Anda di halaman 1dari 14

Skenario PBL 1 Pertemuan 1

A 7-years-old female accompanied by her mother come to the dentist because both of
her lower front permanent teeth that have been erupted have brown colored and located
behind the lower front primary tooth, so it looks overlap. The mother said that her daughter
used to got sick and took certain antibiotics for a long time. Clinical examination revealed
there were tooth 31 and 41 have normal shape and size, partial erupted and located at lingual
side of tooth 71 and 81, and have brown colored. The mother was worried about her
daughter’s condition and want her daughter’s teeth treated.

Seorang perempuan berusia 7 tahun didampingi ibunya datang ke dokter gigi karena
kedua gigi tetap depan bawahnya yang sudah erupsi berwarna coklat dan terletak di belakang
gigi sulung depan bawah sehingga terlihat tumpang tindih. Sang ibu mengatakan bahwa
putrinya pernah sakit dan minum antibiotik tertentu untuk waktu yang lama. Pemeriksaan
klinis didapatkan gigi 31 dan 41 memiliki bentuk dan ukuran normal, erupsi sebagian dan
terletak pada sisi lingual gigi 71 dan 81, serta berwarna coklat. Sang ibu khawatir dengan
kondisi putrinya dan ingin gigi putrinya dirawat.

A. Mengklarifikasi Istilah atau Konsep


1. Erupsi Gigi : Erupsi gigi adalah pergerakan gigi mulai dari pembentukan gigi di
dalam tulang alveolar kemudian gigi menembus gingiva (vito)
 peristiwa terdorongnya mahkota gigi ke ppermukaan akibat dari
perkembangan akar (arkhab)
2. Sisi Lingual : sisi yang menghadap ke bagian lidah (ihsan)
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kelainan yang terjadi pada kasus diatas
2. Apa saja etiologi terjadinya kelainan pada kasus di atas
3. Penjelasan dan pengertiaan dari presistensi gigi desidui dan diskolorisasi gigi
4. Bagaimana patofisiologi dari persisten gigi
5. Bagaimana mekanisme erupsi dan rearsobsi pada proses pergantian gigi
6. Bagaimana tahapan pertumbuhan dan perkembangan gigi desidui dan permanen
7. Apa saja jenis obat obatan yang dapat menyebabkan diskolorisasi gigi
8. Apa perawatan pada kasus di atas
9. Apa saja kelainan pada erupsi gigi
10. Klasifikasi diskolorisasi gigi
11. Tingkat keparahan diskolorisasi gigi

