Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PLENNARY DISCUSSION

BLOK 2 SKENARIO PBL 1

KELOMPOK TUTORIAL 3

Ambawani Widad Surgawi (20190340003)


Nurul Azizah (20190340018)
Hashifah Alifia Putri Ananto (20190340029)
Alyaa Dlya (20190340037)
Arum Nur Arifta (20190340038)
Aghna Syakriya (20190340041)
Sarah Taskia Prissynisa (20190340044)
Annike Febriyanti Diah M (20190340046)
Rizki Indah Alifiani (20190340047)
Khansa Dya Ghassani (20190340086)
Ken Chika Pujisari (20190340088)
Salsabila Krisnaputri (20190340094)
Galih Rizky Perdana A (20190340108)
Salma Rizki Insyira (20190340110)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Telp. (0247) 387656 Fax. (0274) 387346
Website: www.umy.ac.id
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii
KATA PENGANTAR iii
BAB I 1
1.1 SKENARIO....................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1
BAB II 2
2.1 SIKLUS SEL..................................................................................................................2
2.2 MITOSIS PHASE...........................................................................................................4
2.3 MEIOSIS....................................................................................................................... 7
2.4 SIKLUS SEL TUMOR/KANKER....................................................................................8
2.5 APOPTOSIS................................................................................................................11
2.6 PROLIFERASI............................................................................................................. 12
2.7 DIFERENSIASI............................................................................................................ 14
2.8 P53.............................................................................................................................. 16
2.9 P16.............................................................................................................................. 20
2.10 Ki-67............................................................................................................................ 22
2.11 GANKYRIN.................................................................................................................. 23
2.12 IHC.............................................................................................................................. 24
BAB III 26
3.1 KESIMPULAN............................................................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA 27

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Laporan Plenary Discussion” dapat kami selesaikan
dengan baik. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hukum
menggosok gigi dan cara agar dapat menjadi seorang dokter muslim yang baik.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada rekan kelompok
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga
kami tujukan kepada kedua orang tua dan teman-teman kami yang telah memberikan doa,
dorongan, serta bantuan kepada kami sehingga makalah ini dapat kami selesaikan.
Demikian, makalah ini kami hadirkan dengan segala kelebihan dan kekurangan. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini, sangat kami harapkan.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.

Yogyakarta, 28 Oktober 2019

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 SKENARIO

Seorang gadis berusia 14 tahun didiagnosa memiliki agenesis pada seluruh


premolar pertama dan kedua rahang atasnya, insisivus pertama dan premolar kedua
sebelah kiri rahang bawah. Ayahnya (juga diketahui) memiliki kondisi serupa ini pada
gigi premolar pertama dan kedua rahang atas, molar ketiga sebelah kiri rahang atas,
insisivus kedua dan premolar kedua rahang bawah, serta kedua molar ketiga rahang
bawahnya. (Kejadian) Agenesis pada saudara laki-laki pasien juga telah dikonfirmasi
melalui proses wawancara. (Pada kasus ini) tidak ditemukan adanya kelainan fisik
lainnya, seperti pada kuku, kulit, rambut, maupun kelenjar keringat. (Pada) pasien
dilakukan pemeriksaan terkait kemungkinan adanya mutasi gen. Hasil pemeriksaan
secara seksama menunjukkan bahwa pasien memiliki mutasi gen MSX1 (yang juga
terjadi pada keluarga pasien) dengan sifat pewarisan dominan-autosomal non-sindromik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana tahapan terjadinya siklus sel normal?
2. Bagaimana proses meiosis dan mitosis?
3. Bagaimana perbedaan siklus sel normal dengan sel kanker?
4. Apa yang dimaksud dengan apoptosis, proliferasi, diferensiasi dalam siklus sel?
5. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan ki67, p53, p16, gankyrin?
6. Apa yang dimaksud dengan IHC dan bagiamana tahapan prosesnya?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SIKLUS SEL

Siklus sel adalah peristiwa yang melibatkan pertumbuhan sel dan pembelahan sel
secara aktif melewati suatu siklus yang berlangsung secara teratur untuk menghasilkan
dua anak sel baru. Pembelahan sel berlangsung melalui serangkaian tahapan
pertumbuhan yang tepat waktu dan diatur dengan cermat, replikasi DNA, dan
pembelahan yang menghasilkan dua sel yang identik secara genetik.
Siklus sel dipengaruhi oleh sistem kendali siklus sel, yang tidak hanya
memastikan adanya sekuen yang benar dari kejadian pada aturan waktu tetapi juga
mengawasi dan mengendalikannya. Siklus sel dibagi menjadi empat fase: G1, S, G2, dan
M. Selama fase presintesis G1, ukuran sel dan organel meningkat. Selama fase S, terjadi
sintesis DNA (ditambah histon dan chromosome-associated protein lainnya) dan
replikasi sentriol. Selama G2, ditimbun ATP, replikasi sentriol selesai dal tubulin
ditimbun untuk pembentukan kumparan. G1, S dan G2, dikenal sebagai interfase. M
menandakan mitosis, yang selanjutnya dibagi menjadi profase, prometafase, metafase,

2
anafase dan telofase. Hasilnya adalah pembelahan sel dan materi genetiknya menjadi
dua sel anak yang identik. Sekuen kejadian dalam siklus sel diatur oleh sejumlah protein
pencetus yang dikenal sebagai siklin.

INTERPHASE
Selama interfase berlangsung, sel mengalami proses persiapan pembelahan sel. Agar
sel dapat berpindah dari interfase ke fase mitosis, dibutuhkan tiga tahapan, yaitu fase
G1, S, dan G2

G1 PHASE
Tahap pertama dari interfase disebut fase G, atau celah pertama, dikarenakan sedikit
perubahan yang terlihat. Namun, selama tahap G, sel cukup aktif di tingkat biokimia. Sel
mengakumulasi blok bangunan DNA kromosom dan protein terkait, serta
mengumpulkan cadangan energi yang cukup untuk menyelesaikan tugas mereplikasi
setiap kromosom dalam nucleus.

