Anda di halaman 1dari 21

SKENARIO 1

Istilah

1. Erupsi (febi)

2. Persistensi (otong)

3. Diskolorisasi (aul)

4. Gigi desidui (nio)

Pertanyaan

1. Apa saja kelainan yang terjadi pada kasus di atas ? (persistensi dan

diskolorisasi gigi permanen)

1a (persistensi) (riza)

2a (diskolorisasi) (amel)

2. Apa saja etiologi terjadinya kelainan pada kasus di atas?

2a. (Persistensi)(rachmalya)

2b. (Diskolorisasi) (natasya)

3. Bagaimana patofisiologi persistensi? (zahra)

4. Bagaimana patofisiologi terjadinya diskolorisasi gigi ? (Ejak)

5. Bagaimana mekanisme erupsi dan resorbsi pada proses pergantian gigi ? (Aul)

6. Jelaskan tahapan pertumbuhan dan perkembangan gigi! (Ndoy)

7. Apa saja jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan diskolorisasi gigi ? (Rahma)

8. Bagaimana tata laksana perawatan pada kasus di atas (intan)

9. pencegahan pada kasus? (Qin)

10. Bagaimana cara diagnosis kasus?(nio)

11.klasifikaasi (afanin)

12.gambaran klinis pada kasus (febi)


Pertanyaan

1. Apa saja kelainan yang terjadi pada kasus di atas ? (persistensi dan

diskolorisasi gigi permanen)

1a (persistensi) (riza)

Persistensi gigi adalah gigi sulung tidak tanggal (lepas/copot) sebagaimana mestinya, tetapi

Gigi permanen pengganti sudah tumbuh

Pada gigi desidui yang persistensi atau prolong retensi (belum tanggal padahal sudah

waktunya tanggal) terjadi kegagalan pada proses resorbsi akar gigi desidui dikarenakan

tidak berperannya odontoklas yang dapat disebabkan oleh karena beberapa faktor

antara lain: lesi akibat trauma, lesi akibat dorongan gigi permanen, faktor gigi sebelahnya

Persistensi gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut

dimana gigi sulung yang menjadi panduan tumbuhnya gigi permanen tidak tanggal

sesuai waktunya, sedangkan gigi penggantinya telah erupsi (jurnal fkg andalas)

2a (diskolorisasi) (amel)

Diskolorasi secara umum diartikan sebagai perubahan warna pada gigi. Diskolorasi pada
enamel gigi dapat disebabkan oleh proses penodaan (staining), penuaan (aging), dan bahan-
bahan kimia. Penggunaan produk tembakau, teh, kopi dan obat kumur tertentu, dan pigmen di
dalam makanan menyebabkan terbentuknya stain yang akan menyebabkan permukaan gigi
menjadi kasar sehingga mudah ditempeli sisa makanan dan kuman yang akhirnya membentuk
plak. Apabila tidak dibersihkan, plak akan mengeras dan membentuk karang gigi (calculus)
kemudian sampai ke akar gigi, akibatnya gusi mudah berdarah, gampang goyah dan tanggal.
Stain pada gigi dapat terjadi dengan tiga cara :

1) Perlekatan stain secara langsung pada permukaan gigi.

2) Stain terjebak di dalam kalkulus dan deposit lunak.

3) Penggabungan stain dengan struktur gigi atau material restoratif.18

Deposisi obat dalam gigi dipercaya merupakan

hasil dari sifat pengikatan dengan pembentukan kompleks tetracyclin-calcium


orthophosphate. Tetrasiklin diendapkan dalam dentin dan pada tingkat yang lebih

rendah dalam email gigi yang mengalami kalsifikasi selama waktu pemberian obat.

Lokasi pigmentasi pada gigi dihubungkan dengan tahap perkembangan gigi dan waktu

serta durasi pemberian obat. Warna gigi yang terkena tetrasiklin : kuning, fluoresce

(berpendar) di bawah sinar ultra violet. Apabila tetrasiklin dalam struktur gigi lebih

gelap, kuning ke coklat, pendaran akan berkurang, karena kerusakan fluorophore.

2. Apa saja etiologi terjadinya kelainan pada kasus di atas?

2a. (Persistensi)(rachmalya)

Adapun penyebab terjadinya persistensi gigi antara lain, ankilosis, resorbsi akar gigi sulung yang
lambat, hypotiroidism, kekurangan nutrisi, kelainan genetik seperti cleidocranial dysplacia,
ataupun karena posisi benih gigi permanen yang abnormal. Persistensi gigi ini hanya terjadi
pada masa pergantian geligi yang dapat mengakibatkan terganggunya erupsi gigi permanen.
Bila terjadi gangguan pada erupsi gigi permanen maka dapat menimbulkan maloklusi, gangguan
estetik, dan gangguan otot pengunyahan

Persistensi gigi disebabkan oleh tidak adanya benih gigi permanen (Aktan et

al., 2012), lambatnya resorpsi akar gigi sulung, gangguan nutrisi, dan posisi

abnormal benih gigi permanen yang tidak terletak persis dibawah gigi sulung baik terletak
didepan atau dibelakang gigi sulung, sehingga timbul variasi posisi erupsi

gigi permanen ( jurnal fkg andalas)

Jurnal UNEJ

1.defisiensi nutrisi

2. Gangguan hormon

3.Anomali pada gigi

4. Malposisi benih gigu permanen

5. Infeksi
6. Tingkat pengetahuan ibu

2b. (Diskolorisasi) (natasya)

2.1.2.1Diskolorasi gigi berdasarkan sumber

Penyebab perubahan warna gigi berdasarkan sumbernya dibagi menjadi eksogen dan
endogen.7,18 Diskolorasi eksogen disebabkan oleh substansi dari luar gigi dan sering
disebabkan kebiasaan minum minuman berwarna yang berkepanjangan seperti teh, kopi, sirup
dan merokok. Tar dari asap rokok dapat menyebabkan perubahan warna dari coklat sampai
hitam.