C. Menganalisis masalah
1. Apa saja kelainan yang terjadi pada kasus diatas
 (marcell) persistensi gigi desidui dimana gigi belum tanggal padahal sudah
saatnya untuk tanggal, Diskolorisasi gigi permanen : perubahan warna pada
lapisan gigi yaitu gigi permanen depan bawah yang sudah erupsi berwarna
coklat
 Persistensi gigi disertai diskolorisasi etcausa dari medical mentosa
2. Apa saja etiologi terjadinya kelainan pada kasus di atas
 (rilla) persistensi gigi dapat terjadi karena adanya kegagalan pada proses
resorbsi akar gigi desidui dikarenakan tidak berperannya odontoklas. Hal
ini disebabkan oleh karena beberapa faktor antara lain lesi akibat trauma,
lesi akibat dorongan gigi permanen, faktor gigi di sebelahnya. diskolorasi
gigi bisa terjadi karena pengaruh antibiotik tetrasiklin pada waktu
pertumbuhan gigi sedang berlangsung.
 (mayang) Penyebab persistensi yaitu lambatnya resorbsi akar gigi susu dan
posisi abnormal benih gigi permanen. Diskolorasi gigi itu bisa disebabkan
karena penggunaan obat tertentu yang membuat gigi mengalami gangguan
perkembangan pada tahap mineralisasi, baik di email maupun di dentin.
 (vito) etiologi persistensi gigi
1. Tidak cukupnya tempat bagi gigi yang akan tumbuh untuk
menggantikan gigi sulung.
2. Gangguan hormone
3. Kelainan benih gigi permanen
 (Nashwa) Penyebab persistensi dihubungkan dengan terhambatnya proses
resorbsi akar gigi sulung karena faktor-faktor tertentu, antara lain Kelainan
benih gigi permanen dan Defisiensi nutrisi,
 (arkhab) salah satu penyebab persisitensi gigi adalah kelainan benih gigi
permanen, benih gigi permanen yang tidak berada dalam posisiny dapat
menyebabkan posisi erupsinya menyimpang keluar dari lengkung gigi.
Mekanismenya adalah tetrasiklin akan terikat dengan kalsium dan
membentuk senyawa kompleks berupa tetrasiklin kalsium ortofosfat.
Jaringan gigi yang sedang dalam proses mineralisasi itu tidak hanya
memperoleh kalsium, tetapi juga molekul tetrasiklin yang kemudian
tertimbun di dalam jaringan dentin dan email.
 (marcell) Diskolorisasi gigi permanen :
Diskolorasi gigi berdasarkan sumbernya dibagi menjadi 2, yaitu
o Diskolorisasi eksogen karena substansi dari luar gigi dan sering
disebabkan kebiasaan minum-minuman berwarna yang berkepanjangan
dan merokok.
o Diskolorisasi endogen berasal dari dalam gigi, didapat dari sumber
lokal maupun sistemik. Dari kasus tersebut dikarenakan faktor lokal yaitu
pengaruh obat minum antibiotik tertentu untuk waktu yang lama.
Perubahan warna terjadi mengenai bagian dalam struktur gigi selama masa
pertumbuhan gigi dan umumnya warna terjadi di dalam dentin sehingga
relatif sulit dirawat secara eksternal.
 (ihsan) Penyebab diskolorasi ekstrinsik dibedakan menjadi dua yaitu
langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu kromogenik
organik yang melekat pada pelikel. Warna yang dihasilkan dari warna asli
kromogen tersebut yang berhubungan dengan bahan yang biasanya
dikonsumsi setiap hari seperti teh dan kopi.Penyebab tidak langsung
dihasilkan dari interaksi antara bahan kimia terhadap permukaan gigi
seperti antiseptik kationik dan garam metal.

3. Penjelasan dan pengertiaan dari presistensi gigi desidui dan diskolorisasi gigi
 (Rizkyta) Pengertian presistensi gigi desidui Persistensi gigi desidui
merupakan suatu keadaan pada gigi desidui masih ada dan bahkan tidak
goyang sama sekali saat gigi permanen erupsi. Keadaan ini umumnya terjadi
sekitar usia 6-12 tahun. Gigi desidui adalah gigi yang tumbuh pertama
tumbuh, sering disebut gigi sulung atau gigi susu. 