S PHASE
Tahap kedua disebut S fase atau fase Sintesis, pada tahap ini dalam pembentukan
dua salinan identik dari setiap kromosom – sister kromatid yang melekat erat pada
daerah sentromer. Pada tahap ini setiap kromosom terbuat dari dua sister kromatid dan
merupakan kromosom yang digandakan.
Sentrosom digandakan pada fase S, dari dua sentorosom akan menghasilkan
pemintal kromosom atau mitotic spindle yang berfungsi memisahkan kromosom menuju
dua kutub berlawanan. Sentrosom terdiri dari sepasang sentriol yang membantu
pembelahan sel.

G2 PHASE
Dalam fase G atau Gap 2(G2), sel mengisi kembali cadangan energinya dan
mensintesis protein yang diperlukan untuk memanipulasi kromosom. Pada tahap ini
beberapa organel sel digandakan, dan sitoskeleton dibongkar untuk menyediakan energy
bagi pemintal kromosom atau mitotic spindle.Pada tahap ini mungkin ada pertumbuhan
sel tambahan selama tahap G2. Pada tahap ini terjadi persiapan akhir untuk fase mitosis
sebelum sel memasuki tahap pertama mitosis.

3
GO PHASE
Sel yang terlalu lama berada pada fase G1, dikatakan berada pada fase G0 atau
“quiescent”. Pada fase ini, sel tetap menjalankan fungsi metabolisnya dengan aktif,
tetapi tidak lagi melakukan proliferasi secara aktif. Sebuah sel yang berada pada fase G0
dapat memasuki siklus sel kembali, atau tetap pada fase tersebut hingga terjadi apoptosis.
Pada umumnya, sel pada orang dewasa berada pada fase G0. Sel tersebut dapat masuk
kembali ke fase G1 oleh stimulasi antara lain berupa: perubahan kepadatan sel, mitogen atau
faktor pertumbuhan, atau asupan nutrisi.

Transisi G0 ke G1
Fasa transisi dari fase G0 ke fase G1 disebut fase prima atau fase kompetensi replikatif, pada
hepatosit, fase prima dipicu oleh sekresi sitokina IL-6 dan TNF-α oleh sel Kupffer yang
menyebabkan hepatosit kehilangan sebagian massanya. Potensi proliferasi hepatosit setelah
kehilangan sebagian massanya.
Berbagai protein disintesis pada fase G1 setelah sel meninggalkan fase G0, beberapa
ribosom baru dibuat untuk mempercepat sintesis protein.Sejumlah protein yang dihasilkan
berupa enzim untuk mengembalikan fungsi metabolik yang hilang saat sel berada pada fase G0,
seperti enzim yang dibutuhkan untuk sintesis isoprenoid, zat yang diperlukan untuk aktivitas
onkogen Ras dan sintesis poliamina, yang mempunyai banyak fungsi termasuk menyediakan
ikatan ionik dengan asam nukleat. Onkogen Ras disintesis sebagai protein prekursor dan
membutuhkan proses paska-translasi sebelum dapat menjadi aktif dan melakukan transformasi
sel.
Enzim lain yang berperan dalam sintesis DNA, seperti timidina kinase, DNA polimerase dan
histon juga dihasilkan ribosom pada fase G1.

4
2.2 MITOSIS PHASE

Siklus mitosis adalah siklus pertumbuhan dan perkembangan sel. Siklus mitosis bertujuan
untuk mengganti sel-sel yang rusak atau regenerasi sel, perkembangan satu sel menjadi
banyak, dan membentuk individu baru. Mitosis diawali dengan terjadinya profase, profase
adalah membran inti sel melebur, setelah itu kromosom akan bergerak ke bidang ekuator dan
benang spindle.

PROPHASE
Pada tahap ini terjadi kondensasi kromosom yang sebelumnya telah digandakan pada
interfase atau periode S. Kondensasi kromosom berlangsung melalui proses penggulungan
DNA sehingga terjadi penebalan dan pemendekan ukuran kromosom sehingga pada akhir
proses penggulungan kromosom menjadi lebih pendek dan tebal; tiap kromosom terpisah
satu sama lain. Bentuk seperti ini akan mempermudah pergerakan kromosom dalam
pembelahan sel. Profase dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu awal, tengah, dan akhir.
Profase awal ditandai dengan mulai tampaknya serat-serat kromatin. Pada profase tengah
sudah terlihat pemisahan kromosom yang satu dengan yang lain, kromosom sudah
mempunyai bentuk Profase Metafase Anafase awal Anafase akhir Telofase Kromoso m
Nukleolu s Kromoso m Membran inti Kromoso m Kromoso m Kromosom Kromosom
Kromosom Kromosom Nukleolus Anafase awal 1.20 Genetika yang tebal dan pendek.

5
Proses penggulungan DNA akan berjalan terus dan pada tahap profase akhir, kromosom akan
mempunyai ketebalan serta pemendekan maksimum. Oleh karena kromosom telah
digandakan pada periode S maka pada profase akhir terlihat semua kromosom sudah menjadi
dua kali lipat. Namun, masing-masing kromosom anak masih disatukan pada satu titik yang
disebut sentromer. Kedua kromosom anakan yang masih disatukan oleh sentromer disebut
kromatid.
Letak sentromer merupakan ciri khas dari setiap kromosom. Berdasarkan posisi
sentromernya, kromosom dikelompokkan menjadi metasentrik (sentromer terletak di tengah
kromosom); parasentrik (sentromer terletak di ujung kromosom); submetasentrik (sentromer
dekat pada salah satu ujung kromosom). Pada kromosom tertentu terdapat penyempitan
sekunder, (penyempitan primer ialah sentromer) sehingga terdapat bentuk bulat bola pada
ujung kromosom yang disebut sebagai satelit. Satelit digunakan sebagai salah satu ciri
kromosom.

PROMETAPHASE
Cirinya adalah fragmen membran inti terbentuk, masing-masing kromatid mempunyai
kinetokor, beberapa mikrotubul menempel pada kinetokor menjadi mikrotubul kinetokor.

