1) Agenisi : suatu anomali gigi dimana tidak terbentuk satu atau lebih elemen
gigi
2) Odontogenesis : proses pembentukan gigi
3) Herediter : proses penurunan sifat dari induk ke turunannya
1
STEP 2
Rumusan Masalah
1) Mengapa pasien merasa nyeri saat minum dingin, gigi berwarna buram
dan mudah keropos?
2) Apakah ada keterkaitan sifat penurunan dari orang tua terhadap
skenario ini?
3) Apa penyebab gigi sensitif terhadap suhu?
4) Bagaimana proses odontogenesis sehingga pasien mengalami
gangguan?
2
STEP 3
Brainstorming
3
STEP 4
Mapping
4
STEP 5
Learning Objective
5
STEP 6
Mandiri
6
STEP 7
7
Faktor Lingkungan
Faktor Nutrisi
Walaupun fluoride menyebabkan adanya stain pada gigi namun, pada studi
ditemukan kerentanan terhadap karies dibandingkan gigi normal. Tanda klinis
yang terlihat pada gigi adalah adanya daerah radiopak yang bercahaya pada
permukaan gigi dengan daerah yang mengalami diskolorasi menjadi coklat
kehitaman. (Neville et al, 2009).
8
Gambar 1. Dental Fluorosis. Pada gambar terlihat stain berwarna coklat pada gigi
anterior rahang atas dan rahang bawah yang disebabkan oleh konsumsi air minum
yang mengandung kadar fluor melebihi 1,2 ppm.
9
Gambar 2. True Anadontia. Pada gambar terlihat bahwa tidak ditemukan adanya
gigi pada rahang atas dan rahang bawah.
2) Partial Anadontia
Merupakan suatu kelainan dimana kegagalan satu atau beberapa
gigi yang disebabkan oleh faktor herediter. Terbagi menjadi 2 :
a) Hipodontia : Kehilangan 1 atau beberapa gigi. Terjadi apabila pada
tahap bud stage mengalami gangguan. Biasanya dikaitkan dengan
sindrom displasia ektodermal.
Gambar 3. Hipodontia. Pada gambar terlihat bahwa beberapa gigi anterior tidak
dapat tumbuh.
b) Oligodontia : kehilangan 6 atau beberapa gigi.
Gambar 4. Oligidontia. Pada gambar terlihat bahwa hanya terdapat 6 gigi yang
tumbuh.
10
3) Supernumerary teeth
Merupakan keadaan anomali gigi dimana terdapat pertumbuhan
gigi yang berlebih dari jumlah gigi normal. Terjadi akibat dari dikotomi
benih gigi dan pada tahap bud stage yang mengalami gangguan. Faktor
etiologinya adalah herediter. Bentuk gigi supernumerary ada beberapa
macam diantaranya :
a) Konus (kerucut)
b) Tuberkel (tonjol berlebih)
c) Odontome (bentuk tidak beraturan)
Berdasarkan lokasi ditemukannya supernumerary teeth dibagi menjadi:
a) Mesiodens : gigi tumbuh diantara insisif sentralis
b) Distomolar : gigi tumbuh di bagian distal Molar 3
c) Parapremolar : gigi tumbuh di regio premolar
1. Makrodonsia
Makrodonsia yaitu suatu keadaan yang menunjukkan ukuran gigi
lebih besar dari normal, hampir 80 % lebih besar (bisa mencapai 7,7-9,2
mm). Keadaan ini jarang dijumpai, sering di DD (Diferensial
11
Diagnosa/Diagnosa Banding) dengan Fusion Teeth. Gigi yang sering
mengalaminya adalah gigi insisivus satu atas.
12
Kelainan Struktur Gigi
Amelogenesis Imperfecta
Suatu kelainan formasi dari enamel atau permukaan luar gigi permanen yang
diturunkan. Dan terbagi menjadi 3 tipe :
13
2. Tipe 2 hipokalsifikasi : Email yang tidak teratur sangat lunak dan bahkan dapat
dikeruk. Warna gigi biasanya berwarna madu. Pada foto Rontgen email
elemen-elemen kelihatan seperti dimakan rayap yang menunjukkan bercak-
bercak gelap yang tidak teratur.
