan mengkoreksi lengkung gigi

dan penutupan diastema sehingga tidak terdapat spasi antar proksimal. 2

Tatalaksana konservasi gigi yang dapat dilakukan pada gigi yang mengalami

microdontia antara lain dengan direct veener dan indirect veneer.3

Pada bidang ilmu bedah mulut gigi yang mengalami microdontia

dapat dilakukan pencabutan jika terjadi miss-alignment atau terjadi ectopik

sehingga menghalangi erupsi4, sedangkan pada bidang ilmu periodontia

dapat dilakukan bedah estetis crown lengthening yang dimaksudkan untuk

menambah estetis dan memperbaiki kontur gingiva sehingga gigi terlihat

proporsional.5 Pada bidang ilmu prosthodontia perawatan yang biasa

dilakukan adalah dengan cara preparasi gigi dan mengganti nya dengan
menggunakan mahkota gigi tiruan dengan bahan all porcelain ataupun

PFM.6

Peranan restorasi dalam kedokteran gigi harus memenuhi berbagai

aspek yaitu kebutuhan estetik dan fungsi. Restorasi diharapkan dapat

memenuhi keinginan dan kepuasan dari konsumen. Perawatan mahkota gigi

tiruan diharapkan dapat memenuhi kepuasan konsumen baik dalam aspek

estetika, fonasi dan mastikasi. Mahkota gigi tiruan merupakan salah satu

jenis fix restoration yang menyelubungi mahkota gigi yang dapat

memperbaiki morfologi, kontur, melindungi jaringan gigi yang tersisa dan

juga mencegah kerusakan lebih lanjut. Mahkota gigi tiruan atau crown dapat

terbuat dari beberapa bahan yaitu logam, komposit, akrilik dan porcelain,

selain itu kombinasi dari kedua bahan seperti logam-porselenatau yang

sering disebut porcelain fused to metal (PFM). PFM merupakan salah satu

restorasi yang sering digunakan dalam pembuatan mahkota tiruan, restorasi

PFM mengkombinasikan 2 logam serta menggunakan kelebihannya untuk

mencapai hasil yang maksimal dengan mengkombinasikan kekuatan dari

metal tuang dan estetis dari porselen.7

Dasar pemilihan porselen karena memiliki sifat yang keras, kuat dan

tahap terhadap keausan selain itu porcelain mempunyai estetis yang sangat

baik, mempunyai gradasi warna opacity dan translusent menyerupai gigi

asli. Namun kelebihan dari porcelain berbanding lurus dengan

kekurangannya yaitu porcelain sangatlah rapuh sehingga untuk mengurangi

kelemahan dari bahan porcelain maka dilakukan kombinasi dengan logam

untuk dimana logam ini berfungsi sebagai koping untuk menambah kekuatan
mekanis crown ini. PFM digunakan untuk merestorasi kerusakan gigi yang

parah untuk melindungi struktur jaringan gigi yang tersisa, menjaga oklusi

dan memberikan nilai estetik.8

B. Tujuan

Pada penulisan literature review ini penulis ingin memberikan

informasi dan edukasi untuk lebih mengetahui penatalaksanaan lebih lanjut

mengenai gigi yang mengalami anomali bentuk seperti peg shape sehingga

laporan ini menjadi acuan dan bahan belajar untuk penulis dan teman

sejawat yang membaca agar dapat di implementasikan dalam praktek klinis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anomali gigi microdontia

Mikrodontia adalah kelainan ukuran pada gigi yang menunjukan

perbedaan ukuran dengan gigi normal biasanya gigi yang terlihat lebih

kecil dari ukuran normal. Biasanya gigi yang mengalami microdontia

mempunyai bentuk conus atau yang sering disebut conical teeth.

