Anda di halaman 1dari 31

TUGAS DISKUSI DEPARTEMEN KONSERVASI GIGI

WRAP UP
BLEACHING

Oleh:
ANNISA SUTARMAN (1112016005)
AULIA RIZKY NOER HIKMA (1112017007)
SHERYNA SALSABILLA (1112017052)
SUCI RAMADHANI (1112016049)
SYLVI FAUZIAH (1112016050)

Pembimbing:
Hesti Witasari Jos Erry, drg., Sp.KG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2021
SASARAN BELAJAR
LO 1. Memahami dan menjelaskan bleaching gigi
1.1. Definisi Diskolorisasi
1.2. Etiologi Diskolorisasi gigi
1.3. Klasifikasi Bleaching gigi
1.4. Indikasi dan Kontraindikasi
1.5. Bahan-bahan bleaching (Mekanisme, keunggulan, dan kekurangan)
1.6. Tata laksana bleaching
1.7. Evaluasi keberhasilan
1.8. Efek Samping Bleaching

2 | Universitas YARSI
TINJAUAN PUSTAKA
LO 1. Memahami dan Menjelaskan bleaching
Diskolorasi gigi
1.1 Definisi
Diskolorasi secara umum diartikan sebagai perubahan warna pada gigi.
Diskolorasi pada enamel gigi dapat disebabkan oleh proses penodaan
(staining), penuaan (aging), dan bahan-bahan kimia. Diskolorasi adalah suatu
keadaan dimana warna gigi mengalami perubahan karena berbagai faktor
penyebab baik bersifat fisiologik dan patologik atau eksogenus dan endogenus
(Grossman et al, 1995). Penyebab diskolorasi gigi yang dapat melekat pada
pelikel email muncul ketika beberapa macam agen seperti bakteri, makanan
dan minuman seperti teh, kopi, anggur merah, tembakau serta obat obatan
yang dapat membuat noda ekstrinsik, dan perubahan struktur secara internal
yaitu dengan cara akumulasi agen aktif pada dentin dan struktur email
(Brenna, 2011).

1.2 Etiologi diskolorasi gigi


Beberapa penyebab diskolorasi gigi menurut Dale dan Aschheim (2001)
yaitu:
 Obat tetrasiklin
Tetrasiklin adalah salah satu grup antibiotik berspektrum luas yang
dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi warna kuning,
kuning-coklat, coklat, abu atau biru. Hal ini terjadi karna gigi
mengalami gangguan perkembangan pada tahap mineralisasi, tidak
hanya di email tetrasiklin juga terdeposit dan berakumulasi di dentin.
 Fluorosis
Florosis disebabkan karna adanya kandungan floride yang berlebihan
selama pembentukan matriks email dan kalsifikasi. Bentuk noda atau

3 | Universitas YARSI
stain biasanya bilateral dan memberikan efek pada banyak gigi di setiap
sisi rahang. Fluorosis dicirikan sebagai corak putih ringan dan
berselang, pucat atau opak, kuning atau noda coklat tergantung derajat
variasinya.
 Trauma dan nekrosis gigi
Trauma dan nekrosis gigi termasuk dalam perubahan warna intrinsik
yang dihasilkan dari deposit produk penyebab perdarahan ke dalam
tubulus dentinalis setelah trauma pada pulpa atau nekrosis. Penampakan
dari perubahan ini menghasilkan warna merah, kuning, kuning-coklat,
coklat, abu, atau hitam.
 Setelah perawatan endodontik
Noda atau stain yang muncul setelah perawatan endodontik bisa
disebabkan karna perdarahan berlebihan selama pengambilan pulpa atau
dekomposisi jaringan pulpa diikuti ekstirpasi yang tidak lengkap.
Perubahan dari pulpa itu sendiri dapat muncul sebagai warna merah,
kuning, kuning-coklat, coklat, abu atau hitam.
 Trauma pre-erupsi
Pada area terjadinya trauma gigi desidui, darah dapat merembas atau
meresap pada email yang sedang berkembang selama tahap kalsifikasi.
Perubahan warna gigi yang terjadi adalah putih atau kuning-coklat.
 Noda dari amalgam perak
Perubahan warna gigi yang disebabkan oleh restorasi amalgam perak
mengakibatkan warna gigi menjadi abu atau hitam dan amalgam
tembaga yang menghasilan noda hitam kebiru-biruan sampai hitam.
 Penyebab diskolorasi lainnya
Amelogenesis imperfekta akan menghasilkan perubahan warna menjadi
kuning atau noda coklat. Dentinogenesis imperfekta 11 dapat
menyebabkan perubahan warna ungu kecoklatan, kekuningan, atau abu-

4 | Universitas YARSI
abu. Penyakit sistemik juga dapat menyebabkan diskolorasi seperti
hepatitis.

1.3 Klasifikasi
Menurut Grossman (1995):
1) Diskolorasi Ekstrinsik
Diskolorasi ekstrinsik yang bersifat lokal ini ditemukan pada permukaan
luar gigi. Beberapa penyebab dari diskolorasi ekstrinsik adalah noda
tembakau, teh yang dapat melekat pada pelikel email dan bergabung
melalui lapisan permukaan. Diskolorasi ekstrinsik ini dapat dihilangkan
dengan skaling dan pemolesan pada gigi.