Diskolorasi endogen sumbernya berasal dari dalam gigi, didapat dari sumber lokal maupun
sistemik.1,7 Faktor lokal dapat disebabkan karena pedarahan akibat trauma, kesalahan
prosedur perawatan gigi, dekomposisi jaringan pulpa, pengaruh obat-obatan dan pasta pengisi
saluran akar, dan pengaruh bahan-bahan restorasi. Perubahan warna yang terjadi mengenai
bagian dalam struktur gigi selama masa pertumbuhan gigi dan umumnya perubahan warna
terjadi di dalam dentin sehingga relatif sulit dirawat secara eksternal.

2.1.2.2 Diskolorasi gigi berdasarkan lokasi

Perubahan warna gigi menurut lokasinya dibagi menjadi intrinsic dan ekstrinsik. Perubahan
warna intrinsik adalah perubahan yang masuk ke dalam dentin selama masa pertumbuhan
gigi.11 Disebabkan karena penumpukan bahan - bahan dalam struktur gigi. Beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya diskolorasi intrinsik :

1) Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Gas yang dihasilkan oleh pulpa nekrosis
dapat membentuk ion sulfida berwarna hitam.

2) Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan penyebab paling sering dari
perubahan warna gigi intrinsik. Pemakaian obat golongan tetrasiklin selama proses
pertumbuhan gigi dapat menyebabkan perubahan warna gigi permanen. Periode waktu
pemberian tetrasiklin yang menyebabkan perubahan warna pada gigi :

1) Semasa dalam kandungan, pada usia kehamilan ibu lebih dari 4 bulan, molekul tetrasiklin
dapat melewati barrier plasenta mengenai gigi sulung yang sudah terbentuk.

2) Masa bayi sesudah lahir sampai usia 5 tahun, pada periode ini terjadi pembentukan mahkota
gigi seri permanen.

Mekanismenya adalah tetrasiklin akan terikat dengan kalsium dan membentuk senyawa
kompleks berupa tetrasiklin kalsium ortofosfat. Jaringan gigi yang sedang dalam proses
mineralisasi itu tidak hanya memperoleh kalsium, tetapi juga molekul tetrasiklin yang kemudian
tertimbun di dalam jaringan dentin dan email.

3) Penyakit metabolik berat selama fase pertumbuhan gigi, misalnya alkaptonuria


menyebabkan warna coklat, endemik fluorosis menyebabkan bercak coklat pada gigi.
Perubahan warna ekstrinsik terdapat pada enamel dan biasanya bersifat lokal. Mayoritas
diskolorasi yang terjadi pada gigi permanen bersifat ekstrinsik. Berdasarkan penyebabnya stain
ekstrinsik dibagi menjadi 2 kategori :

1) Diskolorasi non metalik, disebabkan oleh kromogen organic melekat pada pelikel. Warnanya
berasal dari warna asli kromogen tersebut. Diketahui dapat menyebabkan stain langsung
adalah merokok, mengunyah tembakau, teh, dan kopi. Pada gigi terlihat warna berasal dari
komponen polyphenol yang memberikan warna makanan.6

2) Diskolorasi metalik, dihasilkan dari interaksi kimia antara komponen penyebab perubahan
warna dengan permukaan gigi. Berhubungan dengan antiseptik kationik dan garam metal.6
Beberapa macam diskolorasi ekstrinsik antara lain coklat, hitam, jingga, hijau, metalik, kuning
kecoklatan, kuning, emas kecoklatan, dan merah hitam.6,10

Diskolorasi coklat dihasilkan dari perubahan kimia pada pelikel, tanin, kopi, teh, bakteri
kromogenik, jarang menggosok gigi, dan pasta gigi yang kurang bagus. Terjadi pada permukaan
bukal gigi molar atas dan permukaan lingual gigi insisivus bawah.

Gambar 1. Diskolorasi coklat.23

Diskolorasi hitam terjadi karena deposisi pigmen bakteri kromogen, terdapat pada pelikel
pelapis gigi. Terjadi pada keadaan rongga mulut yang bersih, dengan sedikit karang gigi, dan
frekuensi karies rendah. Disebabkan oleh suplemen besi, paparan besi, mangan dan perak.
Diskolorasi hitam biasa terlihat pada permukaan lingual dekat tepi gingiva dan permukaan
proksimal, pada gigi susu maksila. Pada orang dewasa ditemukan pada gigi dekat kelenjar
saliva.