14
Gambar 12. Amelogenesis Imperfecta Tipe Hypomaturasi. Gambaran klinisnya
adalah mottled enamel, dan putih opak dengan diskolorasi berwarna coklat yang
irregular.
15
Perubahan Warna Infiltratif
o Perubahan warna endogen infiltrative
Merubah warna masuk ke dalam elemen yang terbentuk melalui
pulpa. Contohnya : oleh karena perdarahan. Setelah trauma pada
elemen-elemen yang baru saja erupsi, timbul perdarahan interna di
dalam pulpa. Mulanya timbul perubahan warna merah muda, merah,
dalam beberapa hari menjadi biru abu-abu.
o Perubahan warna eksogen infiltrative
Perubahan warna yang berasal dari luar badan misalnya bahan
pengisi saluran akar. Contohnya : Amalgam. Penetrasi bagian-bagian
metal di dalam tubuli dentin menyebabkan perubahan warna biru hitam.
Perubahan Warna Semu
o Perubahan warna semu eksogen
Perubahan warna ini yang terdiri dari endapan pada permukaan
elemen. Perubahan warna ini dikategorikan paling sering terjadi.
Contohnya akibat plak. Dimana plak sebagian besar terdiri dari
berbagai bakteri. Dan warna kekuningan baru dapat dilihat apabila telah
mencapai ketebalan tertentu.
o Perubahan warna semu pada kerusakan
Contohnya pada karies. Proses karies yang meluas melalui batas
email-dentin dapat menyebabkan perubahan warna coklat sampai
kehitaman.
1. Concrescence
Concrescence adalah pelekatan yang erat antara akar-akar gigi
yang berdekatan karena adanya pengendapan sementum. Etiologinya
yakni trauma dan crowding of teeth dengan resorpsi tulang interdental
yang menyebabkan dua akar menyatu dengan deposisi sementum
diantaranya. Dapat muncul sebelum dan sesudah gigi erupsi. Sering terjadi
pada gigi molar permanen rahang atas (McDonald, 2011).
16
Gambar 14. Concrescence. Pada gambar di atas tampak bahwa akar dari dua gigi
yang menyatu.
2. Dens in Dente
Dens in Dente atau biasa disebut dengan dens invaginatus
merupakan gigi didalam gigi. Dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi
permanen. Etiologinya yakni keturunan dengan autosomal dominan
dengan ekspresi yang bervariasi dan mungkin penetrasi yang tidak
sempurna. Sering terlihat pada daerah ceruk lingual gigi insisiv kedua atas.
Karakteristiknya yakni terdapat garis invaginasi di enamel dan
adanya foramen caecum dengan kemungkinan adanya hubungan antara
kavitas dengan pulpa. Terdapat pula debris dalam invaginasi membuat
kerusakan pada gigi yang tidak terdeteksi. Makanan dapat bersarang dalam
invaginasi tersebut dan mengakibatkan nekrosis. Terdapat 2 tipe, yaitu tipe
koronal dan tipe radikular (McDonald, 2011).
Gambar 15. Dens in Dente. Gambar sebelah kiri adalah tipe koronal dan gambar
sebelah kanan adalah tipe radikular.
17
3. Gigi Ganda (Fusion)
Definisi : Gigi ganda yaitu penyatuan (fusi) dua benih yang sedang
berkembang atau terbelahnya (partial dichotomy atau geminasi) benih
gigi, sehingga terdapat duagigi yang bersatu. Karena sulitnya menentukan
apakah gigi yang besar akibat fusi atau geminasi, maka digunakan istilah
gigi ganda saja. Dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap.