2) Diskolorasi Intrinsik
Diskolorasi intrinsik disebabkan karna akumulasi atau penumpukan
suatu agen aktif yang menghasilkan noda pada gigi yang terdapat di
dalam email dan dentin. Penyebab diskolorasi intrinsik membuat email
menjadi translusensi karna stain sudah masuk ke dalam dentin.
Penyebab lain pada gigi nonvital, misalnya trauma selama ekstirpasi
pulpa, material restorasi gigi, dan material perawatan saluran akar.
Dentinogenesis imperfekta dan amelogenesis imperfekta yang terjadi
pada periode perkembangan gigi menjadi salah satu penyebab
diskolorasi intrinsik dan tidak dapat dihilangkan prosedur perawatan
pemutihan biasa karna kerusakan terjadi dalam email dan dentin.

Bleaching
Pemutihan gigi (bleaching) merupakan suatu prosedur pemutihan gigi yang
sudah berubah warna mendekati warna asli dari gigi secara kimiawi yang
bertujuan untuk mengembalikan estetika gigi seseorang (Fauziah et al, 2012).
Metode bleaching terbagi menjadi 2, yaitu :

5 | Universitas YARSI
1. Bleaching yang dilakukan di klinik gigi (in office bleaching)
Bahan aktif yang biasa dipakai adalah karbamid peroksida atau
hidrogen peroksida (30-35%). Bahan tersebut bersifat keras sehingga
dibutuhkan adanya pelindung mata atau diperlukan kehati-hatian
dalam penggunaannya.

2. Bleaching yang dilakukan di rumah (home bleaching)


Bahan yang sering digunakan adalah gel carbamide peroxide 10-15%
dan splin lunak. Bahan ini dapat dipakai selama beberapa jam,
misalnya 8 jam setiap hari dalam beberapa minggu (biasanya 2
minggu). Metode ini adalah metode yang lebih disukai dibandingkan
dengan metode yang lain.

1.4 Indikasi dan kontraindikasi


Indikasi:
 Stain general
 Penuaan
 Merokok dan stain makanan seperti teh dan kopi
 Fluorosis
 Staining dari tetrasiklin
 Perubahan pulpa traumatis
Selain pewarnaan tetrasiklin, ada banyak laporan tentang gigi
dewasa yang diwarnai oleh minocycline yang digunakan untuk mengobati
jerawat. Remaja yang meresepkan obat ini mungkin melihat gigi mereka
berubah menjadi warna abu-abu karena obat tersebut diletakkan di dentin
sekunder dan disekresikan kembali dalam air liur untuk membasahi
permukaan luar gigi. Pewarnaan tetrasiklin yang sangat parah mungkin
tidak dapat dilakukan dengan bleaching saja dan perawatan kombinasi

6 | Universitas YARSI
seperti bleaching dan pelapis dapat dipertimbangkan. Bleaching
sebelumnya mengurangi jumlah substansi gigi yang dibuang dalam
persiapan veneer yang seharusnya diperlukan untuk menutupi stain dan
memungkinkan penumpukan porselen. Fluorosis dengan banyak bintik
dengan warna berbeda mungkin memerlukan kombinasi bleaching dan
mikroabrasi menggunakan asam klorida dan abrasif / poles (Sulieman,
2004).
Kontraindikasi
 Pasien dengan harapan tinggi
 Kerusakan dan lesi periapikal
 Kehamilan
 Sensitivitas, retak dan dentin terbuka
 Mahkota yang ada atau restorasi berukuran besar di zona senyum;
 Penderita lansia dengan resesi terlihat dan akar kuning
Kontraindikasi yang paling penting untuk bleaching adalah pasien
dengan harapan yang sangat tinggi yang tidak akan pernah puas setelah
bleaching dan untuk siapa bentuk pengobatan lain harus
dipertimbangkan. Mahkota atau restorasi yang ada yang perlu diganti
setelah bleaching dapat dianggap sebagai kontra-indikasi bagi pasien
yang tidak menginginkan atau tidak mampu menanggung beban keuangan
tambahan ini.
Tidak selalu perlu mengganti komposit setelah bleaching karena
beberapa jenis komposit menampilkan efek bunglon, mengambil naungan
gigi di sekitarnya, menyatu dengan baik jika tidak cukup sempurna.
Kontraindikasi lain yang disebutkan di atas dapat diperbaiki sebelum
memulai perawatan bleaching.
Misalnya dalam kasus decay setelah pengangkatan kerusakan dan
dressing gigi dengan glass ionomer cement, bleaching dapat dilakukan

7 | Universitas YARSI
dan restorasi definitif akhir dilakukan sekitar 2 minggu kemudian untuk
memungkinkan pembuangan sisa oksigen yang dapat menghambat ikatan
komposit ke email/dentin. Begitu pula dengan lesi apikal harus dirawat
dan pengisian saluran akar ditutup secara efektif menggunakan bahan
GIC sebelum bleaching.
Pasien yang sensitif dapat menggunakan gel desensitisasi fluoride
pada gigi dalam bleaching tray selama beberapa minggu sebelum proses
bleaching. Pasien lansia dengan akar kuning yang surut menunjukkan
masalah bahwa akar tidak mudah memutih dibandingkan dengan
mahkota, meninggalkan ketidakcocokan yang jelas membutuhkan
kedokteran gigi restoratif untuk memperbaikinya. Jika pasien mengetahui
hal ini dan bersedia menjalani pekerjaan restoratif untuk mengatasi
masalah ini, maka tidak dapat dianggap sebagai kontra indikasi
(Sulieman, 2004).

