Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MANDIRI KONSERVASI III

“​Severe tetracycline dental discoloration: Restoration with conventional


feldspathic ceramic veneers. A clinical report​”

Pembimbing: Prof. Dr. Adioro Soetojo, drg., MS., Sp.KG(K)

Tanggal: 29 Oktober 2019

Oleh:

Martha Nadila Valentina 021611133117

RM Luqman Adi W. 021611133118

I Made Hendra C. N. P. 021611133119

Satutya Wicaksono 021611133120

Giovani Anggasta Putri 021611133121

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada umumnya penilaian orang lain pertama kali adalah dari penampilannya.
Senyuman merupakan hal kecil yang memiliki dampak yang sangat besar terhadap
penampilan secara keseluruhan. Selain bibir, gigi juga memegang peranan penting dalam
mempengaruhi indahnya suatu senyuman tersebut. Gigi yang sehat dan putih dapat
membuat seseorang merasa lebih percaya diri. Perubahan warna gigi dapat menimbulkan
persoalan estetika yang dapat memberikan dampak psikologi yang cukup besar, terutama
apabila terjadi pada gigi anterior. Tuntutan estetika inilah yang sering membuat seseorang
melakukan perawatan pada giginya. Perubahan warna ini dapat disebabkan oleh kelainan
genetik, demam tinggi yang terjadi pada masa pembentukan email dan dentin,
penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka waktu yang lama seperti tetrasiklin,
trauma, serta mengkonsumsi fluoride dalam kadar yang berlebih dan dalam jangka waktu
yang lama.

Tetrasiklin adalah kelompok antibiotik spektrum luas yang awalnya ditemukan


pada bakteri ​Streptomyces dan digunakan dalam mengobati infeksi pada anak-anak
maupun orang dewasa. Pemakaian tetrasiklin pada ibu hamil dan anak-anak dapat
menimbulkan efek samping. Pada ibu hamil yang mengkonsumsi tetrasiklin, tetrasiklin
tersebut dapat masuk melalui plasenta dan mengikuti sirkulasi janin. Salah satu efek
samping yang merugikan dari pemakaian tetrasiklin adalah diskolorasi atau perubahan
warna gigi. Apabila tetrasiklin digunakan pada masa pembentukan gigi-geligi pada janin,
maka akan menyebabkan pewarnaan pada gigi karena deposisi tulang dan gigi yang
sedang tumbuh.

Dengan kemajuan teknologi selama dekade terakhir, veneer porselen telah


menjadi cara populer untuk memperbaiki masalah ini karena jumlah struktur gigi yang
konservatif. Bahan keramik dapat dibagi menjadi dua kelompok: berdasarkan silika
(​feldspathic & glass ceramic​) dan keramik polikristalin (alumina dan zirkonia). Bahan
berbasis silika dicirikan oleh ​etchability dan ​translucency serta memastikan estetika yang
optimal dan kinerja klinis yang andal. Sebaliknya, keramik polikristalin dicirikan oleh
sifat mekanik yang luar biasa, tetapi sulit untuk meniru estetika alami gigi. Selain itu,
beberapa kegagalan umum dari zirkonia adalah ​chipping dan ​cracked​. Veneer feldspathic
memberikan batasan untuk menetralkan pewarnaan yang parah, sehingga pengangkatan
tambahan struktur gigi diusulkan untuk penempatan ​opaque composite sublayer​.

2. Tujuan

Tujuan dari kasus klinis ini adalah untuk melaksanakan perawatan ulang veener dengan
menggunakan ​feldspathic ceramic secara konvensional pada pasien dengan perubahan
warna pada gigi akibat tetrasiklin ​grade ​IV dengan mempertimbangkan dan mendapatkan
tindakan invasif yang minimal.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Diskolorasi Gigi

1.1 Definisi Diskolorasi Gigi

Diskolorasi secara umum diartikan sebagai perubahan warna pada gigi.