Gambar 2. Diskolorasi hitam.23

Diskolorasi oranye disebabkan oleh bakteri kromogenik Serratia marcescens, Flavobactraium


lutes, terjadi pada pekerja pabrik terpapar uap yang mengandung asam kromat. Biasa
mengenai gigi bagian anterior pada permukaan lingual.10

Gambar 3. Diskolorasi oranye. 23

Diskolorasi hijau banyak terjadi pada anak - anak yang jarang membersihkan plak gigi dan
adanya bakteri kromogenik, bisa terjadi karena bakteri Penicillium, jamur Aspergillus, anak-
anak dengan penyakit tuberkulosis, dan paparan tembaga dan nikel pada pekerja pabrik.
Gambaran klinisnya berupa garis berwarna kuning muda hingga hijau melingkari sepertiga
servikal permukaan labial, dapat pula menutupi setengah permukaan gigi. Biasanya mengenai
gigi bagian maksila.

Gambar 4. Diskolorasi hijau.23

Diskolorasi metalik disebabkan oleh metal dan garam metal. Metal akan masuk ke dalam
substansi gigi atau menempel pada pelikel dan menyebabkan stain pada permukaan gigi. Proses
tersebut dapat terjadi karena pekerja industri menghirup debu industri melalui mulut sehingga
menyebabkan substansi logam berkontak dengan gigi. Perubahan warna gigi yang terjadi akan
berbeda bergantung pada bahan logam kontaminan, contoh : tembaga (hijau), besi (coklat),
magnesium (hitam), perak (hitam), iodine (hitam), dan nikel (hijau). Penetrasi metal ke dalam
substansi gigi menyebabkan perubahan warna gigi bersifat permanen dan bisa terjadi pada
seluruh bagian gigi.1,7

Gambar 5. Diskolorasi metalik.24

2.1.2.3 Diskolorasi gigi menurut teori lain

Perubahan warna alami atau didapat adalah perubahan warna setelah gigi erupsi. Terjadi pada
permukaan atau di dalam struktur gigi. Disebabkan oleh cacat pada email atau cedera trauma.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan perubahan warna alami antara lain :

1) Nekrosis pulpa

Iritasi pada pulpa karena bakteri, mekanik atau kimia yang bisa mengakibatkan nekrosis.
Keadaan ini menyebabkan pelepasan produk disintegrasi jaringan. Senyawa - senyawa tersebut
merembes ke tubulus sehingga mewarnai sekeliling dentin. Derajat perubahan warnanya
berkaitan dengan berapa lama nekrosis pulpa terjadi. Semakin lama senyawa ini berada dalam
kamar pulpa, maka semakin parah perubahan warnanya.

2) Perdarahan Intrapulpa

Pada umumnya berhubungan dengan cedera tumbukan pada gigi sehingga pembuluh darah di
mahkota putus dan terjadi perdarahan serta lisisnya eritrosit. Produk disintegrasi darah berupa
besisulfida memasuki tubulus dan mewarnai sekeliling dentin. Apabila keadaan ini dibiarkan
akan semakin parah. Jika pulpa menjadi nekrosis, perubahan warna akan menetap, namun
apabila pulpa dapat bertahan perubahan warna bisa membaik dan kembali ke warna asalnya.
Biasanya pada pasien muda, perubahan warna tetap ada.

3) Calcific Metamorphosis
Calcific Metamorphosis adalah pembentukan dentin tersier (denti sekunder ireguler) yang
sangat luas dalam kamar pulpa atau dinding saluran akar. Fenomena ini terjadi setelah cedera
tumbukan yang tidak mengakibatkan nekrosis pulpa. Pada keadaan ini, pasokan darah terputus
sementara dan disertai kerusakan sebagian dari odontoblas. Odontoblas yang rusak akan
diganti oleh sel - sel yang secara cepat membentuk dentin ireguler di dinding ruang pulpa.
Akibatnya, mahkota gigi secara berangsur-angsur menurun translusensinya dan bisa menjadi
berwarna kekuningkuningan atau coklat-kuning.

4) Usia

Pasien usia tua, perubahan warna mahkota gigi terjadi secara fisiologis sebagai akibat aposisi
dentin secara berlebihan, selain itu juga terjadi penipisan dan perubahan optik di dalam email.
Makanan dan minuman juga memberikan efek pewarnaan kumulatif karena terjadi keretakan
yang tidak dapat dihindari dan perubahan lain pada email serta dentin di bawahnya. Restorasi
yang sudah mengalami degadrasi akan menambah perubahan warna.

5) Defek perkembangan

Perubahan warna dapat terjadi karena kerusakan saat perkembangan gigi atau karena zat-zat
yang masuk ke dalam email atau dentin saat pembentukan gigi. Bisa karena fluorosis endemik,
obat-obatan sistemik, defek dalam pembentukan gigi, dan kelainan darah.11

Perubahan warna iatrogenik adalah perubahan warna yang timbul akibat prosedur perawatan
gigi, biasanya tergabung dalam struktur gigi dan sebenarnya merupakan kejadian yang bisa
dicegah. Beberapa hal mengakibatkan perubahan warna iatrogenik antara lain :

1) Material obsturasi

Material obsturasi paling sering menyebabkan perubahan perubahan warna yang cukup parah
pada satu gigi. Pembuangan material yang tidak bersih dari kamar pulpa saat menyelesaikan
perawatan saluran akar dapat menimbulkan warna kehitaman pada gigi. Material penyebab
utamanya adalah sisa semen pada saluran akar.

2) Sisa - sisa jaringan pulpa

Fragmen pulpa yang tertinggal di dalam mahkota dapat mengakibatkan perubahan warna
secara perlahan.