Tabel 1. Perubahan warna gigi dan penyebabnya (Meizarini & Rianti, 2005).

1.5 Bahan-bahan bleaching (Mekanisme, keunggulan, dan kekurangan)

8 | Universitas YARSI
Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor,
kebanyakan preparat yang tersedia adalah oksidator. Macam-macam
bahan-bahan pemutih gigi adalah sebagai berikut (Grossman, 1998):
1. Hidrogen peroksida
Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan tersedia dalam
berbagai konsentrasi, yang paling umum di pakai adalah konsentrasi
30-35 %. Contoh larutan hidrogen peroksida adalah superoxol,
perhidrol. Cairan ini merupakan cairan bening tidak berwarna dan
tidak berbau (Grossman, 1998).
Keunggulan dari Hidrogen peroksida (Meizarini & Rianti, 2005):
 Proses pemutihan gigi dengan hidrogen peroksida sangat mudah
dan dapat melakukannya sendiri di rumah.
 Hidrogen peroksida adalah reagen yang lebih ringan daripada
hipoklorit dan efek degradasi pemutihan peroksida pada selulosa
kurang terpengaruh dibandingkan dengan kasus hipoklorit.
 Dengan hidrogen peroksida, tidak ada bahaya korosi peralatan,
tidak ada bau tidak sedap, dan tidak ada batasan teknik pemrosesan.
Kekurangannya
 Hidrogen peroksida tidak boleh digunakan berulang kali. Sama
seperti produk kimia lainnya, ia juga memiliki kelemahan tertentu.
Bahan kimia ini memiliki sifat reaktif yang tinggi dan jika
digunakan secara ekstensif dapat membuat gigi lebih sensitif yang
mana tidak terlalu baik karena faktor ini, akan terus menerus
mengalami iritasi pada gigi dan gingiva yang akan sangat
mempengaruhi kesehatan mulut.
 Kerugian lain yang terkait dengan zat pemutih ini adalah dapat
membuat gigi terlihat buatan

9 | Universitas YARSI
 Sifatnya yang reaktif tinggi dapat membuat gigi menjadi mudah
keropos.
Mekanisme hidrogen peroksida
Penembusan ini terjadi karena berat molekul hidrogen peroksida yang
rendah dan mempunyai kemampuan denaturasi protein sehingga dapat
meningkatkan gerakan ion-ion melalui gigi.Menurut beberapa peneliti,
terjadinya pemutihan gigi ini disebabkan oleh adanya reaksi oksidasi.
Stain yang ada di email dan dentin akan dioksidasi oleh hidrogen
peroksida yang bersifat sebagai oksidator kuat. Bahan oksidator ini
mempunyai kemampuan untuk merusak molekul-molekul zat warna,
melalui reaksinya dengan oksigen bebas yang dilepaskan, sehingga
warna menjadi netral dan menyebabkan terjadinya efek bleaching.
Hidrogen peroksida merupakan suatu bahan yang dapat menghasilkan
radikal bebas yang sangat reaktif. Pada proses bleaching gigi, hidrogen
peroksida berdifusi melalui matriks organik email dan dentin. Radikal
bebas bermuatan merupaka radikal yang tidak stabil dan akan bereaksi
dengan molekul organik atau radikal bebas lainnya terutama molekul-
molekul zat warna di dalam gigi setelah zat warna dirusak sehingga
terjadi efek pemutihan (Feinman, 1987).
Hidrogen peroksida melepaskan per ion hidroksil (HO2-) dalam
media berair dan secara kimiawi berperilaku seperti asam dasar lemah.
Per-hidroksil sangat tidak stabil dan dengan adanya zat yang dapat
teroksidasi (kotoran berwarna pada kapas), ia terurai dan dengan
demikian terjadi aksi bleaching. Natrium hidroksida mengaktifkan
hidrogen peroksida karena ion H dinetralkan oleh alkali yang
menguntungkan untuk pembebasan O (Abdul & Narendrea, 2013).

10 | Universitas YARSI
Gambar 3. Rantai kimia hidrogen peroksida
Sumber: (Abdul & Narendrea, 2013)

Namun, pada pH yang lebih tinggi (di atas 10,8) pelepasan ion HO2-
sangat cepat sehingga menjadi tidak stabil dengan pembentukan gas
oksigen yang tidak memiliki sifat bleaching (Abdul & Narendrea,
2013).

