Anda di halaman 1dari 5

Diskolorasi Gigi (160110180043 – Mustika Praja Kurniawati)

Diskolorasi gigi secara umum merupakan perubahan warna pada gigi. Diskolorasi
pada enamel dapat disebabkan oleh proses penodaan (staining), penuaan (aging), dan
bahan-bahan kimia. Penggunaan produk tembakau, teh, kopi, dan obat kumur serta
pasta gigi tertentu dapat menyebabkan terbentuknya stain yang akan menyebabkan
permukaan gigi kasar sehingga mudah ditempeli sisa makanan dan kuman yang
akhirnya membentuk plak. Bila tidak dibersihkan, plak akan mengeras membentuk
kalkulus kemudian sampai ke akar gigi, menyebabkan gusi mudah berdarah, gigi
goyang dan tanggal. Diskolorasi gigi terbagi menjadi intrinsik dan ekstrinsik.
Diskolorasi Ekstrinsik
Diskolorasi ekstrinsik gigi berasal dari deposisi stain permukaan yang dapat
dihilangkan melalui profilaksis. Noda pada permukaan eksternal gigi (atau disebut
diskolorasi ekstrinsik) dapat terjadi karena berbagai faktor. Penyebab umumnya
meliputi stain dari bakteri, produk tobako, makanan, minuman (kopi dan teh),
medikasi sistemik, dan beberapa obat kumur atau pasta gigi tertentu.
Plak yang mengandung bakteri kromogenik dapat menyebabkan diskolorasi hijau
sampai oranye. Stain dari tobako dan minuman cenderung memperlihatkan
diskolorasi di permukaan lingual dan palatal. Stannous fluoride yang banyak
digunakan pada pasta gigi mengandung stannous ion (tin) dapat bergabung dengan
sulfida bakteri membentuk stain berwarna hitam. Penggunaan kronis dari obat kumur
klorheksidin menyebabkan diskolorasi kuning-kecoklatan yang terlihat dengan
frekuensi yang meningkat pada psien yang juga mengonsumsi minuman mengandung
tannin seperti teh dan wine.
Pada pasien yang muda, noda biasanya terlihat lebih jelas di area servikal dari gigi.
Noda-noda tersebut berhubungan dengan kebersihan oral yang buruk, restorasi yang
ada, perdarahan gingiva, akumulasi plak, kebiasaan makan atau adanya
mikroorganisme kromogenik. Pada pasien yang lebih tua, noda pada permukaan gigi
seringnya berwarna coklat, hitam, atau abu-abu dan terjadi di area dekat dengan
jaringan gingiva. Faktor penyebabnya antara lain kebersihan oral yang buruk, kopi,
teh, makanan atau medikasi yang menghasilkan noda-noda, tobako, dan restorasi yang
ada.

Gambar 1 Diskolorasi ekstrinsik pada pasien muda

Diskolorasi Intrinsik
Diskolorasi intrinsik disebabkan oleh noda atau defek enamel yang lebih dalam
(bukan superfisial), dan lebih kompleks penanganannya dibanding diskolorasi
eksternal. Diskolorasi intrinsik berasal dari abnormalitas perkembangan gigi atau
material endogenous yang tergabung kedalam struktur gigi selama perkembangan.
Pembuangan tidak bisa dilakukan karena bukan merupakan pewarnaan pada
permukaan gigi. Diskolorasi developmental meliputi varian dari amelogenesis
imperfecta, dentinogenesis imperfecta, dan dental fluorosis.
Perkembangan mahkota gigi sulung dimulai dari 4 bulan kehamilan hingga 12 bulan
kehidupan, sedangkan mahkota gigi permanen mulai terbentuk sekitar lahir sampai
selesai di umur 8 tahun. Selama periode tersebut, stain dapat masuk secara permanen
kedalam gigi yang sedang berkembang akibat berbagai kondisi seperti erythropoietic
porphyria, alkaptonuria, hyperbilirubinemia dan medikasi seperti tetrasiklin dan
minosiklin. Minosiklin memiliki kemampuan untuk mewarnai pulpa sehingga terjadi
diskolorasi difus pada gigi setelah pembentukan selesai.
Gigi dengan pulpa yang vital ataupun tidak dapat terkena diskolorasi intrinsik. Gigi
yang vital dapat terdiskolorisasi saat pembentukan mahkota dan kondisi abnormal
tersebut biasanya melibatkan beberapa gigi. Faktor penyebabnya meliputi gangguan
herediter, medikasi (contohnya tetrasiklin), fluoride yang berlebihan, dan trauma.
Pewarnaan dapat terjadi di dentin ataupun enamel. Diskolorasi di dentin dapat terlihat
di enamel. Diskolorasi ini juga bisa terlokasisasi atau generalisasi, melibatkan seluruh
gigi.
1. Tetracycline staining
Gigi rentan terhadap diskolorasi oleh tetrasiklin selama pembentukannya
(trisemester kedua sampai 8 tahun setelah kelahiran) karena bonding dari
tetrasiklin terhadap kalsium dan inkorporasi kedalam kristal hidroksiapatit.
Pewarnaan oleh tetrasiklin seringnya melibatkan dentin dan keparahannya
tergantung pada durasi dan dosis dari administrasi tetrasiklin. Berbagai bentuk
tetrasiklin menyebabkan perubahan warna gigi yang berbeda.