3) Medikamentosa intrakanal

Obat - obatan dapat menyebabkan perubahan warna interna pada dentin. Obat intrakanal
golongan fenil atau iodoform yang biasa dimasukkan dalam ruang saluran akar, berkontak
langsung dengan dentin, kadang dalam waktu lama, sehingga memungkinkan terjadinya
penetrasi obat dan terjadi oksidasi. Material ini cenderung mewarnai dentin secara perlahan.
4) Restorasi korona

Ada 2 tipe, logam dan komposit. Amalgam merupakan penyebab tersering pada restorasi logam
karena warnanya gelap sehingga dapat mengubah dentin menjadi abu-abu gelap. Pada
restorasi komposit penyebab perubahan warnanya adalah kebocoran mikro pada tumpatan
komposit. Tepi tumpatan yang terbuka merupakan tempat masuknya bahan kimia di antara
restorasi dan struktur gigi kemudian akan mewarnai dentin di bagian bawah. Semakin lama
komposit dapat berubah warna dan mengubah warna mahkotanya.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan diskolorisasi gigi, antara lain
dengan skeling, pemolesan, dan pemutihan gigi. Skeling adalah prosedur untuk menghilangkan
kalkulus. Permukaan kalkulus berporus dapat terdiskolorisasi oleh substansi makanan dan
tembakau. Tingkat keparahan kalkulus terjadi dalam waktu enam bulan. Stain ekstrinsik akan
ikut terbuang saat dilakukan skeling.

3. Bagaimana patofisiologi persistensi? (zahra)

4. Bagaimana patofisiologi terjadinya diskolorisasi gigi ? (Ejak)

5. Bagaimana mekanisme erupsi dan resorbsi pada proses pergantian gigi ? (Aul)

mekanisme erupsi:

Erupsi

Sebelum mengambil posisi fungsionalnya di dalam lengkung rahang, gigi

harus bergerak dari tempat perkembangannya di dalam badan tulang rahang

ke permukaan oklusal. Gerakan yang utama adalah dalam daerah insisal atau

oklusal, tetapi gigi dapat juga memutar (insisivus bawah), bergeser ke mesial

(premolar bawah) atau bergerak miring (kaninus atas dan molar tiga bawah).

Untuk mencapai dataran oklusal gigi-gigi harus bergerak berurutan melalui

tulang yang menutupinya, lamina propia dan epithelium. Pergerakan ini disebut

erupsi. Mekanisme erupsi gigi-geligi belum diketahui secara jelas, dan ada

berbagai proses perkembangan dan faktor yang dihubungkan dengan hal ini,

meliputi:
a). Pemanjangan akar gigi.

Pemanjangan akar gigi selama perkembangan dan pertumbuhan pulpa

di

dalamnya ketika foramen apikal masih terbuka lebar cenderung

merupakan

sumber tekanan erupsi yang paling kecil.

b). Tekanan oleh jaringan vaskuler sekitar akar gigi

Tekanan darah pada jaringan di sekitar akar gigi dan perubahan

vaskularisasi

jaringan periodontal termanifestasi berupa tekanan eruptif.

c). Pertumbuhan tulang alveolar

d). Pertumbuhan dentin

e). Tekanan pulpa

f). Pertumbuhan dan tarikan dari mambran periodontal

g). Tekanan dari gerakan otot

h). Resorbsi alveolar crest.

mekanisme Resorbsi

Selama tahap inisiasi erupsi gigi permanen pengganti gigi desidui, tulang di

antara gigi desidui dan permanen diresorbsi. Sesudah dinding tulang itu hilang

resorbsi jaringan keras gigi desidui mulai terjadi. Resorbsi gigi desuidui dapat

dimulai sebelum semua tulang di antara gigi di antara gigi desidui dan

permanen penggantinya diresorbsi. Resorbsi jaringan keras gigi desidui

dilakukan oleh odontoklas. Banyak penelitian dengan mikroskop cahaya

menunjukkan bahwa odontoklas mirip dengan osteoklas. Penelitian histokimia

menunjukkan bahwa odontoklas mempunyai enzim kolagenolitik dan


proteoglikanase yang berhubungan dengan resorbsi gigi desidui. Tahap

pertama resorbsi tulang adalah pengambilan kristal mineral, kemudian diikuti

pengambilan sisa-sisa matriks organik. Hal ini menunjukkan bahwa

demineralisasi adalah tahap pertama resorbsi. Resorbsi sementum dan dentin

telah ditemukan terjadi dengan cara yang sama, sehingga sangat beralasan

untuk mengambil kesimpulan bahwa mekanisme resorbsi gigi sama dengan

resorbsi tulang.

Mekanisme pengambilan jaringan pulpa kurang banyak diketahui tetapi diduga

dilakukan oleh sel-sel jaringan ikat yang mempunyai kemampuan fagositik

seperti makrofag dan fibroblas.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada resorbsi :

a). Odontoklas

b). Lesi karena trauma

c). Lesi karena dorongan gigi tetap

d). Faktor gigi sebelahnya.

Pada prolonged retention ketiga faktor di atas (a,b,c) tidak berperan,

sehingga tidak terjadi resorbsi akar gigi desidui.

6. Jelaskan tahapan pertumbuhan dan perkembangan gigi! (Ndoy)

Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak terjadi pada yang
bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari lapisan ectoderm, yaitu lapisan dari jaringan
ektomesenkim. Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells (sel-sel progenitor dari
pembentukan jaringan saraf). Sel ini terdapat di sepanjang sisi lateral dari neural plate.