2. Karbamid peroksida
Karbamid peroksida (CH6N2O3) dikenal sebagai urea hidrogen
peroksida, dapat diperoleh dalam berbagai konsentrasi antara 3-15 %.
Umumnya preparat ini mempunyai pH5-6,5% dan mengandung kira-
kira 10 % karbamid peroksida, biasanya mengandung gliserin atau
propilen glikol, natrium stannat, asam fosfat atau asam sitrat dan
aroma (Grossman, 1998).
Keunggulan karbamid peroksida
 Tidak menyebabkan terjadinya masalah kelainan jaringan lunak
secara bermakna (Meizarini & Rianti, 2005).
 Karbamid peroksida mempunyai efek terhadap penurunan
kekerasan email yang lebih sedikit dibanding hidrogen peroksida
pada konsentrasi yang sama (Ginting & Morgan, 2015).
 Home bleaching biasanya menggunakan karbamid peroksida
dengan konsentrasi rendah antara 10%-15%. American Dental
Association (ADA) telah menyetujui pemakaian bahan bleaching
karbamid peroksida pada konsentrasi tersebut karena aman dalam
penggunaannya (Gunawan, 2003)
Kekurangan karbamid peroksida

11 | Universitas YARSI
 Konsentrasi yang lebih rendah memerlukan waktu yang lebih lama
untuk memutihkan gigi, tetapi hasil akhir pemutihan gigi sama
sesudah 6 minggu (Meizarini & Rianti, 2005).
 Sensitivitas dentin dan iritasi gingiva yang disebabkan oleh radikal
bebas H + yang tidak stabil dan reaktif serta pH rendah dari
penggunaan yang berkepanjangan
 pemakaian carbamide peroxide 10% dan 15% yaitu iritasi jaringan
lunak, rasa terbakar pada jaringan lunak mulut dan menimbulkan
kekasaran pada permukaan gigi.
 Penurunan kekerasan email gigi akibat dari hilangnya beberapa
mineral penyusun email (Ginting & Morgan, 2015).
Mekanisme karbamid peroksida
Reaksi kimia carbamide peroxide didasarkan pada kemampuannya
untuk melepaskan radikal-radilak bebas yang bersifat sangat reaktif.
Pada saat berkontak dengan jaringan gigi, carbamide peroxide
(CH6N2O3) akan terurai menjadi hydrogen peroxide (H2O2) dan urea
(CO(NH2)2. Hydrogen peroxide kemudian mengalami degradasi
menjadi oksigen radikal bebas dan air. Oksigen radikal bebas akan
bereaksi dengan hidroksi apatit gigi menghasilkan kalsium oksida
sehingga gigi terlihat lebih putih. Urea yang akan terurai menjadi
amonia dan karbondioksida.

Gambar 4. Rantai dekomposisi kimia karbamid peroksida


Sumber: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Carbamide-
peroxide#section=2D-Structure

12 | Universitas YARSI
Bahan-bahan pendukung lainnya (Grossman, 1998):
1. Pirozon
Pirozon adalah larutan hidrogen peroksida 25 % dalam eter 75 %.
Larutan ini bersifat kaustik, mudah menguap juga baunya merangsang
menyebabkan rasa mual pada pasien.
2. Natrium perborat
Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan yang
masih baru mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen.
Bahan ini bersifat alkali,lebih mudah dikontrol dan lebih aman
daripada cairan hidrogen pekat.
3. Larutan Mc. Innes
Larutan ini terdiri atas 5 bagian asam klorida 36 %, 5 bagian hidrogen
peroksida 30 % dan 1 bagian eter, biasanya digunakan untuk
menghilangkan noda pada kasus fluorosis.
4. Sodium perborat
Sodium perborat adalah powder kering. Dalam sediaan kering sodium
perborat bersifat stabil, tetapi ketika dicampur dengan air, dalam
lingkungan asam atau udara hangat sodium perborat berubah menjadi
hidrogen peroksida dan nascent oksigen. Bahan ini lebih aman dan
mudah dikontrol daripada hidrogen peroksida 35%. Banyaknya jumlah
kandungan oksigen memengaruhi kemanjuran bleaching. Sodium
perborat berfungsi sebagai sumber oksigen aktif dalam detergen,
pembersih gigi tiruan dan formula pemutih gigi. Senyawa ini
digunakan sebagai agen untuk menghilangkan noda dan memberikan
aksi bleaching pada gigi tiruan. Sodium perborat memiliki sifat
antiseptik dan dapat bertindak sebagai desinfektan (Ingle dan
Backland, 2002).
5. Natrium peroksiborat monohidrat

13 | Universitas YARSI
Contoh bahan ini adalah amosan, yang melepaskan oksigen lebih
banyak daripada natrium perborat, diindikasikan untuk pemutihan gigi
secara internal