Mikrodonsia diklasifikasi menjadi 2 tipe yaitu true microdontia dan

pseudo microdontia.9 True microdontia adalah kelainan terletak pada

giginya itu sendiri dimana gigi nya lebih kecil dari normal pada rahang

yang berukuran normal, pada pseudo microdontia keadaan seluruh gigi

terlihat kecil pada rahang yang berukuran besar. Mikrodonsia juga

diklasifikasi kan berdasarkan banyaknya gigi yang terlibat menjadi

localized microdontia dan generalized microdontia. True generalized

microdontia adalah keadaan seluruh gigi berbentuk lebih kecil dari

normal, generalized relative microdontia adalah seluruh gigi berukuran

lebih kecil dari normal dengan rahang besar dari normal, sedangkan

localized microdontia hanya melibatkan satu atau beberapa gigi saja

yang biasanya terjadi pada gigi insisivus 2 dan molar 3.10

Penyebab utama dari miktodontia adalah genetik dan kelainan

ketika tumbuh kembang. faktor genetik dapat mempengaruhi kelainan

pada bentuk, jumlah, mineralisasi gigi, lokasi, dan posisi erupsi benih

gigi. Disrupsi pada gigi geligi terjadi saat awal pertumbuhan dan

perkembangan gigi yaitu pada tahap bud stage di minggu kedelapan


masa prenatal. Gangguan yang terjadi berupa obstruksi lamina dentalis

sehingga terjadi gangguan proliferasi dari bakal ameloblas dan

odontoblas. Disrupsi perkembangan gigi mengakibatkan baik ameloblas

dan odontoblas sebagai sel pembentuk gigi tidak berdiferensiasi secara

optimal sehingga menghasilkan bentuk gigi yang lebih kecil dari normal.

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya anomali ukuran gigi,

tetapi faktor utama yang mempengaruhi anomali pada gigi adalah faktor

genetik dan lingkungan. Faktor genetik, mempengaruhi benih gigi, yang

sifat yang di turunkan oleh gen orang tua, sedangkan faktor lingkungan

mempengaruhi gigi tersebut setelah erupsi, yaitu bersifat mekanis dan

kimiawi. Manifestasi klinis memperlihatkan ukuran mahkota yang lebih

kecil, terutama insisif lateral lebih kecil daripada variasi normal disertai

bentuk yang mengerucut atau conical teeth.1 Mikrodonsia lebih sering

mengenai gigi anterior terutama insisivus lateral yang menyebabkan

ukuran gigi lebih kecil daripada variasi normal disertai bentuk yang

mengerucut. Diagnosis mikrodonsia harus ditegakkan sedini mungkin

untuk mengamati dan memelihara perkembangan gigi agar tidak terjadi

masalah dikemudian hari.3

Mikrodontia biasanya adalah merupakan manifestasi oral dari

beberapasindrom. Banyak sekali sindromyang mempunyai manifestasi

rongga mulut berupa microdontia seperti sindrom Down11, ektodermal

displasia, Silver-Russel, William sindrom, Gorlin-Chaundhry-Moss, dan

Coffen-Siris.13 Sindrom Gorlin-Chaudhry-Moss ditandai dengan

gangguan pada pertumbuhan yang membuat tubuh menjadi pendek,


terjadi retardasi mental ringan, dan abnormalitas fisik. Sindrom Gorlin-

Chaudhry-Moss, terjadi karena penutupan sutura coronalis yaitu sutura

terbentuk dari tulang frontal dan tulang parietal dari tengkorak yang

prematur sehingga menyebabkan kepala abnormal sehinga mempunyai

ukuran lebih pendek (brachyocephaly), manifestasi rongga mulut

biasanya terjadi anodontia, hypodontia ataupun oligodontia dan

mikrodonsia.14 Sindrom Coffen-Siris adalah kelainan genetic dimana

tidak terdapat/ hipoplasia ruas jari terakhir pada ke-5 jari, hypoplasia

pada kuku jari, dan kelainan pertumbuhan dengan gambaran tubuh

pendek. Sindrom Silver-Russel merupakan sindrom dengan gangguan

pertumbuhan, gambaran klinis tubuh pendek, pertumbuhan satu sisi

berlebih, wajah khas segitiga, dan cacat pada jari kaki. Ectodermal

dysplasia adalah kelainan herediter berupa gangguan perkembangan

struktur organ-organ yang berasal dari lapisan ektodermal seperti

rambut, gigi, kuku, dan kelenjar keringat.15

Perawatan pada gigi mikrodontia dapat dibagi berdasarkan

jumlah gigi yang terkena. Perawatan yang dapat dilakukan adalah

restoratif estetik, penggunaan piranti ortodontik, dan kombinasi

keduanya. Masing-masing pilihan perawatan memiliki keunggulan dan

kekurangan masing-masing tergantung kasus yang dihadapi.16 Restorasi

estetik pada gigi anterior merupakan suatu kebutuhan setiap orang.