Pengertian Diskolorisasi :Diskolorasi gigi secara umum diartikan sebagai


perubahan warna gigi menjadi lebih gelap daripada gigi aslinya yang
dipengaruhi oleh multifaktor, diantaranya: faktor intrinsik dan ekstrinsik.
 (john) Persistensi sering dijumpai pada anak usia 6-12 tahun. Keadaan ini
tidak memiliki penyebab tunggal, tetapi merupakan keadaan yang disebabkan
oleh banyak faktor, yaitu:
1. Resorpsi akar gigi sulung yang lambat, yang dapat disebabkan oleh
gangguan nutrisi, hormonal atau gigi berlubang besar dengan indikasi
perawatan saraf yang tidak dirawat
2. Arah tumbuh gigi tetap yang tidak searah dengan tumbuhnya gigi sulung
yang akan digantikannya
3. Tidak cukupnya tempat bagi gigi yang akan tumbuh untuk menggantikan
gigi sulung. Dengan demikian gigi tetap mengarah kepada tempat yang
kosong, bisa di depan atau dibelakang gigi sulungnya
Gambaran klinis
Gigi sulung yang sudah melewati waktu tanggalnya tetapi tidak tanggal,
sehingga gigi tetapnya tumbuh di depan atau dibelakangnya. Gigi tetap dan
sulung akan bertumpuk dan lama-kelamaan akan menyebabkan masalah gigi
berjejal dan tidak rata bila tidak dilakukan penanganan.
Perubahan warna pada gigi tersebut dikenal dengan istilah diskolorasi gigi.
Diskolorasi gigi dibagi menjadi dua kategori berdasarkan penyebabnya yaitu
diskolrasi instrinsik dan ekstrensik.
Diskolorasi ekstrinsik disebabkan karena adanya penodaan (staining) akibat
warna bahan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Penggunaan produk
tembakau, teh, kopi, obat kumur tertentu, dan pigmen di dalam makanan
menyebabkan terbentuknya noda yang menempel pada permukaan gigi
maupun bahan tambal gigi. Perubahan warna pada gigi ini muncul sesuai
dengan makanan atau minuman yang sering dikonsumsi.