1.6 Tata laksana bleaching


Bleaching gigi vital
Perawatan bleaching pada gigi vital secara professional dapat dilakukan,
di rumah dengan supervisi oleh dokter gigi (home bleaching), dan di
klinik (in office bleaching) maupun kombinasi keduanya. Metode home
bleaching atau in office bleaching yang keduanya merupakan prosedur
bleaching eksternal.4 Bahan yang paling banyak digunakan adalah
karbamid peroksida dan hidrogen peroksida. In office bleaching
dilakukan dengan menggunakan bahan hidrogen peroksida berkonsentrasi
tinggi antara 15-40%. Home bleaching dapat menggunakan karbamid
peroksida dengan konsentrasi 10-15 %.
1. In office bleaching
Perawatan in office bleaching menggunakan hidrogen peroksida
dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan efek samping berupa
hipersensitivitas dentin, luka bakar pada gingiva, mual. Efek samping
yang sering timbul adalah hipersensitivitas dentin. Untuk mengurangi
resiko terjadinya hipersensitivitas dentin akhir-akhir ini diperkenalkan
bahan desensitisasi yaitu casein phospopeptide-amorphous Calcium

14 | Universitas YARSI
Phosphate (CPP-ACP). CPP-ACP merupakan bahan bioaktif turunan
susu untuk remineralisasi email.
 Kunjungan 1
Dilakukan pemeriksaan subyektif, obyektif, foto klinis dan
penegakkan diagnosis, penandatanganan informed consent,
kemudian dilakukan skelling untuk meningkatkan status
kebersihan mulut pasien. Pasien dianjurkan menjaga kebersihan
mulutnya di rumah (home care).

Gambar 1 Foto klinis keadaan awal kondisi gigi pasien


 Kunjungan 2
Persiapan perawatan dilakukan dengan pencocokan warna gigi
awal sebelum dilakukan perawatan bleaching. Didapat warna gigi
awal (A3, shade guide vita classical) dan rencana warna yang akan
dicapai (A1, shade guide vita classical) (gambar 3, a dan b).

Gambar 2 Shade guide

15 | Universitas YARSI
(a) (b)
Gambar 3 (a) Warna awal A3, (b) Warna tujuan awal A1
Prosedur perawatan dimulai dengan pemasangan cheek
retractor dan pembersihan gigi dengan brush untuk
menghilangkan plak. Selanjutnya, gigi dikeringkan dan diisolasi.
Teknik In office bleaching pada kasus ini menggunakanya
Opalescence Boost 40%, (Ultradent product,inc.) dengan petunjuk
pemakaian mengikuti instruksi pabrik.

16 | Universitas YARSI
Gambar 4 Dilakukan pembersihan gigi dengan brush
Dipasang isoblock untuk menahan gigi-gigi rahang atas dan
bawah agar tidak berkontak dan mencegah lidah bergerak kearah
anterior dan lateral. Gingiva dilindungi dengan menggunakan soft
dam (opal dam). Opal dam dalam kemasan yang berbentuk
syringe diaplikasikan pada margin gingiva dimulai dan pada
bagian distal gigi premolar dua kiri RA hingga distal premolar
kanan RA, selanjutnya pada distal gigi premolar dua kanan RB
hingga distal premolar dua kiri RB dan sedikit overlap sekitar
0,5mm kearah email. Aplikasi opal dam ini hingga terbentuk
barier gingiva setinggi 4-6 mm dan ketebalan 1,5-2 mm.
Dilakukan penyinaran dengan menggunakan LED dengan
meggunakan gerakan scanning untuk mengeraskan opaldam
(gambar 5).
Tahap selanjutnya adalah manipulasi bahan bleaching hidrogen
peroksida 40% pada syringe merah dan natrium florida serta
potassium nitrat pada syringe transparan. Isi syringe merah
ditekan menuju ke syringe transparan dan begitu juga sebaliknya
dengan tekanan yang kuat dan cepat minimal 25 kali (12-13 kali
tiap sisinya). Setelah seluruh isi berada pada syringe merah,

17 | Universitas YARSI
pisahkan kedua syringe dan pasang tip aplikator pada syringe
merah (gambar 6).

Gambar 5 Gambar 6
Pembuatan Pencamburan
barrier gingiva bahan bleaching

Tahap selanjutnya adalah pengaplikasian bahan bleaching pada permukaan labial


gigi setebal 0,5-1 mm. Bahan bleaching dibiarkan selama 20 menit, dan
diperiksa secara periodik apakah ada daerah yang tipis dan membutuhkan
penambahan bahan (gambar 7). Bahan bleaching dibersihkan dengan
menggunakan
suction tanpa air setelah 20 menit dan barier gingiva dipertahankan. Dilakukan
evaluasi perubahan warna setelah aplikasi pertama, didapat warna A2 sehingga 5
prosedur aplikasi diulangi kembali. Setelah aplikasi yang kedua warna yang
diinginkan telah dicapai yaitu A1 (gambar 8). Bahan bleaching dibersihkan dengan

18 | Universitas YARSI
suction dan dibilas dengan air, dan pasien diinstruksikan untuk berkumur. Pasien
mengeluh adanya rasa nyeri pada saat berkumur pada regio kanan bawah.

Tahap selanjutnya dilakukan aplikasi CPP-ACP (GC Tooth Mousse, GC


Corporation.) selama 5 menit (gambar 9). CPP-ACP dibersihkan dan pasien
diminta
berkumur lagi, rasa nyeri yang dirasakan telah jauh berkurang. Pasien
diperbolehkan
pulang dengan membawa CPP-ACP dan pasta gigi dengan kandungan tinggi fluor
untuk diaplikasikan di rumah. Pasien diinstruksikan untuk menghindari makanan
danminuman berwarna serta merokok selama 48 jam setelah perawatan.