METAPHASE
Ditandai dengan lenyapnya membran inti, kemudian muncul serat-serat halus dari dua
kutub yang berlawanan. Serat tersebut akan menempel pada sentromer dan menarik
kromosom ke arah dua kutub yang berlawanan. Daya BIOL4219/MODUL 1 1.21 tarik yang
seimbang menyebabkan kromosom akan terletak pada bidang yang terdapat di tengah sel.
Bidang imajinasi tersebut dinamakan bidang ekuator dan posisi kromosom pada bidang
ekuator merupakan ciri tahap metafase. Metafase merupakan tahap yang paling cocok untuk
studi kromosom karena akibat posisinya yang terbesar menyebabkan jumlah kromosom dapat
dihitung dengan tepat, dan bentuk kromosom dapat dipelajari dengan seksama.

ANAPHASE
Daya tarik benang-benang akan menyebabkan kedua kromatid anak akan terlepas dari
ikatan sentromer, menjadi dua kromosom baru. Kedua kromosom baru itu akan bermigrasi ke
dua kutub yang berlawanan.

6
TELOPHASE
Pada tahap akhir ini, kromosom-kromosom baru sudah terpisah dan berkumpul pada
kutub yang berbeda. Kemudian, membran inti akan muncul membungkus dua kelompok
kromosom yang sudah terpisah itu dalam dua inti baru.

CYTOKINESIS
Setelah terbentuk dua inti, kemudian akan terjadi pemisahan sitoplasma, dengan
pembentukan dinding yang memisahkan kedua inti menjadi dua sel baru.

2.3 MEIOSIS

Meiosis berlangsung pada sel atau jaringan nutfah, pada saat pembentukan sel gamet.
Proses meiosis pada dasarnya mirip dengan mitosis, kecuali pada meiosis, sebelum terjadinya
pemisahan kromatid telah terjadi pemisahan pasangan kromosom homolog. Pada sel somatik
diploid setiap kromosom mempunyai pasangannya, yang disebut pasangan homolog. Setiap
kromosom mempunyai struktur yang sama dengan pasangan homolognya. Adanya pasangan
kromosom homolog ini berasal dari perkawinan atau penggabungan gamet dari kedua
tetuanya. Kebalikannya pada saat pembentukan gamet, melalui meiosis, pasangan kromosom
homolog dipisahkan lagi. Secara garis besar meiosis dapat dibagi ke dalam dua periode
pembelahan sel; pembelahan I dan pembelahan II atau sering disebut meiosis I dan meiosis

7
II. Pada setiap periode pembelahan tersebut terdapat tahap yang lebih 1.22 Genetika kecil
yang mirip tahapan yang ada pada mitosis; yaitu Profase I; metafase I; anafase I; telofase I;
untuk meiosis I, serta profase II, metafase II, anafase II, dan tolefase II untuk meiosis II.
Sebelum profase II atau setelah telofase I, kadang-kadang sel berada dalam tahapan interfase
tetapi sering juga tanpa adanya fase antara tersebut.

2.4 SIKLUS SEL TUMOR/KANKER

8
PERPUTARAN DAUR SEL
Sel kanker berada dalam tiga keadaan, sel yang sedang membelah atau dalam siklus
proliferatif, sel dalam keadaan istirahat, sel yang secara permanen tidak dapat membelah
(Ganiswara dan Nafrialdi, 1995). Proses penggandaan sel, dari satu sel menjadi dua sel,
empat sel dst, disebut proliferasi.
Fase pembelahan sel terdiri dari dua fase yaitu:
1. Interfase ditandai dengan tidak terlihatnya kromosom di dalam inti dengan jelas.
Fase interfase merupakan fase dimana tidak ada aktifitas pembelahan sel, namun
pada fase ini sel mempersiapkan diri untuk pembelahan lagi dengan
mengumpulkan materi dan energi. Interfase diawali dari fase G1, yaitu fase
pertumbuhan primer / subfase awal, dimana pada fase ini terjadi ekspresi dan
sintesis protein yang diperlukan untuk sintesis DNA, fase S yaitu fase sintesis
DNA dan fase pembentukan organel, dan fase G2, yaitu fase pertumbuhan
sekunder / subfase akhir menjelang fase mitosis, dimana pada fase ini sel akan
mengalami pertumbuhan dan sintesis protein sehingga cukup untuk dua sel
nantinya (Sukardja, 2000).
2. Fase mitotik yang terdiri dari profase, metafase, anafase, telofase, dan sitokinase.
Pada profase ditandai dengan hilangnya nukleolus, kondensasi kromatin, sentriol
akan berpindah dan membentuk dua kutub, dan dari sentromer akan keluar fibers.
Pada metafase, fibers akan membawa kromosom agar berada di tengah sel. Pada
anafase, kromosom terlepas dari pasangannya dan mulai tertarik kearah masing-
masing kutub. Pada telofase kromatid berada pada dua kutub dan sel siap untuk
menjadi dua sel baru. Pembelahan untuk menjadi dua sel baru disebut sitokinesis
(Sukardja, 2000).

9
Umumnya sel eukariot yang sedang tumbuh mempunyai siklus sel pembelahan sel
yang secara keseluruhan memerlukan waktu 24 jam. Pada tahap G1 membutuhkan waktu
8-10 jam, S membutuhkan waktu 6-8 jam, G2 membutuhkan waktu 4-6 jam. Dan pada
mitosis memerlukan waktu kurang dari satu jam, kurang lebih 30-45 menit (Becker,
1986).
Sel tumor yang sudah membelah terdapat dalam beberapa fase yaitu fase mitosis
(M), pasca mitosis (G1), fase sintesis DNA (fase S) dan fase pramitosis (G2). Pada akhir
fase G1 terjadi peningkatan RNA disusul dengan fase S yang merupakan saat terjadinya
replikasi DNA. Setelah fase S berakhir, sel masuk dalam fase pramitosis (G2) dengan ciri
sel berbentuk tetraploid, mengandung DNA dua kali lebih banyak sel fase lain dan masih
berlangsungnya sintesis RNA dan protein. Sewaktu fase mitosis berlangsung (fase M)
sintesis protein dan RNA berkurang secara tiba-tiba dan terjadi pembelahan menjadi dua
sel. Setelah itu sel dapat memasuki interfase untuk kembali memasuki fase istirahat (G0).
Sel pada fase G0 masih potensial untuk berproliferasi disebut klonogenik atau sel induk
(steam sel) jadi yang dapat menambah jumlah sel kanker adalah sel yang dalam siklus
proliferasi dan dalam fase G0 (Ganiswara dan Nafrialdi,1995).