Diskolorasi pada enamel gigi dapat disebabkan oleh proses penodaan (​staining)​ , penuaan
(​aging​), dan bahan-bahan kimia (Anusavica ​et al.​ , 2004). Penggunaan produk tembakau,
teh, kopi dan obat kumur tertentu, dan pigmen di dalam makanan menyebabkan
terbentuknya stain yang akan menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar sehingga
mudah ditempeli sisa makanan dan kuman yang akhirnya membentuk plak. Apabila tidak
dibersihkan, plak akan mengeras dan membentuk karang gigi (​calculus)​ kemudian
sampai ke akar gigi, akibatnya gusi mudah berdarah, gampang goyah dan tanggal. ​Stain
pada gigi dapat terjadi dengan tiga cara (Putri ​et al.​, 2010):

a. Perlekatan ​stain​ secara langsung pada permukaan gigi


b. Stain ​terjebak di dalam kalkulus dan deposit lunak
c. Penggabungan ​stain​ dengan struktur gigi atau material restoratif

1.2 Etiologi Diskolorasi Gigi

1.2.1 Diskolorasi Gigi Berdasarkan Sumber

Penyebab perubahan warna gigi berdasarkan sumbernya dibagi menjadi eksogen


dan endogen. Diskolorasi eksogen disebabkan oleh substansi dari luar gigi dan sering
disebabkan kebiasaan minum minuman berwarna yang berkepanjangan seperti teh, kopi,
sirup dan merokok. Tar dari asap rokok dapat menyebabkan perubahan warna dari coklat
sampai hitam (Nageswar, 2009).

Diskolorasi endogen sumbernya berasal dari dalam gigi, didapat dari sumber lokal
maupun sistemik. Faktor lokal dapat disebabkan karena pendarahan akibat trauma,
kesalahan prosedur perawatan gigi, dekomposisi jaringan pulpa, pengaruh obat-obatan
dan pasta pengisi saluran akar, dan pengaruh bahan-bahan restorasi. Perubahan warna
yang terjadi mengenai bagian dalam struktur gigi selama masa pertumbuhan gigi dan
umumnya perubahan warna terjadi di dalam dentin sehingga relatif sulit dirawat secara
eskternal (Walton, 2003).

1.2.2 Diskolorasi Gigi Berdasarkan Lokasi

Perubahan warna gigi menurut lokasinya dibagi menjadi intrinsik dan ekstrinsik.
Perubahan warna intrinsik adalah perubahan yang masuk ke dalam dentin selama masa
pertumbuhan gigi. Disebabkan karena penumpukan bahan-bahan dalam struktur gigi.
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya diskolorasi intrinsik (Tarigan, 2004):

a. Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Gas yang dihasilkan oleh pulpa
nekrosis dapat membentuk ion sulfida berwarna hitam.
b. Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan penyebab
paling sering dari perubahan warna gigi intrinsik. Pemakaian obat golongan
tetrasiklin selama proses pertumbuhan gigi dapat menyebabkan perubahan warna
gigi permanen. Periode waktu pemberian tetrasiklin yang menyebabkan
perubahan warna pada gigi:
- Semasa dalam kandungan, pada usia kehamilan ibu lebih dari 4 bulan,
molekul tetrasiklin dapat melewati barier plasenta mengenai gigi sulung
yang sudah terbentuk.
- Masa bayi sesudah lahir sampai usia 5 tahun, pada periode ini terjadi
pembentukan mahkota gigi seri permanen.