19 | Universitas YARSI
Gambar 7 Gambar 8
Aplikasi bahan Perubahan warna
bleaching menjadi A1

Gambar 9 Aplikasi CPP-ACP


 Kunjungan 3
Dilakukan evaluasi tentang kestabilan warna yang telah dicapai
dan diukur dengan shade guide vita lumiin vacuum didapat warna
A1. Pasien merasa puas, tidak terasa nyeri lagi bahkan diwaktu
minum dingin sekalipun. Pasien diperbolehkan pulang dan
disarankan untuk melakukan pemeriksaan ulang 6 bulan kedepan.
Gambar 10 menunjukkan perbaikan warna gigi setelah evaluasi 1
minggu pasca perawatan bleaching dengan membandingkan foto
klinis sebelum dan sesudah perawatan bleaching.

20 | Universitas YARSI
(a) (b)
Gambar 10 (a) Sebelum perawatan bleaching, (b)
Evaluasi 1 minggu pasca perawatan bleaching
2. Night Guard Vital Bleaching (NGVB)

Night Guard Vital Bleaching (NGVB) atau teknik


pemutihan yang dipantau oleh dokter gigi mungkin
merupakan teknik pemutihan yang paling banyak digunakan
karena relatif mudah digunakan, biaya rendah, keamanan dan
tingkat keberhasilan yang tinggi (diperkirakan 98% untuk gigi
bernoda nontetrasiklin dan 86% untuk gigi bernoda
tetrasiklin).2

Night Guard Vital Bleaching (NGVB) pada dasarnya


melibatkan penggunaan zat pemutih dengan konsentrasi rendah
(10-20% karbamid peroksida, yang sama dengan 3,5–6,5%

21 | Universitas YARSI
hidrogen peroksida). Secara umum, dianjurkan penggunaan
karbamid peroksida 10% 8 jam per hari, dan karbamid peroksida
15-20% digunakan 3–4 jam per hari. Perawatan ini dilakukan oleh
pasien sendiri, tetapi harus diawasi oleh dokter gigi selama
kunjungan recall.2

Indikasi pemakaian NGVB:2

 Karies

 Retak

 Resesi dan dentin terekspos

 Kerusakan developmental seperti white spots.

Gel pemutih dioleskan ke gigi melalui pelindung mulut yang


dibuat khusus dan dikenakan pada malam hari selama minimal 2
minggu. Teknik ini telah digunakan selama beberapa dekade dan
mungkin yang paling banyak digunakan.2

Gambar 11. Bleaching tray yang menunjukkan reservoir


bukal dan scalloping yang dihasilkan oleh penempatan material
spaser pada aspek bukal gigi pada model cor.2

Teknik di rumah ini menawarkan banyak keuntungan:


administrasi sendiri oleh pasien, lebih sedikit waktu duduk di

22 | Universitas YARSI
kursi, tingkat keamanan yang tinggi, efek samping yang lebih
sedikit, dan biaya rendah. Terlepas dari kenyataan bahwa pasien
dapat memutihkan dengan kecepatan mereka sendiri, teknik
pemutihan di rumah ini dengan berbagai konsentrasi bahan
pemutih dan regimen, telah menjadi standar emas yang digunakan
untuk menilai teknik lain. Namun, ini sama sekali tidak
merugikan, karena kepatuhan pasien yang aktif adalah wajib.
Selain itu, perubahan warna tergantung pada ketekunan
penggunaan, dan hasilnya terkadang kurang ideal, karena
beberapa pasien tidak ingat untuk memakai tray setiap hari.
Sebaliknya, penggunaan berlebihan oleh pasien yang terlalu
bersemangat juga mungkin terjadi, yang sering menyebabkan
sensitivitas termal, dilaporkan setinggi 67%.3

Konsentrasi hidrogen peroksida 35% direkomendasikan oleh


beberapa dokter untuk pemutihan gigi di kantor, diikuti dengan
pemutihan di rumah dengan gel yang mengandung 10%, 15%,
atau 20% karbamid peroksida. Zat pemutih dengan konsentrasi
lebih tinggi dapat menghasilkan lebih banyak radikal peroksida
untuk bleaching, menghasilkan proses pemutihan yang lebih
cepat. Namun, proses pemutihan yang cepat ini dapat
meningkatkan efek samping dari gigi sensitif, iritasi gingiva,
iritasi tenggorokan, dan mual.3

Gambar 12 Foto klinis sebelum perawatan2

23 | Universitas YARSI
Gambar 13 Foto klinis setelah perawatan2

Bleaching gigi non vital


Gigi yang sudah melewati perawatan endodontik dengan perubahan warna
intrinsik membutuhkan perawatan estetik untuk mendapatkan kembali
karakteristik warna kromatik yang mirip dengan gigi sebelahnya, terutama
dalam kasus pada gigi anterior atas. Gigi yang sudah nekrosis dan mengalami
trauma lebih sering mengalami pewarnaan gigi secara intrinsik. Prosedur
perawatan gigi untuk kasus pewarnaan gigi secara intrinsik dilakukan dengan
prosedur internal bleaching atau disebut juga teknik walking bleaching.
Contoh kasus:

Gambar 14 Gambaran radiogragis gigi 11

Diagnosis gigi 11 adalah gigi non vital paska perawatan saluran akar disertai
diskolorasi. Rencana perawatan yang akan dilakukan adalah internal

24 | Universitas YARSI
bleachingdengan teknik walking bleach dilanjutkan dengan penambalan kelas
I di palatinal menggunakan komposit secara direk.