Kemampuan dan pemilihan bahan restorasi sangat menunjang

keberhasilan perawatan estetik.Pemilihan bahan harus sesuai dengan

kebutuhan estetik dan ketahanan dalam rongga mulut baik ketahanan


mekanis ataupun ketahanan kimiawi. Ada beberapa macam perawatan

yang dapat dilakukan untuk merawat gigi peg shape secara estetik

sebagai berikut :

1. Resin Komposit

Penggunaan resin komposit untuk restorasi estetik dapat

membuat gigi menjadi ukuran normal dengan cara yang cepat

dan mudah. Pertimbangan pemilihan resin komposit adalah

karena resin komposit memiliki nilai estetis yang baik,

mempunyai perlekatan pada gigi langsung (mikromekanis) yang

kuat. Mempunyai kekuatan tensile strength dan compressive

strength yang baik. Tetapi pengguaan resin komposit tidak dapat

dilakukan sebagai bahan tunggal. Penggunaan resin komposit

harus dibarengi dengan bahan lain seperti fiberglass dan bahan

lain untuk menunjang kekuatan. Selain itu resin komposit hanya

dipakai untuk kasus diastem ringan pada gigi anterior dengan

membentuk kembali permukaan mesial dan distal atau menutupi

seluruh mahkota dengan bahan tersebut.17

2. Porcelain veneer.

Pemilihan perawatan menggunakan porcelain veneer saat

ini sedang marak digunakan. Veneer porcelain mempunyai

estetik paling baik dibandingkan dengan resin komposit atau

GIC. Tetapi pemilihan pengguaan porcelain veneer ini digunakan

pada gigi – gigi dengan akar muda dan belum berkembang secara

lengkap serta rongga pulpa yang besar. Restorasi jenis ini


memiliki resistensi abrasi yang baik, tiidak menyebabkan

perubahan oklusi, dan biokompatibel dengan jaringan

sekitarnya.18

3. Jacket Crown

Crown dengan bahan porcelain fused metal (PFM). Bahan

ini dipilih karena memiliki nilai estetik dan ketahanan terhadap

beban kunyah yang tinggi.. Kekurangan PFM adalah logam nikel

yang biasa digunakan dapat memicu efek alergenik pada pemakai

dan efek toksisitas pada teknisi laboratorium dan pemakai protesa

dan harga yang tergolong mahal untuk beberapa kalangan.19 PFM

merupakan salah satu restorasi yang sering digunakan dalam

pembuatan mahkota tiruan, restorasi PFM mengkombinasikan 2

logam serta menggunakan kelebihannya untuk mencapai hasil

yang maksimal dengan mengkombinasikan kekuatan dari metal

tuang dan estetis dari porselen.7

BAB III

LAPORAN KASUS
A. KASUS

Seorang pasien umur 11 datang ke rumah sakit di india bersama

orangtuanya ingin memeriksakan giginya yang runcing. Pasien mengaku

masih bersekolah dan merasa malu karena giginya runcing seperti

Dracula. Teman – teman sekolahnya mengejeknya dengan gigi Dracula,

hal ini membuat pasien tidak ingin datang ke sekolah. Setelah dilakukan

anamnesa tidak dicurigai mengalami penyakit kongenital bawaan. Pasien

tidak dicurigai menderita penyakit sistemik dan pasien tidak pernah

datang ke dokter gigi sebelumnya. Pemeriksaan klinis menunjukan kulit

sekujur tubuh normal, rambut dan kuku terlihat tidak menunjukan

abnormalitas. Pemeriksaan intra oral pasien dalam fase gigi bercampur di

kedua rahang. Terdapat abnormalitas gigi peg-shape pada insisif lateral

region 1 kanan sedan gkan region kiri gigi insisif lateral masih partial

eruption dan mengalami pegshape. Hal serupa dikeluhkan pada 4 gigi

insisif dan caninus rahang bawah yang semua nya mengalami anomali

gigi.