1. Lamina atau Intial Stage

merupakan tahap pertama dari pembentukan gigi yang melibatkan proses fisiologis dari
induksi, yakni interaksi antara jaringan embryonal. Pada awal minggu keenam, stomodeum
(mulut primitif) embrio akan dilapisi oleh ectoderm. Bagian luar ectoderm akan membentuk
epithelium oral yang berbentuk seperti tapal kuda. Kemudian pada waktu yang bersamaan
dibentuk pula mesenkim yang dipengaruhi oleh neural crest cells.

Pada minggu ke-7 epithelium berkembang jauh ke dalam mesenkim dan membentuk
sebuah lapisan yang disebut dental lamina.

2. Bud Stage

Bud stage terjadi pada awal minggu ke-8 selama masa embryonal. Tahap ini disebut juga tahap
proliferasi atau pertumbuhan dari dental lamina menjadi seperti kuncup (bud). Jika sudah ada
tahap ini diperkirakan akan dapat tumbuh gigi, karena sudah ada benih.

3. Cap Stage (Proliferation)

Cap stage terjadi diantara minggu ke-9 dan minggu ke-10 dari janin. Pada tahap ini proses
fisiologis tetap berlanjut namun dental lamina tidak akan berkembang menjadi bentuk besar
yang dikelilingi mesenkim. Adanya pertumbuhan tidak seimbang pada dental lamina yang
menyebabkan terbentuknya topi (cap). Pada akhir tahap ini terbentuk benih gigi dengan tiga
struktur embryonal yaitu enamel organ, dental papilla, dan dental sac (kantung dental).

4. Bell stage (histodiferensiasi & morfodiferensiasi)

Bell stage terjadi antara minggu ke-11 dan minggu ke-12. Pada tahap ini terjadi histodiferensiasi
dan morfodiferensiasi. Pada late bell stage mulai terjadi dentinogenesis, yaitu pembentukan
dentin. Walaupun bagian gigi terluar adalah email/enamel, tetapi yang terbentuk adalah dentin
terlebih dahulu. Amelogenesis terjadi pembentukan email setelah terbentuknya dentin.

5. Apposition & calcification stage

Aposisi merupakan suatu proses deposisi matriks oleh ameloblast dan odontoblast yang akan
diikuti oleh proses kalsifikasi dimana terjadi pengendapan kalsium anorganik pada matriks.
Odontoblas akan membentuk dentin dan ameloblast akan membentuk enamel. Pembentukan
dentin akan selalu mendahului pembentukan enamel. Dentin dan enamel yang pertama kali
terbentuk adalah pada bagian puncak kuspid dan tepi incisal dari gigi yang selanjutnya akan
berkembang kearah servikal dari mahkota gigi.

6. Tooth eruption

Erupsi gigi yaitu munculnya gigi ke permukaan, dengan pergerakan gigi dari dalam prosesus
alveolaris ke rongga mulut.

7. Apa saja jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan diskolorisasi gigi ? (Rahma)

Obat-obatan penyebab diskolorisasi gigi : Beberapa tetrasiklin menunjukkan


dapat menyebabkan perbedaan derajat diskolorisasi pada gigi secara keseluruhan.

Tetrasiklin dapat dikategorikan menjadi 2 :

a. Penyebab diskolorisasi gigi yang berat (epianhydrotetracycline, demethylchlor

tetracycline, tetracycline HCL dan tetracycline L methylene lysine).

b. Penyebab diskolorisasi ringan (chlortetracycline, metacycline, doxycicline

hyclate, oxytetracycline HCl dan anhydrotetracyclin).

Cairan tetrasiklin atau turunannya dapat pula menyebabkan penurunan

pertumbuhan tulang, diskolorisasi permanen pada gigi dan hipoplasi jika

diberikan pada wanita hamil pertengahan akhir masa kehamilannya atau pada

anak di bawah usia 9 tahun. Dapat disimpulkan bahwa tetrasiklin seharusnya

tidak digunakan pada kelompok usia ini kecuali obat-obatan lain tidak efektif atau

kontraindikasi.

Bagaimana sebenarnya tetrasiklin menyebabkan perubahan warna gigi?

Jika gigi terkena tetrasiklin (baik in utero atau melalui pemberian oral) pada saat gigi mengalami
mineralisasi atau kalsifikasi, tetrasiklin akan mengikat ion kalsium (kalsium ortofosfat) di dalam
gigi. Jika ini terjadi sebelum erupsi gigi melalui gingiva (gusi), tetrasiklin yang terikat pada
kalsium ortofosfat akan menyebabkan perubahan warna kuning fluoresen awal.9,10 Namun,
setelah gigi tumbuh dan terpapar cahaya, tetrasiklin akan teroksidasi. menyebabkan perubahan
warna berubah dari kuning fluoresen menjadi coklat nonfluoresen selama beberapa bulan
sampai tahun.7,8 Lokasi perubahan warna gigi secara langsung berkorelasi dengan tahap
perkembangan gigi pada saat paparan tetrasiklin. Selain itu, gigi permanen cenderung
menunjukkan perubahan warna yang kurang intens tetapi lebih menyebar dibandingkan gigi
sulung

Mengapa batasan usia dari trimester 2 dan 3 sampai 8 tahun?