- Kunjungan 1

Pada kunjungan pertama pasien diberikan penjelasan mengenai prosedur yang


akan dilakukan. Biaya perawatan, efek samping yang dapat terjadi,
kemungkinan hasil yang akan dicapai, kegagalan dan komplikasi tentang
penggunaan bahan bleachingdipahami oleh pasien dan kemudian dilakukan
penandatanganan informed consent.

Tahapan selanjutnya adalah pencatatan warna gigi sebelum dilakukan


perawatan. Gigi tersebut sebelumnya dibersihkan dengan menggunakan rotary
brush dan bubuk pumice untuk mendapatkan warna sebenarnya. Warna gigi
dicocokan dengan menggunakan shade guide vitapan classical. Pada kasus ini
warna awal adalah C4 (Gambar 15), dan warna yang ingin dicapai adalah
warna A3 (Gambar 12).

Gambar 15 Foto pencatatan awal warna gigi

Setelah didapatkan warna awal kemudian dilakukan pengukuran batas tepi


insisal sampai CEJ dengan menggunakan probe periodontal pada bagian labial
dan proksimal (Gambar 16).

25 | Universitas YARSI
Gambar 16 Pengukuran batas tepi insisal sampai servikal/CEJ

Daerah kerja diisolasi dengan rubber damdan dilakukan akses koronal dengan
membuka kembali tambalan sementara dengan menggunakan bur bulat.
Bahan pengisi saluran akar dikeluarkan sampai kedalaman 2 mm dibawah
CEJ dengan menggunakan plugger panas yang telah diberi stop untuk
memberikan tempat bagi bahan cervical seal. Kedalaman pengambilan bahan
pengisi dikonfirmasi kembali menggunakan probe periodontal (Gambar 17).

Gambar 17 Aplikasi gel hidrogen peroksida

- Kunjungan 2

Pada kunjungan kedua dilakukan pemeriksaan subjektif tidak ditemukan


adanya keluhan pasien. Pemeriksaan objektif memperlihatkan perubahan
warna gigi menjadi C3 (Vitapan Classical) (Gambar 18). Tambalan semen

26 | Universitas YARSI
glass ionomerdibuka, kavitas dibersihkan dengan aquadest steril dan
dikeringkan. Kemudian bahan bleaching diaplikasikan kembali bersama
cotton pellet, selanjutnya kavitas ditutup dengan semen glass ionomer. Pasien
diinstruksikan kontrol satu minggu kemudian.

Gambar 18 Foto klinis kunjungan 2

- Kujungan 3

Pada kunjungan ketiga dilakukan pemeriksaan subjektif tidak ditemukan


adanya keluhan pasien. Pemeriksaan objektif memperlihatkan perubahan
warna gigi menjadi B3 (Vitapan Classical) (Gambar 19). Tambalan semen
glass ionomer dibuka, kavitas dibersihkan dengan aquadest steril dan
dikeringkan. Kemudian bahan bleachingdiaplikasikan kembali bersama
cotton pellet, selanjutnya kavitas ditutup dengan semen glass ionomer. Pasien
diinstruksikan kontrol satu minggu kemudian.

27 | Universitas YARSI
Gambar 19 Foto klinis kunjungan 3

- Kunjungan 4

Pada kunjungan keempat dilakukan pemeriksaan subjektif tidak ditemukan


adanya keluhan pasien. Pemeriksaan objektif memperlihatkan perubahan
warna gigi menjadi A3 telah sesuai dengan warna gigi sebelahnya. Tambalan
glass ionomer dibongkar, bahan bleaching dibuang dan kavitas diirigasi
dengan aquadest steril. Kalsium hidroksida diaplikasikan ke dalam kavitas,
kavitas ditutup kembali dengan cotton pellet serta tambalan glass ionomer.

- Kunjungan 5

Pada kunjungan kelima dilakukan pemeriksaan subjektif tidak ditemukan


adanya keluhan pasien. Pemeriksaan obyektif menunjukkan respon negatif
pada tes perkusi, tekan dan palpasi. Warna pada gigi 11 tidak mengalami
perubahan, tetap berwarna A3. Semen glass ionomer dibuka dan kavitas
dibersihkan dengan aquadest steril. Restorasi pada gigi 11 dilakukan dengan
komposit secara direk, selain itu gigi 12, 21 dan 22 tambalan lamanya diganti
(Gambar 20).