REGULASI SIKLUS SEL


Regulasi daur sel (cell cycle) menentukan proses pertumbuhan sel. Pada sel
kanker terjadi regulasi abnormal dari cell cycle tersebut. Kanker muncul dari akumulasi
perubahan genetik yang menyebabkan sel berkembang tanpa kontrol dan perubahan ini
melibatkan empat sampai enam perubahan genetik (Hanahan and Weinberg, 2002).

10
Pertumbuhan menunjukkan adannya perubahan ukuran sel dan merupakan hasil
akhir dari proses-proses yang berpengaruh pada kehidupan sel tersebut seperti proliferasi,
diferensiasi dan kematian sel. Sel yang mengalami diferensiasi tidak mengalami
proliferasi atau potensi proliferasi lebih cepat dibandingkan dengan keadaan normalnya
(King, 2000).

2.5 APOPTOSIS

Apoptosis adalah kematian sel secara terprogram sebagi bagian mempertahankan dan
perkembangan normal pada sel. Pada sel yang mengalami apoptosis mempunyai gambaran
sebagai berikut:
a. Terkondensasinya kromatin, meleburnya membrane inti dan meleburnya membrane
plasma
b. Sel berkerut dan pecah menjadi fragmen yang terbungkus membrane yang disebut badan
apoptosis

Sel apoptosis tidak mengancam sel-sel disekitarnya karena perubahan dalam membrane
plasma membuat cepat difagosit oleh makrofag dan oleh sel-sel. Makrofag yang
memfagositositkan sel-sel apoptosis tidak melepaskan sitokinin yang mengawali respon
inflamai. Sel apoptosis yang tidak difagosit seperti dalam proses kultur sel di laboratorium,
maka akan mengalami degradasi yang mirip nekrosis sehingga disebut nekrosis sekunder.

11
Tanda-tanda yang dapat menimbulkan apoptosis melalui bebrapa mekanisme, yaitu:
a. Gen yang mengode enzim disebut caspase memegang peran penting dlama proses ini
b. Sitokini tertentu,seperti halnya tumor nrcrosis faktor (TNF) mungkin bisa mnegaktifkan
caspase yang merusajk protein pengatur dan protein structural inti dan sitoplasma,
menimbulkan perubahan morfologis yang kha dalam apoptosis

Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besar apoptosis dibagi
menjadi empat tahap, yakni adanya sinyal kematian (penginduksi apoptosis) yang bersifat
fisiologis (hormon dan sitokin), biologis (virus, bakteri, parasit), kimia (obat), atau fisik
(radiasi dan toksin). Tahap kedua adalah tahap integrasi atau pengaturan (transduksi signal,
induksi gen apoptosis yang berhubungan), selanjutnya adalah tahap pelaksanaan apoptosis
yakni terjadi perubahan morfologi dan kimia (degradasi DNA, pembongkaran sel,
pembentukan badan apoptotik). Tahap terakhir adalah tahap fagositosis atau eliminasi oleh
makrofag, dendritik atau sel yang berdekatan dengan sel apoptosis.Peristiwa apoptosis
melibatkan adanya pemadatan inti sel, pemadatan dan pembagian sitoplasma ke dalam
selaput ikat badan apoptotis, dan kerusakan kromosom ke dalam fragmen yang berisi
berbagai nukleosom.
Perubahan dalam apoptosis terjadi ketika caspase-3 membelah gelsolin, yakni suatu
protein pemelihara morfologi sel. Gelsolin akan membelah actin filamen di dalam sel.
Protein yang lain diperlukan untuk membentuk badan apopotik adalah p21-activated kinase 2
(PAK-2). Kinase ini diaktifkan oleh caspase-3 dengan proteolisis terbatas. Caspase-3 juga
berfungsi untuk membelah sitokeratin terutama cytokeratin 18 (CK18), dimana epitop baru
pada CK18 tampak dominan saat apoptosis awal.
Kelainan dalam proses apoptosis yang tidak sempurna juga dikaitkan adanya tumor,
kanker, dan penyakit autoimun lainnya.

2.6 PROLIFERASI

Proliferasi adalah fase sel saat mengalami pengulangan siklus sel tanpa hambatan.

12
Siklus sel adalah fungsi sel yang paling mendasar berupa duplikasi akurat sejumlah
besar DNA di dalam kromosom, dan kemudian memisahkan hasil duplikasi tersebut hingga
terjadi dua sel baru yang identik.
Siklus sel yang berlangsung kontinu dan berulang (siklik), disebut proliferasi.
Keberhasilan sebuah proliferasi membutuhkan transisi unidireksional dan teratur dari satu
fase siklus sel menuju fase berikutnya. Jenjang reaksi kimia organik yang terjadi seyogyanya
diselesaikan sebelum jenjang berikutnya dimulai. Sebagai contoh, dimulainya fase mitosis
sebelum selesainya tahap replikasi DNA akan menyebabkan sel tereliminasi.
Jenjang reaksi yang terjadi pada siklus sel, sangat mirip dengan relasi substrat-produk
dari sebuah lintasan metabolik. Produk dari sebuah jenjang reaksi akan berfungsi sebagai
substrat pada jenjang berikutnya, demikian pula dengan laju reaksi jenjang yang pertama
akan menjadi batas maksimal laju reaksi pada jenjang berikutnya.
Transisi antara jenjang reaksi ditentukan oleh lintasan pengendali ekstrinsik dan
intrinsik yang terdiri dari beberapa cekpoin, sebagai konfirmasi selesainya reaksi pada suatu
jenjang sebelum jenjang berikutnya dimulai. Kedua lintasan kendali dapat memiliki cekpoin
yang sama.
Lintasan kendali instrinsik akan menentukan setiap tahap berjalan sebagaimana
mestinya. Fasa S, G2 dan M pada sel mamalia dikendalikan oleh lintasan ini, sehingga waktu
yang diperlukan untuk fase tersebut, tidak jauh bervariasi antara satu sel dengan sel lain.
Lintasan kendali ekstrinsik akan berfungsi sebagai respon terhadap kondisi di luar sel atau
telisik defisiensi sel.
Defisiensi lintasan kendali intrinsik seringkali menyebabkan kanker. Penyimpangan
pada protein yang mengendalikan cekpoin siklus fase sering ditemukan pada penderita
kanker