Diskolorasi instrinsik biasanya disebabkan perubahan warna gigi dari dalam


jaringan gigi
 (mayang) Diskolorasi merupakan terjadinya perubahan warna pada gigi yang
dapat terjadi selama atau sesudah pembentukan email dan dentin yang dapat
terjadi akibat banyak faktor.
Persistensi gigi merupakan dimana gigi sulung yang menjadi panduan
tumbuhnya gigi permanen tidak tanggal sesuai waktunya, sedangkan gigi
penggantinya telah erupsi (sudah mau tumbuh)
 (Nashwa) Persistensi gigi desidui adalah keadaan dimana gigi susu/sulung
yang tidak tanggal walaupun gigi permanent/dewasa sebagai gantinya sudah
mulai tumbuh, terkadang juga gigi susu tidak goyang. Persistensi gigi
disebabkan oleh tidak adanya benih gigi permanen, lambatnya resorbsi akar
gigi sulung, gangguan nutrisi, dan posisi abnormal benih gigi permanen yang
tidak terletak persis dibawah gigi sulung baik terletak didepan atau dibelakang
gigi sulung, sehingga timbul variasi posisi erupsi gigi permanen.
Diskolorasi secara umum diartikan sebagai perubahan warna pada gigi yang
dipengaruhi oleh multifaktor, seperti penggunaan produk tembakau, teh, kopi,
dan obat-obatan tertentu.
4. Bagaimana patofisiologi dari persisten gigi
 (jihan) Proses tumbuh pada pergantiaan gigi sulung ke gigi tetap, pertama
akar dari gigi sulung mengalami pengeroposan dari bawah atau dari ujung
akar, sementara itu benih gigi tetap yang berada dibawahnya bergerak ke
atas mengikuti akar gigi yang makin menghilang. Sementara itu gigi tetap
tadi membangun akar mulai dari leher gigi, ke bawah seakan - akan
mendorong mahkota gigi tetap tersebut untuk segera muncul ke ruang
mulut. Pada saat akar gigi sulung habis sampai leher gigi di dalam proses
pengeroposan tadi, maka mahkota gigi sulung akan goyang, siap untuk
tanggal dan digantioleh gigi tetap. Proses ini dikenal sebagai proses
pergantian gigi yang sehat. Kemudian jika dikaitkan dengan persisten gigi
sulung yang dialami, jika factor penyebab seperti sering sakit2an,
defisiensi nutrisi, infeksi oral,gangguan hormone, dan gangguan yang
lainnya hal tersebut bisa memicu proses pengeroposan akar gigi sulung
tersebut tidak bisa berlangsung. Sehingga tahap pertumbuhan gigi, tidak
berjalan normal seperti biasanya. Akibatnya gigi permanen akan tumbuh
tanpa suatu petunjuk jalan yang betul sehingga mengakibatkan letak dari
gigi tetap tersebut salah kedudukannya setelah erupsi. Sebagai akibatnya,
maka gigi tetap itu bisa menjadi masalah karena tumbuh terlalu ke
dalam,terlalu keluar, atau mungkin berdesak-desakan, sehingga gigi geligi
tersebut dikemudian hari menjadi berjejal. Gigi sulung yang tidak
mengalami proses pengeroposan tersebut akan sulit lepas, karena ada
akarnya yang masih menancap terutama di dalam gusi, sehingga terjadinya
perisistensi gigi sulung.
 (marcell) Patofifiologi Diskolorisasi gigi permanen :
Jika gigi terpapar tetrasiklin (baik dalam kandungan atau melalui
pemberian oral) pada saat mineralisasi atau kalsifikasi gigi  tetrasiklin
akan berikatan dengan ion kalsium (kalsium ortofosfat) dalam gigi 
sebelum erupsi gigi melalui gingiva (gusi), tetrasiklin yang terikat dengan
kalsium ortofosfat akan menyebabkan perubahan warna kuning fluoresen
awal  Namun, pada saat erupsi gigi dan pajanan terhadap cahaya,
tetrasiklin akan teroksidasi menyebabkan perubahan warna berubah dari
kuning fluoresens menjadi nonfluoresen cokelat selama beberapa bulan
hingga bertahun-tahun.
Rentang usia ini mencakup periode kalsifikasi gigi. Kalsifikasi gigi sulung
dapat dipengaruhi hingga usia 10-14 bulan, gigi permanen anterior dari 6
bulan hingga 6 tahun dan gigi permanen posterior hingga usia 8 tahun
Mahkota gigi desidui juga menunjukkan pewarnaan yang jelas bila
tetrasiklin diberikan selama kehamilan oleh karena tetrasiklin dapat
ditransfer melalui plasenta.
5. Bagaimana mekanisme erupsi dan rearsobsi pada proses pergantian gigi
 (ragyl) Lepasnya komponen anorganik (kristal-kristal mineral) (terlihat
kristal mineral antara mikrofili dan pada vakuola ruffled border)
• Proses melibatkan pelepasan lokal, masuk ke lakuna Howship
• Permulaan kerusakan komponen organ ekstraseluler oleh enzim-enzim
kolagenase
• Hasil degradasi matriks tersebut ke sistem vakuola-lisosom pada daerah
ruffled border
• Dalam vakuola terdapat enzim hidrolitik asam kuat
• Gerakan erupsi menimbulkan tekanan kuat terhadap gigi desidui
• Tidak ada gigi permanen --> resorpsi berjalan (lambat) 2 arah luar dalam
 (avriel) Selama tahap inisiasi erupsi gigi permanen pengganti gigi desidui
– resorbsi jaringan keras gigi desidui dilakukan oleh ondontoklas –
odontoklas mempunyai enzim kolagenolitik dan proteglikanase yang
berhubungan dengan reabsorbsi gigi desidui – tulang diantara gigi desidui
dan permanen diresorbsi – tahap pertama resorbsi tulang adalah
pengambilan Kristal mineral, kemudian diikuti pengambilan sisa sisa
matriks organic – hal ini menunjukkan bahwa demineralisasi adalah tahap
pertama resorbsi
 (jihan) Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme erupsi gigi
• Delayed erupsi, premature erupsi
• Pengaruh sistemik : nutrisi, hormonal, iklim, ras, genetik
• Pengaruh lokal : abses berulang karena gigi desidui gangren, pencabutan
gigi desidui terlalu awal, trauma berat yang mengakibatkan rusaknya
dental folikel sehingga ligamentum periodontal tidak terbentuk dan terjadi
sementosis.

