Anda di halaman 1dari 6

Diskolorisasi pada Gigi

Gigi yang putih seperti mutiara akan sangat estetis bila dilihat. Noda yang berasal
dari restorasi, dikolorisasi enamel dan diskolorisasi internal adalah beberapa diskolorisasi
yang akan dihadapi oleh dokter gigi. Diskolorisasi dapat terjadi pada suatu tambalan, satu
gigi maupun banyak gigi. Disamping itu diskolorisasi gigi juga dapat hanya terjadi di
permukaan ataupun pada struktur gigi yang dalam.

Gigi Terdiskolorisasi Gigi tidak Terdiskolorisasi

Terdapat dua factor yang harus dipahami dalam suatu diskolorisasi gigi, yaitu:

1. Warna asli gigi


2. Derajat translusensi/transparansi gigi
Struktur lapisan enamel yang menyerupai kaca (transparan) yang juga didukung
dengan struktur dentin yang berwarna lebih opak menyebabkan warna gigi menjadi unik
yaitu opak bercampur transparan (radiopaque). Warna yang demikian terjadi karena
enamel terus menipis ke arah akar sehingga gigi menjadi lebih glassy ke arah incisal
edge. Warna mahkota gigi akan terlihat lebih gelap di bagian yang berbatasan dengan
gingival daripada di incisal edge.
Pada realitanya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Sebagian sinar akan berkontak


dengan gigi dan direfleksikan kembali
kepada yang melihat , sinar lainnya akan
direfleksikan setelah melewati enamel.
Jumlah sinar yang direfleksikan dari
enamel berbeda dengan sinar yang
direfleksikan dari dentin dan perbedaan
kedalaman permukaan yang direfleksikan
akan menghasilkan opasitas/transluensi
yang relatif berbeda pada gigi.

1. Diskolorisasi ekstrinsik

Adanya pewarnaan pada permukaan eksternal gigi (disebut dengan diskolorisasi


ekstrinsik) merupakan hal yang umum dan memiliki beberapa penyebab. Pada pasien
muda, pewarnaan dengan berbagai warna dapat ditemukan dan biasanya menetap pada
daerah cervical gigi. Pewarnaan ini berhubungan dengan kebersihan mulut yang buruk,
adanya restorasi, perdarahan gingival, akumulasi plak, kebiasaan makan, atau adanya
mikroorganisme chromogenic. Pada pasien yang lebih tua, adanya pewarnaan pada
permukaan gigi biasanya berwarna coklat, hitam atau abu-abu dan terjadi di atas daerah
yang berdekatan dengan jaringan gingival. Kebersihan mulut yang buruk merupakan
merupakan factor yang dapat memperbesar, tetapi kopi, teh, dan makanan chromogenic
lainnya atau medikasi dapat menimbulkan pewarnaan. Pewarnaan karena tembakau juga
kadang ditemukan. Penggunaan retsorasi juga menyebakan pewarnaan.
Perwarnaan permukaan dari enamel dapat berdifusi atau dapat hanya melibatkan
gigi tertentu. Noda permukaan yang sangat umum adalah noda bintik-bintik enamel,
cacat yang menyebabkan enamel kehilangan kejernihannya (translucens) dan menjadi
buram. Selain itu, tekstur permukaannya lunak dan mampu menyerap materi asing, yang
mengotorkan enamel. Orang yang menderita fluorosis secara bertahap membuat
penampakan mottled, dengan warna putih berkapur (putih pucat) bercampur dengan
bercak-bercak cokelat. Penyebab mottled enamel adalah kelebihan fluorida dalam air
minum anak selama periode awal ketika enamel sedang dibentuk.

Noda permukaan lain diamati setelah atau selama proses caries. Asam yang
dihasilkan dari plak, jika karies cukup aktif, membuat enamel agak berpori, lunak dan
putih pucat. Porositas dalam perjalanan waktu, dapat menarik benda asing, yang
kemudian menjadi tertanam di dalamnya, menyebabkan perubahan warna menjadi gelap.
pengobatan yang efektif pada penodaan enamel ini, apakah bintik-bintik (mottled) atau
carious, memerlukan pembuangan dan penggantian. Ini dapat dilakukan dengan membuat
mahkota gigi dengan porselen atau dengan penggantian selektif dengan resin komposit.

Perawatan
Kebanyakan noda pada gigi dapat dihilangkan dengan prosedur prophylactic secara rutin.
Beberapa diskolorisasi pada permukaan gigi karena restorasi dan area yang mengalami
dekalsifikasi tidak dapat dihilangkan dengan pembersihan. Koreksi secara conservative
dapat di sempurnakan dengan microabrasi ringan atau melapisi lapisan yang tipis, bagian
luar atau yang mengalami diskolorisasi dengan suatu flame-shaped, carbide finishing bur
atau instrument diamond, diikuti dengan polisihing menggunakan abrasive disk atau
abrasive point untuk memperoleh hasil yang dapat diterima