Mekanismenya adalah tetrasiklin akan terikat dengan kalsium dan membentuk


senyawa kompleks berupa tetrasiklin kalsium ortofosfat. Jaringan gigi yang sedang dalam
proses mineralisasi itu tidak hanya memperoleh kalsium, tetapi juga molekul tetrasiklin
yang kemudian tertimbun di dalam jaringan dentin dan email.

c. Penyakit metabolik berat selama fase pertumbuhan gigi, misalnya alkaptonuria


menyebabkan warna coklat, endemik flourosis menyebabkan bercak coklat pada
gigi.
Perubahan warna ekstrinsik terdapat pada enamel dan biasanya bersifat lokal.
Mayoritas diskolorasi yang terjadi pada gigi permanen bersifat ekstrinsik. Berdasarkan
penyebabnya stain ekstrinsik dibagi menjadi 2 kategori (Sundoro, 2005):

a. Diskolorasi non metalik, disebabkan oleh kromogen organik melekat pada pelikel.
Warnanya berasal dari warna asli kromogen tersebut. Diketahui dapat
menyebabkan stain langsung adalah merokok, mengunyah tembakau, teh, dan
kopi. Pada gigi terlihat warna berasal dari komponen polyphenol yang
memberikan warna makanan.
b. Diskolorasi metalik, dihasilkan dari interaksi kimia antara komponen penyebab
perubahan warna dengan permukaan gigi. Berhubungan dengan antiseptik
kationik dan garam metal.

Beberapa macam diskolorasi ekstrinsik antara lain coklat, hitam, jingga, hijau,
metalik, kuning kecoklatan, kuning, emas kecoklatan, dan merah hitam (Prathap, 2013).

1.3 Diskolorasi Gigi Akibat Antibiotik Tetrasiklin

Antibiotik ini digunakan secara luas selama tahun 1950 dan 1960-an untuk
perlindungan profilaksis dan untuk pengobatan penyakit paru obstruktif kronik,
mycoplasma, dan infeksi riketsia. Kadang-kadang diresepkan untuk jangka waktu yang
lama, dalam beberapa kasus, dan karena itu merupakan penyebab umum dari perubahan
warna gigi.

Nuansa gigi bisa berwarna kuning, kuning – coklat, coklat, abu-abu gelap, atau
biru, tergantung pada jenis tetrasiklin, dosis, durasi, dan usia pasien. Perubahan warna
biasanya bilateral, yang mempengaruhi beberapa gigi di kedua lengkung. Deposisi
tetrasiklin terus menerus atau ditetapkan dalam garis-garis tergantung pada apakah
konsumsi itu terus menerus atau terputus.
Gambar 1. ​Gambaran histologi gigi akibat tetrasiklin

Perubahan warna tetrasiklin diklasifikasikan kedalam tiga kelompok sesuai


dengan tingkat keparahan. Tingkat pertama perubahan warna adalah kuning terang,
coklat muda, atau abu-abu terang dan terjadi merata di seluruh mahkota. Tingkat dua
warna lebih intens. Tingkat tiga warna sangat intens, dan mahkota klinis menunjukkan
warna pita horizontal. Jenis perubahan warna biasanya mendominasi di daerah servikal.

Perubahan warna radiasi ultraviolet dapat menyebabkan pembentukan oksidasi


kemerahan-ungu oleh produk secara permanen merubah warna gigi. Pada anak-anak, gigi
anterior sering berwarna hitam sedangkan gigi posterior kurang terekspos sehingga
berubah warna lebih lambat. Pada orang dewasa, photo alami dari gigi anterior diamati,
terutama pada individu yang giginya yang berlebihan terkena sinar matahari karena
insufisiensi bibir rahang atas.