• Fase erupsi:
Fase 1 : mahkota gigi mendekati epitel mulut pada fase pra erupsi
Fase 2 : kontak pada epitel enamel yang menyusut bersama kutikel
development menyatu dengan epitel mulut mulai berdekatan.
Fase 3 : penyatuan antara epitel, enamel yang menyusut dengan kutikel
development dengan epitel mulut sudah mulai tampak
Fase 4 : penipisan epitel yang menyatu
Fase 5 : Epitel mulut terbelah berlaku gerakan pada gingiva yang melekat,
mahkota mulai muncul
Fase 6 : mahkota gigi muncul kedalam rongga mulut/ fase prafungsional
Fase 7 : Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir keika gigi
telah tanggal.
 (ihsan) Fase Erupsi gigi terbagi tas beberapa tahapan yaitu tahapan pre-
erupsi, intraosseous, penetrasi jaringan mukosa, pre-oklusal dan post
oklusal. Proses erupsi gigi permanen selain gigi molar permanen,
melibatkan gigi desidui, yaitu gigi desidui tanggal yang digantikan oleh
gigi permanen. Resorpsi tulang dan akar gigi desidui mengawali
pergantian gigi desidui oleh gigi permanennya. Resoprsi akar gigi desidui
dimulai di bagian akar gigi desidui yang paling dekat dengan benih gigi
permanen. Tahap awal erupsi gigi permanen akan menghasilkan tekanan
erupsi yang akan menyebabkan resorpsi akar gigi desidui. Namun, folikel
gigi dan retikulum stelata yang merupakan bagian dari komponen gigi juga
berperan dalam resorpsi akar gigi desidui.
 (gigih) Resorbsi akar :
Selama tahap inisiasi erupsi gigi permanen pengganti gigi desidui 
Resorbsi jaringan
keras gigi desidui dilakukan oleh odontoklas  odontoklas mempunyai
enzim kolagenolitik dan proteoglikanase yang berhubungan dengan
resorbsi gigi desidui  tulang di antara gigi desidui dan permanen
diresorbsi  tahap pertama resorbsi tulang adalah pengambilan kristal
Erupsi gigi:
Aposisi email di daerah mahkota gigi selesai  ameloblast membentuk
kutikula dental  permukaan email yang baru terbentuk  lapisam-
lapisan organ email dimampatkan  REE (enzim)  bergabung dengan
epitel- epitel permukaan rongga mulut  ronggarongga tempat erupsi gigi
melalui epitel- epitel yang melapisi rongga mulut