13
2.7 DIFERENSIASI
Setelah melakukan pembelahan secara mitosis dan meiosis, sel juga akan mengalami
diferensiasi untuk tahapan lebih lanjut. Cytodifferentiation adalah proses yang secara
operasional terjadi sebagai akibar manifestasi aktif dari fungsi-fungsi khusus, seperti fungsi
yang timbul akibat ekspresi sel makromolekul spesifik. Perkembangan normal dihasilkan
dari 2 keadaan berbeda namun merupakan proses yang saling berkaitan, yaitu tahapan sel ke
fungsi spesifik dan interaksi antar sel. Proses ini akan mengatur perkembangan sel sel yang
berbeda untuk membentuk jaringan dan organ. berikut adalah tahapan dari diferensiasi sel
dan macam organ yang terbentuk.

14
15
2.8 P53
Protein p53 (p53) berperan sebagai tumor-suppressor disandi oleh gen p53 (p53). p53
merupakan faktor transkripsi dengan fungsi utama sebagai pengatur siklus sel dan sering
mengalami mutasi pada berbagai kasus keganasan manusia, yaitu sekitar 50% dari
keseluruhan keganasan pada manusia.
P53 ditemukan pada akhir tahun 1970 dalam bentuk cellular 53-kd nuclear
phosphoprotein yang terikat pada virus DNA SV40. Protein ini selain berpengaruh terhadap
kontrol siklus sel, juga berperan pada perbaikan kerusakan DNA dan sintesis DNA,
diferensiasi sel, serta program kematian sel (apoptosis). P53 pada manusia terletak pada
lengan pendek dari kromosom 17 (17p13.1). P53 membentuk tetramer melalui interaksi antar
regio C-terminal pada protein tersebut, selanjutnya tetramer ini dapat mengenali tempat
ikatan spesifik dan menstimulasi aktivasi gen target sebagai down stream.
P53 pada manusia terdiri dari 393 asam amino dan memiliki 5 domain:
a. N-Terminal transcription-activation domain (TAD), yang berfungsi mengaktivasi faktor-
faktor transkripsi, yaitu pada residu 1–42
b. Domain yang kaya akan proline, penting untuk aktivitas apoptosis, terletak pada residu
80–94
c. Central DNA-binding core domain (DBD) yang terdiri atas satu atom zinc dan beberapa
asam amino Arginin. Terletak pada residu 100–300
d. Homo-oligomerisation domain (OD). p53 membutuhkan bentuk tetramerisasi domain ini
untuk aktivitasnya secara in vivo. Terletak pada residu 307–355
e. C-terminal yang terlibat pada proses downregulation pengikatan DNA pada central
domain. Terletak pada residu 356–393.
Mutasi dan deaktivasi p53 pada karsinogenesis terutama terjadi pada DBD. Mutasi ini
akan merusak kemampuan protein untuk berikatan dengan targetnya pada sekuens DNA, dan
kemudian mencegah terjadinya aktivasi transkripsi target gen yang merupakan down stream
p53.
Karsinogenesis merupakan proses bertahap dan kompleks dari akumulasi
perubahangenetik. Pada etiopatogenesis kanker terdapat empat gen yang berperan penting
yaitu: oncogen, tumor suppressor gene, gen penyandi apoptosis dan gen untuk repair DNA.
Pada peristiwa stres sel antara lain kerusakan DNA, hipoksia, stres oksidatif maupun

16
onkogen akan menginduksi berbagai mediator upstream untuk aktivasi p53 seperti 14ARF
dan MDM2.
Tiga jalur penting sebagai downstream aktivasi p53 adalah sebagai berikut:
a. Mengaktivasi perbaikan DNA yang rusak.
Pada keadaan normal, p53 dalam keadaan tidak aktif dan terikat pada protein
Murine Double Minuta (MDM2) atau protein Human Double Minute (HMD2) yang
berfungsi mencegah aktivasi p53. Saat terinduksi oleh berbagai karsinogen seperti
radiasi UV, yang berpotensi merusak DNA, maka terjadi fosforilasi p53 oleh beberapa
protein antara lain Ataxia-Telangiectasia-Mutated (ATM), Checkpoint Kinase 1 (CHK1)
dan CHK2, selanjutnya p53 menjadi aktif. Setelah protein p53 teraktivasi, terjadi induksi
siklus sel untuk memasuki faseistirahat agar sel rusak dapat diperbaiki dan terjadi pula
pengaktifan apoptosis. Selain itu p53 juga berperan dalam proses Nucleotid Excision
Repair (NER) maupun Base Excision Repair (BER).
b. Menahan siklus sel pada titik G1/S regulation point.
Saat terjadi kerusakan DNA.p53 memiliki efek regulator negatif terhadap
perkembangan sel-sel kanker, dan keberadaannya pertama kali ditemukan pada kasus
karsinoma kolon. Regulator negatif ini berfungsi sebagai “rem “ yang mencegah
proliferasi sel yang tidak terkendali. Siklus sel berlangsung di bawah pengawasan p53,
bila terbentuk sel yang abnormal atau defek genetik selama sel membelah secara
kontinyu, maka sel akan masuk pada siklus istirahat (G1) sehingga akan ada cukup
waktu untuk menghancurkan sel abnormal tersebut. Akumulasi p53 setelah kerusakan
DNA menyebabkan siklus sel masuk pada fase G1/S dengan menginduksi ekspresi p21,
yang selanjutnya akan membuat kompleks cdk-cyclin menjadi tidak aktif. Selain itu p53
juga dapat menginduksi sel masuk pada fase G2/M.
c. Mengontrol proses apoptosis, jika kerusakan
DNA tidak lagi dapat diperbaiki. Dengan adanya mekanisme apoptosis, maka
dapat dipastikan sel-sel yang abnormal tidak akan dapat bertahan dan berlanjut sampai
bereplikasi. p53 normal, yang merupakan produk dari p53, memiliki kemampuan untuk
memastikan apakah sel yang abnormal tersebut telah dihancurkan dan tidak lagi
membelah. Namun fungsi apoptosis ini menyimpang bila terjadi mutasi p53.

Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa Bcl-2 dan Bax merupakan down
stream p53. Ekspresi Bax yang didinduksi oleh p53 dapat mempercepat proses apoptosis,

17
dengan membentuk heterodimer dengan Bcl-2 lewat protein homolognya (BH1 dan BH2),
sehingga mampu menghambat aktivitas Bcl-2.
Keterlibatan Bcl-2 pada induksi apoptosis oleh p53 dibuktikan oleh studi yang
dilakukan Miyashita pada tikus yang mengalami defisiensi p53, ekspres Bcl-2 meningkat,
diikuti menurunnya regulasi dari ekspresi Bax. Hasil ini membuahkan suatu hipotesis bahwa
kemampuan apoptosis p53 sebagian disebabkan karena efek supresinya pada ekspresi Bcl-2.

18
19
2.9 P16

Gen p16 yang juga dikenal dengan MTS1, CDKN2, dan p16INK4a terletak pada
kromosom 9 lokus p21 sehingga sering disingkat 9p21. p16 merupakan gen penekan tumor
yang berfungsi menghambat proliferasi sel berlebih.

P16 adalah gen penekan tumor yang menghasilkan protein yang mengikat CDK4/
CDK6 sehingga mampu menghambat siklus sel. Aktifitas p16 diperlukan dalam siklus sel
terutama pada fase G1 ke fase S. Ketika sel berada dalam kondisi tertekan, maka sel tidak
dapat melanjutkan ke fase berikutnya, oleh karena itu p16 berperan penting dalam
menghambat perkembangan kanker pada manusia.

Mutasi yang terjadi pada gen p16 menghasilkan protein P16 yang tidak mampu me-
ngikat CDK4/CDK6 dan menyebabkan tidak terkontrolnya siklus sel sehingga,
mengakibatkan proses keganasan. Beberapa kanker timbul sebagai akibat hilangnya atau
tidak berfungsinya gen penekan tumor secara sempurna, salah satu diantaranya adalah gen
p16. Perubahan dari gen p16 memicu tidak terkontrolnya pertumbuhan sel dan perjalanan
terjadinya kanker.

p16 adalah gen penekan tumor yang menghasilkan pro-tein p16 yang berfungsi
sebagai pengikat CDK4/CDK6 sehingga mampu menghambat siklus sel. Aktivitas p16
diperlukan oleh sel pada fase G1 menuju fase S. (Masuda-Robens, 2001). Mutasi yang terjadi
pada gen p16 meng-hasilkan protein P16 yang tidak mampu mengikat CDK4/CDK6,
sehingga mengakibatkan dan menyebabkan tidak terkon-trolnya siklus sel sehingga, tim-
bullah proses keganasan

Gen p16 yang juga dike-nal dengan MTS1, CDKN2, dan p16INK4a terletak pada
kromosom 9 lokus p21 sehingga sering disingkat 9p21 (Gambar 1), be-kerja menghambat
cyclin depen-dent kinase 4 (CDK4) yang berinteraksi dengan cyclin D dan menstimulasi
jalan masuk me-lalui fase G1. Formasi dari CDK4-MTS1 memblok fosfori-lasi kompleks

20
protein PRB dan hal ini merupakan, langkah pen-ting yang dibutuhkan sel untuk bergerak
dari fase G1 ke fase S (Naggar, 1999).

Gen p16 diketahui sebagai salah satu regulator negatif pa-da siklus sel, yang
menghambat dan memblok fosforilasi cyclin D-CDK4/CDK6 pada pRb serta mencegahnya
keluar dari fase G1.

Gen p16 yang juga dikenal dengan MTS1, CDKN2, dan p16INK4a terletak pada
kromosom 9 lokus p21 sehingga sering disingkat 9p21. p16 merupakan gen penekan tumor
yang berfungsi menghambat proliferasi sel berlebih.

p16 adalah gen penekan tumor yang menghasilkan protein yang mengikat CDK4/
CDK6 sehingga mampu menghambat siklus sel. Aktifitas p16 diperlukan dalam siklus sel
terutama pada fase G1 ke fase S. Ketika sel berada dalam kondisi tertekan, maka sel tidak
dapat melanjutkan ke fase berikutnya, oleh karena itu p16 berperan penting dalam
menghambat perkembangan kanker pada manusia.

Mutasi yang terjadi pada gen p16 menghasilkan protein P16 yang tidak mampu me-
ngikat CDK4/CDK6 dan menyebabkan tidak terkontrolnya siklus sel sehingga,
mengakibatkan proses keganasan. Beberapa kanker timbul sebagai akibat hilangnya atau
tidak berfungsinya gen penekan tumor secara sempurna, salah satu diantaranya adalah gen
p16. Perubahan dari gen p16 memicu tidak terkontrolnya pertumbuhan sel dan perjalanan
terjadinya kanker

p16 adalah gen penekan tumor yang menghasilkan pro-tein p16 yang berfungsi
sebagai pengikat CDK4/CDK6 sehingga mampu menghambat siklus sel. Aktivitas p16
diperlukan oleh sel pada fase G1 menuju fase S. (Masuda-Robens, 2001). Mutasi yang terjadi
pada gen p16 meng-hasilkan protein P16 yang tidak mampu mengikat CDK4/CDK6,
sehingga mengakibatkan dan menyebabkan tidak terkon-trolnya siklus sel sehingga, tim-
bullah proses keganasa.

Gen p16 yang juga dike-nal dengan MTS1, CDKN2, dan p16INK4a terletak pada
kromosom 9 lokus p21 sehingga sering disingkat 9p21 (Gambar 1), be-kerja menghambat
cyclin depen-dent kinase 4 (CDK4) yang berinteraksi dengan cyclin D dan menstimulasi

21
jalan masuk me-lalui fase G1. Formasi dari CDK4-MTS1 memblok fosfori-lasi kompleks
protein PRB dan hal ini merupakan, langkah pen-ting yang dibutuhkan sel untuk bergerak
dari fase G1 ke fase S (Naggar, 1999). Gen p16 diketahui sebagai salah satu regulator negatif
pa-da siklus sel, yang menghambat dan memblok fosforilasi cyclin D-CDK4/CDK6 pada
pRb serta mencegahnya keluar dari fase G1.