2. Veneer

2.1 Definisi Veneer


Veneer adalah salah satu teknik restorasi konservatif paling revolusioner yang
dikembangkan selama 25 tahun terakhir. Penampilan menarik dengan veneer telah
terbukti meningkatkan kepercayaan diri orang lain, hubungan pribadi, dan bahkan
keberhasilan dalam karir. Maka dari itu dengan veneer, dimungkinkan untuk menciptakan
hasil estetika yang luar biasa dan tetap mempertahankan struktur gigi yang kokoh. Hasil
yang sukses tergantung tidak hanya pada teknik klinis dan laboratorium yang digunakan
untuk pembuatan veneer, tetapi juga pada pemahaman latar belakang ilmiah dari prosedur
yang terlibat karena penempatan porselen adalah prosedur yang tidak dapat dibalikkan
sehingga membutuhkan persiapan gigi yang konservatif (Sowmya ​et al.,​ 2015).
Dental veneer (​ kadang-kadang disebut porselen veneer atau laminasi gigi
porselen) adalah lapisan berupa cangkang tipis dibuat khusus dari bahan-bahan berwarna
yang dirancang untuk menutupi permukaan depan gigi agar dapat meningkatkan
penampilan. Lapisan ini terikat pada bagian depan gigi yang mengalami perubahan
warna, bentuk, ukuran, atau panjang ​(Sowmya ​et al.,​ 2015).

2.2 Indikasi Veneer

Veneer dapat digunakan dalam beberapa kasus seperti (Sowmya ​et al.,​ 2015):
- Koreksi cacat permukaan yang tidak estetik seperti permukaan enamel atau
enamel hipoplastik yang hilang karena erosi atau abrasi
- Penyamaran perubahan warna akibat trauma
- Perawatan endodontic
- Pewarnaan gigi akibat tetrasiklin
- Perbaikan defisiensi struktural seperti tepi insisal yang retak, diastema dan ​peg
shaped​.

2.3 Kontraindikasi Veneer

Keberhasilan penggunaan veneer akan menurun ketika veneer porselen digunakan


pada gigi (Sowmya ​et al.,​ 2015):
- Dengan enamel yang tidak memadai dan kelainan struktur gigi seperti
amelogenesis dan dentinogensis imperfecta
- Ketika ada restorasi atau perawatan saluran akar yang besar
- Gigi dengan struktur gigi yang lebih sedikit
- Pasien dengan kebiasaan buruk yang menyebabkan tekanan berlebihan pada
restorasi dan jarak interdental yang berlebihan.
2.4 Prinsip Preparasi
2.4.1 Prosedur Pemilihan Warna (​Shade Guide Selection)

Untuk memastikan keberhasilan jangka panjang veneer porselen diperlukan suatu


tahapan penting yang disebut prosedur pemilihan warna. Pemilihan warna yang tepat
tidak hanya dengan mencocokkan warna menggunakan panduan warna (​Shade Guide),​
tetapi melibatkan berbagai teknik dengan pencahayaan yang tepat. Beberapa tips untuk
pemilihan warna adalah (Sowmya ​et al.,​ 2015):

- Pencocokan warna harus dilakukan pada jam-jam awal preparasi untuk


menghindari kesalahan pemilihan warna.
- Jika pasien mengenakan pakaian warna cerah, tutup ruangan dengan gorden
dengan atau dengan penutup berwarna netral, minta pasien melepas lipstik dan
riasan lainnya
- Bersihkan gigi dan singkirkan semua noda dan serpihan
- Posisikan mulut pasien setinggi mata dokter gigi
- Pemilihan warna harus dilakukan pada interval 5 detik agar tidak membuat mata
lelah
- Gunakan kaninus sebagai referensi
- Jika bimbang menentukan pilihan antara dua warna maka, selalu lebih baik untuk
memilih warna kroma yang lebih rendah dan nilai yang lebih tinggi.

2.4.2 Perawatan Gigi Pendahuluan

Sebelum memulai preparasi dan setelah menetapkan warna yang diinginkan,


restorasi dan kerusakan yang sudah ada sebelumnya harus diperbaiki (Sowmya ​et al.,
2015)..

2.4.3 Preparasi Gigi

Preparasi gigi penting untuk meningkatkan keberhasilan dari restorasi yang


ditempatkan pada pasien hingga 90%. Oleh karena itu, preparasi diperlukan terutama
untuk (Sowmya ​et al.,​ 2015):

- Mendapatkan garis akhir yang pasti.


- Menyediakan ruang untuk restorasi.
- Mendapatkan lapisan kaya fluoride.
- Permukaan kasar untuk retensi yang lebih baik.