Rentang usia ini mencakup periode pengapuran gigi. Kalsifikasi gigi sulung dapat terjadi sampai
usia 10-14 bulan, gigi permanen anterior dari 6 bulan sampai 6 tahun dan gigi permanen
posterior sampai usia 8 tahun. 3,8,11 Oleh karena itu, tetrasiklin eksposur selama salah satu
periode pengapuran ini dapat menyebabkan pewarnaan permanen. Ini adalah dasar dari
peringatan produsen tetrasiklin terhadap penggunaan tetrasiklin pada anak-anak di bawah usia
8 tahun. 5 Walaupun risikonya paling tinggi pada anak-anak, ada kasus pewarnaan yang
diinduksi tetrasiklin dilaporkan pada orang dewasa yang menggunakan terapi jangka panjang.12
Prevalensi keseluruhan pewarnaan yang diinduksi tetrasiklin telah dilaporkan menjadi 3-4% dan
3- 6% untuk minocycline. 8,13 Reaksi obat yang merugikan ini jelas dapat menimbulkan
kekhawatiran psikologis dan estetika bagi pasien dan harus dipertimbangkan

8. Bagaimana tata laksana perawatan pada kasus di atas (intan)

PENATALAKSANAAN PERSISTENSI

(jurnal unimus)

Penatalaksanaan pada persistensi gigi sulung didahului dengan

pemeriksaan subyektif berupa anamnesa dan pemeriksaan obyektif

yang terdiri dari pemeriksaan ekstraoral dan intraoral. Setelah dilakukan

pemeriksaan subyektif dan pemeriksaan obyektif, dilakukan penegakan

diagnosa

Menurut Protocol for Clinical Pediatric Dentistry (1996), persistensi

gigi sulung memiliki klasifikasi terapi ICD 9 CM yang terdiri dari:

1. 89.31 Dental examination

2. 23.01 Extraction of deciduous tooth

3. 23.11 Removal of residual root

Pada prosedur tindakan kedokteran gigi, setelah dilakukan

ekstraksi pada gigi sulung dilakukan observasi terhadap susunan gigi

permanen pada lengkung gigi selama 3 bulan pasca ekstraksi. Apabila

terlihat adanya gejala maloklusi, prosedur dilanjutkan dengan melakukan perawatan interseptif
ortodontik untuk mencegah maloklusi bertambah parah.

Tata laksana kasus

- Persistensi : ekstraksi gigi desidui (pada kasus ini gigi 71 dan 81)

- Diskolorisasi gigi permanen :

Dapat dilakukan perawatan pencegahan/ preventif sambil menunggu gigi erupsi


sempurna menggunakan Topical aplikasi Fluor. Setelah gigi erupsi sempurna

dapat dilakukan : veneer, mahkota jaket.

Apabila diskolorisasi terjadi pada gigi desidui, selain perawatan pencegahan

karies dengan Topical aplikasi Fluor, untuk gigi anterior dapat dilakukan

perawatan menggunakan PCC (Polycarbonat Crown), acrylic crown, tumpatan

composite atau glass ionomer menggunakan celuloid crown. Sedangkan untuk

gigi posterior dapat menggunakan SSC (Stainless Steel Crown)

9. pencegahan pada kasus? (Qin)

Pencegahan persistensi

1.orang tua memang berperan penting untuk mencegah maupun menangani persistensi.

2.Orang tua harus memahami usia pertumbuhan gigi anak sehingga dapat mendeteksi dini jika
ditemukan adanya persistensi.

3., kontrol enam bulan sekali ke dokter gigi jelas diperlukan.

4. Di perhatikan asupan nutrisi dan Status gizi pada anak

5. pertimbangan untuk melakukan pencabutan terhadap sisa akar gigi yang persistensi perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya kelainan patologis di kemudian hari

Pencegahan diskolorisasi

PERAWATAN / PENGOBATAN DISKOLORASI

Diskolorasi Ekstrinsik

1. Menyikat gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung bahan pembersih dan polishing
yang tinggi, atau yang mengandung agen chelation spt sodium sitrat, asam sitrat, enzim
proteolitik

2. Mengurangi konsumsi makanan dan minuman spt the dan kopi, serta menyikat gigi setelah
mengonsumsi makanan dan minuman

3. Pekerja yang bekerja di pabrik industry kimia sebainya selalu menggunakan masker

4. Mikroabrasi Enamel spt menggunakan asam hiroklorik dan abrasi pumice

5. Teknik home bleaching


Diskolorasi Intrinsik

1. Mikroabrasi Enamel, menggunakan bur finishing komposit / bur diamond dan diikuti
polishing dengan abrasive rubber point

2. Etsa dan Microcutting, menggunakan 35% asam fosfat yang di etsakan pada enamel selama
30 detik dan kemudian menggunakan bur finishing komposit. Selanjutnya penghalusan dengan
pumice dengan water slurry

3. Kombinasi Mikroabrasi & Makroabrasi Enamel

4. Teknik Bleaching (Vital dan Non-Vital Bleaching) 5. Resin Komposit atau Modifikasi Resin
Gelas Ionomer

Teknik Pemutihan Gigi Internal (Non-vital)

Berkaitan dengan perawatan saluran akar. Teknik ini memiliki efek yang tahan lama untuk
waktu yang tidak terbatas. Terdiri atas:

1. Teknik Termokatalitik Teknik ini melibatkan pelekatan bahan oksidator di dalam kamar pulpa
dan penggunaan panas. Panas ini yang diperoleh dari lampu, alat yang dipanaskan atau
pemanas listrik untuk memutihkan gigi. Aplikasi panas selama pemutihan tidak diindikasikan
untuk pemutihan secara internal, karena kemungkinan terjadi resorpsi eksternal dari akar ke
servikal akibat iritasi pada sementum dan ligament periodontal.