Gambaran klinisnya adalah bentuk gigi yang besar dan tidak
normal ditunjukkan dengan adanya groove berbentuk longitudinal pada
mahkota atau adanya lekukan pada tepi insisal. Akar dapat terpisah secara
keseluruhan atau sebagian.
Gambar 16. Fusion Teeth. Pada gambar kiri tampak mahkota gigi insisivus
sentralis rahang atas bersatu. Pada gambar kanan tambak gambaran radiografi gigi
insisivus sentralis rahang bawah dengan mahkota yang bersatu dengan 2 akar.
18
ini dikenal dengan dens in dens. Daerah ini merupakan daerah yang mudah
terserang karies, perlu dilakukan ronsen foto untuk memastikannya.
Gambar 17. Malformasi Insisivus Dua Atas. Pada gambar tampak lekukan yang
dalam pada bagian palatalnya.
5. Dilaserasi
Dilaserasi adalah bentuk akar gigi atau mahkota yang mengalami
pembengkokan yang tajam (membentuk sudut/kurve) yang terjadi semasa
pembentukan dan perkembangan gigi tahap/fase kalsifikasi.
Kurve/pembengkokan dapat terjadi sepanjang gigi tergantung seberapa
jauh pembentukan gigi sewaktu terjadi gangguan. Etiologi : Diduga terjadi
akibat trauma selama pembentukan gigi.
19
6. Kelainan : Ectopic Enamel / Enamel Pearl
Ectopic enamel atau enamel pearl adalah struktur enamel
berbentuk hemisfer yang berada di tempat yang tidak sebagaimana
mestinya, sering di akar gigi. Enamel pearl ini terjadi akibat adanya
interaksi kelanjutan antara Hertwig’s root sheath dan dentin yang sedang
berkembang sehingga memicu induksi pembentukan enamel. Neville et al,
2009).
Gambar 19. Enamel Pearl. Pada gambar tampak adanya struktur enamel
berbentuk hemisfer pada daerah bifurkasi akar.
1) Gigi rotasi : gigi yang berubah orientasinya di dalam lengkung gigi. Sering
berhubungan dengan gigi yang berjejal-jejal dan maloklusi
2) Transposisi : kondisi dimana dua gigi yang bersebelahan telah berganti posisi
dalam lengkung gigi. Gigi yang sering mengalami adalah caninus dengan
premolar atau caninus dengan insisif lateralis.
3) Translokasi : keadaan dimana gigi erupsi ke lokasi yang abnormal. Contoh:
insisif lateralis permanen hilang kongenital kemudian tumbuh caninus
permanen di lokasi insisif tersebut. Sedangkan caninus susu masih tetap atau
tidak mau tanggal.
20
Kelainan Berdasarkan Waktu Erupsi
1. Natal Teeth
Gambar 20. Natal Teeth. Pada gambar tampak gigi insisivus rahang bawah pada
bayi yang baru dilahirkan.
2. Kista Erupsi
Kista erupsi atau eruption cyst adalah suatu kista yang terjadi
akibat rongga folikuler di sekitar mahkota gigi sulung/tetap yang akan
erupsi mengembang karena penumpukan cairan dari jaringan atau darah.
Gambaran Klinis: Diawali dengan terlihatnya daerah kebiru-biruan pada
gigi yang akan erupsi, kemudian terjadi pembengkakan mukosa yang
disertai warna kemerahan. Akibat pembengkakan ini dapat menyebabkan
21
tergigit oleh gigi antagonisnya sehingga menimbulkan rasa tidak enak atau
rasa sakit .
Gambar 21. Kista Erupsi. Pada gambar tampak cairan kista berwarna kebiruan
yang ditutupi kapsul.