Dianjurkan untuk melakukan preparasi enamel dengan pengurangan pada email


sebesar 0,3-0,5 mm dan garis akhir ditempatkan pada atau dekat dengan margin gingiva.
Persiapan gigi tidak harus mencakup sudut internal yang tajam, terutama pada tepi insisal
dimana tekanan akan lebih besar, harus memungkinkan jalur penyisipan veneer yang
bebas dari potongan.

2.4.4 Urutan Preparasi Gigi


a. Reduksi Labial
Analisis preparasi gigi secara in-vitro telah menunjukkan bahwa bagian serviks
harus lebih dipreparasi dengan dentin yang terbuka namun, bagian ​mid-incisal biasanya
kurang perlu untuk dipreparasi. Temuan ini menegaskan bahwa kontrol kedalaman yang
cermat mutlak diperlukan. Banyak desain berbeda dari ​control cutting diamond sebagai
bur preparasi dipasarkan secara eksklusif untuk persiapan veneer. ​Three Tiered Depth
Cutting Diamond Bur dapat digunakan untuk melakukan pengurangan labial. Kunci
keberhasilan prosedur ini adalah penempatan instrumen pemotongan dalam dua hingga
tiga bidang yang berbeda di sepanjang permukaan cembung labial seperti ditunjukkan
pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 2. ​Pemotongan Kedalaman Menggunakan Bantuan Garis Pensil

Gambar 3​. ​Three Tiered Depth Cutting Diamond Bur

Permukaan labial dipreparasi menggunakan kedalaman pemotongan sebagai


panduan agar mengurangi preparasi berlebih (0,3-0,5 mm). Garis yang dibuat dari pensil
dapat ditandai ke dalam alur panduan enamel [Gambar 3 dan 4]. Untuk preparasi standar,
chamfer d​ itempatkan pada ketinggian puncak gingiva kecuali terdapat perubahan warna
parah yang mengharuskan margin subgingiva untuk mendapatkan ketebalan lapisan
tambahan (Sowmya ​et al.,​ 2015).
Gambar 4. ​Reduksi Labial

b. Reduksi Proksimal
Preparasi akan diperpanjang ke arah lingual hanya jika diastema atau insisif
dengan ​peg shaped harus direstorasi. Sebisa mungkin area kontak harus dipertahankan
karena (Sowmya ​et al.,​ 2015):

- Sangat sulit untuk dibuat kembali


- Ikatan veneer yang mudah
- Menghemat waktu klinis dan
- Menyediakan akses yang lebih baik.

c. Reduksi Insisal

Tidak ada kesepakatan yang pasti apakah dalam preparasi veneer diperlukan
pengurangan insisal atau tidak. Pendapat beberapa ahli menyatakan bahwa pengurangan
permukaan insisal sangat diperlukan dalam semua kasus untuk meningkatkan kekuatan
mekanis veneer, meskipun hal ini melibatkan pengurangan tepi insisal sebesar 0,5 -2 mm
dan dapat menyebabkan area cavosurface margin yang rapuh (Sowmya ​et al.,​ 2015).

2.4.5 ​Gingival Displacement and Impression Technique


Retraksi gingiva biasanya dibutuhkan untuk gigi rahang atas dan gigi gelap.
Infiltrasi apikal pada gigi dengan larutan anestesi lokal juga disarankan. Namun,
perawatan harus dilakukan untuk mencegah resesi gingiva berikutnya. Tali tunggal
digunakan yang tetap di tempat ketika kesan sedang dibuat dan tidak ada agen hemostatik
tambahan di tali pusat diperlukan karena perdarahan harus minimal dengan gingiva sehat
(Sowmya ​et al.,​ 2015).