6. Bagaimana tahapan pertumbuhan dan perkembangan gigi desidui dan permanen


 (arkhab) odontogenesis merupakan peristiwa terbentuknya gigi.
odontogenesis memiliki beberapa tahapan yaitu tahap inisiasi, bud stage,
cap stage, bell stage, kalsifikasi, dan erupsi gigi. bud stage merupakan
tahapan awal dari pembentukan benih gigi, cap stage merupakan tahap
proliferasi sel dan bell stage merupakan tahap histodiferensiasi dan
morfodiferensiasi dari pembentukan jaringan gigi.
 (marcell) Pertumbuhan gigi :
Bud stage : Tanda perkembangan gigi paling awal dimulai pada minggu
keenam kehamilan dimana lapisan basal epitel rongga mulut membentuk
suatu struktur seperti huruf C yang disebut lamina dentalis (merupakan
primordium bagian gigi yang berasal dari ectoderm) Lamina dentalis ini
terbentuk di sepanjang rahang atas dan bawah 10 tunas gigi yang
berkembang pada tempat tertentu pada setiap lamina sehingga nantinya
menjadi 20 gigi susu
Cap stage : Permukaan dalam tunas gigi tersebut nantinya akan mengalami
invaginasi menghasilkan cap stage, yang mana terjadi pembesaran tunas
gigi karena terjadi multiplikasi sel yang lebih lanjut. Cap stage ini terdiri
dari epitel gigi luar sebagai lapisan luar, retikulum stelatum di bagian
tengah, dan epitel gigi dalam sebagai lapisan paling dalam. Papila dentis
berasal dari sel mesenkim pada lekukan “cap” ini.
Bell Stage : Ketika lekukannya semakin dalam, calon gigi ini akan
berbentuk seperti bel.. Pada stadium ini, sel-sel mulai membentuk
spesialisasi sehigga disebut juga dengan stadium histodiferensiasi.
Epitel gigi ameloblas email, sel mesenkim yang terletak dekat dengan
epitel dalam odontoblast dentin.
Pembentukan akar gigi :
epitel gigi menembus mesenkim dibawahnya selubung akar epitel
(selubung Hertwig). Sel mesenkim yang terletak di luar gigi dan berkontak
dengan dentin akar sementoblas sementum. Di luar lapisan tersebut,
mesenkim ligamentum periodontal yang berfungsi sebagai peredam kejut
dan mempertahankan gigi pada posisinya.
7. Apa saja jenis obat obatan yang dapat menyebabkan diskolorisasi gigi
 (ihsan) Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan
penyebab paling sering dari perubahan warna gigi intrinsik. Pemakaian
obat golongan tetrasiklin selama. Mekanismenya adalah tetrasiklin akan
terikat dengan kalsium dan membentuk senyawa kompleks berupa
tetrasiklin kalsium ortofosfat. Jaringan gigi yang sedang dalam proses
mineralisasi itu tidak hanya memperoleh kalsium, tetapi juga molekul
tetrasiklin yang kemudian tertimbun di dalam jaringan dentin dan email.
 (mayang) obat kumur klorheksidin, penggunaan obat seperti tetrasiklin
(antibiotic) dalam waktu Panjang, kemudian penggunaan obat-obatan
intracanal yaitu fenolat atu obat obatan berbasis iodoform tertutup dalam
saluran akar dan berkontak langsung dengan dentin sehingga lama
kelamaan akan beroksidasi yang menyebabkan dentin menjadi kehitaman,
dan juga bisa disebabkan oleh antiseptik kationik seperti chlorhexidine,
cetylpyridinium chloride
 (naka) Terasiklin - kuning kecoklatan/abu abu, Minosiklin- Hijau
keabuabuan/biru abu abu
 (john) Jenis obat obatan yang mengalami pengunian gigi adalah obat
kemoterapi yang mengarahkan ke kepala dan leher dimana juga bisa
membuat gigi kuning. Obat kemoterapi juga sama, bisa membuat gigi
kuning. contoh obat
Altretamine.
Bendamustine.
Busulfan.
Carboplatin.
Carmustine.
Penggunaan obat asma jangka Panjang juga menyebabkan gigi kuning atua
disklorisasi gigi
Kortikosteroid.
Pengubah leukotrien (leukotriene modifiers) ...
Agonis beta kerja cepat (short-acting beta-agonist)
 (avriel) Ciproflaxin (gigi kehijauan), Suplemen fluoride (putih seperti
kapur)
 (gigih) Penyebab diskolorisasi gigi yang berat (epianhydrotetracycline,
demethylchlor tetracycline, tetracycline HCL dan tetracycline L methylene
lysine). - Penyebab diskolorisasi ringan (chlortetracycline, metacycline,
doxycicline hyclate, oxytetracycline HCl dan anhydrotetracyclin).
 (marcell) Cairan tetrasiklin dapat menjadikan diskolorisasi permanen pada
gigi dan hipoplasi jika diberikan pada wanita hamil pertengahan akhir
masa kehamilannya atau pada anak di bawah usia 9 tahun. Pewarnaan /
perubahan warna gigi dengan tetrasiklin dipengaruhi oleh dosis yang
digunakan, dosis harian yang lebih besar dari 3 gram dan durasi
pengobatan yang lebih lama, tahap mineralisasi gigi (atau kalsifikasi) dan
tingkat aktivitas proses mineralisasi.
8. Apa perawatan pada kasus di atas
 (ama) pada kasus diatas dapat dilakukan perawatan berupa pencabutan gigi
decidui agar tidak terjadi tumpang tindih dengan gigi yang akan tumbuh
 (rizkyta)
 (naka)
 (marcell) Persistensi : ekstraksi gigi desidui (pada kasus ini gigi 71 dan 81)

