Anda di halaman 1dari 8

PBL 3: ANEMIA

1. Definisi anemia
Jawab:
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal,
berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan.

2. Sebab anemia
Jawab:
Sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat
besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia
bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.

a) Kehilangan darah
Perdarahan yang dapat mengakibatkan anemia bisa berupa mimisan, batuk darak, BAB
berdarah, gusi berdarah, menstruasi yang banyak dan lama, BAK berdarah dan perdarahan
di kulit seperti lebam-lebam di kulit. Perdarahan yang lama biasanya menimbulkan anemia
defisiensi besi.
b) Berkurangnya produksi sel darah merah di sumsum tulang.
Produksi sel darah di sumsum tulang tergantung kepada sumsum tulang yang berfungsi
dengan baik, ketersediaan bahan-bahan/nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah seperti protein, vitamin B12, asam folat dan zat besi, ketersediaan hormon yang
cukup untuk produksi sel darah merah (hormon eritropioetin, hormon tiroid)
serta tergantung pada kemampuan tubuh untuk membentuk hemoglobin yang normal.
Apabila terjadi gangguan pada sumsum tulang seperti pada anemia aplastik, leukemia dan
penyebaran sel tumor ganas ke sumsum tulang maka terjadi penurunan produksi sel darah
merah di sumsum tulang sehingga terjadi anemia.
c) Meningkatnya destruksi/pemecahan sel darah merah (anemia hemolitik)
Dalam keadaan normal sel darah merah berumur 120 hari setelah dibentuk di sumsum
tulang, setelah berumur 120 hari sel darah merah akan dihancurkan di limpa dan di hati.
Pada penyakit tertentu seperti pada infeksi malaria, pada penyakit talasemia atau karena
obat tertentu sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari seharusnya sehingga keadaan
ini menimbulkan anemia yang disebut dengan anemia hemolitik. Anemia hemolitik juga
dapat terjadi akibat penyakit autoimun seperti pada penyakit lupus yang diderita oleh
seorang pasien.

3. Tanda dan gejala (pada kulit, kardiovaskular)


Jawab:
a) Akibat pada sistem saraf
Anemia menimbulkan rasa pusing, sakit kepala, gangguan keseimbangan, rasa kesemutan,
dan pada anemia yang berat dapat menimbulkan penurunan kesadaran sampai terjadi
kematian.
b) Akibat pada sistem jantung dan pembuluh
Anemia menyebabkan hipotensi postural, denyut nadi meningkat lebih cepat dan pada
keadaan anemia berat dapat menimbulkan gagal jantung
c) Akibat pada sistem pernafasan
Anemia menyebabkan sesak baik pada waktu beraktifitas, dan pada keadan anemia berat
sesak juga dapat timbul pada saat istirahat
d) Akibat pada sistem pencernaan
Anemia dapat memberikan gejala gangguan saluran cerna seperti mual dan muntah
e) Akibat pada sistem otot
Anemia menyebabkan rasa lemah, lelah, letih, lesu serta kram otot karena gangguan
pasokan oksigen ke otot. Hal ini membuat kita seakan tidak mampu atau tidak bersemangat
untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk melakukan pekerjaan yang ringan
f) Akibat pada kuku dan kulit
Anemia dapat menyebabkan kulit menjadi pucat dan kuku menjadi rapuh
g) Akibat pada sistem kekebalan tubuh
Anemia menurunkan daya tahan tubuh sehingga seorang penderita anemia juga cenderung
lebih sering menderita infeksi dibandingkan orang normal

4. Macam-macam anemia
Jawab:
BERDASARKAN PENYEBAB ANEMIA,
 anemia akibat perdarahan,
 anemia gizi (anemia defisiensi besi, anemia defisiensi asam folat dan vitamin B12),
 anemia pada penyakit kronik (anemia pada infeksi HIV, pada penyakit rematik, anemia
pada keganasan dan lain-lain),
 anemia akibat kegagalan produksi sel darah merah di sumsum tulang.