Teknik impresi: Bahan impresi elastomer yang dikenal apa pun cocok untuk
merekam persiapan. Jika preparat terbatas pada gigi anterior rahang atas, baki stok
anterior memadai. Namun, kesan alginat disarankan sebelum persiapan sehingga baki
khusus dibuat. Baki khusus diperpanjang 5 mm gingiva dari margin gingiva dan
menutupi setengah dari permukaan palatal, gigi yang tidak dipersiapkan berdekatan, dan
berhenti oklusal. Ketika gigi anterior bawah dipersiapkan, perlu memiliki baki khusus
dari seluruh lengkung rahang bawah.

2.4.6 ​Provisional Restoration

Pasien jarang mengalami sensitivitas sebagai akibat dari persiapan enamel dan
biasanya tidak senang dengan penampilan, dalam hal ini penutup sementara dapat
dihilangkan. Tetapi, jika diperlukan restorasi sementara, maka material yang digunakan
adalah veneer resin akrilik dan resin komposit ​preformed.​ Veneer sementara di bawah
tekanan fungsional dapat "dilas spot" untuk retensi yang lebih baik (Sowmya ​et al.,
2015).

2.4.7 Prosedur Laboratorium

Saat ini empat kelompok keramik digunakan untuk veneer: porselen ​Feldspathic,​
porselen cor atau pres, pres panas dan CAD-CAM. Porselen yang terbuat dari porselen
feldspathic panggang memungkinkan ketebalan lapisan minimal 0,3 mm yang berarti
bahwa jumlah zat gigi yang harus dihilangkan untuk persiapan dapat dijaga agar tetap
minimum. Namun, porselen feldspathic rapuh, dan sintering partikel porselen
menciptakan mikroporosit yang menghasilkan kekuatan lentur rendah. Kaca-keramik
castable dan keramik leucite yang ditekan dengan panas menawarkan kekuatan lentur
yang lebih besar ketika ketebalan veneer tidak <0,5 mm. Oleh karena itu, persiapan harus
tebal 0,6-0,8 mm yang bertentangan dengan sifat restorasi yang konservatif (Sowmya ​et
al.,​ 2015).

2.4.8 ​Try in

Lapisannya rapuh dan harus ditangani dengan hati-hati, lebih disukai dengan jari
dan pada permukaan yang mengerut warna seperti serbet kertas gelap. Periksa veneer
untuk setiap keretakan dan ketidaksempurnaan pada model untuk kecocokan yang tepat,
kemudian lepaskan sementara dengan hemostat, pecahkan komposit rapuh yang
digunakan untuk mengikat restorasi sementara, dan apung semua area permukaan yang
disiapkan. Lembabkan gigi dan permukaan internal porselen dengan air dan tempatkan
pada gigi dan evaluasi kecocokan dan warna. Penyesuaian dilakukan dengan bur berlian
halus dan diverifikasi Efek khusus seperti garis cek, tambalan hipoplastik putih dan tepi
insisal yang tembus cahaya biasanya dimasukkan ke dalam porselen selama penumpukan
di laboratorium, tetapi beberapa modifikasi pewarnaan sedikit dapat dilakukan di sisi
kursi, karena penembakan porselen lebih lanjut tidak dimungkinkan. Ada sejumlah kit
pewarnaan, terutama dalam bentuk resin yang diisi ringan, termasuk pewarnaan (Sowmya
et al.,​ 2015).

2.4.9 Prosedur ​Bonding

Ada 3 cara dasar menempelkan laminasi porselen ke permukaan gigi (Sowmya ​et
al.,​ 2015):

- Lampiran kimia: Semen (komposit yang diaktifkan ringan dan agen kopling)
- Pelekatan mikromekanis: Etsa asam
- Lampiran gabungan

Baru-baru ini, Dune dan Millar melaporkan bahwa umur panjang klinis veneer
keramik lebih terkait dengan adaptasi marginal. Oleh karena itu, sementasi (ikatan antara
gigi dan porselen) adalah salah satu parameter terpenting untuk sukses.