28 | Universitas YARSI
Gambar 20 Foto klinis control

1.7 Evaluasi keberhasilan


Menggunakan bahan pemutih yang tidak membuat gigi menjadi sensitive,
perlu mengevaluasi faktor intrinsik atau ekstrinsik pada agen pemutih yang
dipakai, adanya perubahan warna atau tidak, tidak adanya perubahan
permukaan pada email dan dentin gigi, seperti perubahan mikrohardness
permukaan dan morfologi, tidak kasar pada permukaan email (Kelly et al.,
2021)

1.8 Efek samping bleaching


Pemakaian bahan pemutih gigi dapat menyebabkan terjadinya efek samping,
yaitu pada jaringan keras, mukosa, dan sensitifitas gigi (Hendari, 2009).
Beberapa bahan bleaching memiliki efek samping kurang baik terhadap rongga
mulut. Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan agen pemutihan yang efektif,
tetapi konsentrasi tinggi harus digunakan dengan hati-hati, untuk menghindari
meningkatnya risiko resorpsi akar. Secara keseluruhan bahan pemutih hidrogen
peroksida aman digunakan apabila dipakai dalam batas konsentrasi yang diawasi,
waktu yang tidak terlalu lama (bila konsentrasi tinggi) dan dalam suatu interval
waktu perawatan tertentu. Hidrogen peroksida dalam berbagai konsentrasi
merupakan bahan utama yang digunakan pada proses pemutihan. Pada teknik in-

29 | Universitas YARSI
office untuk gigi vital dan walking bleach untuk gigi non vital, salah satu yang
biasa digunakan adalah hidrogen peroksida dengan konsentrasi 35%.
Alasan mengapa hidrogen peroksida diperhitungkan sebagai faktor resiko
untuk kesehatan, karena adanya campuran oksidasi dosis tinggi dan mudah
terdekomposisi menjadi radikal hidroksil. Radikal hidroksil sebagai radikal bebas
dengan elektron tak berpasangan, siap menyerang molekul lain, menghasilkan
radikal bebas dan seterusnya. Kerusakan yang dihasilkan mengacu pada stress
oksidatif menyebabkan disfungsi molekuler dan seluler. Kerusakan pada
makromolekul esensial oleh oxygen-based reactants menjadi penyebab beberapa
penyakit (Meizarini, 2009) 1) Macam-macam efek samping bahan bleaching
hidrogen peroksida 35% , antara lain adalah :
- Resorpsi eksternal Bahan bleaching mampu merangsang terjadinya
resorpsi akar di daerah serviks gigi.
- Fraktur korona Meningkatnya kerapuhan korona akibat aplikasi panas
dan kandungan zat kimia dari bahan bleaching.
- Terbakar karena zat kimia Karena kandungan hidrogen peroksida bersifat
tajam dapat mengakibatkan gingiva terluka dan mengelupas

DAFTAR PUSTAKA

Al Qahtani, MQ. 2014. Tooth-bleaching procedures and their controversial


effects: A literature review. The Saudi Dental Journal, 26,pp. 33-46.
Aribowo, Taufik. 2016. Perawatan In Office Bleaching dengan Hidrogen
Peroksida 40% tanpa Aktivasi Sinar. Jakarta: Karya ilmiah Trisakti.

30 | Universitas YARSI
Ascheim, K., & Dale, B. (2001). Esthetic Dentistry: A Clinical Approach To
Techniques and Material. Missouri: Mosby.
Brenna, F. (2011). Restorative Dentistry: Treatment Procedures and Future
Prospects. Elsevier/Mosby.
Fauziah, d. (2012). Colour Change of Enamel After Application Averrhoa
Blimbi. J Dent Indonesia, 19(3):53-6.
Febriani, Laksmi. Pengaruh bleaching dengan ekstrak buah belimbing manis
terhadap derajat peubahan warna gigi. skripsi. 2016.
Grossman, L., Oliet, S., & Del Rio, C. (1995). Ilmu Endodontik Dalam Praktek.
Jakarta: EGC.
Grossman, L.I. et all, 1998. Endodontic Practice. Eleventh Edition. Philadelphia,
Pennsylvania, U.S.A: Lea & Febiger.

Ingle, J. I., Bakland, L. K. 2002. “Endodontics”, 5th ed, BC Decker Inc,


Hamilton London, pp. 849-850.
Kelly, F. et al. (2021) ‘Métodos de clareamento Dental para o sucesso clínico:
uma análise comparativa de estudos clínicos através de uma revisão
integrativa da literatura’, 2020, pp. 1–12.
Meizarini, A. & Rianti, D. Bahan pemutih gigi dengan sertifikat ADA/ISO.
Majalah Kedokteran Gigi, 38(2),pp. 73-76.
R, Djuanda. 2016. Perawatan internal bleaching menggunakan teknik walking
bleach pada gigi insisif sentral kanan rahang atas (case report). Bandung:
SONDE (Sound of Dentistry); Universitas Kristen Maranata.
Sulieman, M. 2005. An Overview of Bleaching Techniques: 2. Night Guard
Vital Bleaching and Non-Vital Bleaching. Restorative dentistry, 32, pp. 39-46.

31 | Universitas YARSI

Anda mungkin juga menyukai