B. Pemeriksaan Subjektif

Chief complain Pasien umur 11 tahun datang ingin merawat


gigi depannya yang runcing seperti dracula.
Present illness Pasien akan melakukan perawatan
penggantian mahkota karena malu disebut
gigi dracula.
Past medical Pasien tidak dicurigai mempunyai riwayat
history
penyakit sistemik dan tidak sedang
mengkonsumsi obat atau menjalani
perawatan apapun
Past dental Pasien tidak pernah datang ke dokter gigi.
history
Family History Orangtua dan keluarga pasien tidak dicurigai
memiliki kelainan sistemik
Social History Pasien seorang pelajar.

C. Tahapan perawatan

1. Alat dan bahan

alat bahan

1. round – tipped rotary diamond bur 1. gic type lutting


2. carbides – flame shaped diamond 2. retraction cord
bur 3. pehacain
3. flat ended diamond bur
4. tapered diamond bur
5. finishing stone
6. explorer
7. periodontal probe
8. hatchet dan chisel
9. diagnostic set
10. rubber dam
11. bur poles
12. agate spatel
13. mixing pad
14. glass plate

2. Preparasi

Sebelum dilakukan preparasi gigi dilakukan isolasi

dengan menggunakan rubberdam agar tidak ada kontaminasi dari

saliva, pemakaian rubberdam harus presisi sehingga pasien lebih


nyaman untuk menggunakannya. Setelah pemasangan

rubberdam maka dilakukan retraksi jaringan gingiva dengan

menggunakan retraction cord yang telah dibasahi dengan

pehacain. Setelah gingiva terangkat maka dapat diakukan

preparasi. Preparasi crown meliputi 5 tahapan utama yakni :

pembuatan alur panduan, preparasi insisal atau oklusal, preparasi

labial atau bukal, preparasi aksial dari permukaan proksimal dan

lingual dan finishing. Hal yang paling pertama dilakukan adalah

pembuatan guiding groove dengan ketebalan 1.3 mm di tengah

bidang labial, mesiolabial dan distolabial dengan flat end tapered

diamond bur sejajar dengan sumbu panjang gigi. Kemudian

pembuatan guiding 3 grooves dengan ketebalan 1.8 mm pada

insisal edge dengan flat end tapered diamond bur. Periksa

kedalaman grooves dengan menggunakan periodontal probe.

Preparasi bidang insisal Preparasi struktur gigi yang tersisa

diantara groove pada bidang insisal dengan flat end tapered

diamond bur.

Preparasi bidang labial dimulai dengan preparasi struktur

gigi yang tersisa diantara groove pada bidang labial, bersamaan

dengan preparasi bidang labial akan terbentuk shoulder di margin

servikal. Buat shoulder sekitar 0.5 mm apical dari puncak free

gingival. Untuk memperoleh estetik yang baik (supaya lapisan

metal labial tidak terlihat), terutama pada pasien yang memiliki

garis bibir yang tinggi, fasial margin ditempatkan setinggi


subgingiva. Oleh karena prepasi shoulder dilakukan sempai

setinggi subgingiva, sebelum preparasi perlu dipasangkan

retraction cord pada gigi untuk mencegah kerusakan yang

memicu resesi gingiva permanen dan meyebabkan tereksposenya

lapisan metal . Gunakan semprotan air yang adekuat selama

memasuki fase preparasi, karena struktur gigi yang akan

dihilangkan (dipreparasi) cukup banyak dan lakukan irigasi

beberapa kali untuk mempercepat proses preparasi gigi serta

untuk mencegah trauma pada pulpa. Lebar shoulder yang

dihasilkan sekitar 1 mm dan harus meluas ke embrasures

proksimal

Preparasi aksial dari permukaan proksimal dan lingual,

lakukan preparasi pada bidang proksimal dengan round tip

tapered diamond bur dengan kemiringan kurang lebih 6 derajat

sampai tidak ada titik kontak dengan gigi sebelahnya. Buat

sebuah groove pada bagian tengah permukaan palatal sedalam 1

mm, kemudian preparasi dinding aksial dari groove palatal

sampai ke bidang proksimal dengan round tip diamond bur,

sehingga akan terbentuk chamfer pada bidang palatal. Buat

chamfer pada bidang palatal dengan lebar 0,5 mm. Proximal

flange yang dihasilkan dari preparasi shoulder juga dipreparasi,

sehingga peralihan chamfer dan shoulder menjadi halus.