2. Teknik Foto Oksidasi Ultraviolet Lampu ultraviolet diletekkan pada permukaan labial gigi
yang akan diputihkan. Cairan hidrogen peroksida 30% sampai 35% diletakkan pada kamar pulpa
dengan butiran kapas, lalu disinari lampu ultraviolet selama 2 menit. Hal ini akan
mengakibatkan pelepasan oksigen sama seperti pemutihan dengan teknik termokatalik.

3. Walking Bleach Walking bleach sama efektifnya dengan teknik sebelumnya, melainkan juga
lebih aman dan memerlukan waktu yang paling sedikit

Teknik Pemutihan Gigi Eksternal (Vital)

Teknik pemutihan eksternal merupakan aplikasi oksidator pada permukaan email dari gigi
dengan pulpa vital. Hasilnya lebih tidak meyakinkan dan melibatkan lebih banyak variabel
daripada pemutihan internal. Bahan pemutih pada kasus perubahan warna di dentin akan
berpeluang sedikit untuk mencapai daerah yang berubah warna menjadi lebih putih disbanding
enamel. Faktor yang paling menentukan adalah lokasi dan sifat perubahan warnanya.
Perubahan warna ekstrinsik efek superfisial dangan kondisi hipoplasia email disertai porositas,
keadaan yang paling jelek dan paling sering fluorosis endemik, dapat diputihkan secara
eksternal. Keberhasilan pemutihan ini, lebih bergantung pada di dalam email ketimbang pada
warna dari perubahan warna itu sendiri. Terdiri atas:
1. Teknik Pumice Asam Merupakan suatu teknik dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis
email yang berubah warna dan bukan teknik pemutihan murni (oksidasi). Bahan yang
digunakan yaitu cairan asam hidroklorik 36% dicampur air untuk mendapatkan asam hidroklorik
18% dan penambahan bubuk pumis untuk membentuk pasta padat. Natrium bikarbonat dan air
dicampur sampai berbentuk pasta padat, yang nantinya akan dipakai untuk mentralisasi asam

2. Teknik McInnes Teknik ini menggunakan larutan yang terdiri dari 5 bagian hidrogen
peroksida 30%, 5 bagian asam hidroklorit 36%, dan 1 bagian dietil eter. Larutan ini diaplikasikan
langsung pada bagian yang berubah warna satu sampai dua menit dengan aplikator kapas.

3. Mouthguard Bleaching, Merupakan teknik yang umumnya digunakan untuk perubahan


warna ringan dan pada dasarnya dianjurkan untuk teknik pemutihan yang bisa dilakukan sendiri
oleh pasien (home bleaching technique). Banyak zat pemutih yang bias dipakai, baik untuk
pemutihan sendiri maupun yang dilakukan oleh dokter gigi. Sebagian besar tersusun atas H2O2
1,5-10% atau karbamid peroksida 10-15% yang secara perlahan akan terdegradasi untuk
melepas hidrogen peroksida. Produk produk karbamid peroksida merupakan material yang
biasa digunakan meskipun karbamid peroksida 20% dan hidrogen peroksida 7,5% terbukti
sama-sama efektif.

10. Bagaimana cara diagnosis kasus?(nio)

Pemeriksaan

PREVALENSI DISKOLORISASI GIGI PADA ANAK PRASEKOLAH DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI UNHAS

2.3 Pengukuran Diskolorisasi

2.3.1 Metode Subjektif

Pengidentifikasian warna gigi dengan metode subjektif adalah cara yang paling tradisional, yaitu
dilakukan secara visual dengan menggunakan shade guide. VITAPAN Classical shade guide
dengan 16 tab warna gigi telah dihasilkan pada tahun 1956 untuk membantu dokter gigi dalam
pengidentifikasian warna gigi dengan lebih akurat sehingga hari ini, shade guide merupakan alat
pengukuran warna gigi yang sangat popular dan digunakan oleh kebanyakan dokter gigi di
seluruh dunia.

Adapun beberapa variasi shade guide seperti VITA Linearguide 3DMaster, VITA Toothguide 3D-
Master, dan VITA Bleachedguide 3D-Master. VITA Bleachedguide 3D-Master merupakan shade
guide yang didesain khusus untuk mengevaluasi warna gigi yang telah dibleaching, dimana
shade guide ini mempunyai cakupan warna yang lebih baik dan lebih mengutamakan
parameter kecerahan atau value.

Menurut Westland et al terdapat beberapa kekurangan dalam penggunaan metode subjektif


ini. Pertama, warna yang tersedia pada shade guide tidak adekuat untuk pengidentifikasian
warna gigi asli yang bervariasi. Kekurangan yang kedua adalah kurangnya konsistensi antara
dokter gigi dalam penentuan warna gigi. Hal ini karena setiap individu mempunyai persepsi
warna yang berbeda. Selain itu, Penilaian warna gigi secara visual juga dipengaruhi oleh banyak
faktor luar seperti warna dinding di sekeliling pasien, warna pakaian pasien, pencahayaan di
praktek, dan kelelahan operator.