22
lisis) dan piknosis (inti sel mengecil, bulat dan gelap). Karena tidak
ditemukannya lagi inti sel pada ameloblas, secara berangsur-angsur
ameloblas akan berubah menjadi bentukan kista dan akan terlihat
sitoplasma yang bervakuola. Lisisnya inti sel pada sel ameloblas
menyebabkan terjadinya nekrosis pada sel ameloblas sehingga pada fase
formation atau fase pembentukan matriks organik enamel terganggu dan
proses penyusunan enamel terhenti dan menyebabkan enamel berkurang
atau bahkan enamel tidak terbentuk sama sekali pada daerah tersebut
sehingga membentuk groove dan pit yang dalam atau dangkal pada
permukaan gigi akibat terjadinya hipoplasia enamel.
Gambar 22. Hypoplasia Enamel. Pada gambar tampak struktur enamel yang
tidak lengkap sehingga menyebabkan dentin terbuka.
23
maupun X-linked resesif yang mengenai kromosom tangan panjang X
(Xq12-Xq13.1). Ectodermal Displasia sering terjadi pada pria dan jarang
pada wanita (Wanita sebagai carrier)
Gambar 23. Multiple Missing Teeth. Pada gambar tampak gigi yang tidak
tumbuh.
24
4. Amelogenesis Imperfecta tipe hipomaturation
Pengerasan enamel terjadi pada tahap maturation amelogenesis.
Kegiatan utamanya adalah degradasi dan pergerakan ion keluar masuk
matriks enamel. Pada tahap maturation terdapat protein email yang
terdegradasi oleh KLK4 dan pada tingkat yang lebih rendah oleh MMP-20.
Oleh karena itu, mutasi pada KLK4 dan MMP-20 dapat menyebabkan
hypomaturation Amelogenesis Imperfecta. Selain itu, dasar maturation
adalah deposisi ion kalsium, tetapi mekanismenya yang mendasari
transport kalsium selama Amelogenesis Imperfecta belum diketahui secara
jelas. STIM1 dan ORAL1 memediasi kalsium untuk masuk ke matriks
email. SLC24A4 juga bertanggung jawab untuk pengangkutan aktif ion
kalsium keluar sel dank e dalam matriks enamel dengan bantuan energy
NA+. Maka jika terjadi cacat gen STIM1, ORAL1, SLC24A4 akan menjadi
penyebab hypomaturation Amelogenesis Imperfecta.
5. Dentinogenesis Imperfecta
Dentinogenesis Imperfekta (DI) adalah suatu kelainan herediter yang
bermanifestasi selama periode perkembangan histodiferensiasi gigi.
Dentinogenesis Imperfekta dapat mengenai gigi sulung maupun gigi tetap,
dengan ekspresi yang menunjukkan penetrasi tinggi dan tingkat mutasi
yang rendah. Cacat perkembangan ini diturunkan secara autosomal
dominan; terjadi pada satu dari 8000 kelahiran, dan mempengaruhi
produksi dan mineralisasi dentin. Beberapa peniliti, menghubungkannya
dengan abnormalitas jumlah fosfoprotein dentin dan terdapatnya penurunan
kandungan mineral yang diakibatkan oleh sedikitnya kristal hidroksi apatit
serta peningkatan kandungan air pada matriks ekstraseluler dentin dari gigi-
gigi dengan dentinogenesis imperfecta.
Manifestasi Dentinogenesis Imperfecta muncul selama periode
perkembangan histodiferensiasi gigi yaitu proses pembentukan sel-sel
spesialisasi yang mengalami perubahan histologis dalam susunannya. Pada
tahap histodiferensiasi, epitelium terus berlangsung berinvaginasi dan
25
mendalam hingga organ enamel membentuk “bell“. Selama tahap ini,
terjadi diferensiasi sel – sel dental papila menjadi odontoblas dan sel – sel
inner menjadi odontoblast. Histodiferensiasi menandakan akhir dari tahap
proliferatif dengan hilangnya kemampuan untuk membelah. Gangguan
diferensiasi pada pembentukan sel benih gigi berakibat pada keabnormalan
struktur dentin dan enamel. Kegagalan odontoblas berdiferensiasi dengan
baik, dan keabnormalan struktur dentin akan membentuk dentinogenesis
imperfecta.