Gunakan flame diamond bur untuk mengurangi permukaan

lingual gigi anterior (khususnya pada palatal fossa)


Tahapan Finishing tercapai jika margin yang telah di

finishing dengan benar akan terasa sehalus glass lab, Penghalusan

margin dengan diamond, hand instrument, atau carbid, Bentuk

shoulder dengan sudut cavosurface 90 derajat menggunakan flat

ended diamond pada handpiece dengan kecepatan rendah,

Jaringan enamel yang tidak mendukung marginal fit

(unsupported enamel) harus dihilangkan dengan chisel yang

tajam, Untuk memastikan eliminasi unsupported enamel dan

meminimalkan lebar marginal gap, shoulder bisa dibentuk

dengan sudut cavosurface angle 120 derajat atau dengan

Setelah proses finishing selesai maka seluruh permukaan

gigi dihaluskan dengan finishing stone, dan seluruh line angle

dibulatkan dengan menggunakan fine grit diamond dengan

kecepatan rendah. Sambungkan seluruh permukaan dan haluskan

peralihan yang tajam. Evaluasi daerah yang sering dilewatkan

saat finishing adalah insisal edges daerah anterior dan pada

peralihan dari oklusal ke dinding aksial daerah posterior. Garis

chamfer harus menyediakan 0,5 mm ruang pada margin. Chamfer

harus terasa halus halus saat di evaluasi menggunakan explorer

atau periodontal probe. Chamfer harus menyambung dengan

interproksimal shoulder dan semua sisa sisa debris harus

dihilangkan dengan irigasi secara menyeluruh.

3. Pencetakan
Pencetakan gigi yang telah dipreparasi menggunakan

sendok setak sebagian atau penuh dengan metode double

impression , HeavyBody digunakan sebagai cetakan pertama.

Light Body atau Syringe Type digunakan sebagai cetakan kedua.

Cetakan negative menggunakan dental stone (gips tipe IV) untuk

memperoleh cetakan positif sebagai model kerja.

4. Pemasangan mahkota sementara

Mahkota sementara sebelum disementaskan perlu

dilakukan pasang coba (try in) terlebih dahulu untuk mengecek

oklusi dan cekatan yang baik. Mahkota sementara disementasi

menggunakan zinc oxide, eugenol, maupun flowable komposit

yang dietsa tanpa diberi bonding.

5. Proses pembuatan crown di lab

6. Try in crown pada gigi

7. Insersi mahkota

Mahkota jaket yang sudah jadi kemudian disementasi

menggunakan semen GIC tipe 1.Bahan sementasi di manipulasi

kemudian dimasukkan ke dalam mahkota jaket lalu diisersikan

pada gigi pasien.Pasien kemudian diinstruksikan untuk oklusi

sehingga mahota jaket dapat menekan masuk hingga finishing

line.Kelebihan bahan sementasi keudian dibuang dan ditunggu

hingga bahan sementasi setting.Kemudian pengecekkan kembali

oklusi pasien dan adaptasi mahkota jaket pada jaringan gigi.


BAB IV

DISKUSI DAN PEMBAHASAN


Porcelain fused to metal (PFM) merupakan suatu restorasi yang

terdiri atas 2 bahan yaitu logam dan porcelain. Pada bagian labial terdapat

restorasi berbahan porcelain sedangkan coping yang mengelilingi gigi

menggunakan bahan metal. Kedua materi yang berbeda ini harus

mempunyai suatu ikatan agar crown atau bridge bisa menyatu ke gigi

dengan baik. penggabungan 2 bahan material ini sangat menguntungkan

karena menggabungkan sifat – sifat yang menguntungkan. Estetika logam

sangatlah tidak baik jika digunakan pada gigi anterior sehingga penggunaan

porcelain pada sisi fasial sangat menguntungkan untuk menambah estetika.