Prosedur: Gigi diisolasi dengan kapas, dipoles ulang sedikit, dan dicuci. Gigi yang
dipilih dipisahkan dari tetangganya dengan strip mylar, terukir selama 60 detik, dicuci,
dan dikeringkan. Zat pengikat obat ringan dioleskan pada enamel yang dietsa dan
kelebihannya tertiup angin. Warna semen yang dipilih ditempatkan secara merata pada
porselen untuk menutupi seluruh permukaan pemasangan tanpa udara yang terperangkap.
Spot 10-s menyembuhkan labio-incisaly semen, setelah veneer telah diposisikan dengan
benar, memungkinkan penghapusan kelebihan yang tidak disetel di tempat lain sebelum
pengeringan akhir.

Pada penyelesaian penempatan semen yang disembuhkan berlebih dihilangkan


dengan berlian yang didinginkan dengan air dan pembersihan interproksimal
dikonfirmasi dengan strip pemisah yang halus.

Stres yang berlebihan pada veneer yang baru ditempatkan harus dihindari karena
dibutuhkan 24 jam untuk zat perangkai untuk mengembangkan kekuatan ikatan
maksimumnya. Pemolesan akhir jauh lebih baik ditunda untuk kunjungan selanjutnya.

Materdomini telah melaporkan bahwa estetika veneer porselen dapat ditingkatkan


dengan konsep efek lensa kontak. Konsep: Ketika veneer disemen ke struktur gigi, ia
menyatu secara optis dengan substrat, menjadi sulit dideteksi. Untuk mencapai efek ini;
dua elemen harus dikontrol. Yang pertama: ​Translucency / opacity dari veneer porselen
itu sendiri. Yang kedua, transparansi / opacity komposit luting. Jika salah satu elemen
menghasilkan tingkat opacity yang tinggi, terutama pada margin, efek lensa kontak tidak
akan tercapai.

2.4.10​ Patient Maintance

Gigi harus dibersihkan secara profesional 3-4 kali setahun. Untuk kebersihan
rongga mulut harus diperingatkan untuk tidak menggunakan penskalaan ultrasonik atau
abrasif udara. Prosedur-prosedur ini akan memperpanjang umur veneer.

3. Kasus
Seorang wanita usia 46 tahun datang ke klinik gigi mempunyai keinginan untuk
dibuatkan veneer baru. Pada gigi 13, 23 pernah menggunakan veneer selama 28 tahun,
namun sekarang telah berubah warna dan veneer pada gigi 11 dan 13 fraktur.
Pemeriksaan klinis didapatkan diskolorasi tetrasiklin tingkat 4.