Diskolorisasi gigi permanen :


Dapat dilakukan perawatan pencegahan/ preventif sambil menunggu gigi
erupsi sempurna menggunakan Topical aplikasi Fluor. Setelah gigi erupsi
sempurna dapat dilakukan veneer, mahkota jaket.
Gigi anterior : perawatan menggunakan PCC (Polycarbonat Crown),
acrylic crown, tumpatan composite atau glass ionomer menggunakan
celuloid crown.
Gigi posterior : menggunakan SSC (Stainless Steel Crown)
9. Apa saja kelainan pada erupsi gigi
 (fatwa) Kelainan yang terjadi dalam erupsi gigi dapat berupa natal dan
neonatal teeth, teething (pertumbuhan gigi), kista erupsi, impaksi gigi,
erupsi tertunda dari gigi-gigi tetap dan erupsi ektopik. Perawatan dari
kelainan ini memiliki arti penting karena gigi geligi memiliki fungsi estetik
dan mastikasi bagi manusia.
 (ama) kelainan pada erupsi gigi dapat berupa natal dan neonatal teeth, kista
erupsi, impaksi gigi, erupsi ektopik, gigi berlebih, fusi gigi, germinasi gigi,
amelogenesis imperfecta, dan diskolorasi gigi.
 (vito) Ankilosis : adalah suatu penggabungan jaringan keras antara tulang
dan gigi.
Eruption Cyst merupakan suatu variasi dari kista dentigerous yang
mengelilingi gigi yang sedang erupsi
Eruption Hematoma adalah suatu lesi kebiru-biruan, buram, lesi
asymptomatic yang melapisi gigi yang sedang erupsi.
Ectopic Eruption: Merupakan erupsi yang abnormal dari suatu gigi
permanen dalam hal ini gigi ke luar dari jalur normal dan menjadi
penyebab resorbsi abnormal suatu gigi desidui yang akan diganti.
10. Klasifikasi diskolorisasi gigi
 (mayang) a. diskolorasi ekstrinsik (disebabkan oleh noda tembakau,
minum the atau kopi)
b. diskolorisasi intrinsic (penumpukan suatu agen aktif yang menghasilkan
noda pada gigi, trauma selama ekstirpasi pulpa, material restorasi gigi,
material perawatan saluran akar, Dentinogenesis imperfekta dan
amelogenesis imperfekta
 (Nashwa) 1.Diskolorasi intrinsik disebabkan karna akumulasi atau
penumpukan suatu agen aktif yang menghasilkan noda pada gigi yang
terdapat di dalam email dan dentin. Penyebab diskolorasi intrinsik
membuat email menjadi translusensi karna stain sudah masuk ke dalam
dentin. Penyebab lain yaitu Pemakaian antibiotik, misalnya tetrasiklin.
2. Diskolorasi ekstrinsik yang bersifat lokal ini ditemukan pada
permukaan luar gigi.
Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 kategori :
1)Diskolorasi non metalik, disebabkan oleh kromogen organik melekat
pada pelikel. Warnanya berasal dari warna asli kromogen tersebut.
Diketahui dapat menyebabkan stain langsung adalah merokok, mengunyah
tembakau, teh, dan kopi. Pada gigi terlihat warna berasal dari komponen
polyphenol yang memberikan warna makanan.
2)Diskolorasi metalik, dihasilkan dari interaksi kimia antara komponen
penyebab perubahan warna dengan permukaan gigi. Berhubungan dengan
antiseptik kationik dan garam metal.
 (fatwa) Diskolorasi Ekstrinsik
Diskolorasi ekstrinsik yang bersifat lokal ini ditemukan pada
permukaan luar gigi. Beberapa penyebab dari diskolorasi
ekstrinsik adalah noda tembakau, teh yang dapat melekat pada
pelikel email dan bergabung melalui lapisan permukaan.
Diskolorasi ekstrinsik ini dapat dihilangkan dengan skaling dan
pemolesan pada gigi.
2) Diskolorasi Intrinsik
Diskolorasi intrinsik disebabkan karna akumulasi atau
penumpukan suatu agen aktif yang menghasilkan noda pada gigi
yang terdapat di dalam email dan dentin. Penyebab diskolorasi
intrinsik membuat email menjadi translusensi karna stain sudah
masuk ke dalam dentin. Penyebab lain pada gigi nonvital,
misalnya trauma selama ekstirpasi pulpa, material restorasi gigi,
dan material perawatan saluran akar. Dentinogenesis imperfekta
dan amelogenesis imperfekta yang terjadi pada periode
perkembangan gigi menjadi salah satu penyebab diskolorasi
intrinsik dan tidak dapat dihilangkan prosedur perawatan
pemutihan biasa karna kerusakan terjadi dalam email dan dentin
11. Tingkat keparahan diskolorisasi gigi
 (marcell) Tingkat keparahan diskolorisasi gigi
ringan :kuning terang merata
sedang : kuning gelap keabuan
berat : abu gelap, ungu atau biru dengan bentuk cincin pada servikal