KLASIFIKASI ANEMIA KARENA KETURUNAN


Ada banyak jenis anemia hemolitik dan kondisinya dapat diwarisi orang tua Anda ke Anda.
Anemia hemolitik juga bisa didapatkaj seiring perkembangan hidung Anda. Berikut adalah
beberapa contoh dari berbagai jenis anemia hemolitik:

a. Anemia sel sabit


Anemia sel sabit termasuk dalam klasifikasi kerusakan genetik pada sel darah merah yang
dihasilkan tubuh. Anemia sel sabit terjadi ketika ada mutasi pada gen. Hemoglobin dalam
tubuh bentuknya abnormal sehingga menyebabkan sel darah merah bentuknya seperti
bulan sabit, kaku, lengket, dan cacat. Anemia ini juga termasuk dalam klasifikasi keturunan
resesif autosom. Anemia sel sabit yang parah dapat menyebabkan kondisi seperti stroke
dan serangan jantung. Pasien anemia sel sabit mungkin juga mengalami pembengkakan di
bagian tangan dan kaki, serta mengalami penurunan kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi.
b. Anemia thalassemia
Thalassemia adalah kalsiifikasi atau jenis anemia yang disebakan kelainan darah bawaan.
Kondisi terjadi saat tubuh membuat bentuk hemoglobin yang tidak normal. Akhirnya,
thalassemia ini mengakibatkan kerusakan sel darah merah yang berlebihan yang
menyebabkan anemia. Penderita thalassemia sedang atau berat mengalami berisiko
masalah pertumbuhan, pembesaran limpa, masalah tulang, dan penyakit kuning.
c. Congenital pernicious anemia
Jenis anemia yang jarang terjadi ini merupakan kondisi ketika seseorang dilahirkan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan faktor intrinsik, suatu protein dalam lambung
yang membantu tubuh menyerap vitamin B12. Tanpa vitamin B12, tubuh tidak mampu
membuat cukup sel darah merah yang sehat, sehingga Anda mengalami anemia.
Kurangnya vitamin B12 dalam tubuh dapat menyebabkan komplikasi lain, seperti
kerusakan saraf, kehilangan memori, dan pembesaran hati. Kondisi ini biasanya ditangani
dengan pemberian suplemen vitamin B12 yang mungkin perlu diminum seumur hidup.
d. Fanconi anemia
Fanconi anemia muncul akibat adanya gangguan darah bawaan yang mencegah sumsum
tulang memproduksi cukup sel-sel darah baru bagi tubuh. Penderita Fanconi anemia juga
berisiko lebih besar terkena infeksi karena tubuh mereka tidak memproduksi cukup sel
darah putih untuk melawan kuman. Beberapa pasien juga berisiko lebih besar terkena
leukemia myeloid akut (salah satu jenis kanker darah) karena sumsum tulang mereka
memproduksi sejumlah besar sel darah putih yang belum matang dan mencegah produksi
sel darah normal.
e. Hereditary spherocytosis
Penyakit turunan ini termasuk dalam klasifikasi langka dalam kasus anemia. Kondisi ini
ditandai dengan munculnya sel darah merah abnormal yang disebut dengan spherocytes
tipis dan rapuh. Sel-sel ini tidak dapat berubah bentuk ketika melewati organ-organ tertentu
seperti yang mampu dilakukan sel-sel darah merah normal. Akibatnya, spherocytes akan
menuju limpa lagi akhirnya hancur. Hancurnya sel darah merah menyebabkan anemia.
f. Anemia karena Kekurangan Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase (G6PD)
Anemi ini terjadi ketika sel-sel darah merah Anda kehilangan enzim penting yang disebut
G6PD. Akibatnya di dalam tubuh kekurangan G6PD. Kurangnya enzim menyebabkan sel-
sel darah merah Anda pecah dan mati ketika mereka bersentuhan dengan zat-zat tertentu
dalam aliran darah.
g. Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA)
Ini adalah kondisi anemia yang masuk dalam kalasifikasi hemolitik, yaitu bisa diturunkan
atau dikembangkan semasa hidup. Kondisi ini umum terjadi meskipun penyebab jelasnya
belum diketahui. Namun pada beberapa dugaan AIHA menyebabkan sistem kekebalan
tubuh membuat antibodi yang menyerang sel darah merah sehat Anda sendiri. AIHA
mungkin menjadi serius dan terjadi dengan sangat cepat.

5. Pemeriksaan untuk mengetahui anemia


Jawab:
Diagnosis anemia defisiensi zat besi dapat diperoleh melalui pemeriksaan darah. Tes hitung darah
lengkap dapat menunjukkan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin (Cyanmethemoglobin),
dan hematokrit (persentase sel darah merah dalam darah). Selain tes hitung darah lengkap untuk
melihat anemia, tes darah lainnya juga dapat dilakukan untuk:
 Melihat banyaknya zat besi dalam darah, dan ferritin atau protein yang menyimpan zat besi
dalam tubuh.
 Melihat kemampuan tubuh mengikat zat besi (transferrin and total iron-binding capacity)
dan jumlah sel darah merah tidak matang (retikulosit), yang biasanya rendah dalam anemia
defisiensi zat besi.
 Melihat ukuran dan bentuk sel darah merah melalui apusan darah tepi (peripheral blood
smear). Anemia defisiensi besi umumnya ditunjukkan dengan ukuran sel darah merah yang
89lebih kecil dari normal dan warna darah yang lebih pucat.

Setelah pemeriksaan darah menujukkan pasien mengalami kekurangan zat besi, sejumlah
pemeriksaan penunjang lain diperlukan untuk memastikan penyebab anemia tersebut.
Pemeriksaan tersebut berupa:
 Pemeriksaan darah dalam tinja. Pemeriksaan feses atau tinja ini dilakukan jika dicurigai
penyebab anemia defisiensi besi adalah perdarahan saluran cerna.
 Endoskopi. Pemindaian ini dilakukan untuk melihat sumber perdarahan dalam saluran
pencernaan yang bisa menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
 USG panggul. Pemeriksaan ini dilakukan pada wanita yang mengalami menstruasi dengan
perdarahan banyak, untuk melihat penyebab kondisi tersebut.

Ada tiga uji laboratorium yang dipadukan dengan pemeriksaan kadar Hb agar hasil lebih tepat
untuk menentukan anemia. Untuk menentukan anemia gizi besi yaitu :
a. Serum Ferritin (SF)
Ferritin diukur untuk mengetahui status besi di dalam hati. Bila kadar SF < 12 mg/dl maka
orang tersebut menderita anemia gizi besi.
b. Transferin Saturation (ST)

Kadar besi dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum merupakan salah satu
menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat besi, kadar besi menurun dan TIBC
meningkat, rasionya yang disebut dengan TS. TS < dari 16 % maka orang tersebut
defisiensi zat besi.
c. Free Erythocyte Protophorph
Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam darah meningkat. Kadar
normal FEB 35-50 mg/dl RBC.

6. Tabel range darah normal


Jawab:

7. Kelainan darah selain anemia


Jawab:

SEL DARAH MERAH


1. Anemia
Anemia terjadi jika kadar sel darah merah sangat rendah, baik akibat perdarahan berlebihan,
kekurangan zat besi, atau kekurangan vitamin B12. Pada anemia yang cukup parah, penderita akan
terlihat pucat, mudah lelah, dan sering sesak napas.
2. Anemia Aplastik
Kondisi ini terjadi ketika sumsum tulang tidak menghasilkan cukup banyak sel darah, salah
satunya sel darah merah. Anemia aplastik belum diketahui penyebabnya, tetapi diduga dipicu oleh
infeksi virus, penyakit autoimun, efek samping penggunaan obat, kemoterapi, hingga kehamilan.
3. Anemia Autoimun Hemolitik
Pada anemia autoimun hemolitik, sistem kekebalan tubuh menjadi terlalu aktif dan secara keliru
akan menghancurkan sel darah merah, sehingga menyebabkan anemia. Kondisi ini disebabkan
oleh gangguan autoimun, yaitu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang diri sendiri.
4. Anemia Sel Sabit
Kondisi ini membuat sel darah merah menjadi lengket dan kaku, hingga menghambat aliran darah.
Anemia sel sabit merupakan penyakit genetik. Penderita kondisi ini bisa mengalami kerusakan
organ tubuh dan rasa sakit yang tidak tertahankan.
5. Polisitemia
Polisitemia adalah salah satu jenis kelainan darah akibat kelainan darah. Darah menjadi terlalu
kental akibat sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah merah. Kondisi ini dapat
meningkatkan risiko penggumpalan darah, stroke, hingga serangan jantung.

SEL DARAH PUTIH


1. Leukemia
Leukemia adalah salah satu bentuk dari kanker darah, di mana sel darah putih menjadi ganas dan
diproduksi secara berlebihan dalam sumsum tulang. Sayangnya, belum diketahui penyebab pasti
dari kondisi ini.
2. Multiple Myeloma
Multiple myeloma merupakan kanker darah yang terjadi ketika sel darah putih menjadi ganas. Sel
darah putih akan diproduksi secara berlipat ganda dan melepaskan protein abnormal yang dapat
merusak organ.
3. Sindrom Mielodisplasia
Sindrom mielodisplasia adalah salah satu kelainan darah yang berdampak pada sumsum tulang.
Kondisi ini terjadi akibat sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel darah yang sehat.
4. Limfoma
Limfoma merupakan kanker darah yang berkembang di dalam sistem getah bening. Sel darah putih
pada orang yang mengalami limfoma akan menjadi ganas, menyebar secara abnormal, dan berlipat
ganda tanpa terkendali.

TROMBOSIT
1. Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP)
Idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP) merupakan kelainan autoimun yang menurunkan
jumlah trombosit atau keping darah. Penderita akan mudah memar atau dapat mengalami
perdarahan secara berlebihan akibat jumlah trombosit di dalam tubuhnya rendah. Belum diketahui
secara pasti pemicu munculnya kelainan autoimun tersebut.
2. Penyakit von Willebrand
Penyakit von Willebrand adalah gangguan pembekuan darah yang disebabkan oleh kurangnya
protein bernama von Willebrand yang dibutuhkan dalam proses pembekuan darah. Jika jumlah
protein tersebut rendah, trombosit yang bertugas menghentikan perdarahan tidak dapat bekerja
dengan baik dan menyebabkan terjadinya perdarahan yang berkepanjangan.
3. Hemofilia
Hemofilia merupakan gangguan proses pembekuan darah yang disebabkan oleh kelainan genetik
yang diturunkan. Kondisi ini mengakibatkan rendahnya jumlah protein yang disebut sebagai faktor
pembekuan darah. Perdarahan tersebut dapat terjadi secara tiba-tiba di dalam atau luar tubuh.
4. Essential thrombocythemia
Essential thrombocythemia terjadi ketika trombosit yang dihasilkan oleh sumsum tulang belakang
terlalu banyak. Akibatnya pembekuan darah di dalam tubuh meningkat hingga menggumpal.
Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke.
5. Sindrom antifosfolipid
Sindrom antifosfolipid adalah gangguan pada sistem imun yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya penggumpalan darah. Pada kondisi ini, sistem imun menghasilkan antibodi abnormal
yang disebut dengan antibodi antifosfolipid. Antibodi tersebut menyerang protein pada lemak dan
menyebabkan darah lebih mudah menggumpal.

Anda mungkin juga menyukai