4. Pembahasan
Pada kasus tersebut, ditemukan ​intrinsic tetracycline stain (kelas IV). Bergantung
pada etiologi dan keparahan dari stain tersebut, opsi perawatan pun bervariasi, mulai dari
simple polishing hingga ​bleaching, veneers, ​atau ​crown. ​Crown m
​ erupakan opsi terakhir
untuk menangani gigi yang berubah warna karena perawatan ini termasuk perawatan
yang ​agressive. Pada kasus tersebut, ​conventional feldspathic ceramic veneers
digunakan. Sistem restorasi tersebut merupakan sistem restorasi yang efektif untuk
menangani stain tetrasiklin. Walaupun begitu, restorasi tersebut dapat menimbulkan
masalah ketika diskolorasi pada gigi sudah terlalu parah. Penambahan ketebalan dari
porcelain dapat meningkatkan ​masking ability​, namun dapat memengaruhi jaringan
pulpa.
Kami menentukan untuk menggunakan ​translucent porcelain veneers yang
dikombinasi dengan ​opaque composite sublayer​. Dengan demikian, didapatkan hasil
yang natural. Beberapa studi menyatakan bahwa penggunaan ​opaque composite dapat
menangani diskolorasi gigi yang lebih intens dibanding dengan ​porcelain veneers.
Namun, Bassett ​et al.​ mengamati bahwa teknik tersebut mempunyai kesukaran tersendiri,
salah satunya adalah resiko terjadinya separasi antara ​opaque composite d​ engan
permukaan gigi. Magne et al menyatakan bahwa penggunaan dari ​immediate dentine
sealing s​ belum diberi komposit adalah suatu keharusan. ​Immediate dentine sealing
digunakan untuk adesi yang lebih baik dan untuk menghindari infiltrasi bakteri.
Di sisi lain, kekuatan ikatan antara komposit - porselain telah diuji. Gresnigt et al
telah melakukan suatu studi klinis untuk mengevaluasi performa dari kelekatan ​veneer
pada gigi / pada gigi dengan restorasi komposit. ​Survival Rate d​ ari ikatan ​ceramic pada
gigi dengan resin komposit maupun tidak, memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
Cehn et al menyatakan bahwa ikatan antara porselain-komposit dan porselain-gigi tidak
memiliki perbedaan.
Untuk hasil yang lebih baik, ​veeners dibuat dengan ​parallel stratification
masking technique. Teknik ini memberikan integrasi optikal yang efisien pada restorasi
ketika diskolorasi gigi dengan keadaan parah terjadi. Lapisan ​masking ​yang pertama dari
fluorescent porselain d​ iaplikasikan untuk melapisi area yang terjadi diskolorasi dan
​ apisan kedua diaplikasikan lebih sedikit dari
untuk menciptakan basis yang seimbang. L
yang pertama sebagai filter untuk memperhalus transisi dari lapisan ​masking ​dengan
struktur gigi asli.
Penggunaan dari ​porcelain veneers merupakan opsi yang baik dilihat dari segi
estetik dan ​survival rates. Presentase dijelaskan dalam literatur tersebut adalah 95,7%
setelah 5 tahun dan 87% setelah 8 tahun. Katoh et al mengamati bahwa hasil klinis dari
feldspathic veneer​ setelah 20 tahun termasuk memuaskan secara umum.
Reinforced porcelain veneer ​juga memiliki ​survival rate y​ ang bagus, yaitu 94%
setelah 7 tahun. Walupun begitu, ​veener b​ entuk ini memiliki translusensi yang lebih
rendah. Aluminium dan zirconia adalah material yang ​opaque, s​ ehingga untuk mencapai
estetik yang baik pada sektor anterior merupakan hal yang sulit.
Jadi, penggunaan dari ​opaque composite s​ ebelum ​conventional feldspathic ceramic
veneers ​ adalah opsi perawatan konservatif untuk melapisi gigi yang terdiskolorasi.
5. Kesimpulan
Conventional feldspathic ceramic veneers d​ isertai penggunaan opaquer
merupakan sistem restorasi yang efektif untuk menangani diskolorasi gigi akibat
tetrasiklin.
6. Daftar Pustaka

Anusavica, K.J., DeFreest, C.F., Ferracane, J., Mackert, J.R., Marek, M., ​et al. 2004.
Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi, edisi 10. Jakarta: Phiips

Nageswar R. 2009. ​Advanced endodontics.​ New Delhi: Jaypee Brothers Medical


Publishers (P), Ltd: 308

Putri MH, Herijulianti E, Nurjanah N. 2010. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras
dan jaringa pendukung gigi. ​Preventive dentistry.​ Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC: 77-85; 93-97; 220-221

Prathap, Sruthy. 2013. ​Extrinsic stain and management​ : A new insight: India

Sundoro, EH. 2005. Serba - serbi ilmu konservasi gigi. Jakarta: UI Pres: 175

Sowmya, S., Sunitha, S., M.R Dhakshaini, K. N. Raghavendraswamy. 2015. ​Esthetics


with Veneers: A Review​. International Journal of Dental Health Concerns 1: p. 1-5

Tarigan, Rasinta. 2004. Perawatan pulpa gigi (endodonti), Ed. 2. Jakarta: EGC: 209-210

Walton, Richard E. 2003. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. Ed. 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC: 455-465.

Anda mungkin juga menyukai