Penggunaan all porcelain cenderung getas dan brittle jika digunakan sebagai

bahan restorasi maka penggunaan logam menambah kekuatan porcelain dan

mendapatkan dukungan dari substruktur logam yang lebih kuat dari logam.

Kualitas retensi yang dihasilkan oleh PFM sangatlah baik karena

preparasi dilakukan pada semua dinding aksial dan biasanya mudah

untuk mencapai bentuk resistensi yang adekuat dalam preparasi gigi.

Pada tahap preparasi dibutuhkan kira-kira pengurangan sekitar 1.5 mm

ketebalannya untuk coping logam (0.3-0.5mm) dan veneer porcelain (1.0

mm). Apabila tidak ada ikatan antara kedua material ini maka alat akan

cepat rusak dan rapuh, Ketebalan pengurangan gigi, preparasi hingga

subgingiva dan akhiran yang sesuai pada setiap bahan yang digunakan

mutlak harus diperhatikan guna mendapatkan estetika dan kekuatan yang

baik sehingga restorasi yang dihasilkan menjadi lebih estetis dan tahan

lama.19
Indikasi dari PFM adalah terdapat karies atau kerusakan gigi yang

luas, trauma, gigi yang memerlukan estetis, untuk pasien yang membutuhkan

restorasi yang kuat dan tahan lama namun tidak kalah dalam estetis, gigi

yang mengalami malposisi dan ingin di koreksi juga gigi geligi yang sudah

mengalami kehilangan banyak struktur gigi pada kasus endodontic.20

Kontraindikasi penggunaan PFM adalah pasien mempunyai penyakit

periodontal dan tidak terawat, ruang pulpa yang besar, dan pasien yang

mengalami bruxism dan clenching.21 Semakin berjalannya waktu

penggunaan porcelain fused to metal ini sudah mulai ditinggalkan. Hal ini

dikarenakan oleh proses pembuatannya yang harus menggunakan banyak

sekali langkah-langkah perbaikan dan siklus pendaulatan, selain itu juga

perlu teknik restorasi yang sangat sensitif untuk membuat kualitas final

dalam pembuatannya. Hal ini ditambah lagi oleh penggunaan porcelain yang

diharuskan lapisannya harus sesuai agar logam tidak transparan dan

terlihat aesthetic,22 hal ini juga sudah mulai ditinggalkan karena harga logam

yang semakin lama semakin mahal. 23 Berikut merupakan tatalaksana lain

untuk mengkoreksi gigi yang mengalami microdontia18

Hafez Diab., et al. “Effect of Full


Ceramic Crown Versus Ceramic
Fused to Metal Crown on
Periodontal Tissues Health”. EC
Dental Science 17.7 (201
nomor Pilihan perawatan Penjelasan
Dalam kasus dimana pasien puas
1 Tidak ada perawatan, dengan fungsi dan estetika gigi yang
pasien tidak peduli ada.

Penataan kembali atau reposisi gigi


yang diharapkan untuk mendapatkan
2 Orthodontik ruang guna penempatan prostesa. Selain
itu perawatan orthodontic diharapkan
dapat menutup diastema.

penempatan restorasi direk sewarna gigi


Direct composite
untuk mengubah bentuk dan panjang
3 bonding/build-up onto peg
gigi dan dapat membentuk anatomi
laterals/tooth
mahkota gigi normal.

Pembuatan restorasi warna gigi secara


ekstraoral / di laboratorium untuk
mendapatkan visualisasi dan adaptasi
4 Indirect composite placement yang lebih baik dalam merubah gigi.
Restorasi tersebut kemudian akan
direkatkan ke gigi berbentuk pasak
secara intraoral.

Lapisan komposit atau porselen yang


Veneer (Composite /
5 direkatkan ke permukaan labial gigi
Porcelain)
yang sudah terpreparasi.

Mahkota gigi adalah selubung yang


berbentuk gigi yang dipasang dan
menutupi gigi berguna untuk
6 crowns
mengembalikan bentuk dan ukurannya,
kekuatannya, dan menyempurnakan
penampilannya secara estetis.