2.10 Ki-67
Protein Ki-67 berperan dalam proses proliferasi dan pertumbuhan sel kanker dimana
protein Ki-67 berperan dalam fase aktif siklus sel baik siklus G1, S, G2 dan mitosis yang
pada akhirnya terbentuk sel sel tumor yang semakin banyak dan invasi ke dalam pembuluh
darah. Protein Ki-67 atau antigen Ki-67 adalah protein inti sel yang non-histone yang hanya
diekspresikan dalam fase proliferatif siklus sel yang mengalami proliferasi seluler pada tahap
transkripsi RNA ribosom, kemudian diekpresikan pada fase aktif siklus sel yaitu fase G, fase
S, fase G2 dan fase M, (Gambar 1) akan tetapi tidak diekpresikan pada fase istirahat (fase
G0) serta memiliki waktu paruh hanya 1-1,5 jam.
Studi telah mengidentifikasi keterlibatan Ki-67 pada tahap awal sintesis RNA
ribosomase yang bergantung pada polimerase. Inaktivasi antigen KI-67 menyebabkan
penghambatan sintesis RNA ribosom. sehingga Ki-67 digunakan untuk penanda agrevitas
atau pertumbuhan sel tumor atau penanda proliferasi.
Konsentrasi protein Ki-67 sangat rendah pada fase G1 dan S namun memuncak pada
awal mitosis. Pada fase mitosis selanjutnya (selama fase anafase dan telofase) konsentrasinya
mengalami penurunan yang tajam.Secara singkat bahwa ekspresi Ki-67 dikaitkan dengan
status sel proliferatif. Tingkat ekspresi Ki-67 berbeda melalui fase siklus sel, Ki-67 tidak
diekspresikan dalam fase istirahat (G0), dan naik ke puncaknya dalam mitosis (M). Karakter
ini juga terkait erat dengan peran Ki-67 dalam memperkirakan radioresistance. Selama
interphase, antigen Ki-67 dapat dideteksi secara eksklusif di dalam inti sel, sedangkan pada
mitosis sebagian besar protein dipindahkan ke permukaan kromosom. Selain itu protein Ki-
67 telah digunakan untuk alat diagnostik seperti sebagai indikator sel yang mengalami
proliferasi, metasis dan tahap klinik penyakit kanker atau tumor, karena protein ini
konsentrasinya secara signifikan lebih tinggi diekspresikan oleh sel kanker ganas daripada
pada jaringan normal. Aktivitas proliferatif pada tumor dapat ditentukan dengan

22
penghitungan mitosis, penentuan kadar fraksi fotosintesis dan imunohistokimia dengan
antibodi reaktif melawan berbagai antigen seluler yang berkembang. Antibodi monoklonal
Ki67 biasa digunakan, dan reaktif terhadap antigen nuklear Ki-67 yang diekspresikan selama
fase siklus sel G1, S, G2 dan M, namun tidak ditemukan pada G0. Ekpresi protein Ki-67
sangat kuat berhubungan dengan proliferasi dan pertumbuhan sel kanker, semakin ganas sel
kanker makin tinggi kadar protein Ki-67

2.11 GANKYRIN
Gankyrin yang disebut juga PSMD10 atau p28 atau p28GANK, adalah sebuah protein
yang mengandung 7 penulangan ankyrin. Gankyrin terdiri atas 226 asam amino dan 25 kDa.
Protein ini merupakan sebuah subunit dari 26S proteasome yang secara spesifik berinteraksi
dengan S6b ATPase dari 19S regulator. Gankyrin terletak pada kromosom manusia Xq22.3.
Gankyrin memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan sel, proliferasi, invasi,
dan metastasis dalam siklus sel. Overekspresi dari gankyrin mengungkapkan adanya
keganasan dalam tubuh manusia, sehingga protein ini digunakan sebagai biomarker pada
berbagai jenis kanker.
Peran Gankyrin sebagai onkogen tumor telah terlihat pada beberapa jenis kanker, dan
Gankyrin dapat mengatur penekanan tumor pasca-translasi, menurunkan protein.
Overekspresi gankyrin dalam sel NIH-3T3 menyebabkan adanya transformasi sel-sel tersebut
sehingga memacu pembentukan tumor. Melalui interaksi dengan protein retinoblastoma (Rb)
dan cyclin-dependent kinase 4 (CDK4), Gankyrin memacu fosforilasi dan inaktivasi Rb, dan
mengaktifkan faktor transkripsi E2F, yang mengarah pada perkembangan siklus sel. Selain
itu, Gankyrin meningkatkan ubiquitylation dan degradasi dari p53 dengan mengikat Mdm2.
Gankyrin memiliki peran penting dalam Ras-initiated karsinogenesis dan mengatur aktivasi
Ras-mediated dari AKT melalui penghambatan jalur pensinyalan RhoA / ROCK / PTEN.
Gankyrin memediasi proliferasi sel melalui aktivasi jalur PI3K / AKT atau IL-6 / STAT3.
Gankyrin juga membentuk feedback loop positif dalam β-catenin signaling. Gankyrin diatur
oleh β-catenin signaling dan overekspresi dari Gankyrin secara positif meningkatkan
aktivitas transkripsi β-catenin dengan mengurangi kadar protein E-cadherin dan melokalisasi
membran kompleks E-cadherin / β-catenin, yang mengindikasikan bahwa β-catenin dapat

23
menjadi aktivator transkripsi penting dari Gankyrin. Gankyrin dapat menghambat NFkB /
RelA pada tingkat transkripsional dengan mengikat langsung ke RelA dan memodulasi
asetilasi RelA melalui SIRT1. Gankyrin menghambat translokasi nuklir NFkB / RelA dan
menekan aktivitasnya.