D. Menarik Kesimpulan
Pada skenario ini diketahui bahwa terdapat kasus mengenai persistensi dan juga
diskolorisasi gigi. Adapun beberapa penyebab yang dapat menimbulkan persistensi
gigi diantaranya karena lesi akibat trauma, lesi akibat dorongan gigi permanen, atau
karen faktor gigi sebelahnya. Sedangkan Diskolorisasi gigi pada kasus ini disebabkan
oleh pengaruh antibiotik tetrasiklin pada waktu pertumbuhan gigi sedang berlangsung.
Deposisi obat dalam gigi dipercaya merupakan hasil dari sifat pengikatan dengan
pembentukan kompleks tetracyclin-calcium orthophosphate. Ada beberapa tetrasiklin
menunjukkan bahwa perbedaan derajat diskolorisasi pada gigi secara keseluruhan.
Tetrasiklin sendiri dapat dikategorikan menjadi 2 : Tata laksana yang dapat dilakukan
pada Persistensi : ekstraksi gigi desidui (pada kasus ini gigi 71 dan 81) dan untuk
Diskolorisasi gigi permanen : Dapat dilakukan perawatan pencegahan/ preventif
sambil menunggu gigi erupsi sempurna menggunakan Topical aplikasi Fluor. Setelah
gigi erupsi sempurna dapat dilakukan : veneer, mahkota jaket. Apabila diskolorisasi
terjadi pada gigi desidui, selain perawatan pencegahan karies dengan Topical aplikasi
Fluor, untuk gigi anterior dapat dilakukan perawatan menggunakan PCC
(Polycarbonat Crown), acrylic crown, tumpatan composite atau glass ionomer
menggunakan celuloid crown. Sedangkan untuk gigi posterior dapat menggunakan
SSC (Stainless Steel Crown)
E. Menetapkan Tujuan Belajar (LO)
1. Definisi persistensi gigi dan diskolorisasi gigi
2. Etiologi dari kasus tersebut
3. Patofisiologi diskolorasi gigi dan persistensi gigi
4. Waktu tumbuh gigi
5. Apa itu gigi 31, 71, 41, 81
6. Terminologi persistensi gigi
7. Persistensi gigi goyah dan gigi tidak goyah
8. Antibiotik apa yang menyebabkan diskolorisasi
9. Mengapa antibiotik menyebabkan diskolorisasi
10. Pada usia berapakah yang harus diperhatikan konsumsi antibiotiknya?

Anda mungkin juga menyukai