2.3.2 Metode Objektif

Metode ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan dari metode penilaian warna secara
visual. Metode pengukuran warna secara objektif memberi hasil yang lebih akurat dan spesifik
berbanding metode subjektif. Alat pengukuran warna secara objektif antara lain,
spektrofotometer warna, kolorimeter, dan kamera digital.

1. Spektrofotometer warna

Spektrofotometer merupakan salah satu alat untuk mengukur warna gigi secara objektif. Alat
ini memberi hasil berdasarkan data spektral cahaya L*, a*, dan b* serta dapat mengukur tingkat
reflektans suatu obyek. Spektrofotometer merupakan instrument pengukuran warna yang
paling akurat dan fleksibel dalam bidang kedokteran gigi. Alat ini mampu mengukur jumlah
cahaya yang dipantulkan dari obyek pada interval 1-25nm dalam spektrum visibel. Sebuah
spektrofotometer mengukur jumlah hue dan juga nilai value atau kecerahan suatu obyek.
Selain itu, jumlah cahaya yang dipantulkan dari obyek tersebut juga direkam oleh alat ini.

2. Kolorimeter

Kolorimeter adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur warna gigi. Alat ini
merekam cahaya merah, hijau, dan biru pada spektrum visibel. Kolorimeter tidak mengukur
nilai reflektans warna dan hasilnya kurang akurat dibanding spektrofotometer.

3. Kamera digital

Kamera digital boleh digunakan untuk mengukur tingkat warna atau nilai kecerahan gigi. Alat ini
mengaplikasikan sistem warna RGB, yaitu dengan merekam warna merah, hijau, dan biru suatu
obyek. Pengukuran warna gigi dengan metode ini memerlukan suasana dan pencahayaan yang
terkalibrasi untuk mengelakkan bias. Seluruh permukaan gigi difoto, kemudian dianalisa
warnanya di komputer dengan software pengukur warna yang biasanya berdasarkan sistem
CIELab. Kamera digital sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur warna gigi karena
dapat mengetahui distribusi warna pada seluruh permukaan gigi dan pernggunaanya lebih
mudah disbanding spektrofotometer dan kolorimeter. Selain itu, metode ini juga tidak
memerlukan biaya yang tinggi.

11.klasifikaasi (afanin)

12.gambaran klinis pada kasus (febi)

PENGERTIAN

ETIOLOGI

DAMPAK

Persistensi gigi dapat menyebabkan maloklusi

dan permasalahan orthodontik lainnya yang memerlukan waktu dan biaya cukup

besar untuk perbaikannya (Millet dan Welbury, 2010). Maloklusi yang disebabkan

dapat berupa kelainan posisi gigi, hubungannya dengan lengkung gigi, posisi dan

pertumbuhan rahang menjadi tidak normal yang mengakibatkan wajah menjadi

terlihat tidak harmonis. (jurnal fkg andalas)

(Jurnal unimus)

Gigi persistensi yang tidak dicabut akan menyebabkan kelainan

pada susunan gigi permanen yang tumbuh, yaitu maloklusi (Proffit,

2013). Maloklusi merupakan penyimpangan letak gigi dari lengkung


gigi yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Maloklusi juga dapat

dikatakan sebagai keadaan yang menyimpang dari oklusi normal berupa

ketidakteraturan gigi geligi seperti gigi berjejal, gigi protrusif,

malposisi, ketidakharmonisan antara gigi dengan gigi antagonisnya

Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan relasi antero-

posterior dari gigi molar atas dan bawah. Klasifikasi tersebut antara lain

1. Maloklusi kelas 1
2. Maloklusi kelas 2
3. Maloklusi kelas 3

Crossbite anterior merupakan salah satu crossbite jenis dental,

yaitu crossbite yang ditandai dengan satu atau lebih gigi anterior rahang

atas mengalami linguoversi sehingga berada pada posisi dibelakang gigi

anterior rahang bawah saat oklusi sentrik. Dampak yang diakibatkan

dari crossbite anterior antara lain


EPIDEMOLOGI

(Jurnal andalas)

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2018 menunjukkan persentase masalah gigi dan mulut sebesar 57,6 %. Hasil

ini meningkat dari hasil Riskesdas tahun 2013 dengan persentase sebesar 25,9%.

Masalah kesehatan gigi dan mulut di Sumatera Barat pada tahun 2013-2018 juga

mengalami peningkatan dari 22,2% menjadi 58,5% (BPPK, 2018).

Laporan jenis penyakit dan kelainan gigi tahun 2018 di Kota Padang

menunjukkan kategori gangguan perkembangan dan erupsi berada di posisi kedua

sebanyak 8897 laporan. Puskemas Andalas memiliki laporan terbanyak sebesar 806

buah dengan kasus persistensi gigi menjadi permasalahan utama pada kategori ini

(DKK, 2019). Hasil persentase angka kejadian persistensi di Puskesmas Ambulu

dan Gumukmas mencapai 88,9% (Yani, 2016). Penelitian di Puskesmas Paniki

Bawah Kota Manado juga menunjukkan bahwa persitensi gigi sulung termasuk ke

dalam tiga besar penyebab pencabutan gigi


http://eprints.undip.ac.id/44853/3/Nur_Kholisa_M_A_22010110120061_BabIIKTI.pdf

Definisi diskolorasi gigi

2.1.2 Etiologi diskolorasi gigi

Anda mungkin juga menyukai