Prosedur pembedahan yang dilakukan


oleh seorang untuk mengekspos lebih
banyak struktur gigi dengan tujuan
7 Crown lengthening pemulihan gigi secara prostetik. Sering
diindikasikan dalam kasus mahkota
klinis yang pendek untuk mendapatkan
retensi prostesis di kemudian hari.

Pada kasus gigi yang sudah tidak dapat


dipertahankan. Pencabutan merupakan
opsi terakhir jika perawatan yang lain
sudah tidak dapat dilakukan atau
mempunyai prognosis buruk. Gigi yang
Pencabutan dan pemasangan
8 sudah dicabut dapat langsung
dental implant.
dipasangkan implant. Butuh waktu
untuk mendapat osseointegrasi dari
tulang. Sehingga untuk perawatan ini
tidak dapat selesai dalam waktu yang
singkat.

Kombinasi perawatan seperti crown


Kombinasi perawatan /
lengthening, direct composit dan diikuti
9 kombinasi berbagai bidang
oleh perawatan crown.
ilmu kedokteran gigi.
Banyaknya perawatan yang dapat dilakukan untuk gigi geligi yang

mengalami mikrodontia maka dokter gigi harus lebih bijak dalam

menentukan rencana perawatan agar perawatan yang dilakukan dapat

menjadikan pasien lebih percaya diri dan yang paling penting adalah

mengembalikan fungsi estetika, bicara dan pengecapan.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

a. Simpulan

Perawatan estetis sejatinya sangat diperlukan pada masa

sekarang untuk menunjang percayadiri. Sehingga perawatan estetik

harus mempertimbangkan banyak aspek untuk mencapai hasil yang

maksimal. Pengetahuan dokter gigi akan anatomis gigi geligi,

pemilihan warna dan pemilihan bahan yang beragam sangat

dibutuhkan untuk mencapai estetik yang memuaskan. Perawatan gigi

dengan anomali microdontia sangat mungkin untuk dilakukan

perawatan estetis. Perawatan estetis yang dapat dilakukan banyak

sekali tergantung indikasi dan kontra indikasi serta kemampuan

finansial dari pasien. Tingkat kepuasan pasien merupakan cerminan

keberhasilan dokter gigi ketika merawat pasiennya sehingga

perawatan yang dilakukan tidak hanya memenuhi aspek estetis saja


tetapi mengembalikan sistem fonasi dan stomatiognasi secara

fisiologis.

b. Saran

Perawatan estetika anomali gigi microdontia sangatlah

beragam sehingga pemilihan perawatan sangatlah penting ditinjau

dari banyak aspek selain faktor estetik saja. Kekuatan bahan, profil

muka, indikasi dan kontra indikasi serta finansial pasienpun perlu

diperhatikan demi terciptanya perawatan yang maksimal.

Sebelumnya penulis ucapkan terimakasih untuk drg.

Bambang Tri hartomo,M.Si yang telah menjadi dosen penanggung

jawab perawatan dan dosen penanggung jawab requirements yang

senantiasa membimbing penulis untuk menyelesaikan requirements

dan membantu penulis dalam penulisan laporan kasus ini.


DAFTAR PUSTAKA

1. Syarif,w., 2015. Mikrodontia insisif lateral sebagai salah satu


manifestasi oral penderita down sindrom tipe mosaic dan penuh.
Bagian Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran. Bandung.

2. Mittal, N., Mohandas, A., 2018. Management of Peg-Shaped Lateral


with New Minimal Invasive Restorative Technique - Componeer: A
Case Report. Indian J Dent Adv 10:(1).

3. Ivony, F. Isti, A., Sumarsongko, t., Bonaficius, S., Rikmasari, R., 2015.
Porcelain laminate veneer sebagai perawatan estetik pada gigi insisivus
lateralis (Laporan Kasus). Cakradonya Dent J; 12:(2).

4. Chiewee, T., Manikandan, E., Cynthia, K, Y, Y., .2016. Prevalence,


characteristic features, and complications associated with the
occurrence of unerupted permanent incisors. J. Plus.one 1:(1).

5. Yazicioglu, O., 2018. Treatment approach for restoring the peg-shaped


incisor. J Dent Fac Atatürk Uni 26:1.