Dentinogenesis Imperfecta terjadi akibat defisiensi fosfoprotein dentin
yang berperan penting dalam dentinogenesis yang berlangsung pada fase
maturasi dentin. Fosfoprotein mengandung protein yang penting dalam
kalsifikasi dentin seperti fosforesin. Proses maturasi dentin mulai
berkembang bila vesikel matriks pada sel-sel odontoblas mulai muncul.
Vesikel matriks mengandung membran yang kaya akan fosfatidilserin yang
memiliki kemampuan untuk mengikat kalsium. Akibat dari defisiensi
fosfoprotein ini proses kalsifikasi dentin akan terganggu sehingga
fosfatidilserin tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada DI terjadi
penurunan kandungan mineral akibat sedikitnya kristal hidroksi apatit.
Peningkatan kandungan air dalam matriks ekstraseluler dentin
menyebabkan gangguan struktur pada dentin, seperti dentin menjadi lunak,
akar gigi menunjukkan peningkatan kecenderungan menjadi fraktur ketika
terkena oleh tekanan yang ringan sekalipun.
26
2. Riwayat kondisi serupa pada keluarga, walaupun dalam bentuk resesif,
atau mutasi baru dimana tidak ditemukan kondidi serupa sebelumnya
3. Ketidakterlibatan penyakit sistemik yang menyebabkan hypoplasia
enamel menyeluruh serupa dengan amelogenesis imperfecta, contohnya
penyakit sistemik yang melibatkan gangguan metabolisme kalsium
seperti ginjal dan hati)
4. Pasien tidak menderita Syndrom TDO (Trichodentoosseous) dan
ectodermal dysplasia
C. Tanda klinis :
Diskolorisasi pada semua gigi
Sensitif terhadap stimulus dan mudah rapuh
Memiliki estetik yang rendah
Gambar 24. Amelogenesis Imperfecta. Pada gambar tampak seluruh gigi telah
kehilangan enamel karena enamel yang terbentuk terlalu lunak sehingga sangat
rapuh.
27
kasus indeks (penderita penyakit) biasanya terkena; baik pria maupun
wanita terkena, dan keduanya dapat menurunkan keadaan tersebut.
Apabila individu yang terken menikah dengan individu yang tidak
terkena, tiap anak mempunyai satu dari dua kemungkinan (50%) untuk
memperoleh penyakit tersebut. Perangai berikut juga merupakan ciri
penyakit dominan autosom :
Pada kelainan dominan autosom, sebagian penderita tidak
mempunyai orangtua yang terkena. Penderita semacam itu
memperoleh kemungkinan mutasi baru yang mengenai baik ovum
atau sperma dari mana mereka berasal. Saudara kandungnya tidak
terkena maupun tidak mengalami resiko yang meningkat untuk
terkena penyakit.
Perangai klinis dapat berubah karena penetrasi yang berkurang
dan ekspresifitas yang beragam. Sebagian individu mewarisi gen
mutan tetapi normal secara fenotipe. Jenis ekspresi ini dikenal
sebagai penetrasi yang berkurang. Variable yang mempengaruhi
penetrasi tidak jelas dimengerti. Berlawanan dengan penetrasi,
jika suatu trait secara konsisten berhubungan dengan gen mutan
tetapi tereskpresi berbeda diantara individu yang menyandang gen
tersebut, fenomena ini disebut variable expressivity. Misalnya,
manifestasi neurofibromatosis 1 berkisar dari bercak kecoklatan
pada kulit sampai tumor multipel dan deformitas skelet.
Pada banyak keadaan, usia pada saat permulaan penyakit
tertunda, dan gejala serta tanda penyakit tidak muncul sampai usia
dewasa (seperti pada penyakit Huntington).
Pada kelainan dominan autosom, 50% reduksi dari produk gen
normal berhubungan dengan tanda dan gejala klinis. Karena 50%
kehilangan aktivitas enzim dapat mengalami kompensasi, gen
yang terkena pada kelainan dominan autosom biasanya tidak
menyandi protein enzim (Kumar, 2013).