2. Diskolorisasi Internal
Penodaan internal lebih kompleks. Penodaan internal sebagai masalah umum
yang menimpa semua gigi biasanya dimanifestasikan dalam salah satu dari dua bentuk:
1. Dentinogenesis imperfecta, sebuah cacat bawaan dalam pembentukan gigi ditandai
dengan dentin yang kecoklatan, atau
2. Penodaan tetracyline, kondisi yang dihasilkan karena pemberian tetracycline sebagai
antibiotik selama periode formasi gigi. enamel dan dentin yang terbentuk selama periode
ini. . Tingkat pewarnaan bergantung pada dosis, durasi pemakaian, dan tipe dari
tetracycline yang digunakan. Tiap tipe tetracycline yang berbeda dapat menghasilkan tipe
perubahan warna yang berbeda-beda bervariasi dari kuning-jingga hingga biru-abu-abu.
Warna biru-abu-abu tua karena pemakaian tetracycline lebih sulit disembuhkan daripada
warna kuning-jingga. Pewarnaan dari tipe obat tetracycline muncul pada usia muda dan
disebabkan oleh pencernaan obat yang bersamaan dengan perkembangan gigi permanen.
Menurut penelitian, pada gigi permanen orang dewasa dapat terjadi discoloration abu-
abu,
Selain itu Kelebihan fluoride pada air minum pada saat pembentukan gigi dapat
menghasilkan tipe lain dari pewarnaan intrinsic yaitu fluorosis. Pewarnaan ini biasanya
terjadi secara generalized. Dikarenakan kadar fluoride pada enamel sangat tinggi, gigi
yang fluorosis akan sulit untuk dirawat dengan acid-etching dan resin-bonding.
Efek penuaan juga dapat mengakibatkan gigi menguning. Dengan bertambahnya
umur pasien, email gigi berubah menjadi lebih tipis karena aus dan memungkinkan
underlying (dasar) dentin untuk menjadi lebih nyata dan terlihat jelas. Juga, sering adanya
deposisi dentin pada dentin sekunder dalam individu yang lebih tua yang mengakibatkan
ketebalan dentin menjadi lebih besar. Deposisi ini menghasilkan efek menguning,
tergantung pada warna intrinsik dentin. Selain itu, permeabilitas gigi biasanya
memungkinkan pemberian infus (dari waktu ke waktu) dari pigmen organik secara
signifikan (makanan chromogenic, minuman, dan produk tembakau) yang menghasilkan
efek menguning.

Perubahan warna internal dari sebuah gigi biasanya berhubungan dengan kematian
pulpa. Dentin, yang merupakan jaringan hidup karena terdiri dari proses kehidupan,
nantinya akan degenerasi ketika sumber nutrisinya ( pulpa) telah hilang. Perubahan warna
utama yang mungkin akibat dari degenerasi pulpa terjadi dari product pulpa yang
berdifus ke dalam dentin. Tubulus dentin akan atau tidak akan dimasuki oleh product dari
nekrosais pulpa, bergantung dari jarak waktu antara kematian pulpa dan terapinya.
Memperpanjang waktu sebelum perawatan akan mengakibatkan penodaan yang
irreversible pada dentin; perawatan awal akan menggunakan bleaching untuk membuat
gigi putih kembali

Perawatan
Diskolorasi dapat diperbaiki secara maksimal melalui metoda konservatif, seperti
bleaching, mikroabrasi atau makroabrasi, atau veneering.
Bleaching dilakukan dengan membuka kamar pulpa dari permukaan lingual dan
memaparkan dentin dengan larutan H2O2 kuat (30 persen) dari dalam. Untuk
memperbanyak oksidasi dari senyawa organic ini dan membuat jadi tidak berwarna,
biasanya diletakkan lampu yang berintensitas tinggi dari arah labial. Walaupun
keefektifan bleaching masih belum dipercaya, beberapa perawatan telah menunjukkan
hasil yang menetap jika perawatan langsung di berikan langsung setelah kematian pulpa
dan jika ion Fe dari hemoragi (sel darah merah) belum memasuki tubulus dentin. Vital
bleaching biasanya menghasilkan gigi putih hanya untuk 1 sampai 3 tahun
Permasalahan ini sekarang dapat diatasi atau setidaknya dimodifikasi karena
keefektifan dari mengetsa asam pada enamel yang membolehkan dokter gigi untuk
mempergunakan resin komposit atau porselen dalam perawatan sebagian. Harus di
tanamkan pada pikiran, biar bagaimanapun, ikatan tersebut memiliki keterbatasan
teknologi dan komposit resin tidak sekuat enamel atau pun porselen.
Pemilihan material yang akan digunakan dipengaruhi beberapa factor. Jika resin
sudah digunakan maka dianggap bahwa aka nada perubahan minimal enamel atau bahkan
tidak ada perubahan.jadi resin melapisi permukaan enamel. Ketika sebaiknya
menggunakan veneer keramik, pengikisan enamel diperlukan untuk mengakomodasi
ketebalan porselen.
Ini membatasi penggunaan material terutama yang menggunakan resin. Ketika
mencoba merubah posisi dan warna gigi, akan dibutuhkan banyak material dan gigi akan
menjadi sangat tebal sehingga tidak nyaman. Masalah yang sama terjadi pada
diskolorisasi gigi yang parah, dimana ordinat ketebalan resin akan dibutuhkan untuk
menutupi/melindungi warna. Penyebab yang sering terjadi dari diskolorisasi adalah hasil
dari pengobatan dengan senyawa tetracycline pada saat pembentukan gigi. Faktor lainnya
adalah kelebihan fluoridation pada saat yang sama.

Anda mungkin juga menyukai