6. Gupta, S, P., 2019. Management of Anterior Spacing with Peg Lateral


by Interdisciplinary Approach : A Case Report. Orthodontic Journal of
Nepal. 9:(1).
7. Mona, D., Sukartini, E., 2019. Restorasi pasak fiber dan porcelain
fused to metal pada fraktur gigi insisif rahang atas pasca perawatan
endodontic. Andalas Dental Journal. 1:(1).

8. Wen, R., Li, Yang., Faliang, Du., Jiangyong, Huang., Zhu, Huang.,
Tingting, Liang., Fuyao, Li., Yuanjing, Li., Qianzhou, Jiang., Xuechao,
Yang., Lvhua, Guo., Jingwen, Wu., 2020. Chipped porcelain-fused-to-
metal restoration repaired by the novel self-glazed zirconia veneering
with a digital workflow. J. Structural, Functional and Bioceramics
Volume 119, 2020

9. Chen, Y., Zhou, F., Peng, Y., chen, L., Wang, Y., 2019. Non-
syndromic occurrence of true generalized microdontia with
hypodontia. A case report. J. Medicine (Baltimore). 98:(26).

10. Sharma, A., 2019. Localized Microdontia: Unilateral Peg Shaped


Mandibular Central Incisor J. international; healthcare research journal
3:(2).

11. Aparecido, C., Topolski, F., de Faria, L, P., Occhiena, C, M., Ferreira,
N,S,P., Ribeiro, F., Prevalence of Dental Anomalies in Permanent
Dentition of Brazilian Individuals with Down Syndrome. J. The open
dentistry Journal 3:(1).

12. Rohilla, M., 2017. Etiology of Various Dental Developmental


Anomalies. Review of Literature. J Dent Probl Solut 4(2).

13. Shaik, M,S., Ibraheem, M,M., Muruganandhan, J., Sujatha, G., Nalin,
Kumar., Satish, Kumar., 2016. Non Syndromic True Generalized
Microdontia with Multiple Talons Cusp - Unusual Case Report.
Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS) 15:(3).

14. Krunal, S., Soni, Satabdi, Saha., Niharika, Subrata, Saha., 2018.
Ectodermal Dysplasia: A Case Report. International Journal of Health
Sciences & Research, 8:(9).

15. Greenwall, L., 2010. Treatment options for  Peg-shaped laterals using
direct composite bonding. J. International Dentistry SA. 12:(1).

16. Laverty, D., 2016. The restorative management of microdontia. J.


British Dental Journal 221(4).

17. Alothman, Y., Bamasoud, M, S., 2018. The Success of Dental Veneers
According To Preparation Design and Material Type. J Med Sci 6:
(12).
18. Rohit Kulshrestha (2016). Interdisciplinary approach in the treatment of
Peg Lateral Incisors. Journal of Orthodontics And Endodontics. 2:1

19. Rahmi, E., (2019). Replacement of Posterior missing teeth with


porcelain fused to metal (PFM) Bridge. Andalas Dental Journal, 1(2),
159-164.

20. Brezinsky, S., Walter, B., McClanahan, S., Alex, Fok., Ordinola-Zapata,
R., 2020. In Vitro Comparison of Porcelain Fused to Metal Crown
Retention after Endodontic Access and Subsequent Restoration:
Composite, Amalgam, Amalgam with Composite Veneer, and Fiber Post
with Composite. Journal of Endodontics

21. Hafez, Diab., 2018. Effect of Full Ceramic Crown Versus Ceramic Fused

to Metal Crown on Periodontal Tissues Health. J. EC Dental Science

17:(7)

22. Noha, B., Sanaa, A, Kader., Fayza, Alabbassy., 2019. Effect of Incisal

Porcelain Veneering Thickness on the Fracture Resistance of CAD/CAM

Zirconia All-Ceramic Anterior Crowns. J.Hindawi International journal

for dentistry. 3:(7)

23. Ottawa, O, N., 2015. Porcelain-Fused-to-Metal Crowns versus All-

ceramic Crowns: A Review of the Clinical and Cost-Effectiveness. J.

Rapid Response Report: Summary with Critical Appraisal

Anda mungkin juga menyukai