28
2. Kelainan Pewarisan Jenis Resesif Autosom
Kelainan pewarisan jenis resesif autosom membentuk kelompok
yang paling besar dari kelainan jenis mendel. Mereka terjadi apabila
kedua alel pada lokus gen tertentu adalah mutan; oleh karena itu
kelainan semacam itu ditandai oleh perangai seperti berikut :
Ciri penyakit biasanya tidak menjangkiti kedua orang tua, tetapi
anak mungkin menunjukkan kelainan.
Anak mempunyai satu dari empat kemungkinan untuk terkena
(contoh risiko rekurens adalah 25% untuk tiap kelahiran.
Jika gen mutan terjadi dengan frekuensi rendah pada, terdapat
kecenderungan kuat bahwa penderita yang terkena adalah hasil
perkawinan sedarah (saudara sepupu dekat) (Kumar, 2013).
29
3. Kelainan yang terkait X (X-linked)
Semua kelainan terkait seks (sex linked) adalah X-linked. Tidak
ada penyakit yang Y-linked yang diketahui. Unsur tertentu yang
mengatur diferensiasi pria terpelihara, cirri satu-satunya yang mungkin
terletak pada kromosom Y adalah sifat untuk telinnga yang berambut,
yang tidak menjadi penderitaan. Sebagian besar kelainan X-linked
adalah yang bersifat resesif dan ditandai oleh perangai berikut :
Mereka diturunkan oleh pembawa sifat (carrier) wanita
heterozigot hanya pada anak laki-laki, yang tentu saja bersifat
hemizigot (separuh zigot) untuk kromosom X.
Wanita heterozigot jarang mengekspresikan fenotip secara penuh,
karena mereka mempunyai alel normal yang berpasangan;
walaupun satu dari kromosom X pada wanita mengalami
inaktivasi, proses inaktivasi ini bersifat acak (random), yang
lazimnya memungkinkan munculnya cukup banyak sel dengan
alel yang berekspresi normal.
Pria yang terjangkiti tidak dapat menurunkan kelainan pada anak
laki-laki, tetapi semua anak perempuan menjadi pembawa sifat
(carrier). Anak laki dari wanita heterozigot mempunyai satu dari
dua kemungkinan untuk menerima gen mutan. (Kumar, 2013).
30
hancurnya ameloblas secara dini dalam pembentukan cekungan-
cekungan. Absennya email mungkin membuktikan tidak adanya
diferensiasi epitel email yang lebih dalam (Schuurs, 1993).
31
Pengapuran email dimulai dengan remobilisasi matriks organik ;
tetapi proses ini pada kristalit-kristalit didaerah serviks makin menjadi
jelek, karena penyimpangan orientasinya disana. Diduga bahwa
remobilisasi diatur dengan jalan lain dan oleh gen lain daripada kalsifikasi
(Schuurs, 1993). Tipe-tipe hipokalsifikasi berdasarkan atas matriks email
yang berubaH yang membiarkan mineralisasi yang tidak cukup (Schuurs,
1993).
32
Daftar Pustaka
Farmer ED & Lawton FE. 1996. Stone’s Oral and Dental Disease. 5th Ed.
London: The English Language Book Society and E & S Livingstone Ltd.
Kumar, Vinay. 2013. Buku Ajar Patologi Robbins. Elsevier (Singapore) Pte Ltd.
Singapore
Langlais, Robert P. 2015. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan.
Jakarta : EGC
Neville, et al. 2009. Oral and Maxillofacial Pathology Third Edition. United
States of America : Elsevier.
33
Nigam, Pankhuri.2014. Amelogenesis Imperfecta: Review . Journal of Advanced
Medical and Dental Sciences Research
Scott, G.R. & Turner, C.G. 2000. The Antropology of Modern Human Teeth.
Cambridge University Press.
Soames JV & Southam JC. 1985. Oral Pathology. Oxford: Oxford University
Press.
34