Tabel 1 Tetracycline staining

Obat Perubahan warna pada gigi


Chlortetracycline (Aureomycin) Abu-abu, coklat
Dimethyl Chlortetracycline Kuning
Oxytetracycline (Terramycin) Kuning
Tetracycline (Anchromycin) Kuning
Doxycline (Vibramycin) -
Minocycline Hitam

Kategori dari diskolorasi tetrasiklin


1. First degree tetracycline staining
Warna kuning terang, coklat atau abu-abu tersebar secara merata
sepanjang mahkota tanpa adanya konsentrasi yang terlokalisasi. Kategori
ini merespon baik terhadap bleaching dalam 2-3 sesi.
2. Second degree tetracycline staining
Pewarnaan gelap atau abu-abu yang luas tanpa banding (adanya atau
pembentukan garis-garis yang terlihat dengan warna yang kontras) dan
merespon baik terhadap bleaching dalam 4-6 sesi.
3. Third degree tetracycline staining
Terlihat banding dengan warna biru atau abu-abu gelap. Merespon baik
terhadap bleaching tapi tidak untuk di area banding, yang sulit dihilangkan
bahkan setelah perawatan yang ekstensif. Perawatan veneer dapat menjadi
pilihan.
4. Fourth degree tetracycline staining
Terdapat pewarnaan yang sangat gelap dan tidak dapat dirawat dengan
vital bleaching.

Gambar 2 Tetracycline staining

2. Fluorosis staining
Ketika anak menelan fluoride yang berlebihan selama tahap perkembangan
email dan dentin, dapat terlihat mottling. Kerusakan dapat terjadi selama bulan
gestasi ketiga hingga tahun ke-delapan kehidupan. Diskolorasi moderat hingga
parah terlihat bila konsentrasi fluoride melebihi 4 ppm akibat perubahan
metabolik dalam ameloblas yang menyebabkan pembentukan defektif matriks
dan kalsifikasi yang tidak benar. Tipe :
a. Simple fluorosis staining
1. Terlihat pigmentasi berwarna coklat pada permukaan enamel
2. Merespon baik terhadap bleaching
b. Fluorosis opak
1.Terlihat bintik-bintik putih atau abu pada permukaan enamel
2. Merespon buruk terhadap bleaching
c. Fluoride staining with pitting
1. Pigmentasi gelap dengan defek pada permukaan
2. Memerlukan bleaching diikuti restorasi resin komposit

Gambar 3 Fluorosis staining

Diskolorasi dari nekrosis pulpa


1. Trauma-related
Perdarahan akibat ruptur pembuluh darah di kamar pulpa. Tekanan hidrolik
mendorong darah kedalam tubulus dentin dimana hemolisis dari sel darah
merah melepaskan hemoglobin yang kemudian melepas zat besi saat
degradasi. Degradasi hemoglobin melepaskan zat besi yang membentuk besi
(II) sulfida (senyawa hitam) dengan mengkombinasikan dengan hidrogen
sulfida. Diskolorasi merah muda/ pink dari mahkota terlihat segera setelah
trauma, kemudian berubah menjadi oranye, biru, lalu coklat dan akhirnya
menjadi hitam.
2. Degenerasi pulpa tanpa perdarahan
Jaringan nekrotik mengandung berbagai produk degradasi protein yang
membuat diskolorasi coklat keabuan pada mahkota. Kondisi ini merespon baik
terhadap perawatan bleaching non-vital.
Gambar 4 Diskolorasi nekrosis pulpa

Sumber :
1. Kansal S, Jindal L, Garg K, Thakur K, Mehta S, Pachori H. Discoloration
of Teeth: A Literature Review. International Journal of Health and Clinical
Research. 2020;3(2).
2. Ritter A., Boushell L., Walter R., Sturdevant C. Sturdevant’s Art
and Science of Operative Dentistry. 7th Ed. Elsevier; 2019

Anda mungkin juga menyukai