2.12 IHC
Imunohistokimia merupakan suatu proses mengidentifikasi protein spesifik pada
jaringan atau sel dengan menggunakan antibodi. Tempat pengikatan antara antibodi dengan
protein spesifik diidentifikasi dengan marker yang biasanya dilekatkan pada antibodi dan
bisa divisualisasi secara langsung atau dengan reaksi untuk mengidentifikasi marker. Marker
dapat berupa senyawa berwarna, zat berfluoresensi, logam berat, label radioaktif, atau enzim.
Terdapat dua metode dasar identifikasi antigen dalam jaringan dengan imunohistokimia,
yaitu metode langsung (direct method) dan tidak langsung (indirect method).
a. Metode langsung (direct method)

24
Metode langsung merupakan metode pengecatan satu langkah karena hanya
melibatkan satu jenis antibodi, yaitu antibodi yang terlabel, contohnya antiserum
terkonjugasi fluorescein isothiocyanate (FITC) atau rodhamin.
b. Metode tidak langsung (indirect method).
Metode ini menggunakan dua macam antibodi, yaitu antibodi primer (tidak
berlabel) dan antibodi sekunder (berlabel). Antibodi primer bertugas mengenali
antigen yang diidentifikasi pada jaringan (first layer), sedangkan antibodi
sekunder akan berikatan dengan antibodi primer (second layer). Antibodi kedua
merupakan anti-antibodi primer. Pelabelan antibodi sekunder diikuti dengan
penambahan substrat berupa kromogen. Kromogen merupakan suatu gugus fungsi
senyawa kimiawi yang dapat membentuk senyawa berwarna bila bereaksi dengan
senyawa tertentu. Penggunaan kromogen fluorescent dye seperti FITC, rodhamin,
dan Texas-red disebut metode immunofluorescence, sedangkan penggunaan
kromogen enzim seperti peroksidase, alkali fosfatase, atau glukosa oksidase
disebut metode immunoenzyme.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pada kasus ini, pasien mengalami bengkak karena adanya pertumbuhan sel tumor akibat
adanya kelainan dalam pertumbuhan sel. Dalam sel normal, tahap siklus sel dibagi menjadi
empat fase: G1, S, G2, dan M. Selama fase presintesis G1, ukuran sel dan organel meningkat.
Selama fase S, terjadi sintesis DNA (ditambah histon dan chromosome-associated protein
lainnya) dan replikasi sentriol. Selama G2, ditimbun ATP, replikasi sentriol selesai dal tubulin
ditimbun untuk pembentukan kumparan. G1, S dan G2, dikenal sebagai interfase. M
menandakan mitosis, yang selanjutnya dibagi menjadi profase, prometafase, metafase,
anaphase dan telofase.
Sel tumor yang sudah membelah terdapat dalam beberapa fase yaitu pasca mitosis (G1),
fase sintesis DNA (fase S), fase pramitosis (G2), dan fase mitosis (M). Setelah itu sel dapat
memasuki interfase untuk kembali memasuki fase istirahat (G0). Sel pada fase G0 masih
potensial untuk berproliferasi disebut klonogenik atau sel induk (steam sel) jadi yang dapat
menambah jumlah sel kanker adalah sel yang dalam siklus proliferasi dan dalam fase G0.
Regulasi daur sel (cell cycle) menentukan proses pertumbuhan sel. Pada sel kanker terjadi
regulasi abnormal dari siklus sel. Kanker muncul dari akumulasi perubahan genetik yang
menyebabkan sel berkembang tanpa kontrol.

Pertumbuhan sel yang tidak normal ini dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan
immunohistochemical atau IHC terhadap protein seperti p16, p53, ki67, dan gankyrin. Yaitu
protein-protein yang memiliki peran penting dalam siklus sel, yang kemudian digunakan
sebagai biomarker pada beberapa jenis kanker.

26
DAFTAR PUSTAKA

Asmuddin. (2004). Peran Gen p16 Pada Siklus Sel Terhadap Pembentukan Kanker. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 4(1).
Baudoin, N. C., & Cimini, D. (2018). A guide to classifying mitotic stages and mitotic defects in
fixed cells. Springer Nature.
Gartner, L. P., Hiatt, J. L., & Strum, J. M. (2011). Biologi Sel dan Histologi (6 ed.).
Kusumaningrat, I. B. (2018). PERAN INDEX PROLIFERASI KANKER Ki67 PADA
TROMBOSIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER. Universitas Udayana.
Li, H., Zhang, J., Zhen, C., Yang, B., & Feng, L. (2018). Gankyrin as A Potential Target For
Tumor Therapy: Evidence and Perspective. Am J Transl Res, 10(7).
Mohammad, T. A., Tsai, Y. S., Ameer, S., Chen, H.-I. H., Chiu, Y.-C., & Chen, Y. (2018). CeL-
ID: cell line identification using RNAseq. BMC Genomics.
Nurhayati, B., & Darmawati, S. (2017). Biologi Sel dan Molekuler.
Perbedaan Proliferasi Sel dan Diferensiasi Sel. (2019, April 13). Retrieved from Perbedaan:
https://perbedaan.budisma.net/perbedaan-proliferasi-sel-dan-diferensiasi-sel.html
Prakoeswa, C. R. (2008). Peran p53 Pada Patogenesis Karsinoma Sel Basal. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, 20(3).
Proliferasi. (n.d.). Retrieved from Wikipedia: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Proliferasi
Putri, K. (2019). Tahap Pembelahan Sel (Mitosis): Profase, Prometafase, Metafase, Anafase,
Telofase, Mitosis Pada Hewan. Retrieved from DuniaKuMu:
https://duniakumu.com/tahap-pembelahan-sel-mitosis-profase-prometafase-metafase-
anafase-telofase-mitosis-pada-sel-hewan/2/
Sari, L. M. (2018). Apoptosis: Mekanisme Molekuler Kematian Sel. Cakradonya Dental
Journal, 10(2).
The Cell Cycle. (2019, Oktober 24). Retrieved from The LibreTexts Libraries:
https://bio.libretexts.org/Bookshelves/Introductory_and_General_Biology/Book
%3A_Concepts_in_Biology_(OpenStax)/6%3A_Reproduction_at_the_Cellular_Level/6.
2%3A_The_Cell_Cycle
Universitas Gadjah Mada. (n.d.). CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER
FAKULTAS FARMASI UGM. Retrieved from http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/sop-ihc-p53-laras.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai