Penyakit anemia merupakan kondisi ketika jumlah sel darah merah lebih rendah dari
jumlah normal. Selain itu, anemia terjadi ketika hemoglobin di dalam sel-sel darah
merah tidak cukup, seperti protein kaya zat besi yang memberikan warna merah darah.
Protein ini membantu sel-sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh.
Oleh karena itu, tubuh yang tidak mendapatkan cukup darah yang kaya oksigen akan
mengalami anemia. Akibatnya, seseorang mungkin akan merasa lelah atau lemah.
Selain itu, gejala lain mungkin muncul adalah sesak napas, pusing, atau sakit kepala.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami anemia,
sehingga perlu menghindarinya. Berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan risiko
dari masalah ini:
Stimulasi produksi sel darah merah yang tidak memadai dipengaruhi oleh
hormon.
Hiportiroidisme
Beberapa gangguan yang dapat meningkatkan kerusakan sel darah merah.
Kekurangan vitamin dan nutrisi seperti rendah zat besi, vitamin B12, dan folat.
Gangguan usus, sehingga kemampuan menyerap nutrisi dan vitamin berkurang.
Memiliki penyakit kronis.
Penyakit keturunan atau diturunkan dari orangtua.
Faktor lain, seperti paparan zat beracun, kondisi imun tubuh, dan sebagainya.
Sumsum tulang adalah jaringan lunak di tengah tulang yang membantu membentuk
semua sel darah. Sel-sel darah merah yang sehat akan bertahan antara 90 hingga 120
hari. Setelah itu, sel-sel darah tua dalam tubuh akan diganti dengan yang baru. Proses
ini berlangsung secara terus-menerus. Di dalam tubuh terdapat hormon yang
disebut erythropoietin (EPO) yang dibuat di ginjal. Tugasnya adalah untuk memberikan
sinyal kepada sumsum tulang untuk “menciptakan” lebih banyak sel darah merah bagi
tubuh.
Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen dalam sel darah merah dan protein inilah
yang memberikan warna merah pada sel darah merah. Bagi pengidap anemia, mereka
tidak memiliki cukup hemoglobin.